Tag Archives: cash flow management

leverage ratio

Leverage Ratio: Jenis, Rumus, Contoh, dan Risikonya

Ternyata dalam dunia keuangan dan investasi ada banyak istilah yang wajib kamu ketahui, terutama bagi kamu yang sedang merintis usaha. Salah satu istilah yang mungkin masih asing di telinga adalah leverage ratio.

Sebenarnya apa itu leverage ratio dan fungsinya dalam keuangan? Yuk, simak ringkasan dan penjelasannya sekarang juga!

Apa itu leverage ratio?

Leverage ratio adalah salah satu rasio dalam akuntansi atau keuangan, biasanya rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atau industri dalam hal kewajiban untuk melunaskan utangnya, baik utang jangka panjang atau jangka pendek.

Sehingga, sering juga dikaitkan dengan utang atau juga pinjaman.

Menurut Fabozzi & Drake (2009), leverage ratio adalah jenis rasio keuangan untuk menilai seberapa besar risiko keuangan yang telah diambil oleh perusahaan.

Secara umum, leverage ratio adalah representasi atau nilai utang suatu perusahaan atau bisnis yang berjalan.

Tidak hanya menampilkan tingkat utang, leverage ratio juga bisa memperlihatkan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi biasanya memiliki jumlah aset kreditur lebih banyak dibandingkan jumlah asetnya. 

Penempatan leverage ratio dalam sebuah bisnis adalah hal yang penting, karena dengan adanya leverage ratio, investor bisa melihat dan memahami struktur modal yang akan mereka investasikan.

Fungsi leverage ratio

Selain berguna untuk investor untuk memahami struktur modal perusahaan, leverage ratio juga memiliki fungsi lainnya, dikutip dari berbagai sumber berikut:

  1. Leverage ratio akan berfungsi untuk menilai kemampuan keuangan suatu perusahaan dalam jangka waktu panjang atau pendek. Leverage ratio bisa berguna untuk melihat elemen yang berasal dari utang atau pinjaman.
  2. Tidak hanya melihat utang dan pinjaman seperti yang disebutkan di atas, leverage ratio juga bisa digunakan untuk melihat pergerakan modal yang digunakan sebuah perusahaan.
  3. Dengan bisa melakukan tracking modal, utang, dna pinjaman, leverage ratio mampu memberikan analisis terkait keuangan perusahaan untuk melunasi utang.
  4. Dalam keuangan perusahaan, leverage ratio berguna sebagai bahan evaluasi performa keuangan yang nantinya bisa dijadikan patokan investor untuk melakukan pendanaan atau memutusnya.
  5. Selain investor, leverage ratio juga bisa dijadikan acuan oleh kreditur untuk mempertimbangkan dalam hal pemberian keputusan terkait pinjaman yang biasanya diajukan oleh perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.
  6. Leverage ratio juga bisa menjadi alat ukur seberapa banyak modal yang bisa dijadikan jaminan dalam pelunasan utang.
  7. Yang terakhir dengan adanya leverage ratio juga perusahaan bisa mengetahui tangal jatuh tempo pekusana utang.

Jenis-jenis leverage ratio

Leverage ratio memiliki empat jenis yang berbeda, yaitu:

1. Debt to EBITDA ratio

Mungkin kamu sudah mengetahui apa itu EBITDA yaitu singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, dan Amortization yang merupakan sebuah ukuran atau metrik kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dan digunakan sebagai alternatif untuk laba bersih dalam beberapa situasi keuangan.

Rasio ini akan digunakan untuk mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam melunasi utangnya atau menentukan apakah perusahaan memiliki risiko gagal untuk membayar utang.

Dalam jenis rasio ini apabila hasilnya lebih dari angka 3, maka bisa dipastikan risiko dalam membayar utang cukup tinggi. Sehingga, perusahaan pasti memiliki kewajiban membayar utang yang cukup besar.

Rumus Debt to EBITDA ratio adalah sebagai berikut:

Debt to EBITDA = Total utang : total EBITDA

2. Debt to equity ratio

Jenis yang kedua adalah debt to equity ratio atau biasa disingkat (DER) yang merupakan rasioo utang terhadap ekuitas. Apa maksudnya rasio utang terhadap ekuitas?

Rasio keuangan yang proporsinya relatif antara utang dan ekuitas dalam perusahaan untuk membayar aset yang digunakan.

Rumus debt to equity ratio:

Debt to equity ratio = Total utang : total ekuitas

3. Debt to assets ratio

Seperti namanya, jenis ini adalah rasio yang sering digunakan untuk melihat performa perusahaan dalam mengelola utang agar bisa membayar aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Rumus debt to assets ratio adalah:

Debt to assets ratio = Total utang : total aset.

4. Debt to capital ratio

Jenis yang terakhir adalah rasio utang terhadap modal atau debt to capital ratio yang berfokus pada utang sebagai komponen basis dari total perusahaan. Apabila sebuah perusahaan memiliki nilai debt to capital ratio yang tinggi maka risiko gagal membayar utang juga akan tinggi dan tentunya akan berdampak pada keuangan operasional perusahaan.

Rumus debt to capital ratio:

Debt to capital ratio = Total uang saat ini : (total utang + total ekuitas)

Contoh menghitung leverage ratio

Untuk memahami penghitungan leverage ratio sebuah perusahaan, kamu bisa melihat contohnya sebagai berikut:

Perusahaan U memiliki total hutan Rp10 juta, total equity senilai Rp20 juta, total aset Rp15 juta, dan laba kotornya atau EBITDA perusahaan adalah Rp25 juta. Untuk menghitung Perusahaan U adalah:

Debt to assets ratio = Rp10 juta : Rp15 juta = 0,66. Artinya 0,66 atau 66% aset menjadi jaminan utang.

Debt to equity ratio = Rp10 juta : Rp20 juta = 0,5 atau 50%. 50% dari modal perusahaan menjadi jaminan utang.

Debt to capital ratio = Rp10 juta : (Rp20 juta + Rp10 juta) = 0,333

Debt to EBITDA = Rp10 juta : Rp25 juta = 0,4.

Risiko leverage ratio

Selain memiliki manfaat atau fungsi, leverage ratio juga memiliki risiko yang cukup riskan bagi perusahaan. Ada dua risiko yang perlu diperhatikan:

1. Semakin tinggi utang, akan semakin sulit untuk mendapat keuntungan

Dengan adanya leverage ratio, maka tingkat utang juga akan semakin tinggi. Sehingga bisa membuat perusahaan kesulitan untuk mendapat keuntungan. Langkah yang tepat untuk menghindari hal ini adalah dengan menghitung secara detail dan cermat, kemudian disesuaikan dengan keperluan perusahaan.

2. Beban psikologis perusahaan semakin tinggi

Memiliki utang membuat perusahaan wajib melunasinya dan ini bisa menjadi beban psikologis apalagi jika memiliki utang yang cukup tinggi. Maka dari itu dalam mengembangkan perusahaan sebisa mungkin untuk menekan biaya yang dikeluarkan dan menghindari pinjaman.

Nah, itu tadi ringkasan dari leverage ratio yang dimulai dari definisi, fungsi, jenis, hingga risiko yang akan diterima oleh perusahaan. Jadi, pertimbangkan baik-baik apakah perusahaan kamu akan menggunakannya atau tidak.

***

Tips Menjaga Kestabilan Cash Flow dalam Bisnis Kecil

Tips Menjaga Kestabilan Cash Flow dalam Bisnis Kecil

Membuat laporan cash flow juga harus dibarengi dengan menjaga kestabilannya. Apalagi untuk kamu yang baru membuka usaha, menjaga kestabilan cash flow dalam bisnis menjadi sangat penting agar keuangan bisnis bisa dikelola dengan baik.

Namun, menjaga kestabilan cash flow juga harus dilakukan oleh semua pelaku usaha, karena cash flow atau arus kas berguna untuk mengetahui keluar masuknya dana usaha.

Di artikel ini, kamu akan mengetahui tips apa saja untuk menjaga kestabilan cash flow. Simak pembahasan berikut!

Tips Menjaga Kestabilan cash flow dalam bisnis

Menurut LendingTree setelah menganalisis arus kas sebuah bisnis ada tiga kiat untuk menjaga kestabilan arus kas atau cash flow. Berikut tips menjaga kestabilan cash flow!

1. Merencanakan pengeluaran yang akan datang

Membuat proyeksi arus kas ini sangat penting, salah satunya untuk merencanakan pengeluaran yang diperlukan nantinya. Sehingga, kamu bisa memperkirakan berapa banyak biaya yang harus disisihkan untuk mengantisipasi arus negatif cash flow.

Dengan merencanakan pengeluaran juga sebagai bentuk langkah utama untuk menjaga konsistensi arus kas bisnismu. Mulai sekarang kamu bisa membuat rincian dana darurat untuk periode bisnis selanjutnya.

2. Tingkatkan pendapatan penjualan

Menghindari biaya pengeluaran yang besar, kamu juga harus meningkatkan pendapatan. Kamu bisa meningkatkan pendapatan dengan cara meningkatkan transaksi penjualan. Hal ini bisa membantu dana arus kas aktivitas operasional juga bertambah.

Contoh, jika sehari kamu harus menjual 100 produk. Maka tidak salahnya untuk menjual 150 produk per hari, tentunya kamu juga harus menambah jam operasional dan menggaji karyawan yang lembur. 

Selain itu, kamu juga bisa menaikkan harga jual sedikit lebih tinggi, bila kamu yakin produk dari bisnis yang kamu kelola memiliki kualitas lebih baik dibandingkan kompetitor. Menambah cabang bisnis ke lokasi yang strategis juga bisa menambah pendapatan penjualan.

3. Disiplin memeriksa jadwal pembayaran

Setiap pembayaran pasti mempunyai date line, kamu harus melakukan pembayaran di awal atau sebelum tenggat waktu. Hal ini bertujuan untuk menghindari denda dan juga agar laporan cash flow bisa tercatat sesuai dan kamu tidak kebingungan untuk mengelola uang tunai jika lupa membayar kewajiban.

Jika, kamu bergerak dalam bisnis jasa bisa meminta kepada pelanggan untuk membayar lebih awal lebih cepat. Dengan menerima pembayaran lebih awal juga bisa memaksimalkan uang tunai yang didapat lebih lama. Sehingga, perputaran uang bisnis kamu bisa berjalan konsisten.

4. Ukur semua biaya dengan sesuai

Untuk membuat perkiraan arus kas, kamu harus menentukan biayanya dengan nominal atau tolak ukur yang sesuai, karena jika angkanya melenceng atau jauh berbeda bisa membuat masalah dalam laporan arus kas. 

Dalam mengantisipasi hal ini, kamu perlu riset harga dan biaya yang perlu dikeluarkan atau dana yang akan masuk  ke arus kas berapa banyak. Contoh jika membayar tagihan, kamu wajib tahu berapa denda yang harus dibayar bila lewat jatuh tempo dan juga berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli alat operasional atau bahan kebutuhan sehari-hari.

5. Pantau arus kas bisnis kamu

Cara paling mudah menghindari kesalahan adalah dengan melihat prosesnya setiap hari. Hal ini bisa kamu lakukan untuk menjaga kestabilan keuangan bisnis kamu. Dengan memantaunya secara seksama akan membuat kamu lebih mudah mengidentifikasi catatan atau laporan yang tidak sesuai. Sehingga, di akhir periode kamu tidak akan kalang-kabut.

Kamu bisa menggunakan software akuntansi seperti Quickbooks Online atau Jurnal by Mekari untuk membuat laporan arus kas, mengurus keuangan bisnis, dan lainnya.

Dengan mengikuti tips di atas, kamu bisa menjaga kestabilan cash flow bisnis kecil dengan lebih mudah. Selain tips tersebut, juga kamu perlu menghindari beberapa hal yang dapat mengganggu kelancaran arus kas bisnis.

 

Ketahui Lima Fase Arus Kas Ini Sebelum Mendulang Untung

Berhasil mendulang untung dari hasil kerja keras itu sebenarnya butuh waktu sedikit lebih lama dari apa yang Anda bayangkan, karena pertama-tama Anda harus merasakan sedikit rasa “sakit” terlebih dahulu. Kunci yang harus Anda patuhi adalah mengetahui urutan fase arus kas. Bila Anda patuhi ini, niscaya pundi-pundi keuntungan akan datang sendiri ke hadapan Anda.

Doug dan Polly White, founder startup konsultasi bisnis Whitestone Partners, mengungkapkan pihaknya membutuhkan waktu selama dua tahun agar dapat menyamakan gaji mereka dengan kantor lamanya. Menurut mereka, pengalaman berharga ini membuat mereka jadi menyadari bahwa pada umumnya ada lima fase arus kas yang terjadi di early stage startup, terutama saat bisnis mulai bertumbuh.

Artikel ini akan membahas apa saja urutan fase arus kas yang bakal Anda alami. Berikut rangkumannya:

1. Menempatkan uang pribadi ke dalam bisnis

Jika Anda memulai bisnis dari nol, fase ini biasanya bakal Anda alami. Di sini, Anda tidak mengambil uang dari bisnis, melainkan Anda menempatkan uang pribadi ke perusahaan untuk membayar biaya operasional, membeli barang modal, dan lainnya. Contohnya, perusahaan Anda itu bukanlah padat modal, maka itu mengharuskan Anda untuk berinvestasi ke pemasaran dan beberapa peralatan komputer.

Doug White mengatakan, pada fase ini pihaknya memutuskan untuk menjadikan uang pribadinya sebagai hutang ke perusahaan karena harus menutupi biaya-biaya sementara. Selain itu, mereka juga harus membayar tagihan rutin lainnya. “Selama ini kita hidup dari tabungan,” ujar White.

2. Bisnis belum mandiri, tidak bakar uang pribadi

Setelah beberapa bulan bisnis berjalan, ada saat di mana Anda sudah merasa waktu berjalan sangat lambat yakni ketika bisnis perusahaan sudah cukup mampu menopang dirinya sendiri, tidak dari uang pribadi. Kendati demikian, Anda masih harus menomboki beberapa pengeluaran perusahaan dengan pakai uang pribadi.

Jika Anda terlahir dari kalangan berada, sudah pasti Anda mampu melewati fase ini lebih cepat daripada yang tidak. Berada di fase ini terlalu lama, tentunya akan menguras uang Anda secara perlahan-lahan.

Beberapa pengusaha pemula mengatasi fase ini dengan cara bekerja paruh waktu di tempat lain sembari membangun bisnis mereka. Memang terbukti cukup membantu, tapi di sisi lain akan membuat satu kaki Anda terkekang harus mematuhi aturan dari tempat kerja kedua. Pada akhirnya, Anda sendiri yang harus menunjukkan komitmen, langkah apa yang harus diambil.

3. Bisnis masih bakar uang, sementara founder masih membayar beberapa biaya rutin

Beberapa bulan kemudian, setelah Anda dinyatakan lulus dari fase kedua. Anda masih harus melewati tiga fase berikutnya. Yakni, saat bisnis sudah mulai menghasilkan uang yang cukup untuk membayar tagihan rutin, Anda juga sudah merasakan hasilnya sendiri. Namun, gaji yang Anda dapat belum menutup biaya pribadi.

Malah, perusahaan harus membayar cicilan pinjaman yang sebelumnya sudah Anda tentukan sendiri besarannya saat memulai bisnis. Anda mungkin akan mengenakan beban biaya ke perusahaan dengan tingkat bunga yang wajar. White menyarankan, agar Anda menggunakan jasa akuntan untuk menghitung berapa besar biaya yang harus dibayarkan perusahaan dengan berapa lama tingkat pengembaliannya. Di titik ini, Anda harus terus lakukan subsidi silang dengan tetap mengambil uang dari tabungan.

4. Pengeluaran perusahaan dan pribadi dibayarkan dari kas

Anda beserta tim melakukan perayaan makan malam bersama, karena telah dapat mengambil gaji ruti dari bisnis. Pada fase ini Anda mulai melihat untuk sampai ke fase ini butuh waktu yang lebih lama dari yang dibayangkan, tapi Anda sadar telah berhasil lampaui fase yang berat.

Bisnis Anda sudah mampu menyediakan uang tunai dengan jumlah yang cukup untuk memungkinkan Anda membayar tagihan. Dan, gaya hidup Anda bisa jadi seperti semula.

Ketika ada di fase ini, Anda tidak boleh cepat puas karena Anda belum cukup kaya untuk mengisi hidup saat masa pensiun nantinya. Anda harus bergerak ke titik di mana bisnis tersebut yang dapat menghasilkan arus kas yang melebihi pengeluaran Anda.

5. Tahap investasi

Ini adalah tujuan akhir. Anda ingin bisnis yang dapat membuang uang yang cukup dengan melebihi apa yang Anda butuhkan untuk mempertahankan gaya hidup. Tentu saja, selama ini Anda telah berinvestasi untuk perusahaan, dan sekarang ini Anda sudah memiliki pengelolaan dana sendiri (dicretionary fund).

Anda bebas menempatkan uang ke tempat invetasi yang Anda mau demi mengembangkan bisnis. Pilihan ini adalah yang terbaik. Strategi alternatifnya, Anda melakukan diversifikasi investasi. Mungkin dengan membeli perusahaan lain, berinvestasi di pasar saham atau properti. Pilihannya jadi tidak terbatas.

White menerangkan, ke lima fase arus kas ini cenderung dialami oleh seluruh pengusaha saat bisnis mulai bergerak tumbuh. Berapa lama satu per satu fase yang harus dilewati sangat bergantung pada pergerakan bisnis perusahaan, pertumbuhan ekonomi, dan sejumlah variabel lainnya.

Yang terpenting adalah Anda harus memahami lima fase arus kas ini memiliki rencana dan tujuan akhir yang jelas untuk pergerakan keuangan perusahaan. Pastikan Anda memilik sumber daya manusia yang cukup ketika arus kas kembali ke angka negatif di fase tertentu. Kemudian, pastikan Anda memiliki cadangan uang yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya tambahan.