Google Chrome adalah browser yang sangat ajaib. Ia rakus akan kapasitas RAM dan dikenal sebagai salah satu penyebab utama baterai laptop sering bocor. Kendati demikian, ia tetap merupakan browser paling laris sejagat raya. Kalau melihat persentase pangsa pasarnya di Net Market Share, perbandingannya memang sangat jauh antara Chrome dan browser–browser lainnya.
Andai sekarang masih tahun 2010, saya akan maklum melihat popularitas Chrome yang luar biasa, sebab kala itu kinerjanya memang terbukti paling cepat di antara browser–browser yang ada. Di tahun 2020 ini, saya kira gap performanya sudah sangat menyempit, dan Chrome bukan lagi satu-satunya browser tercepat di luar sana.
Sebaliknya, image Chrome justru perlahan terus bertambah negatif. Tidak jarang browser lain yang mencoba ‘menyerangnya’ dengan membandingkan konsumsi RAM atau konsumsi dayanya. Chrome itu boros baterai, titik. Namun Google sepertinya tak mau tinggal diam melihat reputasi browser-nya dijelek-jelekkan.
Berdasarkan sebuah dokumen internal, The Windows Club melaporkan bahwa Google sedang menguji fitur baru pada Chrome dengan tujuan murni untuk mengurangi konsumsi energinya. Sejauh ini fiturnya masih bersifat eksperimental, dan baru tersedia pada Chrome versi 86 yang masih berstatus beta.
Berdasarkan hasil pengujiannya, fitur baru Chrome ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan baterai laptop hingga hampir dua jam (28% peningkatan), membuat efisiensi dayanya hampir selevel dengan Safari di platform macOS. Tanpa fitur barunya, laptop mati dalam waktu 6,4 jam, sedangkan saat fitur barunya diaktifkan, baterai laptop baru habis setelah 8,2 jam. Safari sendiri masih juara dengan mencatatkan daya selama 9,3 jam.Sec
Secara teknis, fitur baru ini dirancang agar Chrome bisa membatasi fungsi-fungsi Javascript yang terjadwalkan pada deretan tab yang sedang dibuka di background. Fungsi-fungsi Javascript yang dimaksud mencakup memeriksa perubahan posisi scroll, atau menganalisis interaksi pengguna terhadap iklan yang sedang ditampilkan. Semua fungsi ini tentu tidak relevan apabila tab-nya sedang tidak dibuka, bukan?
Jadi ketika fiturnya diaktifkan, fungsi-fungsi Javascript yang berjalan di background hanya akan ‘membangunkan’ browser sebanyak satu kali saja per menit. Tidak dijelaskan sebelumnya seberapa banyak, tapi yang pasti Safari juga menerapkan fitur serupa sehingga konsumsi dayanya terbukti amat efisien.
Perlu dicatat juga bahwa penghematan sebesar hampir 2 jam itu hanya berlaku untuk skenario di mana tab yang sedang dibuka adalah tab kosong alias about:blank. Andai tab yang dibuka adalah video YouTube dalam tampilan full-screen, konsumsi daya yang berhasil dihemat hanya sekitar 36 menit. Terlepas dari itu, fitur barunya terbukti efektif menurunkan konsumsi daya Chrome.
Laporan The Windows Club sama sekali tidak menyebut apakah fitur ini pasti akan tersedia ketika Chrome 86 resmi dirilis untuk publik nantinya. Namun seandainya benar, fitur ini juga akan tersedia di Chrome versi Android, yang sendirinya sudah diperbarui menggunakan arsitektur 64-bit. Lebih lanjut, berhubung Microsoft Edge kini juga memakai basis yang sama seperti Chrome, ada kemungkinan fitur ini juga bakal diterapkan di Edge.
Sumber: The Windows Club.