Tag Archives: chrisna aditya

Bisnis eFishery 2023

10 Tahun eFishery, Masuk ke Bisnis D2C dan Perbesar Porsi Ekspor

Startup aquatech eFishery membeberkan sejumlah rencana besar pada 10 tahun mendatang, bertepatan pada hari jadinya yang ke-10 pada hari ini (11/10). Hilirisasi, ekspansi negara, dan ekspor panen adalah beberapa rencana besarnya.

“10 tahun kemarin kita sudah dibantu banyak pihak, 10 tahun ke depan butuh lebih banyak bantuan. Kita akan masuk ke bisnis consumer (D2C) jadi akan banyak berinteraksi [dengan konsumen akhir], selama ini kita sudah masuk di hulu,” ucap Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Terkait hilirisasi, perusahaan akan masuk ke lebih banyak gerai modern dan tradisional untuk mendistribusikan langsung produk hasil panen udang dan ikan dari para pembudidaya ke konsumen akhir, di bawah brand baru milik eFishery. Pengurusan nama merek sedang diurus perizinannya. Nantinya merek tersebut akan digunakan untuk menjual di pasar domestik maupun global.

Baru-baru ini perusahaan bekerja sama dengan AEON Store untuk menyuplai produk udang beku berkualitas premium ke gerai supermarket mereka di Alam Sutera. Udang beku eFishery sudah dikupas dan dibersihkan sehingga dapat langsung diolah. Kesegarannya juga terjamin karena diproses secara bertanggung jawab dan dibekukan langsung sesaat setelah dipanen dari tambah bersertifikat, tanpa bahan pengawet, dan pewarna tambahan.

Sebelum masuk ke konsumen akhir, perusahaan sebenarnya sudah bekerja sama dengan bisnis horeca dan menjadi supplier untuk menu-menu seafood yang mereka jual melalui solusi eFresh. Platform tersebut menghubungkan langsung calon pembeli dengan pembudidaya terdekat dari lokasi mereka. Informasi stok dijamin akurat dan selalu diperbarui.

“Udang yang ada di Indonesia itu kualitasnya enggak baik karena sisaan, yang bagus-bagus sudah buat ekspor. Strategi kami lebih B2B dengan model horeca karena kita sudah kuasai supply, tapi butuh penyerapan dalam volume yang cukup besar juga,” tambah Co-founder dan CPO eFishery Chrisna Aditya.

Untuk membesarkan bisnis ekspor, perusahaan akan membidik pasar Tiongkok dengan menjual hasil panen udang, setelah sukses ekspor di Amerika Serikat. Kemudian, berencana menambah ekspor ikan nila ke kedua negara tersebut, bersamaan juga menambah incaran negara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, kawasan Eropa dan Timur Tengah.

“Alasannya jelas karena [konsumsi ikan] domestic market di Indonesia itu low value added, jadi harus ke luar [negeri] karena kesempatannya lebih besar. Kita ingin ikan nila dan ikan lele seperti salmon yang bisa meng-global dan bersaing di pasar global.”

Masuk ke India

Co-founder dan CPO eFishery Chrisna Aditya dan Co-founder dan CEO eFishery Gibran Hufaizah / DailySocial

Gibran melanjutkan, terkait perkembangan rencana ke India akan segera diresmikan pada awal tahun depan. Perusahaan tersebut akan menjadi anak perusahaan dari eFishery yang dijalankan oleh tim lokal dan didukung orang Indonesia yang ditugaskan untuk bekerja di sana.

“Sudah komersial pilot selama 12 bulan dari September 2021. Kuartal I akan diresmikan.”

Setelah India, perusahaan akan mencari kandidat berikutnya. Namun pihaknya tidak ingin terburu-buru saat ekspansi. “Konsepnya one country at the time biar fokus, mau lihat impact-nya bagaimana, karena kita pengennya sustainable. Enggak banyak negara sekaligus, lalu tutup ketika gagal.”

Alasan pihaknya memilih India karena industri akuakultur di sana punya banyak kesamaan dengan Indonesia. Di antaranya, petani ikannya sama-sama dimulai dari skala kecil dan pangsa pasarnya juga mirip sekitar $9 miliar-$10 miliar per tahunnya. Di sisi lain, lokasi petani di sana terpusat di satu lokasi yang luasnya mirip dengan Pulau Jawa. Sekitar 85% produksi nasional berasal dari lokasi tersebut.

Juga, produktivitas pembudidaya India baru setara 1/5 dari Indonesia. Artinya, pembudidaya Indonesia lebih piawai menggunakan teknologi baru. “Jika kita bawa teknologi [eFishery] untuk menaikkan produktivitasnya, dampak yang diberikan akan lebih besar. Belum lagi dampak ke sektor lainnya, seperti konsumsi ritel.”

Kondisi di atas berbanding jauh dengan negara tetangga Indonesia, seperti Thailand dan Vietnam. Di kedua negara tersebut, industri akuakulturnya didominasi oleh pemain besar yang pada akhirnya membuat para pembudidayanya untuk menempel ke magnet tersebut.

Koperasi bertenaga blockchain

Di saat yang bersamaan, perusahaan memperkenalkan resmi beroperasinya Koperasi Multi Pihak Tumbuh Bersama Pembudidaya, yang menggandeng Kementerian Koperasi dan UKM. Disebutkan ini adalah koperasi digital pertama di Indonesia yang memberikan kemudahan dan manfaat yang lebih besar bagi para pembudidaya ikan dan petambak udang dari hulu hingga hilir.

Turut hadir pula, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Dia mengapresiasi terkait pendirian koperasi ini. Menurutnya, dari suatu kegiatan ekonomi produksi yang melibatkan banyak pihak itu memang paling cocok dengan koperasi multipihak.

“Artinya sirkular ekonominya jadi lebih optimum dimanfaatkan untuk memperbesar seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Jadi ini sangat bagus dan saya kira akan lebih memperkuat ekosistem bisnis di Fishery dan oleh karena itu kami juga mendorong dan men-support ekosistem ini karena ini melibatkan para peternak peternak kecil dan ini menyebar di berbagai digital,” ujar Teten.

Koperasi ini ditenagai dengan teknologi blockchain yang mengintegrasikan ekosistem eFishery untuk permudah proses hilirisasi pembudidaya yang telah tergabung sebagai anggota koperasi. Pada praktiknya nanti, berbagai aktivitas koperasi dapat diakses langsung oleh para anggota melalui smartphone.

Chrisna menjelaskan, secara semangat dan desain eFishery itu sama seperti koperasi, yang ingin tumbuh bersama dengan para anggotanya. Makanya, sedari awal perusahaan tidak menyebut para pembudidaya ini sebagai pengguna eFishery melainkan anggota. Dengan ekosistem close-loop yang sudah dibangun, diharapkan dampak yang dihasilkan dari koperasi ini jauh lebih besar ketimbang koperasi pada umumnya yang skalanya masih mini-mini.

Gibran menambahkan, blockchain dan koperasi itu ibarat seperti Web0 dan Web3 karena keduanya sama-sama menganut konsep desentralisasi (close loop). “Tapi Koperasi ini di-leverage dengan blockchain agar para anggotanya bisa naik kelas, saling bertransaksi di dalamnya, bangun data untuk market global karena kan ada traceability yang bisa terlihat dan tidak bisa terganti.”

Selain meresmikan koperasi, perusahaan juga meluncurkan yayasan bernama eFishery Foundation. Perusahaan menegaskan komitmennya untuk memberikan kontribusi dan dampak positif yang lebih besar serta berkelanjutan terhadap aspek sosial, edukasi, budaya, dan lingkungan, khususnya pada industri akuakultur.

Perusahaan juga akan terus memanfaatkan teknologi untuk terus mengoptimalkan kolaborasi multi-pihak, sehingga dapat mempermudah pembudidaya untuk memperkuat ketahanan pangan melalui produk akuakultur, serta mengurangi emisi karbon.

Kinerja perusahaan

Sejak 2013, perusahaan telah menjaring lebih dari 200 ribu pembudidaya ikan dan petambak udang dengan 1,1 juta kolam aktif yang tersebar di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Disebutkan, valuasi perusahaan mencapai $1,3 miliar menjadikannya sebagai startup aquatech dengan valuasi terbesar sedunia.

Hingga 2022, perusahaan telah memfasilitasi 1,1 triliun transaksi penjualan ikan air tawar dan 1,12 triliun transaksi penjualan udang. Bila dinominalkan, setara dengan Rp8 triliun total transaksi penjualan ikan dan udang, serta Rp4 triliun total transaksi penjualan pakan ikan dan udang. Kontribusi terbesar disumbangkan dari Jawa Barat dengan persentase hampir 40%.

Sementara untuk ekspor, disebutkan angkanya mencapai 20 juta kilo per bulannya untuk 10 komoditas di eFishery ke Amerika Serikat dan Tiongkok.

Solusi finansialnya, Kabayan, telah didukung oleh belasan perusahaan finansial, seperti Bank OCBC NISP, Amartha, Investree, dan Kredivo. Total dana yang disalurkan mencapai Rp1,07 triliun untuk 24 ribu pembudidaya ikan dan petambak udang.

Produk pertamanya, eFeeder, alat pemberi pakan ikan otomatis, mampu mempercepat siklus panen hingga 74 hari dan meningkatkan efisiensi pakan hingga 30%. Di sisi lain, realisasi program Kabayan meningkat 2,5 kali tiap tahunnya, yang memungkinkan pembudidaya bisa mendapat akses ke dukungan finansial sampai dengan Rp45 juta per orang.

Hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada tahun 2022 juga menemukan bahwa ekosistem eFishery berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun atau setara 1,55% terhadap PDB sektor akuakultur Indonesia.

Perusahaan berencana untuk mengembangkan berbagai inisiatif baru ke depannya, yakni Digital Ancho, Vibrio Counter, dan ShrimptGPT. Sedangkan untuk solusi finansial, bakal ada Kabayan Aset, Simpanen (Simpanan Hasil Panen), dan Asuransi.

Application Information Will Show Up Here
Co-Founder dan Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya / eFishery

Dukung Ruang Bertumbuh, Kiat eFishery Jaga 800 Karyawan Terbaiknya

Sedari awal, eFishery berambisi ingin membangun ekosistem akuakultur di Indonesia yang tidak hanya menguntungkan seluruh pemangku kepentingan, tetapi juga berkelanjutan bagi pembudidaya ikan dan udang. Misi ini begitu kental dengan unsur sosial karena selama ini sektor tersebut termarginalkan.

Untuk menciptakan dampak tersebut, internal perusahaan perlu membangun mindset yang sama, dalam bentuk struktur organisasi, kultur, dan value perusahaan, agar setiap aksi yang dilakukan berada dalam satu napas. Tugas inilah yang diemban Chrisna Aditya selaku Co-Founder dan Chief of Staff di eFishery — terlebih dengan kondisi jumlah pegawai yang saat ini telah menembus angka 800 orang.

Keseluruhan talenta ini terbagi menjadi 11 divisi dan tiga unit bisnis: eFishery Farm yang berkaitan dengan proses budidaya, eFishery Mall untuk membeli pakan benih dan mendapat pembiayaan buat petani, dan eFisheryFresh sebagai platform marketplace dari produk petani ke end user.

Tim terbesar perusahaan dipegang oleh sales and expansion, karena eFishery berfokus pada petani. Dibutuhkan tim lapangan untuk membantu proses on boarding teknologi. Berikutnya, adalah tim product dan engineering, bisnis dan operasional, finance, dan marketing.

Semakin bertumbuhnya bisnis, dibutuhkan pula standarisasi sistem agar proses kerja karyawan tetap nyaman dan mampu mendorong mereka untuk bertumbuh. Berkaitan dengan hal itu, Chrisna berbagi pengalamannya dalam wawancara singkat bersama DailySocial.

Menjaga kultur perusahaan

Chrisna bercerita, eFishery dimulai dari empat orang. Meski demikian, dengan 800 orang anggota tim, nilai-nilai perusahaan yang dijunjung tidak berubah. Ia dan tim menyadari bahwa saat perusahaan ekspansi, penguatan sistem, value perusahaan, hingga employee journey harus senantiasa dibangun secara berkesinambungan.

“Jadi ketika orang semakin banyak, sistem harus semakin kuat agar manajemennya tidak berjalan secara sporadis. Sistem juga perlu dibuat secara profesional, dengan demikian orang-orangnya bisa tetap bertumbuh [kemampuannya]. Perusahaan jadi lebih bagus lagi.”

Ada delapan nilai yang dijunjung perusahaan. Beberapa di antaranya adalah meningkatkan entrepreneurial mindset agar solusi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan target konsumen, selalu memberikan dampak ke petani, mengutamakan kejujuran dan integritas, inovasi untuk tumbuh bersama, dan apapun yang dilakukan tiap orang punya dampak buat perusahaan dan konsumen.

Nilai-nilai tersebut perlahan ditanamkan saat proses seleksi karyawan baru. Ia dan tim mengutarakan kepada calon kandidat, seperti apa visi dan misi perusahaan supaya mereka paham dan satu jalur dengan apa yang dicari perusahaan. “Lalu saat on boarding session kita beri dokumen dan video untuk mendalami lebih jauh, dari turunan hingga target masing-masing departemen.”

Kemudian, dalam tahap lanjutan, membuka diskusi secara rutin antara karyawan dengan para founder eFishery, demi memastikan visinya tetap sama.

“Setelahnya kita monthly concall (conference call) buat arahan, lalu menurunkannya dalam OKR. Hal ini bertujuan agar semua inisiatif yang dibangun sejalan dengan goal yang dibangun perusahaan.”

Hal yang sama juga berlaku buat tim di lapangan. Ada offline manager yang senantiasa terbuka untuk ruang diskusi bila ada permasalahan dan menjembatani visi perusahaan agar tetap selaras. Mereka juga berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan C-level dan jajaran head agar lebih dekat secara personal.

Tim lapangan di eFishery merupakan orang lokal yang direkrut setelah melalui standarisasi yang dicari perusahaan. Chrisna menilai, orang lokal dianggap memiliki nilai lebih saat berkomunikasi dengan para petani dengan bahasa daerah masing-masing, sehingga dapat terasa lebih personal pendekatannya. “Manager di tiap lokasi akan rutin melakukan coaching, supaya standar [visi misi] kita tetap sama.”

“Dengan growth eFishery yang kencang, tahun depan bisa 1000 karyawan sebab kami ingin memberi dampak yang lebih jauh. Terlebih sekarang ini kami WFH yang terbukti bisa mendorong growth kita lebih besar, di samping itu bisa attract talent lebih luas lagi [tidak hanya di kota besar].”

Gerak kencang eFishery dalam menambah talenta baru tak lain dalam rangka mewujudkan rencana perusahaan untuk ekspansi ke Thailand dan Vietnam tahun depan. Perusahaan akan bekerja sama dengan perusahaan lokal yang akan membantu proses ekspansi dan operasionalnya untuk melakukan uji coba terlebih dahulu.

Sumber: eFishery

Memanfaatkan platform teknologi

Perusahaan yang semakin tumbuh membutuhkan bantuan teknologi untuk mengotomasinya. Kebutuhan tersebut semakin tervalidasi semenjak pandemi. eFishery kini memanfaatkan platform teknologi secara end-to-end untuk mengakomodir seluruh kebutuhan karyawan yang sepenuhnya WFH hingga saat merekrut karyawan baru.

“Kami sekarang full WFH. Pada tahap awal butuh penyesuaian habit yang perlu dibangun, termasuk bagaimana cara dokumentasi dari seluruh proses kerja yang tadinya belum sepenuhnya digital jadi full digital. Intinya adalah bagaimana tracking performance karyawan meski tidak tatap muka, tapi kinerjanya harus sesuai dengan ekspektasi perusahaan.”

Keputusan full WFH ini diklaim justru membuat kinerja eFishery tumbuh empat kali lipat, melesat dari target awal perusahaan. Masing-masing divisi dapat menentukan sendiri cara mereka bekerja, tidak dipukul rata dengan standar perusahaan. Yang terpenting adalah bagaimana dengan sistem yang seragam bisa diintegrasikan dengan baik sesuai dengan cara kerja masing-masing.

Adapun saat merekrut, eFishery memanfaatkan applicant tracking system untuk memantau seluruh pergerakan proses perekrutan. Tiap bulan perusahaan memroses 80-100 calon karyawan baru. Kondisi tersebut sudah tidak memungkinkan bila dilakukan dengan tenaga manusia.

Sesi onboarding karyawan untuk kebutuhan absensi, cuti, reimburse, payroll, dan HRIS, sekarang sepenuhnya dilakukan secara mandiri (self service). “Terkait manajemen kerja bisa melihat progres produktivitas pekerja apakah on track dengan target atau belum, lalu ada dokumentasi kalender untuk melihat visibilitas secara online, dan dokumentasi dari hasil MoM yang bisa diakses semua orang.”

Program eFishery Campus

Untuk mendorong jiwa entrepreneurship, sambung Chrisna, perusahaan menyusun program eFishery Campus yang berisi berbagai paket pelatihan untuk menunjang kemampuan karyawan. Di antaranya, program mentoring, coaching, one-on-one session, cources, yang rutin diadakan untuk regenerasi calon pemimpin baru.

Program pengembangan karyawan ini juga dibuat versi mininya, alias bisa dikustomisasi berdasarkan kebutuhan masing-masing divisi. “Tim people and operation memfasilitasi kebutuhan dari tiap divisi, lalu kami desain dari segi perusahaan bentuk programnya seperti apa agar tidak berjalan secara sporadis.”

Hal menarik yang ada di program eFishery Campus ini adalah memungkinkan tiap karyawan untuk magang di divisi lain. Langkah ini hadir untuk mengakomodasi karyawan usia muda yang cenderung mudah bosan dan ingin belajar hal baru, sekaligus menjaga retensi dan engagement antara karyawan dengan tim dan perusahaan.

“Saat kami ngobrol dengan karyawan yang resign, mereka menginginkan kebutuhan untuk bertumbuh. Kami pun mencoba memfasilitas kebutuhan tersebut dengan membuka kesempatan untuk magang di antar departemen. Cara ini adalah bentuk menjaga engagement kami dengan karyawan tetap bagus, mereka bisa belajar hal baru.”

Diklaim program ini membantu eFishery menekan angka resign karyawan hingga di bawah 1%. Angka tersebut menjadi pencapaian yang baik di tengah hiruk pikuknya fenomena startup yang kerap membajak karyawan terbaik.