Tag Archives: CE Innovation Capital

(Ki-Ka) Alex Jatra (CFO), Chiragh Kirpalani (Co-Founder dan COO), Ilham Akbar Habibie (Komisioner), Jakob Rost (Founder dan CEO), Adi Vora (Co-Founder dan CPTO) / Ayoconnect

Ayoconnect Umumkan Pendanaan Seri B+ 199 Miliar Rupiah Dipimpin SIG Venture Capital

Startup open finance Ayoconnect kembali umumkan pendanaan lanjutan senilai $13 juta atau lebih dari 460 miliar Rupiah dalam putaran seri B+. Investasi ini dipimpin oleh SIG Venture Capital, diikuti oleh Innovation Capital serta beberapa investor sebelumnya, termasuk PayU dan Prosus.

Dengan tambahan pendanaan ini, Ayoconnect telah berhasil mengumpulkan total $28 juta atau setara dengan 420 miliar Rupiah untuk pendanaan ekuitas. Sebelumnya perusahaan telah mengumumkan penutupan putaran seri B di awal tahun 2022 dipimpin oleh Tiger Global.

Dana segar ini akan difokuskan pada pengembangan produk dan teknologi, serta investasi untuk peningkatan kualitas kepemimpinan dan pemberdayaan tim. Dalam hal ini, termasuk solusi baru untuk pembayaran, data dan perbankan serta API baru untuk pembukaan rekening dan penerbitan kartu.

Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost mengungkapkan bahwa kepercayaan investor merupakan hasil dari daya tarik terhadap pesatnya perkembangan solusi yang ditawarkan Ayoconnect di pasar Indonesia. Perusahaan berhasil menjalin kemitraan yang sinergis, meluncurkan berbagai produk yang berdampak besar, serta meningkatkan jangkauan nasabah dari bank yang menggunakan layanannya.

“Pendanaan ini akan mempercepat pencapaian visi kami untuk menghadirkan solusi berbasis API baru kepada klien perbankan dan mitra bisnis kami. Dalam 12 bulan ke depan akan menjadi waktu yang penting bagi kami untuk mengeksekusi inovasi dan meluncurkan solusi baru lebih cepat, serta melakukan investasi dengan cermat,” tambahnya.

Akshay Bajaj dari SIG Venture Capital menyebut Ayoconnect telah menjalankan API volume tinggi selama bertahun-tahun dan berada di posisi yang sangat baik untuk membantu pelanggan meluncurkan kasus penggunaan yang menarik dan menguntungkan dengan cepat dan aman.

Inovasi Ayoconnect

Didirikan pada tahun 2016, Ayoconnect merupakan rebranding dari startup fintech payment agregator Ayopop. Di pertengahan Agustus 2020, perusahaan mengubah fokus bisnis menjadi penyedia jaringan tagihan (open bill network) dengan solusi One API yang memungkinkan perusahaan penyedia tagihan untuk memperluas titik pembayaran mereka.

Ayoconnect meluncurkan Open Finance API pertama yang memungkinkan lembaga keuangan non-perbankan untuk memulai pembayaran direct debit berulang dari rekening tabungan pelanggan. Perusahaan bekerja sama dengan perbankan untuk menyediakan direct debit yang dapat diakses melalui satu API. Di antaranya BRI, Bank Mandiri, CIMB Niaga, BNI, Danamon, Bank Syariah Indonesia, dan Bank Neo Commerce.

Berfokus di Asia Tenggara, API Ayoconnect mempermudah bisnis untuk mengembangkan ragam layanan finansial alih-alih membangun infrastruktur sendiri. Perusahaan sudah bekerja sama dengan regulator dan bank incumbent, dan baru-baru ini dianugerahi lisensi Penyedia Layanan Pembayaran Kategori 1 oleh Bank Indonesia (BI). Selain Ayoconnect, pemain lain yang juga menawarkan solusi serupa termasuk Brick, Brankas dan Finantier.

Belum lama ini, Ayoconnect mengumumkan kemitraan strategis dengan perusahaan konsultan teknologi yang berfokus pada solusi cloud, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan analitik data, Searce. Kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat akselerasi digitalisasi perbankan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi Application Programming Interface (API).

Penggabungan kedua pengalaman dan keahlian, Searce dan Ayoconnect disebut akan membantu lembaga keuangan, perusahaan rintisan dan bisnis meluncurkan produk layanan digital baru dengan cepat serta membuka lebar akses keuangan untuk pencapaian target 90% inklusi keuangan pada tahun 2024 di Indonesia.

Layanan keuangan lain yang telah diluncurkan oleh klien Ayoconnect termasuk embedded payment bermitra dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI), untuk meluncurkan fitur tiket dan produktivitas baru di KAI Access mobile app, yang memungkinkan pengguna untuk membeli pulsa, berlangganan data internet dan token listrik).

Perusahaan juga bermitra dengan Bank Syariah, bank syariah terbesar di Indonesia, untuk menambah kemampuan digital dan seluler baru dengan tujuan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di antara para nasabahnya.

Hingga saat ini, Ayoconnect telah melayani 200 pelanggan, termasuk bank-bank besar, lembaga keuangan, startup unicorn, dan fintech melalui lebih dari 4.000 produk keuangan tertanam. API-nya mencakup dua kategori: API open banking dan API layanan pembayaran, dengan tujuan membangun ekosistem open finance terlengkap di Asia Tenggara.

Startup insurtech Fuse umumkan tambahan pendanaan Seri B (extended Series B) dari eWTP Technology and Investment Fund, CE Innovation Capital (CEIC), dan Saratoga Investama Sedaya

Startup Insurtech Fuse Terima Tambahan Pendanaan Seri B

Startup insurtech Fuse mengumumkan perolehan tambahan pendanaan seri B (extended series B) dari eWTP Technology and Investment Fund, CE Innovation Capital (CEIC), dan Saratoga Investama Sedaya. Tidak disebutkan nominal dana yang didapat.

Pengumuman ini disampaikan selang satu bulan setelah Fuse mengumumkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh GGV Capital dengan keterlibatan investor sebelumnya. Di antaranya adalah East Ventures Growth, SMDV, Golden Gate Ventures, Heyokha Brothers, dan lainnya.

eWTP merupakan salah satu investment arm yang di-backup oleh Alibaba dengan dana kelolaan sebesar $600 juta. Fund tersebut menargetkan investasi startup di negara-negara berkembang, seperti India, Vietnam, dan Thailand. Fuse adalah portofolio pertama eWTP di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Partner & CFO eWTP Jiang Dawei mengatakan, Fuse memiliki proposisi nilai unik yang dapat memberdayakan kanal penjualan tradisional dengan menghubungkan berbagai perusahaan asuransi. Selama ini perusahaan asuransi tersebut tersebar dengan jaringan agennya dan menyediakan produk asuransi yang komprehensif bagi agen/broker.

“Fuse juga telah mendemonstrasikan kemampuan untuk memanfaatkan produk asuransi inovatif dan mutakhir dari negara lain untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang istimewa. Oleh karena itu, kami melihat Fuse sebagai pemain regional yang kuat di Asia Tenggara dalam waktu dekat,” kata Dawei, Kamis (16/9).

Partner CEIC Xiaolin Zheng menambahkan, Fuse memiliki keunggulan kompetitif di distribusi omnichannel dan inovasi teknologi. Mereka memosisikan diri dengan model “To Agent” yang telah meningkatkan efisiensi rantai pasok asuransi dalam bentuk digital.

“Kami percaya hal tersebut membuat Fuse berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan skala bisnis di jangka panjang. Rendahnya penetrasi produk asuransi di Indonesia mengakibatkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan dan peningkatan kebutuhan dari konsumen selama masa pandemi,” tutur dia.

CEO Fuse Andy Yeung mengatakan, pihaknya menyambut eWTP, CEIC, dan Saratoga sebagai investor karena mereka adalah pemimpin di sektor masing-masing. “Kami menantikan pengalaman-pengalaman berharga yang akan diperoleh dari mereka.”

Yeung mendirikan Fuse bersama Ivan Sunandar pada 2017, keduanya adalah veteran di industri asuransi. Diklaim, Fuse telah memiliki lebih dari 60 ribu mitra agen/broker dan bekerja sama dengan lebih dari 30 perusahaan asuransi memasarkan lebih dari 300 produk asuransi di dalam platform.

Total Pendapatan Premi Bruto (Gross Written Premium/GWP) yang telah diproses Fuse mencapai lebih dari $50 juta (Rp720 miliar) pada tahun lalu. Angka tersebut diklaim membuat Fuse menjadi perusahaan insurtech terbesar di Indonesia. Akan tetapi, potensi tersebut dapat tergali lebih dalam karena Fuse ingin menyelesaikan permasalahan kepercayaan di antara 97% orang Indonesia yang belum memiliki asuransi.

Fuse meluncurkan aplikasi Fuse Pro yang memungkinkan mitra agen/broker menutup polis secara instan dan mudah bagi konsumen.

Operasional Fuse tak hanya di Indonesia saja, tapi juga sudah melebar ke Vietnam dan Tiongkok dengan total 28 kantor cabang dan memiliki lebih dari 460 pegawai.

Kompetisi pasar

Startup insurtech memang sedang mendapat traksi yang tinggi selama pandemi. Pencapaian startup dari Indonesia kemudian direplikasi saat masuk ke pasar regional. Langkah tersebut juga dilakukan oleh pesaing Fuse, seperti PasarPolis dan Qoala.

PasarPolis yang juga sudah melebarkan sayapnya ke Thailand dan Vietnam. Startup ini mengklaim telah memroses lebih dari 300 juta polis pada akhir Agustus 2021. PasarPolis juga telah mengantongi pendanaan tambahan seri B pada awal tahun ini sebesar Rp70 miliar dari IFC.

Selain kedua pemain tersebut, ada Qoala yang juga telah mengantongi pendanaan seri A senilai Rp209 miliar yang dipimpin MDI Ventures melalui Centauri Fund. Startup ini juga sudah masuk ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Pada Maret 2020, Qoala mengklaim telah memroses lebih dari 2 juta polis per bulan, naik dari bulan yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 7 ribu polis.

Menurut data yang diolah DSInnovate dalam “Insurtech Report 2021“, GWP yang telah dibukukan industri perasuransian di Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020. Asuransi jiwa mendominasi angka dengan persentase 73,8%.

Kendati sempat terdampak pandemi di awal kemunculannya di Indonesia, namun sektor ini relatif bisa cepat pulih jika dilihat dari Gross Premium Income yang didapat. Dalam laporan di atas, ada beberapa faktor penting yang dapat mendorong adopsi asuransi.

Pertama, isi proses klaim yang harus memudahkan (48% responden). Kemudian yang kedua terkait brand penyedia layanan yang harus meyakinkan (39%). Lalu dilanjutkan biaya (37%) dan manfaat yang diberikan (11%).

Application Information Will Show Up Here