Tag Archives: Clapham Startupfest 2018

Tips Memulai dan Menjalankan Startup

Salah satu sesi Clapham Startupfest 2018 adalah presentasi Managing Director Kejora Ventures Andy Zain. Andy mempresentasikan mengenai perjalanan startup, bagaimana memulainya dan bagaimana mengelolanya untuk berkembang.

Membuka presentasi Andy menceritakan kisah pendiri Amazon, Salesforce, Space X dan Bukalapak. Andy menerangkan ada beberapa persamaan dari semua figur yang ia bahas, yakni mereka sama-sama sudah aktif dari sejak dini, mempelajari proses, dan tidak mengejar uang atau ketenaran. Semua figur yang dipresentasikan Andy memulai bisnis teknologinya untuk membantu masyarakat dan memberikan impact yang nyata bagi yang menggunakannya.

Bagaimana memulai startup

Startup atau bisnis rintisan yang memanfaatkan teknologi memang sama dengan bisnis kebanyakan. Hanya saja untuk memulai startup berbasis teknologi perlu beberapa hal yang diperhatikan, terutama bagaimana bisnis yang dijalankan bisa untuk tumbuh dengan tinggi atau sering disebut dengan hypergrowth.

Untuk memulai startup, yang pertama harus dimiliki adalah sense of urgency, semacam alasan mengapa ingin membangun bisnis startup. Menurut Andy, lawan dari sense of urgency ini adalah zona nyaman. Karena terlalu nyaman dengan keadaan terkadang permasalahan-permasalahan jadi tidak ditemukan.

Selanjutnya adalah goal atau tujuan. Namun untuk startup tujuan ini harus ditentukan setinggi mungkin. Andy menyebutnya sebagai tujuan yang sangat ambisius. Dengan semakin tinggi tujuan ditentukan semakin baik. Bahkan semakin jauh dari zona nyaman tujuan semakin baik. Lawan dari tujuan ini adalah ketakutan untuk gagal. Selama tujuan masih dalam area yang nyaman yang bisa terjangkau berarti tujuan masih digantungkan terlalu rendah.

Selain tujuan dan masalah selanjutnya yang harus disiapkan adalah skill atau kemampuan. Skill di sini bukan hanya soal teknis, bukan hanya soal penguasaan penggunaan teknologi tetapi juga kemampuan dalam memahami industri dan pasar.

Misalnya jika bergerak di bidang pertanian, selain bisa membuat aplikasi pendiri juga harus memiliki kemampuan untuk mengenali industri pertanian dan juga pemahaman tentang apa yang diinginkan pasar. Oleh karena itu menemukan co-founder yang cocok dan melengkapi adalah hal yang bisa diupayakan. Untuk bisa bekerja sama dengan orang lain yang ditekan adalah ego dan co-founder yang baik adalah mereka yang tidak hitung-hitungan dan memiliki semangat yang sama di industri yang sama.

Selanjutnya yang harus diperhatikan ketika memulai startup adalah eksekusi. Selain tepat eksekusi juga harus cepat, karena jika tidak segera bisa jadi bisa tertinggal dari bisnis lain.

Evaluasi

Selain memulai startup, Andy juga membagikan bagaimana bisa menyeleksi atau mengenali sebuah bisnis bisa ditumbuhkan secara besar atau tidak. Cara awalnya adalah dengan melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti.

“Apakah bisa startup yang dijalankan mendapatkan 500 karyawan?”

“Apakah startup yang dijalankan memberikan impact atau pengaruh ke lebih dari satu juta orang?

“Apakah bisnis yang dijalankan bisa bertahan dalam 20 tahun ke depan ?”

Sebagai startup yang diwajibkan tumbuh secara hypergrowth, pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa menjadi seleksi awal. Jika masih ada keraguan di salah satunya mungkin startup masih perlu dievaluasi, karena pada dasarnya startup adalah bisnis yang besar dan memiliki pertumbuhan yang cepat.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018

Bagaimana Seharusnya Pendiri Startup Berinteraksi dengan Investor

Acara Clapham Startupfest 2018 menghadirkan sejumlah sesi yang memberikan wawasan baru bagi para peserta yang datang, termasuk para founder startup. Salah satu sesi yang cukup menarik adalah diskusi dengan para investor. Sesi ini menghadirkan Christopher Angkasa, Founder Clapham yang juga mulai aktif sebagai investor, Andy Zain dari Kejora Ventures, dan Kevin Darmawan dari Coffee Ventures. Ketiganya membagikan tips mengenai bagaimana seharusnya menjadi founder startup yang bisa “mengambil hati” para investor.

Bagaimana seharusnya menjadi founder

Setiap investor tentu memiliki preferensi sendiri tentang perusahaan yang ingin ia investasi. Ketiga narasumber sepakat akan memperhatikan faktor menarik yang disajikan para founder. Semacam personal interest yang setidaknya bisa membuat mereka memperhatikan dan mulai ingin mendengar apa yang coba disampaikan founder.

Yang harus digarisbawahi bagi setiap founder untuk bisa setidaknya melangkah mendekati investor adalah mencari pribadi yang passionate, percaya diri, tidak money oriented dan menjadi pribadi ingin belajar atau menerima masukan. Yang diharapkan adalah bahwa setiap founder tidak hanya mengejar uang, tetapi juga mengejar pengalaman dan saran dari investor yang tentu telah menjumpai berbagai macam jenis kesalahan dalam berbisnis.

Industri startup berubah dalam dua tahun terakhir. Akses terhadap kapital semakin mudah, persaingan yang semakin ketat baik dari dalam dan luar negeri, dan banyak hal lainnya membuat semua orang yang ingin terjun di dalam startup akhir-akhir ini benar-benar paham apa yang ingin mereka selesaikan.

“Kalau kalian tidak melakukannya [menjalankan startup] dengan benar-benar baik dan benar-benar mengerti tentang pasar, [dan menunjukkan] kamu punya kelebihan yang khusus di sana, itu bakal susah kompetisinya,” terang Andy.

Hal yang senada disampaikan Kevin. Bahwa persaingan sudah semakin ketat, banyak startup dari luar seperti Tiongkok datang ke Asia Tenggara tidak hanya dengan talenta berbakat tetapi juga dana. Selain itu mereka juga datang dengan “lapar” dan itu yang seharusnya membuat para founder dari Indonesia harus lebih giat dalam belajar.

“Tiap orang beda tapi buat saya itu passion. Gua mau lihat orang datang itu dengan passion,” terang Chris.

Sementara bagi Andy, percaya diri adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang founder. “Lebih baik GR daripada telmi” , ujar Andy saat diskusi. Selain percaya diri memahami diri sendiri juga sangat perlu untuk bisa spesifik memilih atau menargetkan investor.

“Kamu harus tahu siapa kamu, kelebihan kamu apa, dan kamu butuh siapa. Jangan random datang ke semua orang,” ujarnya.

Terhubung dengan investor

Tidak banyak kesempatan bagi startup untuk menghubungi investor dengan cara yang biasa-biasa saja. Harus ada sedikit usaha untuk membuat berbeda dan menarik perhatian para investor. Beberapa yang dikisahkan ketiganya saat berada di sesi diskusi Clapham Startupfest 2018 adalah bagaimana bisa di-notice oleh para investor.

Yang pertama adalah dengan menjadi pribadi yang passionate atau percaya diri. Jadi ketika memiliki kesempatan bertemu atau berdiskusi dengan para investor bertemulah dengan energi dan semangat yang positif. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa ada rasa antusiasme dan semangat tinggi ketika bertemu dengan investor.

Selanjutnya adalah mempersiapkan pitch deck dengan baik. Kesempatan bertemu dengan investor adalah hal yang banyak dinantikan oleh setiap pendiri startup, untuk tidak menyianyiakan hal tersebut selalu siapkan pitch sebaik-baiknya. Investor akan lebih senang bertemu dengan founder yang mempresentasikan masalah dan solusi yang ingin diselesaikan dibanding dengan mereka yang hanya membicarakan soal uang dan besaran valuasi.

Kemudian yang terakhir adalah network atau jaringan. Bisa terhubung dengan investor tidak harus langsung bertatap muka, bisa juga mengandalkan jaringan. Misalnya, sebagai seorang founder yang benar-benar membutuhkan bantuan dan bimbingan seorang investor langkah pertama adalah cari tahu seperti apa pola investasi dan daftar portofolio mereka. Selanjutnya seleksi dan pilih yang sekiranya tertarik dengan bidang yang sedang dikerjakan.

Langkah tersebut bisa disambung misalnya dengan mendekati portofolio mereka dan meminta untuk dibantu dihubungkan dengan investor dan lain sebagainya. Yang paling penting adalah buat koneksi sebanyak mungkin untuk membuka kesempatan terhubung.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018

Bagaimana Pendiri Pemula Menemukan Ide dan Beradaptasi dengan Kondisi

Clapham Startupfest 2018 kembali digelar untuk yang ketiga kalinya. Episode kali ini menghadirkan lebih banyak narasumber dengan harapan bisa memberikan banyak manfaat bagi para peserta yang datang, baik sebagai startup, individu atau mahasiswa yang ingin tahu dan terjun di bidang startup. Salah satu yang dibahas cukup banyak dibahas adalah mengenai bagaimana memulai startup.

Di hari pertama Jourdan Kamal, founder MauBelajarApa, membuka sesi dengan sebuah presentasi tentang bagaimana pentingnya sebagai individu untuk terus belajar, disambung dengan diskusi dengan tiga founder startup, Wilton Halim dari MobilKamu, Ronny Wuisan untuk UrbanAce, dan Jourdan yang membagikan kisah tentang bagaimana menemukan ide dan kapan memulainya.

Kemampuan beradaptasi

Acara Clapham Startupfest 2018 dibuka dengan presentasi cukup inspirasional dari Jourdan. Ia menceritakan bagaimana perjalanan karirnya hingga sampai sekarang membawahi MauBelajarApa dan terus berusaha untuk membawanya ke tahap yang lebih baik. Ada tiga poin penting yang ditekankan dari pemaparan Jourdan. Pertama tentang bagaimana belajar, atau learning, bagaimana mendeteksi pengetahuan yang sudah mulai usang, atau disebut unlearning, dan kembali lagi mempelajari hal baru atau re-learning.

Ketiga hal itu bisa membantu untuk terus belajar dan untuk terus beradaptasi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, akses informasi yang tak lagi terbatas menjadi pembelajar yang terus belajar adalah sebuah hal wajib untuk tidak terlindas dalam arus persaingan yang semakin deras.

“Jadi dalam hidup kamu harus belajar bagaimana caranya untuk unlearn dan bagaimana caranya untuk re-learn. Jadi ketika pengetahuan berubah dengan cepat kemampuanmu untuk untuk melupakan pengetahuan yang lama dan mempelajari pengetahuan yang baru merupakan hal penting,” ujar Jourdan.

Salah satu hal yang dicontohkan Jourdan adalah proses bagaimana ia belajar memasarkan sesuatu. Ia menceritakan bahwa pada mulanya Google dan SEO dianggap sebagai kanal pemasaran digital paling efektif, namun seiring berjalannya waktu anggapan ini berubah. Proses menyadari sesuatu sudah tidak bekerja dengan baik itulah yang dikatakan sebagai unlearning. Kemudian ia mulai mempelajari teknik pemasaran digital baru yang akhirnya menuntunnya pada Instagram, hal ini yang disebut dengan re-learning. Siklus ini yang harusnya diterapkan para founder dari startup. Proses belajar dan beradaptasi.

Presentasi Jourdan Kamal dari MauBelajarApa
Presentasi Jourdan Kamal dari MauBelajarApa

Mentransformasi ide jadi eksekusi

Setelah belajar tentang bagaimana caranya untuk bertahan yang dimulai dari pribadi atau diri seorang founder rangkaian acara Clapham Startupfest 2018 kembali menghadirkan para founder startup untuk membagikan pengalamannya mengenai ide dan bagaimana mulai mengeksekusinya.

Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan founder ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Founder MobilKamu Wilton Halim, Founder UrbanAce Ronny Wuisan, dan Founder MauBelajarApa Jourdan Kamal. Ketiganya membahas mengenai bagaimana menemukan ide dan eksekusi yang dilakukan.

Latar belakang yang beragam dari narasumber memberikan perspektif yang menarik. Wilton misalnya, mengawali karier di Australia dan memboyong Mobilkamu ke Indonesia di bulan April 2016. Selama beberapa bulan ia berusaha menemukan permasalahan sebenarnya yang coba ia selesaikan, sampai akhirnya kini membantu masyarakat dalam membeli mobil dengan klaim lebih mudah dan murah.

Sementara Ronny Wuisan berpengalaman dalam bidang penjualan properti. Pengalaman itulah yang dibawanya untuk mengembangkan UrbanAce. Sedangkan Jourdan Kamal, terinspirasi adiknya yang ingin menjadi guru dan dipromosikan secara online. Berdasarkan pemahaman bahwa workshop yang dikelola secara online akan membuahkan hasil, ia akhirnya mendirikan MauBelajarApa.

Ketiganya melalui proses yang berbeda-beda, terutama dalam menemukan ide. Salah satu poin dari pemaparan para narasumber adalah pentingnya menemukan dan mengelola ide, terutama sebelum melanjutkan ke eksekusi. Bagi Ronny, ide biasanya lahir dari pengalaman pribadi. Dengan merasakan sendiri permasalahan, biasanya ide bisa lebih valid.

Sementara itu bagi Wilton, menemukan ide (atau mengetahui masalah) itu mudah, hal terberat justru memastikan bahwa itu adalah problem yang sesungguhnya atau hanya noise.

“Sebenernya hal terberat itu adalah mengetahui, apakah itu problem [sesungguhnya]?,” ujar Wilton.

Menurutnya, noise dalam identifikasi ide itu bisa menimbulkan bias dan bisa mempengaruhi eksekusi jika terburu-buru.

Sementara Jourdan memiliki cara tersendiri untuk membedakan ide dengan bias yang sering ditemukan. Bagi Jourdan, menuliskan ide dan membiarkannya dalam beberapa waktu bisa memisahkan ide dengan bias.

“Biasanya saya tidak langsung mengeksekusi ide yang ada. Saya menunggu tiga bulan. […] kalau ide itu masih stuck di saya dan passion itu [masih ada] setelah tiga bulan baru saya eksekusi,” terang Jourdan.

Salah satu cara paling aman untuk menghindari kesia-siaan dalam mencoba dan mengeksekusi inovasi adalah meyakinkan diri sendiri dan terus berusaha memilah mana yang sebenarnya jadi permasalahan, mana yang berpeluang, dan mana ide yang paling mungkin dieksekusi.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018

Clapham Startupfest 2018 Segera Hadir Kembali di Medan

Guna memperluas akses serta kesempatan bagi pelaku usaha digital di Medan, Clapham Startupfest 2018 akan kembali diadakan. Agenda tahunan ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu, tujuan utamanya usaha untuk saling memperluas wawasan dan jaringan di bidang startup. Bekerja sama dengan Bukalapak, Clapham Startupfest 2018 akan diselenggarakan pada 2-3 Februari mendatang di EV Hive at Clapham, mulai pukul 10.00 – 18.00 WIB.

Tahun ini, Clapham Startupfest hadir dengan agenda seperti keynote dan panel session dengan pembicara dari berbagai komponen industri startup seperti Willix Halim (COO Bukalapak), Willson Cuaca (Co-founder East Ventures), Crsytal Widjaja (SVP Business Intelligence GO-JEK), Andy Zain (Managing Partner Kejora Ventures), Yukka Harlanda (CEO Brodo), Wilton Halim (Founder Mobilkamu), Jourdan Kamal (Founder Maubelajarapa), Faye Alund (Presiden Coworking Indonesia), William Utomo (COO IDN Media), dan Ronny W. Sugiadha (CMO KASKUS).

Beberapa Investor juga akan turut hadir untuk memberikan pelatihan dan masukan kepada startup yang mengikuti sesi Startup Pitch Floor dan Investor Speed Dating seperti East Ventures, Coffee Venture, ANGIN (Angel Investment Network Indonesia), dan Medan Tech Valley.

Akan ada pula sesi pelatihan dengan topik-topik untuk memberikan panduan bagi wirausaha muda di bidang bisnis, media sosial, teknologi & digital, serta hukum seperti business model generation, skema investasi startup yang dibawakan langsung oleh Ivan Lalamentik (Startup Legal Clinic), Dennis Alund (Google Developer Exper for Firebase), serta tim dari Maubelajarapa, East Ventures, dan ANGIN.

Informasi selengkapnya mengenai Clapham Startupfest 2018 serta pembelian tiket bisa dilakukan dengan mengakses www.invita.id/claphamstartupfest.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018