Tag Archives: cashless

Cara Membuat Kode QRIS Sebagai Metode Pembayaran di Aplikasi Halokas

Tren digitalisasi bisnis saat ini membawa pelaku usaha termasuk UMKM beradaptasi dengan dunia digital. Dengan segala teknologi yang ada saat ini, pelaku UMKM dapat menjalankan kegiatan bisnisnya secara digital, termasuk dalam menyediakan metode pembayaran bisnis.

Kode QR Standar Indonesia atau Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) menjadi salah satu sistem pembayaran yang dapat membantu pelaku usaha menyediakan metode pembayaran non-tunai bagi pelanggannya.

Sistem pembayaran yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia ini mengintegrasikan seluruh metode pembayaran non-tunai yang ada di Indonesia. QRIS memungkinkan penggunanya dapat melakukan transaksi secara gratis tanpa biaya admin, dengan cara scan kode QR.

Kemudahan yang berikan sistem pembayaran QRIS menjadi hal yang perlu dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk membantu kegiatan bisnisnya. Lantas, bagaimana cara pelaku usaha bisa menggunakan QRIS? Berikut ini cara membuat QRIS di aplikasi Halokas, simak ulasannya.

Langkah Membuat Kode Qris di Aplikasi Halokas

Halokas merupakan platform business to business (B2B) yang menyasar UMKM sebagai target marketnya. Platform ini hadir sebagai solusi bagi pelaku usaha untuk mengatasi permasalahan bisnis digital yang dihadapi, seperti terkait dengan penyediaan metode pembayaran non-tunai.

Cukup dengan menjadi pengguna aplikasi Halokas, pelaku usaha dapat langsung memanfaatkan fitur ‘Terima Pembayaran dengan QRIS’, tanpa perlu melakukan pendaftaran lain. Berikut langkah-langkah penggunaannya:

  • Unduh aplikasi Halokas di Google Play Store/App Store.

  • Jika belum memiliki akun, silakan daftarkan usaha Anda.
  • Setelah itu, ada tiga opsi yang dapat Anda pilih untuk mulai menggunakan QRIS di aplikasi Halokas. Pertama, silakan masuk ke halaman utama aplikasi dan klik ‘Pelajari tentang Qris’. Kedua, Anda juga bisa masuk ke fitur ‘Terima Pembayaran’ di halaman awal. Ketiga, Anda bisa langsung mengklik logo QRIS pada bagian tengah menu bar di bawah layar Anda.

  • Selanjutnya, silakan masukkan nominal yang harus dibayar oleh pelanggan Anda.

  • Pilih kategori transaksi dan masukkan catatan jika diperlukan.

  • Klik tombol ‘BUAT KODE QRIS’.

  • Minta pelanggan Anda untuk scan QRIS dengan aplikasi e-wallet atau mobile banking yang dimilikinya untuk mulai melakukan pembayaran.

  • Setelah pelanggan berhasil membayar, Anda akan menerima notifikasi di aplikasi Halokas Anda.

  • Transaksi akan otomatis tercatat di menu ‘Riwayat Transaksi’ milik usaha Anda.

Sebagai informasi, QRIS yang didapatkan oleh pelaku usaha memiliki masa kedaluwarsa. QRIS yang dibuat untuk menerima pembayaran pelanggan akan berlaku selama satu jam. Jika dalam satu jam kode QRIS belum juga di-scan oleh pelanggan, maka pelaku usaha perlu membuat kode QRIS baru.

Selain itu, Halokas juga menanggung biaya MDR (Merchant Discount Rate) sebesar 0.7% dari total pembayaran dan akan mengembalikannya dalam bentuk bonus.

Manfaat Metode Pembayaran Kode Qris bagi Bisnis

Dari layanan pembayaran QRIS yang dimilikinya, Halokas menawarkan keuntungan bagi pelaku UMKM sebagai pengguna aplikasi. Apa saja keuntungan yang dijanjikan? Berikut beberapa di antaranya:

  • Memudahkan pelanggan dan pelaku usaha dalam melakukan dan menerima pembayaran secara non-tunai melalui QRIS, dari semua platform pembayaran baik bank dan non-bank yang digunakan masyarakat.
  • Halokas menanggung biaya MDR (Merchant Discount Rate) sebesar 0.7% dari total pembayaran dan akan mengembalikannya dalam bentuk bonus.
  • Semua jenis transaksi yang dilakukan akan dibebaskan dari biaya yang berlaku.
  • Pencairan dana QRIS akan ditransfer ke rekening Anda dalam satu hari kerja.
  • Jika nilai di setiap pembayaran QRIS sudah mencapai nilai tertentu, Halokas menawarkan pinjaman modal usaha dengan cepat.

Demikian penjelasan terkait cara pembuatan dan penggunaan metode pembayaran QRIS di aplikasi Halokas.

Kontribusi Gojek pada Perekonomian Indonesia

Laporan LD FEB UI: Tahun 2018 Mitra Gojek Berkontribusi 44 Triliun Rupiah untuk Perekonomian Indonesia

Berawal dari layanan ride-hailing, Gojek kini bertransformasi menjadi aplikasi untuk pembayaran, pengiriman barang hingga pemesanan berbagai kebutuhan. Bukan hanya mengajak lebih banyak masyarakat mengadopsi teknologi, Gojek juga sudah memudahkan pelaku UKM mempromosikan dan menjual produk secara cepat dan lebih mudah.

Untuk melihat peranan dan efek yang ditimbulkan oleh Gojek kepada mitra hingga pelaku UKM di Indonesia, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbarunya yang bertajuk “Dampak Gojek terhadap Perekonomian Indonesia pada Tahun 2018”. Hasil Riset LD FEB UI ini menemukan kontribusi mitra Gojek dari empat layanan, yaitu layanan Go-Ride, Go-Car, dan Go-Food kepada perekonomian Indonesia mencapai 44,2 triliun Rupiah.

“Secara langsung Gojek sudah memudahkan pelaku UKM secara khusus untuk meningkatkan penjualan memanfaatkan aplikasi. Mulai dari pemesanan hingga pembayaran non-tunai,” kata Wakil Kepala LD FEB UI Paksi Walandouw.

Meningkatkan taraf hidup mitra

Survei yang dilakukan oleh LD FEB UI mengacu kepada total sampel sebanyak 6 ribu lebih responden yang terdiri dari 3886 mitra Go-Ride, 1010 mitra Go-Car, 1000 mitra Go-Resto dan 836 gabungan dari mitra Go-Life dan Go-Clean. Wilayah survei yang dilakukan oleh LD FEB UI untuk semua mitra kecuali mitra Go-Life berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar dan Palembang.

Sebagai layanan yang menjadi pembuka jalan bagi layanan lainnya, Go-Ride telah memberikan kontribusi sebesar 16,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia pada 2018. Untuk mitra yang bergabung rata-rata sebelumnya memiliki penghasilan sekitar 1 juta Rupiah, setelah bergabung menjadi mitra Gojek mengalami peningkatan hingga 6 juta Rupiah. LD FEB UI mencatat penghasilan rata-rata mitra Go-Ride di Jabodetabek adalah 4,9 juta Rupiah. Sementara mereka yang tinggal di luar Jabodetabek 3,8 juta Rupiah.

Hal serupa juga terjadi dengan mitra Go-Car, yang kebanyakan memiliki latar belakang lebih tinggi dari mitra ride-hailing roda dua Gojek. Penghasilan mitra Go-Car berkontribusi 8,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018.

Secara demografi LD FEB UI mencatat, 66% mitra pengemudi berusia 21-40 tahun. Sebanyak 71% mitra pengemudi memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah, 43% mitra pengemudi sebelumnya pernah bekerja menjadi karyawan swasta dan 90% mitra pengemudi memiliki tanggungan. Setelah bergabung menjadi mitra Gojek, penghasilan rata-rata mereka meningkat menjadi 42%. Sementara pengeluaran rata-rata mitra pengemudi meningkat 32% setelah bergabung menjadi mitra Gojek.

Membantu mitra mengadopsi teknologi

Sementara itu untuk layanan yang saat ini makin digemari oleh pengguna dan terpisah dari aplikasi induk di Gojek yaitu Go-Life, sudah memberikan kontribusi sekitar 1,2 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018. LD FEB UI juga mencatat meskipun masih terbatas di beberapa wilayah, Go-Life juga didominasi oleh mitra yang 95% berasal dari kalangan perempuan, sangat relevan dengan beberapa layanan yang ditawarkan oleh Go-Life.

Setelah bergabung menjadi mitra Go-Life LD FEB UI mencatat, penghasilan rata-rata meningkat menjadi 72%. Sementara pengeluaran mitra meningkat 19% setelah bergabung menjadi mitra Go-Life. Omzet mitra UKM Go-Food berkontribusi 18 triliun RUpiah per tahun. Para mitra yang bergabung bisa mendapatkan keuntungan sekitar 15 juta Rupiah.

Yang menjadi fokus utama dari LD FEB UI adalah bagaimana Gojek sudah membantu pelaku UKM khususnya industri kuliner untuk memasarkan, mempromosikan hingga melakukan transaksi secara online. Bukan hanya menambah jumlah pelanggan lebih luas lagi jangkauannya, Gojek juga sudah mengajarkan pelaku UKM dan pengguna untuk melakukan transaksi secara non-tunai.

Sebanyak 75% responden UKM juga telah menerapkan pembayaran non-tunai setelah menjadi mitra dari Go-Food. Sementara itu 93% mitra UKM langsung go online dengan alasan menjadi mitra dari Go-Food. LD FEB UI juga mencatat, 72% mitra UKM klasifikasi “usaha mikro” dengan omzet 300 juta Rupiah per tahun.

Teknologi dinilai telah membantu pelaku UKM membuka jaringan dan menambah jumlah pelanggan. LD FEB UI mencatat 90% mitra bergabung dengan Go-Food untuk meningkatkan pemasaran, 78,5% mitra bergabung untuk mengadopsi perkembangan teknologi.

Application Information Will Show Up Here
Peran Teknologi dalam Cashless Society

Mendalami Peran Teknologi dalam Membangun “Cashless Society”

Teknologi memiliki peran besar dalam membantu masyarakat ketika bertransaksi. Meski kepemilikan kartu kredit masih minim di kalangan masyarakat Indonesia, berkat teknologi opsi pembayaran non-tunai makin bervariasi, khususnya melalui mobile payment.

Dalam sesi #SelasaStartup edisi terakhir di 2018, hadir VP of Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan. Ia mengatakan adopsi non-tunai (cashless) ini sebenarnya belum sepenuhnya optimal di Indonesia, khususnya di sisi merchant. Kondisi saat ini membuat mereka harus menyediakan beragam mesin EDC untuk menerima kartu. Belum lagi mesin khusus untuk mencetak kode QR demi menerima pembayaran berbasis aplikasi.

Padahal dikutip dari berbagai sumber, secara potensi ada 59,2 juta pengusaha UKM di tahun ini, namun baru 3,79 juta di antaranya yang sudah go-online. Diprediksi jumlah UKM terus tumbuh hingga 5% pada tahun depan dan diharapkan sebanyak 8 juta UKM mulai memanfaatkan layanan pembayaran digital.

“Realisasinya masih jauh dengan target yang sudah dicanangkan pemerintah pada tahun depan. Untuk itu butuh solusi yang cepat dan efektif dalam mengadopsi cashless, salah satunya dengan edukasi tentang kebutuhan cashless kepada UKM, adakan training secara berkala soal digitalisasi UKM,” terang Bayu.

Pentingnya cashless bagi UKM

Menurut Bayu, pembayaran non-tunai pada dasarnya membantu UKM dalam mengurangi risiko fraud atau kehilangan. Semakin berkurangnya uang tunai yang dipegang, manajemen keuangan akan lebih rapi, mudah dikelola, dan mudah dilacak riwayatnya secara online.

Pengusaha UKM bisa menghemat waktu untuk mengatur keuangan tanpa proses manual sama sekali. Mereka bisa lebih fokus mengembangkan usahanya.

“Belum lagi para pemain mobile payment kini berlomba-lomba memberikan promo dan diskon, tidak hanya buat end-user tapi juga merchant itu sendiri. Merchant bisa mendapatkan tambahan pemasukan dari situ,” terang dia.

Manfaat bagi konsumen

Transaksi non-tunai mengedepankan unsur keamanan dan efisiensi. Bagi masyarakat, memasukkan kode PIN, memindai sidik jari, atau metode keamanan lainnya saat melakukan pembayaran dirasa lebih nyaman daripada harus membawa dompet kemana-mana.

Tak hanya buat bayar merchant offline, dengan layanan dan fitur yang disediakan mobile payment umumnya ada opsi pembayaran lainnya, termasuk PPOB. Ekosistem yang interconnected dan interoperable antar pihak ini sangat membantu, karena masyarakat cukup menampung dana di satu platform, tapi bisa untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan.

Tantangan dan solusi

Bayu berpendapat ketika berbicara soal adopsi non-tunai, proses edukasi end user lebih mudah daripada ke merchant. Terlebih kepada merchant yang sudah bertahun-tahun terbiasa dengan transaksi tunai dan pencatatan manual.

Di samping itu ada ketimpangan di lapangan. Jumlah mesin EDC yang beredar hanya sekitar 1 juta, sementara jumlah kartu yang beredar termasuk debit dan kredit mencapai 130 juta.

Mengatasi hal tersebut butuh kolaborasi antar pihak, misalnya dengan menyediakan teknologi yang mampu menerima berbagai opsi pembayaran mobile dalam satu perangkat saja. Hal ini akan mempermudah merchant dalam menerima pembayaran dan harus berinvestasi banyak perangkat di meja kasirnya.

Ia mencontohkan mesin kasir Moka kini bisa menerima berbagai opsi pembayaran non-tunai dari berbagai provider. Sebut saja dari Akulaku, T-Cash, OVO, Dana, dan Kredivo; termasuk menerima pembayaran kartu debit dan kredit. Merchant tidak perlu banyak berinvestasi tambahan perangkat agar bisa menerima berbagai opsi pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Tiga Cara Mudah Beli Bitcoin

Artikel ini adalah bagian dari seri edukasi Bitcoin oleh Luno (sebelumnya BitX) Indonesia.

Dengan semakin meningkatnya harga Bitcoin, Anda mungkin ingin segera beli Bitcoin sebelumnya harganya semakin melambung tinggi. Lalu apa saja cara beli Bitcoin yang dapat Anda pilih?

Ada tiga cara beli Bitcoin yang dapat dilakukan:

(1) Beli Bitcoin langsung dengan metode instan

Beli Bitcoin dengan metode instan adalah cara yang paling mudah dalam membeli Bitcoin. Dengan metode ini, Anda dapat mendapatkan langsung Bitcoin Anda pada harga kurs yang tertera pada saat tersebut. Anda cukup memasukkan berapa Rupiah yang ingin Anda bayar atau berapa Bitcoin yang ingin Anda beli. Biasanya, metode ini banyak digunakan untuk pemula yang baru mengenal Bitcoin ataupun mereka yang tidak ingin ambil pusing dalam membeli Bitcoin. Metode ini sangat cocok jika Anda ingin membeli Bitcoin dan menyimpannya sebagai aset investasi jangka panjang. Tergantung tiap perusahaan Bitcoin, pembelian Bitcoin dapat dilakukan dengan metode transfer bank (baik ATM atau internet banking), berbagai gerai minimarket, atau penyedia layanan e-wallet.

Jika dianalogikan, pembelian Bitcoin dengan metode ini adalah seperti ketika Anda membeli mata uang asing di money changer. Anda hanya perlu menyebutkan Anda mau beli berapa dan Anda langsung mendapatkan mata uang asing tersebut. Sama seperti money changer pada umumnya, Anda bukan membayarkan berdasarkan ‘harga pasar’ (yang biasa Anda lihat di Google) namun berdasarkan ‘harga jual’ atau ‘harga beli’.

Jika Anda ingin membeli Dollar misalnya, Anda akan membayar mengikuti ‘harga jual’ di money changer tersebut. Begitu juga jika Anda ingin menjual Dollar Anda, maka Dollar Anda akan dihargai mengikuti ‘harga beli’ yang ada di money changer. Hal ini berlaku ketika Anda menggunakan metode beli instan yang ada di perusahaan/platform Bitcoin.

Namun, tidak semua perusahaan atau platform Bitcoin menyediakan metode ini. Salah satu penyedia layanan beli Bitcoin langsung di Indonesia adalah Luno. Anda dapat mengaksesnya melalui https://www.luno.com/id atau mengunduh aplikasi Luno Bitcoin Wallet di Android/iOS.

(2) Beli Bitcoin dari bursa (Exchange) dan melakukan trading

Cara lain membeli Bitcoin adalah menggunakan bursa pertukaran (Exchange). Cara ini lebih kompleks namun Anda akan memiliki kontrol lebih atas harga Anda membeli Bitcoin. Cara ini menunjukkan Bitcoin juga dapat digunakan sebagai instrumen trading. Metode ini banyak digunakan oleh traders yang melakukan investasi jangka pendek tapi terus-menerus. Jadi, pembeli dengan metode ini akan melakukan jual beli terus menerus untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga Bitcoin. Sama seperti pembelian dengan metode instan, pembelian Bitcoin dapat dilakukan dengan metode transfer bank (baik ATM atau internet banking), berbagai gerai minimarket, atau penyedia layanan e-wallet, tergantung perusahaan Bitcoin pilihan Anda.

Contohnya, Anda dapat ‘memasang’ order untuk membeli 1 Bitcoin pada harga Rp. 25.000.000,- ketika harga pasar Bitcoin saat itu adalah Rp. 27.000.000,-. Dengan begitu, Anda dipastikan akan mendapatkan Bitcoin pada harga Rp 25.000.000,- namun Anda diharuskan menunggu pergerakan harga Bitcoin (yang fluktuatif) untuk menyentuh harga Anda atau dalam kata lain, menunggu datangnya ‘penjual’ yang menjawab permintaan Anda. Di contoh ini, Anda bertindak sebagai market maker dalam posisi pembeli. Jika nantinya ada penjual yang ingin menjualkan Bitcoin mereka kepada Anda pada harga yang Anda inginkan, maka penjual tersebut akan mengambil order Anda, dan ia lalu disebut sebagai market taker.

Berbagai platform biasanya mengenakan biaya (fee) kecil untuk market taker, kadang biaya ini berlaku untuk kedua posisi baik market maker dan market taker. Namun, hal ini berbeda tergantung bursa perusahaan Bitcoin. Di Luno Indonesia sendiri, saat penulisan artikel ini, trading fee hanya sebesar 0.2% untuk taker dan bonus 0.2% diberikan untuk para maker.

Kelemahan dari metode ini adalah Anda mungkin saja tidak mendapatkan Bitcoin langsung pada harga yang Anda inginkan karena Anda perlu menunggu pergerakan harga Bitcoin menyentuh harga yang Anda inginkan. Anda juga perlu mengerti berbagai elemen dalam laman Exchange untuk fasih melakukan trading. Jika Anda ingin melakukan trading dengan versi yang lebih sederhana, Anda dapat mengunduh versi aplikasi di Android dan iOS yang akan menunjukkan platform yang lebih mudah untuk dimengerti.

Laman Trading di Luno Indonesia / Sumber: https://www.luno.com/trade/XBTIDR
Laman Trading di Luno Indonesia / Sumber: https://www.luno.com/trade/XBTIDR

(3) Beli Bitcoin dari komunitas (peer-to-peer)

Ini adalah cara beli Bitcoin tanpa melalui platform atau perusahaan Bitcoin, namun melalui kelompok atau komunitas sesama pengguna Bitcoin. Walaupun beredar beberapa komunitas Bitcoin seperti ini, ada risiko besar karena transaksi Anda tidak dijamin oleh platform Bitcoin apapun. Contohnya adalah setelah Anda melakukan transfer, Bitcoin bisa saja tidak Anda terima karena Anda tidak mengenal penjual Bitcoin tersebut. Anda lalu tidak dapat melapor kepada siapapun mengenai hal tersebut. Beli Bitcoin dengan dua cara sebelumnya adalah cara yang lebih direkomendasikan untuk membeli Bitcoin dengan aman dan mudah.

Sebelumnya dikenal dengan nama BitX, Luno adalah platform jual, beli, kirim, terima, dan simpan Bitcoin di Indonesia. Luno tersedia di website, iOS, dan Android.

 

Program Loyalitas Go-Points dari Go-Jek Resmi Diluncurkan

Setelah diluncurkan awal Januari 2017 lalu, hari ini Go-Points program loyalitas dari Go-Jek diresmikan. Fitur terbaru yang dihadirkan khusus untuk pengguna setia Go-Pay atau layanan pembayaran online yang disediakan oleh Go-Jek. Mengklaim sebagai ide original, Go-Points dilengkapi dengan gamification atau permainan yang bisa digunakan setelah pengguna mendapatkan token dari layanan yang telah digunakan.

“Ide swipe itu sendiri merupakan asli dari tim Go-Points yang telah mengembangkan produk terbaru ini selama satu tahun terakhir. Guna memastikan Go-Points berfungsi dengan baik, kami telah melakukan uji coba sampai akhirnya awal Januari kami luncurkan untuk pengguna,” kata Product Owner Go-Points Michael Perera.

Sebagai enabler layanan Go-Pay, program loyalitas Go-Points diharapkan bisa mendongkrak jumlah pengguna yang menggunakan Go-Pay setiap harinya untuk semua layanan yang ada. Hal tersebut juga ditegaskan oleh CMO Go-Jek Piotr Jakubowski.

“Kami tidak bisa mengungkapkan berapa persen kenaikan jumlah pengguna Go-Pay sejak loyalty program Go-Points kami luncurkan, namun yang pasti kami menerima cukup banyak feedback dan laporan adanya kenaikan dari sisi pengguna Go-Pay di semua layanan yang ada di aplikasi Go-Jek,” kata Piotr.

Keuntungan lebih untuk mitra dari Go-Points

Secara keseluruhan rewards yang ditawarkan oleh GoPoints terdiri dari 9 kategori, yaitu hiburan, e-commerce, lifestyle, kuliner, kesehatan dan kecantikan, hobi dan pendidikan, travel, kebutuhan sehari-hari dan ritel hingga Go-Jek Rewards. Jumlah merchant dari Go-Points saat ini sudah ada 40 merchant, di antaranya adalah Bhinneka, iflix, Elevenia, Zalora, Lyke, Scoop, Aksara dan masih banyak lagi.

Hingga Febuari 2017 telah tersedia 64 reward menarik yang bisa di redeem oleh pengguna, untuk kedepannya Go-Points akan menambah jumlah merchant yang bergabung dalam fitur Go-Points yang juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran dari brand untuk menjangkau lebih luas pasar dengan memanfaatkan Go-Points.

“Kami masih terus membuka kemitraan dengan berbagai merchant di Indonesia yang tertarik untuk bergabung. Dengan tidak mengenakan biaya kepada mitra dari Go-Points tentunya menjadi hal yang menarik dan tentunya bermanfaat untuk semua mitra Go-Points,” kata Michael.

Algoritma rewards di aplikasi dan target Go-Points

Untuk semua token yang didapatkan oleh pengguna usai menggunakan layanan di Go-Jek dengan pembayaran menggunakan Go-Pay, akan langsung bisa mendapatkan point mulai dari yang terendah yaitu 5 point hingga yang paling tinggi 400 point, dengan melakukan swipe melalui aplikasi Go-Jek.

Points yang telah dikumpulkan untuk kemudian bisa langsung di-redeem atau ditukarkan. Untuk memastikan semua rewards sesuai dengan kebutuhan pengguna, posisi merchant pun diatur secara acak, sesuai dengan jumlah point terendah yang bisa di-redeem atau ditukar hingga jumlah point yang sudah cukup besar jumlahnya.

Michael mengatakan, “Kami berupaya memfasilitasi semua kebutuhan tercepat yang dibutuhkan oleh pengguna, terutama untuk impulsive shopper yang ingin dengan cepat menukarkan point dengan jumlah minimal yang dimiliki. Selanjutnya secara otomatis merchant dengan jumlah point yang besar akan bisa dicari sesuai dengan keinginan pengguna.”

“Fokus utama kami adalah memberikan rewards kepada pengguna. Untuk saat ini tidak kami kenakan biaya kepada merchant dan terus menambah jumlah merchant dengan produk yang menarik sesuai dengan kriteria dari Go-Points,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Tren Penggunaan Platform Pembayaran Digital di Kalangan Millennial

Sebelumnya kami menuliskan analisis terkait hasil riset penetrasi dan tren startup fintech yang akan semakin menggeliat di tahun ini. Di lain sisi, tren baru “cashless society” mulai menjadi perhatian masyarakat, khususnya di kalangan millenials sebagai kelompok paling produktif, konsumtif, sekaligus menjadi unjung tombak dari digital adopter. Dua hal tersebut menjadi sebuah korelasi, antara kemapanan bisnis dan terbentuknya calon konsumen layanan finansial digital.

Fintech akan membawa sebuah perubahan pola dalam transaksi keuangan, dari cara konvensional menuju cara digital. Kebiasaan masyarakat untuk menggunakan digital cash menjadi awal yang baik dalam adopsi fintech. Berbicara seputar adopsi digital cash di kalangan millennial Indonesia, hasil survei yang dilakukan JakPat terhadap 689 sampel dari seluruh wilayah Indonesia mengemukakan bahwa 63% dari responden saat ini sudah menggenggam platform pembayaran digital.

Dari beberapa platform yang digunakan, layanan e-money berada di urutan pertama, dengan persentase 44%, disusul layanan Flazz, T-Cash, Go-Pay, Rekening Ponsel dan LINE Pay. Dari peruntukannya, layanan pembayaran digital banyak digunakan untuk tujuan spesifik. Mayoritas menggunakan untuk pembayaran transportasi dan belanja online. Kebutuhan harian lain seperti untuk membayar pintu masuk tol, parkir, hingga isi ulang pulsa turut mematangkan niat para pengguna untuk memanfaatkan layanan pembayaran digital.

Layanan digital cash terpopuler di kalangan millennials / JakPat
Layanan digital cash terpopuler di kalangan millennials / JakPat

Sebelumnya dalam riset DailySocial tentang masa depan digital payment di Indonesia juga telah ditunjukkan beberapa indikasi yang meyakinkan pengguna akan beralih ke layanan modern tersebut. Sebanyak 52,49% dari 1028 responden survei menyatakan bahwa siap untuk beralih ke layanan pembayaran digital di waktu mendatang. Bagi mereka yang menjadi pertimbangan terbesar adalah kemudahan dalam penggunaan, dan keyakinan akan sistem keamanan yang kini ditawarkan oleh penyedia layanan.

Hasil tersebut tak jauh berbeda dengan temuan JakPat di awal tahun 2017 ini, persentase yang hampir mirip juga didapatkan terkait dengan keinginan masyarakat untuk memiliki layanan pembayaran digital. Alasannya pun juga sama, demi kemudahan dan banyaknya promo yang kini ditawarkan melalui sistem pembayaran digital. Dari perencanaan responden, paling banyak ingin menggunakan e-money, disusul layanan pembayaran digital ala T-Cash.

Ekspektasi masyarakat terhadap layanan pembayaran digital

Di balik kemudahan yang diberikan, ada hal lain yang menguatkan minat masyarakat untuk mengadopsi layanan pembayaran digital. Masih dari hasil survei JakPat, sebanyak 80% responden antusias dengan adanya promo yang dihadirkan oleh penyedia layanan pembayaran digital. Promo yang diharapkan berupa diskon, insentif produk, undian hadiah dan bonus top-up.

Dari sisi penggunaan pun mengharapkan akan lebih banyak lagi layanan yang menerima pembayaran digital. Sementara saat ini pembayaran masih terbatas untuk beberapa merchant dan layanan khusus, ke depan berbagai tempat seperti kantin, stasiun, toko baju, hingga toko obat menerima pembayaran digital tersebut.

Minat pengguna menggunakan lebih dari satu layanan pembayaran digital / JakPat
Minat pengguna menggunakan lebih dari satu layanan pembayaran digital / JakPat

Fakta menarik lainnya terkait dengan kepemilikan layanan pembayaran digital. Sebanyak 32% dari responden mengaku sudah cukup dengan layanan yang kini digunakan, sehingga enggan untuk mencoba layanan lain. Selain itu karena pengguna merasa masih jarang menemui tempat atau layanan yang menerima pembayaran dengan layanan digital tersebut.

Ini sekaligus menjadi PR bagi para pebisnis yang berkepentingan di dalamnya, selain mematangkan sistem yang dimiliki, juga harus segera melakukan ekspansi dari sisi jangkauan penerima pembayaran.

Grab Indonesia dan Mandiri E-Cash Jalin Kemitraan Strategis

Grab Indonesia dan PT Digital Artha Media, perusahaan pengembang Mandiri E-Cash, meresmikan kemitraan strategis. Kini pelanggan Grab sudah bisa menggunakan Mandiri E-Cash sebagai alternatif pembayaran elektronik. Sebelumnya Grab dan Lippo juga telah menjajaki pengembangan produk pembayaran mobile non-tunai.

Seperti diketahui, Mandiri E-Cash merupakan produk keuangan digital yang dikeluarkan oleh bank pelat merah Bank Mandiri dan menunjuk Digital Artha sebagai pihak pengembang. Digital Artha merupakan anak usaha dari perusahaan firma lokal PT Kresna Graha Investama Tbk.

Pelayanan terbaru ini, menurut Indra Suryawan, CEO Digital Artha, menjadi opsi terbaru pembayaran cashless yang dapat dipilih pengguna Grab Indonesia selain menggunakan kartu kredit atau debit. Sekaligus membantu pengemudi Grab dalam mengelola keuangannya secara elektronik.

“Kemitraan ini adalah bagian dari inisiatif kami untuk mewujudkan mimpi sebagai pemain infrastruktur pembayaran terkemuka di kawasan regional,” ujar Indra seperti dikutip dari Jakarta Globe.

[Baca juga: Grab dan Lippo Garap Pembayaran Mobile Non-Tunai]

Bagi Grab, kemitraan ini akan memberikan akses jaringan ke bank terbesar di Indonesia. Bank Mandiri memiliki jaringan ATM sebanyak 17 ribu dan kerja sama dengan lebih dari 25 ribu outlet Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi di seluruh Indonesia. Pengumudi Grab dapat mencairkan uangnya ke seluruh tempat tersebut.

Dari sisi pengguna kartu Mandiri E-Cash telah menembus angka sebesar 2 juta orang. Sepanjang tiga tahun terakhir, Mandiri E-Cash terus berekspansi menjalin kemitraan tidak hanya untuk pembayaran transportasi umum saja, tetapi sudah merambah minimarket, dan tol.

[Baca juga: Mandiri E-Cash Ditargetkan Miliki 100 Juta Pengguna di Tahun 2020]

Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, mengatakan inisiatif ini didukung karena teknologi yang kuat dan luasnya jaringan perbankan. “Kami percaya dengan Mandiri E-Cash akan menjadi langkah baru bagi Grab dalam memberikan pelayanan yang lebih aman, nyaman, bagi pengguna maupun mitra pengemudi,” ujar dia.

Langkah ini, sambungnya, merupakan jawaban Grab atas ketatnya persaingan bisnis transportasi online antara Uber dan Go-Jek. Pada April lalu, Go-Jek mengumumkan Go-Pay sebuah platform digital yang memungkinkan pelanggannya untuk menyimpan uangnya di dalam aplikasi Go-Jek sebagai alat pembayarannya.

Go-Pay disebut-sebut sebagai ide yang cerdas, mengingat jumlah pengguna kartu kredit di Tanah Air baru mencapai sekitar 4% dari total penduduk.

Sementara ini, Mandiri E-Cash baru bisa digunakan oleh pengguna Grab yang menggunakan smartphone berplatform Android. Kehadiran solusi ini di platform iOS masih dalam tahap pengembangan.

Application Information Will Show Up Here

Digital Wallet Belum Banyak Diminati Konsumen Indonesia

Salah satu wujud digitalisasi yang paling banyak dirasakan saat ini adalah hasil terbentuknya ekosistem pelaku jual-beli online. Layanan e-commerce dan online marketplace yang berkembang di berbagai lini bisnis kian memanjakan masyarakat untuk dapat bertransaksi secara maya. Uniknya tren tersebut tidak serta-merta membuat pembayaran menggunakan digital wallet (dompet digital) membudaya.

Survei dari Jakpat beberapa waktu lalu, yang melibatkan lebih dari 1.500 responden di umur konsumtif Indonesia dari Sabang sampai Merauke memberikan beberapa fakta bahwa digital wallet (seperti Paypal, T-Cash, e-money dan sebagainya) kurang populer di masyarakat. Secara umum minimnya penggunaan digital wallet dikarenakan proses penggunaannya yang belum bersahabat bagi masyarakat, kendati mereka sudah tergolong tech-savvy untuk adopsi penggunaan internet dan ponsel pintar.

Namun dari total responden dalam survei 44 persen di antaranya menyatakan telah memiliki layanan digital wallet. Umumnya responden laki-laki menggunakan Paypal (29%), T-Cash (20%), e-money (19%), rekening ponsel (17%) dan Go-Pay (15%). Sedangkan untuk pengguna perempuan BCA Flazz (22%). e-money (22%), T-Cash (20%), Go-Pay (19%) dan Paypal (17%). Menarik saat melihat layanan Go-Pay yang belum lama muncul sudah memiliki persentase di dalamnya.

Dari total persentase pengguna layanan digital wallet, 75% di antaranya mengaku minat menggunakan layanan tersebut lantaran mudah dan lebih praktis untuk membayar. Alasan lainnya lebih kepada tidak memiliki yang tunai, menghindari kembalian yang tidak dikembalikan dan keamanan. Namun mereka pun tergolong cukup jarang menggunakan, karena rata-rata per bulan paling banyak menggunakan layanan tersebut antara 1-3 kali. Sangat sedikit persentase yang menggunakan lebih dari itu.

Data responden survei dalam melakukan pengisian saldo layanan dompet digital / Jakpat
Data tempat responden survei dalam melakukan pengisian saldo layanan dompet digital / Jakpat

Kebanyakan juga menggunakan layanan digital wallet untuk melakukan pembayaran di minimarket, cafe dan penyedia layanan digital (online shop, Go-Jek dan sebagainya). Penggunaan digital wallet pun masih didominasi untuk pemenuhan kebutuhan cepat saji, tergambar dari persentase pengisian saldo yang didominasi antara Rp 50.000 – Rp 150.000 per bulannya.

Persentase penggunaan dompet digital dalam bertransaksi / Jakpat
Persentase penggunaan dompet digital dalam bertransaksi / Jakpat

Sedangkan bagi yang belum tertarik mencoba, selain tidak mengerti cara penggunaan, rata-rata pengguna masih ragu akan isu keamanan dan proses pengisian saldo yang tergolong rumit. Seperti diketahui penggunaan kartu kredit pun masih rendah, kebanyakan transaksi perbankan dilakukan melalui transfer (umumnya di ATM). Sehingga mereka merasa bahwa dengan membayar tunai lebih efisien.

Go-Pay Hadirkan Pilihan Pembayaran Tiket Bioskop CGV Blitz

Hari ini aplikasi Go-Jek melakukan pembaruan di fitur pembayaran Go-Pay dan pembelian tiket Go-Tix. Dalam deskripsi pembaruan yang saat ini sudah tersedia di platform Android dan iOS disebutkan untuk setiap pembelian tiket bioskop CGV Blitz melalui Go-Tix bisa melakukan pembayaran melalui Go-Pay.

Pembaruan terkini Go-Pay

Fitur Go-Pay sendiri sejak dilakukan pembaruan pada bulan April silam merupakan pembaruan dari Go-Jek kredit. Dengan melakukan proses top-up melalui tiga bank ternama di Indonesia yang sudah menjalin kemitraan dengan Go-Jek yaitu BRI, Bank Mandiri dan BCA, semua pengguna yang ingin menggunakan fitur Go-Ride, Go-Car, Go-Food, Go-Tix, Go-Mart, Go-Box, dan Go-Send bisa memotong pembayaran melalui Go-Pay.

Dengan bergabungnya CGV Blitz dalam sistem pembayaran Go-Pay tentunya menjadikan Go-Pay digital wallet paling mudah, cepat dan gampang di akses melalui smartphone. Kemudahan yang dihadirkan oleh Go-Pay juga membuat sistem pembayaran menjadi ringkas tanpa perlu menyiapkan uang tunai saat proses pembayaran.

Mengedepankan metode cashless

Penggunaan cashless sendiri sudah menjadi suatu hal yang biasa di Amerika Serikat yang telah terbiasa menggunakan kartu kredit untuk setiap transaksi pembayaran. Di Indonesia penggunaan kartu kredit terbilang rendah jumlahnya, dengan hadirnya fitur seperti Go-Pay tentunya bisa mengedukasi masyarakat Indonesia untuk mulai menerapkan pembayaran cashless.

Meskipun pada awalnya pembaruan Go-Pay dimaksudkan untuk memberikan pilihan dan mempermudah pembayaran saat memanfaatkan semua fitur yang ada di aplikasi Go-Jek, namun saat ini Go-Pay telah berhasil menarik lebih banyak pengguna loyal Go-Jek untuk melakukan pembayaran melalui Go-Pay.

Kemudahan saat melakukan top-up pun sudah terbukti, terutama bagi pengguna yang sudah terbiasa memanfaatkan Internet Banking. Hanya dalam satu genggaman proses top-up dari bank hingga pembayaran menggunakan Go-Pay bisa dilakukan dengan cepat dan aman.

Go-Pay tentunya memiliki potensi menjadi dompet digital favorit di aplikasi Go-Jek, setelah kemitraan yang telah dilakukan dengan CGV Blitz, kita tunggu saja kemitraan lainnya yang akan dilancarkan oleh Go-Jek.

Application Information Will Show Up Here

Grab: Kami Terus Berinovasi Mengembangkan Platform Yang Lebih Kokoh

GrabPay dan GrabWork adalah fitur baru yang diperkenalkan bersamaan ketika Grab melakukan rebranding perusahaannya beberapa hari yang lalu. Dua fitur andalan ini merupakan salah satu langkah bagi pihaknya untuk menjadi pilar yang akan menopang bisnis inti Grab di masa depan. VP of  Marketing Grab Cheryl Goh menyatakan bahwa pihaknya senantiasa melakukan inovasi untuk membawa layanannya sebagai platform yang terkemuka.

Kepada DailySocial, Grab memaparkan telah melakukan serangkaian percobaan fitur GrabPay yang pada awalnya dapat digunakan hanya untuk pembayaran GrabCar sejak bulan Desember tahun lalu. Namun seiring berjalannya waktu, fitur tersebut dapat digunakan untuk keseluruhan layanan Grab di sekitar bulan Februari ini. Opsi non-tunai memberikan kesempatan Grab untuk mengantisipasi gaya hidup digital masyarakat Indonesia meski penggunaan kartu kredit masih terbilang rendah.

“Kami bertujuan untuk membangun platform yang kokoh dan akan terus berupaya untuk mengembangkan dan melakukan inovasi platform kami. Uang tunai tentu masih akan menjadi primadona, namun kami tidak dapat menghiraukan permintaan atas metode pembayaran lain, dan seiring dengan semakin matangnya pasar, kami percaya bahwa akan semakin banyak orang yang akan memilih pembayaran non-tunai. Grab memberikan para penumpang kebebasan untuk memilih dengan metode pembayaran yang terbaik yang cocok dengan kebutuhan mereka. Penumpang dapat memilih untuk membayar secara tunai maupun non-tunai,” kata Cheryl.

Lebih lanjut, mengenai GrabPay, Grab terus menampung aspirasi sebagai dasar inovasi bisnisnya. Ketika ditanyai perihal metode pembayaran non-tunai selain kartu kredit, Grab juga membuka kesempatan jika pada akhirnya pengguna memiliki preferensi pembayaran dari payment gateway lainnya.

Perihal GrabWork yang merupakan fitur terbaru untuk menargetkan kalangan profesional, para pebisnis dan profesional yang menggunakan Grab untuk rapat dapat menandai perjalanan bisnis mereka dengan mudah sehingga membantu proses klaim pengeluaran bisnis.

Saat ini, seluruh pengguna Grab dapat menandai perjalanan bisnis mereka menggunakan kode/deskripsi. Para pengguna Grab dapat mengunduh struk perjalanan mereka yang telah terkonsolidasi untuk klaim pengeluaran mereka. Para pengguna dapat membayar tarif normal GrabTaxi/Car/Express/Bike dan tidak akan dikenakan biaya administrasi.

“Struk tersebut pada dasarnya sama dengan yang reguler, namun para karyawan memiliki pilihan untuk mengisi kode dan deskripsi perjalanan mereka sebagai perjalanan bisnis,” paparnya.

Perusahaan yang ingin mendaftarkan kemitraannya bisa melalui Grab Passenger Hub. Proses validasinya akan mulai diterapkan setelah fitur-fitur lain diluncurkan nanti yang akan dibantu prosesnya oleh pihak Grab.

“Kami gembira mengetahui bahwa respon pengguna Grab di Indonesia terhadap fitur GrabPay dan GrabWork sangat positif. Kami akan terus mendengarkan masukan dari para pengguna sehingga kami dapat melayani dengan lebih baik,” tutup Cheryl.