Tag Archives: CharityLights

Tahun Depan WeCare Ingin Bisa Bantu Mendanai Hingga 500 Pasien

Sebulan yang lalu kami sempat membahas sebuah layanan yang memfasilitasi  penyaluran bantuan kesehatan melalui kampanye crowdfunding bernama WeCare. Meski usianya masih muda, WeCare punya target untuk dapat mendanai tak kurang sampai 500 pasien di tahun depan. Saat ini layanan WeCare sendiri terdaftar sebagai lembaga nirlaba di bawah Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi yang juga dikenal dengan nama CharityLights.

Adalah mimpi besar Indonesia untuk menciptakan kesehataan yang merata bagi penduduknya dan WeCare bisa dikatakan sebagai layanan yang hadir untuk bantu mewujudkan utopia itu. Melalui kampanye crowdfunding, WeCare coba menjangkau pasien-pasien di daerah terpencil agar bisa mendapatkan akses kesehatan yang layak. Pun demikian, usia layanan ini masih sangat muda. Tak lebih dari tiga bulan.

Sebenarnya upaya crowdfunding untuk menggalang dana dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai bukanlah barang baru di Indonesia. Di ranah global, ada layanan kickstarter yang sudah banyak dimanfaatkan oleh pengembang lokal menggalang dana untuk memulai proyeknya. Sedangkan di ranah lokal, ada KitaBisa dan Wujudkan dengan fokus yang lebih luas di bidang sosial.

Cerita di balik lahirnya WeCare

WeCare / Shutterstock

WeCare merupakan sebuah layanan yang diinisiasi dan dijalankan oleh Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi yang juga dikenal dengan nama CharityLights. WeCare sendiri telah dapat diakses oleh publik sejak 15 Oktober 2015 lalu.

Pada dasarnya WeCare lahir atas inisiasi dari para pendiri CharityLights yang terdiri dari Gigih Septianto (Operations), Alfian Ramadhan (Engineering) dan Samuel Cahyawijaya (Engineering), dibantu oleh anggota tim lainnya dan Mesty Ariotedjo (Medical Operations) yang juga dikenal sebagai seorang musisi dan public figure.

Gigih menjelaskan, “Pengembangan WeCare secara serius dimulai sejak kami bertemu dengan Mesty, seorang dokter dan musisi yang pada tahun 2012 bekerja sebagai dokter di daerah terpencil di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Ide ini telah ia pikirkan sejak bekerja di RSUD Ruteng, satu-satunya rumah sakit daerah yang berada di tiga kabupaten yang meliputi 800.000 penduduk.”

Gigih juga menggarisbawahi beberapa kendala yang penanganan kesehatan menjadi tidak optimal saat itu. Mulai dari minimnya fasilitas kesehatan yang tersedia hingga biaya akomodasi dan transportasi untuk mengakses fasilitas kesehatan yang tidak bisa ditanggung oleh jaminan kesehatan nasional.  Padahal saat itu hampir seluruh penduduk telah memiliki jaminan kesehatan nasional.

“[Melalui WeCAre] Kami berharap dapat membantu memperkuat akses layanan kesehatan yang adil dan merata untuk masyarakat Indonesia terutama di daerah perifer.  Kami juga bercita-cita dapat membangun inovasi layanan kesehatan yang transformatif dan menyeluruh melalui tiga pilar utama kami, [yaitu] Engineering, Business dan Impact,” ujarnya.

Sebelum WeCare berdiri, CharityLights juga telah memiliki sebuh platform sosial bernama PhiRUNthropy . Dengan memanfaatkan aplikasi mobile untuk Windows Phone dan Android, PhiRUNthropy memungkinkan pengguna untuk mengkonversikan jarak mereka ketika berjalan, berlari, atau bersepeda dalam bentuk uang atau donasi.

Cara kerja WeCare dan rencana ke depannya

WeCare / Shutterstock

Pada dasarnya, WeCare bekerja dengan menggalang dana melalui kampanye crowdfunding. Setelah dana yang terkumpul mencapai target untuk pasien tertentu, maka dana tersebut akan segera disalurkan. Menariknya, WeCare berjanji untuk melaporkan segala proses donasi dan distribusi dana yang bersangkutan secara transparan di platform mereka.

Diungkapkan Gigih, “Saat ini WeCare masih bereksperimen dengan beberapa model monetisasi. Salah satunya yang sedang dicoba adalah menerapkan transaction fee sebesar 5% untuk setiap pasien yang terdanai secara penuh lewat WeCare. Kami tidak memotong dari dana yang sudah terkumpul seperti situs-situs crowdfunding pada umumnya namun kami mengalokasikan 5% tersebut ditambahkan pada total jumlah dana yang di-crowdfunding-kan untuk biaya operasional kami.”

Bila ingin berpartisipasi, setidaknya ada tiga cara yang disediakan oleh WeCare, yakni menjadi Donor, Medikator, atau seorang Katalis. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam pelayanan kesehatan.

Donor dapat memilih pasien yang ingin dibantu dengan menyumbang sejumlah dana, mulai dari 25.000 Rupiah. Medikator adalah dokter atau petugas kesehatan di daerah terpencil dengan tugas untuk menemukan pasien yang butuh pelayanan kesehatan, rujukan, atau dibantu kepenguurusan BPJS/JKN. Sedangkan Katalis adalah masyarakat awam yang melakukan pencarian atau menemukan pasien yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan atau belum memiliki BPJS/JKN.

Mengenai rencana ke depan WeCare, Gigih mengatakan, “Kami baru launch selama 1 bulan untuk menguji minimum viable product [MVP] kami. Target terdekat tentu saja melakukan iterasi untuk memperbaiki sistem yang sudah berjalan saat ini baik di sisi website maupun sistem-sistem lain di luar pengembangan website seperti proses pencarian pasien dan distribusi dana. Target tahun 2016 mendatang kami harap kami sudah dapat mendanai tidak kurang dari 500 pasien.”

WeCare Bantu Galang Dana Kesehatan Melalui Kampanye Crowdfunding

Adalah mimpi besar Indonesia untuk menciptakan kesehatan yang merata bagi penduduknya. Tapi, masih belum banyak yang bergerak untuk mewujudkan utopia tersebut. Pun demikian, ada satu layanan yang hadir sebagai jembatan bagi mereka yang berjiwa sosial tinggi untuk menyalurkan bantuan kesehatan bernama WeCare. Melalui kampanye crowdfunding, dana yang terkumpul akan disalurkan oleh WeCare kepada mereka yang membutuhkan.

Mengutip pada halaman FAQ , WeCare mendefinisikan dirinya sebagai wadah (situs) penggalangan dana dengan sistem crowdfunding yang difokuskan pada warga Indonesia yang kurang mampu dan dalam keadaan sakit. Tujuannya, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga warga yang sakit tersebut dapat menjadi individu yang sehat dan produktif seutuhnya. WeCare sendiri percaya bahwa semua orang berhak atas layanan kesehatan.

Melalui kerja sama dengan dokter-dokter di wilayah perifer [terpencil –red], WeCare juga berharap layanan mereka dapat menjangkau masayarakat lebih luas lagi, khususnya yang berada di daerah terpencil. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tak semua penduduk Indonesia punya akses terhadap pelayanan kesehatan yang baik karena berbagai hal. Contohnya, wilayah yang luas sehingga masih banyak wilayah yang sulit dijangkau, finansial yang terbatas, hingga tidak dimilikinya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Layanan WeCare sendiri saat ini masih berstatus beta, tetapi sudah bisa digunakan oleh orang-orang yang ingin menjadi donatur. Para calon donatur dapat melihat daftar dan informasi pasien di WeCare dan memilih mana yang ingin dibantu dengan menyumbang mulai dari Rp 10.000. WeCare berjanji seluruh transaksi yang dilakuakn akan transparan dan ditampilkan melalaui website mereka.

Ada sepuluh anak muda yang berada di balik WeCare bila Anda melihat halaman Tentang Kami. Mereka menangani tugas yang berbeda, mulai dari Operations, Product Development, Engineering, Design, Finance, hingga Medical Operations. Menariknya, ada nama Mesty Ariotedjo yang terlibat dalam proyek WeCare ini sebagai Medical Operations.

Sebagai informasi tambahan, WeCare merupakan satu dari dua prakarsa baru yang diperkenalkan oleh Charitylights. Selain WeCare, Charitylights yang fokus pada kegiatan sosial juga perkenalkan prakasa Bebas Sampah ID.

Charitylight sendiri sebelumnya telah dikenal dengan kegiatan sosialnya yang unik seperti PhiRUNthropy yang memanfaatkan aplikasi mobile untuk Windows Phone dan Android.

Beramal Sambil Berolah Raga Bersama PhiRUNthrophy

Menanggapi permasalahan sosial yang kian hari semakin meningkat, masyarakat tidak lagi bisa mengandalkan pemerintah saja untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. CharityLights hadir di tengah masyarakat menginisiasi gerakan untuk melakukan amal dengan cara yang unik. Memanfaatkan teknologi, CharityLights memiliki sebuah aplikasi bernama PhiRUNthropy yang membantu para penggunanya beramal seraya melakukan kegiatan olahraga.

Continue reading Beramal Sambil Berolah Raga Bersama PhiRUNthrophy

CharityLights Ajak Masyarakat Peduli Berbagi Melalui Kegiatan Unik

Rendahnya tingkat pemerataan pembangunan (dan pendapatan) di Indonesia diiringi dengan sejumlah masalah sosial yang juga turut meningkat, seperti kelaparan, pendidikan yang kurang merata, dan pengangguran. Tantangan untuk melakukan perubahan justru melawan sikap apatis yang kerap muncul di tengah masyarakat. CharityLights hadir sebagai platform yang menjembatani tiga elemen penting dalam aksi penggalangan dana dengan cara yang inovatif.

CharityLights menganggap pemerintah memiliki peran penting untuk membantu memecahkan masalah ini, namun sayangnya transparansi dan citra yang kurang dipercaya oleh masyarakat menjadikan ruang gerak mereka menjadi terbatas. Di satu sisi, pihak swasta menjanjikan pendanaan yang juga tak kalah meyakinkan, hanya saja kepentingan bisnis mereka terkadang dianggap membahayakan lingkungan dan keadilan masyarakat. Sementara itu masyarakat sipil memiliki kekuatan rakyat yang sangat besar dan sanggup menyalurkan bantuan pada mereka yang sangat membutuhkan. Sayangnya selain tidak memiliki materi yang berkecukupan, organisasi masyarakat acap kali terbentur sikap apatis dari sesamanya.

Lantas bagaimana CharityLights mewadahi tiga elemen tersebut? Menurut CharityLights, sikap apatis merupakan ancaman terbesar bagi orang-orang yang berada di kelas ekonomi menengah. Untuk meningkatkan rasa kepedulian antar sesama, CharityLights mempermudah kegiatan amal dengan memanfaatkan teknologi yang mampu menyediakan mesin pemroses bantuan donasi dari para donatur yang ingin berkolaborasi. Nantinya bantuan tersebut disalurkan bagi mereka yang paling membutuhkan. Dalam prosesnya CharityLights memiliki relawan pengembang aplikasi yang bekerja di belakang layar untuk memastikan segalanya berjalan secara terstruktur dan rapi.

Aplikasi-aplikasi tersebut terintegrasi dengan API buatan CharityLights dan penggunanya dapat memilih sendiri lembaga amal yang mereka prioritaskan atau mereka dapat memberikan bantuan uang tunai untuk mendukung aktivitas lembaga-lembaga tersebut.

Salah satu implementasi aplikasinya adalah PhiRUNthropy. Menggunakan aplikasi ini, pengguna dapat mencatat kegiatan olahraga harian mereka seperti bersepeda, berlari, atau bahkan berjalan kaki. Berikutnya mereka dipersilakan menentukan cause yang dikehendaki untuk dibantu, contohnya Stand Up For Cancer.

Masyarakat yang ingin berpartisipasi membantu memecahkan masalah sosial cukup unduh aplikasi PhiRUNthrophy, kemudian melakukan aktivitas olahraga sambil beramal. Setiap jarak yang ditempuh oleh pengguna dengan berjalan, berlari, atau bersepeda akan dihitung sebagai amal yang nantinya ditujukan sesuai dengan cause pengguna. Dengan berbagi poin hasil latihan pengguna, CharityLights mengharapkan adanya sisi kompetitif dari para pengguna sehingga aksi amal akan menjadi semakin menyenangkan.

Implementasi semacam ini sudah umum di beberapa negara maju. Mengingat cukup besarnya antusiasme masyarakat berolah raga, akan sangat baik jika cause melalui kegiatan olahraga ini, yang dibantu melalui aplikasi buatan CharityLights, semakin didorong pemanfaatannya di masyarakat.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.

CharityLights Ajak Masyarakat Peduli Berbagi Melalui Kegiatan Unik

Rendahnya tingkat pemerataan pembangunan (dan pendapatan) di Indonesia diiringi dengan sejumlah masalah sosial yang juga turut meningkat, seperti kelaparan, pendidikan yang kurang merata, dan pengangguran. Tantangan untuk melakukan perubahan justru melawan sikap apatis yang kerap muncul di tengah masyarakat. CharityLights hadir sebagai platform yang menjembatani tiga elemen penting dalam aksi penggalangan dana dengan cara yang inovatif.

Continue reading CharityLights Ajak Masyarakat Peduli Berbagi Melalui Kegiatan Unik