Tag Archives: Classic

review-asus-zenbook-14-ux425-1

[Review] ASUS ZenBook 14 UX425, Untuk Anda yang Bermobilitas Tinggi

Pada akhir tahun 2019 lalu, ASUS merilis tiga laptop ZenBook Classic series yaitu ZenBook 13 UX334, ZenBook 14 UX434, dan ZenBook 15 UX534. Ketiga laptop tersebut mengemas teknologi layar sekunder ScreenPad 2.0.

Nah pada kesempatan kali ini, Dailysocial kembali kedatangan laptop ZenBook Classic yang baru saja dirilis di Indonesia yaitu ZenBook 14 UX425. Awalnya saya pikir laptop ini merupakan penerus dari ZenBook 14 UX434. Namun setelah mengamati nomor seri dan membandingkan harga serta spesifikasinya, lebih tepatnya ZenBook 14 UX425 adalah versi lain yang harganya lebih terjangkau dari kakaknya tersebut.

Sebagai pembanding, varian dasar ZenBook 14 UX434 dijual seharga Rp17.299.000. Sementara, ZenBook 14 UX425 dibanderol mulai dari Rp14.299.000. Apa yang membedakannya? Simak review ASUS ZenBook 14 UX425 berikut ini.

Edge-to-edge Keyboard

review-asus-zenbook-14-ux425-2
Keyboard ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Laptop dengan layar berbezel mini sudah menjadi standar laptop keluaran tahun 2020. Demikian pula dengan ZenBook 14 UX425 yang tampil menawan berkat penggunaan desain NanoEdge Display dengan screen-to-body ratio mencapai 90%. Namun yang membuat saya terpesona justru desain keyboard-nya yang edge-to-edge hampir luber ke samping, ASUS menambahkan satu kolom tambahan di sisi kanan untuk tombol home, PgUp, PgDn, dan end.

Tak hanya menambah nilai dalam estetika, format keyboard baru yang lebih luas dan tombol lebih besar juga memberikan pengalaman mengetik yang lebih nyaman, cepat, dan akurat. Berkat travel distance 1,4mm dan engsel ErgoLift yang membuat bodi utama terangkat dan membentuk sudut tiga derajat ketika sedang digunakan. Selain membuat posisi mengetik menjadi lebih ergonomis, engsel ErgoLift juga dapat meningkatkan performa pendinginan berkat rongga udara ekstra yang dihasilkan.

review-asus-zenbook-14-ux425-3
NumberPad 2.0 ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Berbeda dengan ZenBook 14 UX434 yang memiliki touchpad dengan ScreenPad 2.0, ZenBook 14 UX425 hanya dibekali NumberPad 2.0 dengan driver touchpad Windows Precision. Ukuran touchpad-nya lumayan besar dengan lapisan kaca yang halus dan responsif saat digunakan. Untuk mengaktifkan papan angka klik ikon di kanan atas dan klik di kiri atas untuk mengontrol dua level kecerahan saat mode numpad digunakan.

Bodi Ramping & Tipis

review-asus-zenbook-14-ux425-4
Desain ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ZenBook 14 UX425 merupakan laptop berlayar 14 inci. Hadir dengan dimensi 319x208x13,9 mm dan bobot 1,17 kg, laptop ini memiliki bentuk yang menyerupai dimensi laptop 13 inci pada umumnya.

Rancangan laptop ini simpel namun tetap elegan dalam opsi warna pine grey dan lilac mist. Build quality-nya cukup premium dengan sasis menggunakan bahan aluminium alloy yang dibentuk dengan desain diamond-cut dan bagian belakang layarnya mengemas desain “Zen” yang melingkar.

Secara keseluruhan, desain ZenBook 14 UX425 tidak semewah ZenBook 14 UX434. Sebab bezel layar dan penutup belakangnya terbuat dari plastik, kesannya kurang mantap karena terasa ringan saat membukanya. Tetapi jangan khawatir soal kekuatannya, karena laptop ini sudah memenuhi standar militer AS (MIL-STD 810G) sehingga pasti cukup tangguh.

Layar 14 inci pada ZenBook 14 UX425 menggunakan panel IPS beresolusi Full HD dalam rasio 16:9 dengan lapisan anti-glare. Layarnya memiliki tingkat reproduksi warna hingga 100% pada color space sRGB dan memiliki tingkat kecerahan layar 300 nits.

review-asus-zenbook-14-ux425-5
3D IR Camera ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Posisi webcam ada berada di tempat biasa dan dilengkapi dengan 3D IR camera yang sudah mendukung fitur Windows Hello. Sehingga memudahkan proses masuk ke dalam sistem tanpa harus mengetikkan password dan cukup biarkan ZenBook 14 (UX425) memindai wajah Anda.

Konektivitas Cukup Lengkap

review-asus-zenbook-14-ux425-11
Konektivitas ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk konektivitas nirkabelnya mengandalkan WiFi 6 (802.11ax) dan Bluetooth 5.0 (Dual band). Sedangkan untuk konektivitas kabelnya meliputi port USB 3.2 Gen 1 Type-A dan micro SD card reader di sisi kanan.

Sementara, di sisi kiri ada port HDMI 2.0b yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan ZenBook 14 UX425 ke monitor eksternal tanpa harus menggunakan dongle. Kemudian ada dua port USB Type-C yang juga merupakan port Thunderbolt 3 dan telah mendukung teknologi USB Power Delivery.

review-asus-zenbook-14-ux425-10
Konektivitas ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Port Thunderbolt 3 memungkinkan skenario penggunaan yang lebih luas. Misalnya kita bisa mengubungkan kartu grafis desktop menggunakan external graphic card enclosure, sehingga memungkinkan ZenBook 14 UX425 menangani pekerjaan berat seperti bermain game hingga content creation.

Ya, sebagai laptop tipis ZenBook 14 UX425 masih mengusung port yang cukup lengkap meski jumlahnya tidak banyak. Sayangnya, ASUS harus mengorbankan combo jack audio 3,5mm.

Hardware

review-asus-zenbook-14-ux425-12
Review ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ASUS ZenBook 14 UX425 mengandalkan prosesor Intel Core “Ice Lake” generasi ke-10 yaitu i5-1035G1 dengan RAM 8GB LPDDR4X dan i7-1065G7 dengan RAM 16GB LPDDR4X. Serta, penyimpanan NVMe PCIe 3.0 x4 SSD berkapasitas 512GB. Berikut spesifikasi menurut CPU Z dan GPU Z:

Prosesor hemat daya ini sudah menggunakan fabrikasi 10nm dengan GPU terintegrasi Intel Iris Plus Graphics yang memiliki performa lebih tinggi dibanding Intel HD Graphics. Unit review ASUS ZenBook 14 UX425 yang saya uji merupakan varian dengan prosesor Intel Core i5-1035G1 yang memiliki konfigurasi 4 core 1 GHz dan 8 thread. Dengan boost clock hingga 3,6 GHz, cache 6MB, dan thermal design power 15 Watt. Berikut hasil benchmark dari ZenBook 14 UX425.

No Pengujian Skor
1 GeekBench 4 Single Core 1153
2 GeekBench 4 Multi Core 3508
3 PCMark 10 3652
4 Cinebench R15 611
5 Cinebench R20 1054
6 3DMark Sky Diver 4770
7 3DMark Cloud Gate 7081

Performanya memang tidak sekencang ZenBook 14 UX434 yang menggunakan Intel Core i5-10210U atau i7-10510U dengan GPU NVIDIA GeForce MX250, tetapi konsumsi dayanya lebih efisien dan didukung kemampuan AI lebih baik. Meski begitu, performanya masih sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan komputasi harian, seperti menjalankan aplikasi kantor, browsing, menonton video, atau mengedit foto di Lightroom dan Photoshop.

Konfigurasi tersebut bertujuan untuk menghadirkan daya tahan baterai yang panjang, dengan kombinasi kapasitas baterai besar 67Whr, dan teknologi 1W Panel yang dapat mengurangi konsumsi daya untuk layar secara keseluruhan hingga 63,6%. Laptop ini diklaim dapat bertahan hingga 16 jam, 14 jam 1080p video playback, dan hingga 12 jam 44 menit saat diuji menggunakan PCMark 10 pada mode modern office dengan kondisi terkoneksi ke internet.

Pengisian daya baterainya dilakukan melalui port USB Type-C dan berkat teknologi USB Power Delivery, ZenBook 14 UX425 juga dapat diisi ulang menggunakan power bank. Serta, mendukung teknologi fast charging yang dapat terisi 60% dalam waktu 49 menit.

Verdict

review-asus-zenbook-14-ux425-13
Review ASUS ZenBook 14 UX425 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Fokus utama ZenBook 14 UX425 adalah menawarkan kemudahan penggunaan. Mulai dari 3D IR camera untuk masuk ke dalam sistem secara praktis, desain keyboard edge-to-edge yang nyaman, ukuran touchpad besar dengan NumberPad 2.0, dan juga memiliki port I/O yang cukup lengkap.

Tentu saja, yang sangat ditekankan oleh ASUS ialah desain premium dan dimensi bodi yang ringkas, tipis, serta ringan. Juga menawarkan daya tahan baterai yang siap menunjang aktivitas kerja seharian dan performa yang mencukupi untuk pengguna umum. ZenBook 14 UX425 adalah pilihan yang paling tepat untuk yang bermobilitas tinggi.

Sparks

  • Dimensinya ringkas, tipis, dan ringan
  • Desain elegan berkat NanoEdge display dan keyboard edge-to-edge
  • Build quality cukup premium, tapi semewah ZenBook 14 UX434
  • Baterai tahan lama meski bodi ringkas

Slacks

  • Tidak ada combo jack audio 3.5mm
  • Bezel samping layar dari plastik

[Review] ASUS ZenBook 13 UX334, Cocok Buat Mendongkrak Produktivitas

Body ringkas dengan performa powerful, ultrabook memang ideal dijadikan sebagai daily driver. Saya sendiri telah menggunakan ASUS ZenBook 13 UX334FLC sekitar satu setengah bulan dan ada kelebihan pasti ada kekurangannya juga.

Satu hal yang pasti laptop ini sangat cocok untuk para kalian yang ingin mendongkrak produktivitasnya kerjanya. Apalagi yang bermobilitas tinggi dan harus bekerja secara mobile kapan pun di mana pun.

Laptop premium keluarga ZenBook Classic series ini dibanderol dengan harga mulai Rp15.299.000 untuk varian dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe), Rp19.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-10210U (MX250/8G/1T PCIe), dan Rp 22.999.000 dengan prosesor Intel Core i7-10510U (MX250/16G/1T PCIe). Berikut review ASUS ZenBook 13 UX334FLC selengkapnya:

3D IR Camera

3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebelumnya saya selalu menggunakan metode password untuk mengunci laptop. Namun tak disangka fitur face unlock dengan 3D IR camera dan Windows Hello pada ZenBook 13 UX334FLC berakhir menjadi salah satu fitur favorit saya.

Satu setengah bulan lamanya dan entah sudah berapa banyak buka tutup laptop, proses masuk ke sistem Windows memang lebih cepat dan praktis. Kamera infra merah pada laptop ini mampu mengenali wajah penggunanya secara konsisten, bahkan dalam kondisi temaram sekalipun. Tetapi bukan berarti tak pernah gagal, beberapa kali saya harus mengetik PIN untuk login.

Dimensi Ringkas

Tampilan depan ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan depan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 30.2×18.9×1.83 cm dan bobot 1.27 kg, ukuran body-nya memang terbilang sangat ringkas. Meskipun dari aspek ketebalan bukan yang tertipis di kelasnya, tapi setidaknya baterai 50Wh yang tertanam cukup untuk menunjang kerja seharian.

Bentukan compact juga berarti tak makan ruang banyak saat disimpan di dalam tas, serta bobot yang cukup ringan tersebut tidak membebani pundak. Portable dan asik dibawa bepergian, meskipun perlu saya tekankan lagi bahwa laptop sedikit agak tebal.

Tampilan belakang ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan belakang ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit yang saya review berwarna royal blue, yang tampil elegan dengan tutup terukir pola concentrik circle khas ZenBook. Layar dengan bezel samping tipis dan sasis dari logam membuat ZenBook 13 UX334 enak dipandang dan terasa premium di tangan. Laptop ini juga bisa dibuka dengan satu tangan, meskipun perlu tenaga ekstra untuk membukanya.

Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kelengkapan konektivitasnya cukup memadai untuk ukuran laptop 13 inci, di sisi kanan terdapat jack audio combo 3.5mm, port USB 2.0, dan slot microSD card reader. Sementara, di sisi kiri ada port DC-in untuk pengisian daya, port HDMI, port USB 3.1 Gen 2, dan port USB-C 3.1 Gen 2.

Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sayangnya, ASUS masih belum memberikan port yang dilengkapi dengan teknologi Thunderbolt 3. Lalu, untuk dukungan konektivitas nirkabel ada Wi-Fi 6 (802.11 ax (2×2)) dan Bluetooth 5.0.

Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Seperti laptop anyar ASUS lainnya, ZenBook 13 UX334 ini juga menggunakan mekanisme engsel ErgoLift yang mengangkat posisi keyboard sehingga lebih nyaman untuk diketik. Keyboard-nya sendiri dilengkapi dengan full-size backlit dan punya key travel 1.4mm, mengetik cepat bisa ditangani dengan baik dan tuts-nya membal saat ditekan.

ScreenPad 2.0

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Fitur ini menjadi salah satu pembeda dari pendahulunya, di mana ASUS menyempatkan ScreenPad versi 2.0 yang ukurannya sedikit lebih besar dan lebih multi fungsi. Ini adalah touchpad yang juga merupakan sebuah layar sekunder touchscreen berukuran 5.65 inci.

Singkatnya, layar sekunder ini bisa menampilkan konten untuk mendukung pekerjaan di layar utama. Beberapa fungsi default yang tersemat antara lain, number key, hardwriting, quick key, slide xpert, doc xpert, sheet xpert, appdeals, myASUS, dan Spotify. Tentu saja, Anda dapat menyeret shortcut aplikasi favorit atau konten yang sedang dibuka pada layar utama ke layar kedua.

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur ScreenPad ini cukup dengan menekan tombol F6 atau Fn + F6. Di sana terdapat pilihan ScreenPad mode, traditional touchpad mode, dan toucpad is disabled. Lalu, untuk mengatur mode ScreenPad sebagai layar kedua cukup menekan tombol F8 atau Fn + F8. Pilih mode extend untuk memungkinkan menyeret konten utama ke layar kedua.

Layar 13.3 Inci

Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar NanoEdge 13.3 incinya ini punya bezel samping yang tipis; hanya 2.8mm. Dengan screen-to-body ratio mencapai 95 persen, menurut ASUS dibanding generasi sebelumnya (ZenBook 13 UX331), ZenBook UX334 ini 14 persen lebih kecil.

Panel LED-backlit 60Hz tersebut beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan NTSC 72 persen, sRGB 100 persen, dan teknologi WideView 178 derajat. Meskipun resolusinya belum 4K, layar 13 inci FHD ini sudah menyuguhkan kualitas yang sangat baik.

Performa dengan Prosesor Intel Core Generasi Ke-10

Unit ASUS ZenBook 13 UX334FLC yang saya review merupakan varian tertinggi. Tiba dengan prosesor Intel generasi terbaru yakni Intel Core i7-8565U Comet Lake generasi ke-10, dengan prosesor 4 core 8 thread dan thermal design power 15 Watt.

Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 620, ASUS juga membenamkan discrete graphics card NVIDIA GeForce MX250 dengan 2GB GDDR3. Kemudian besaran RAM-nya 16GB LPDDR3 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi yang ada, serta tak lupa penyimpanan berbasis SSD PCIe dengan kapasitas 1TB.

Ya, berkat daftar spesifikasi tersebut performa yang disuguhkan ASUS ZenBook 13 UX334FLC ini sangat kencang. Tugas-tugas standar harian, bahkan software editing foto dan video bisa berjalan dengan mulus.

Beberapa kali saya juga mengedit video 1080p menggunakan software Adobe Premiere Pro di laptop ini dengan beberapa footage beresolusi 4K. Meski layar 13.3 incinya termasuk kekecilan untuk kebutuhan tersebut, tapi dengan beberapa trik – mengedit video di ZenBook 13 UX334FLC masih bisa dilakukan dengan baik.

Verdict

ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Faktor bentukan ringkas dalam desain premium, layar bezel-less dengan opsi layar kedua (ScreenPad 2.0), serta daya tahan baterai lama dengan performa powerful. Laptop ini menawarkan apa yang dibutuhkan oleh penggunanya, utamanya bagi yang ingin meningkatkan produktivitas yang mungkin menjadi salah satu resolusi di tahun 2020 bagi beberapa orang atau mereka yang dituntut bekerja secara mobile.

Tentunya tak harus mengejar varian tertinggi, varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe) dengan harga Rp15.299.000 terbilang kompetitif dan performanya juga masih cukup powerful untuk menangani beragam tugas pekerjaan.

Sparks

  • Dimensinya ringkas dan build quality premium
  • ScreenPad 2.0 yang multi fungsi, layarknya punya monitor mini ekstrenal
  • Performanya terbilang powerful
  • Daya tahan baterai lama

Slacks

  • Profil body agak tebal
  • Perlu tenaga ekstra untuk membuka laptop

Moskito Adalah Smartwatch Analog Elegan Untuk Para Pesepeda

Para desainer tak ada hentinya berusaha menemukan cara baru untuk membuat kegiatan bersepeda jadi lebih menarik. Dan di era ‘serba terkoneksi’ ini, tak jarang dari mereka mencoba mengintegrasikan teknologi mobile serta menambahkan beragam fitur pintar. Namun dengan mengusung kemampuan tersebut, harganya juga jadi melambung tinggi.

Para inventor dari Swiss punya ide brilian sehingga kita tak perlu mengeluarkan banyak biaya demi memperoleh sepeda pintar. Solusi mereka adalah perangkat wearable bernama Moskito, yaitu sebuah kombinasi antara smartwatch, komputer smart bike serta chronograph. Moskito mengusung sejumlah elemen arloji klasik seperti sistem hand analog dan baterai tahan lama, namun dengannya Anda bisa segera tahu juka ada panggilan telepon atau pesan masuk.

Moskito 1

Diproduksi langsung di Swiss menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, desain Moskito tidak akan mengecewakan Anda. Developer menawarkan dua varian smartwatch, yakni tipe Fly dan Classic. Agar ringan, tubuh Fly dibuat dari bahan aluminium kelas pesawat terbang, sedangkan Classic memanfaatkan material stainless steel; keduanya dipadu kaca mineral atau kristal safir.

Moskito mempunyai diameter 44mm dan ketebalan 11,9mm, tersedia opsi strap kulit atau strap NATO selebar 20mm. Device mengandalkan sistem pergerakan quartz dengan enam motor bidirectional, tahan air hingga kedalaman 2m, dam ditenagai baterai lithium-ion build-in. Baterai tersebut mampu bertahan selama 6 sampai 24 bulan, dan dapat Anda isi ulang melalui USB charging.

Moskito 2

Tentu saja selain tampil keren, fungsi utama Moskito adalah memberikan segala hal yang dibutuhkan para pengendara. Sebelum melaju, Anda cukup melepas modul utama smartwatch dan memasangnya di mount di sepeda. Selanjutnya, perangkat akan memberitahu segala info penting: kecepatan serta kecepatan rata-rata, jarak, dan rekor waktu tercepat. Watch face dirancang agar betul-betul menyerupai speedometer analog sehingga penggunaannya familier – tersedia pilihan unit km/jam atau mil/jam.

Moskito 3

Anda dapat berkompetisi dengan sesama pengguna dan juga dipersilakan mengunggah data ke Strava ataupun Garmin Connect. Agar seluruh fungsi Moskito bekerja (kecepatan serta fitur notifikasi), pengguna perlu menyambungkannya ke smartphone via Bluetooth. Aplikasi Moskito sendiri tersedia gratis untuk platform iOS dan Android.

Tim Moksito saat ini sedang melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter, dan Anda sudah bisa memesannya. Moskito Fly dijajakan seharga mulai dari CHF 535 (kira-kira US$ 528), sedangkan Moskito Classic ditawarkan di harga CHF 585 (kurang lebih US$ 577). Jika upaya pengumpulan dana ini sukses, proses distribusi rencananya akan dilangsungkan di bulan Oktober 2017.

Varian Classic Diyakini Bakal Ikut Serta Dalam Debut Samsung Gear S3

Tak perlu diragukan lagi bahwa Samsung sedang sibuk mempersiapkan peluncuran perangkat terbaru yang kali ini datangnya dari kategori wearable. Hanya soal waktu untuk benar-benar melihat varian penerus Gear S2 nampang di depan mata. Menurut bocoran dokumen aplikasi hak dagang, seperti pendahulunya, smartwatch yang diduga bernama Gear S3 itu juga bakal datang bersama varian Classic.

Dalam sejumlah rumor sebelumnya, kita sudah banyak mendapati sejumlah nama potensial yang kemungkinan bakal menjadi generasi penerus Gear S2. Tahun lalu, Samsung merilis Gear S2 yang juga ditawarkan dalam balutan desain klasik. Berbeda dengan varian lainnya, ia mempunyai penampilan yang lebih enak dipandang. Sehingga tak heran bila di pasaran, varian ini termasuk yang paling banyak dilirik.

Bocoran aplikasi trademark Samsung Gear S3 Classic
Bocoran aplikasi trademark Samsung Gear S3 Classic

Dengan terendusnya aplikasi hak dagang ini, mengisyaratkan bahwa Samsung ingin kembali mengulang sukses punggawanya itu lewat varian yang sama, Gear S3 Classic. Tak sendiri, ia akan ditemani Gear S3 Frontier dan Gear S3 Explorer. Dua nama ini disebut-sebut akan menjadi bintang lainnya.

Smartwatch Samsung Gear S3 Classic diyakini bakal dipersenjatai sejumlah sensor seperti varian lainnya. Namun seperti yang sudah disinggung, soal desain ia punya warna yang berbeda. Perangkat bakal tampil dengan balutan bundaran bezel, menghadirkan desain smartwatch tradisional tanpa kehilangan fitur-fitur terkini.

Sementara itu varian Explorer dan Frontier diprediksi bakal menyasar pengguna yang selalu aktif bergerak, gemar olahraga dan menjaga kebugaran tubuh. Untuk alasan itulah Samsung membenamkan sederet sensor guna memastikan pemiliknya memperoleh dukungan yang cukup.

Gelaran IFA 2016 akan menjadi ajang paling tepat bagi Samsung untuk menyibak tudung smartwatch terbarunya itu. Even akbar tahunan ini akan digelar di bulan September mendatang. Dan selain Samsung, akan hadir pula puluhan brand ternama yang sudah siap dengan kejutannya masing-masing.

Sumber berita PhoneArena dan header ilustrasi Gear S2.

Samsung Gear S2 Diungkap, Apa Saja Kelebihannya?

Pengembangan Galaxy Gear dimulai di tengah-tengah antusiasme produsen menyerbu pasar smartwatch. Samsung tahu Apple sedang sibuk meramu device wearable, lalu Pebble sudah menghadang di level mainstream. Dua tahun selepas kemunculan perdana smartwatch mereka, Samsung mengungkap Gear S2 beberapa hari sebelum IFA Berlin 2015 dimulai. Continue reading Samsung Gear S2 Diungkap, Apa Saja Kelebihannya?