Tag Archives: cloud service

Aturan turunan belum mengakomodasi perihal pembayaran pajak dan pelaporan pendapatan untuk Penyelenggara Sistem Elektronik privat asing

Bisnis Pusat Data: Karena Semua Bisa Buat Awan

Pusat data punya peran esensial buat perusahaan, khususnya yang bergerak di teknologi. Karena Indonesia digadang-gadang sebagai negara ekonomi digital terpesat di Asia Tenggara, hal ini membuat perusahaan teknologi global ramai-ramai mengucurkan investasi untuk mendirikan bisnis pusat data.

Nominal dana yang mereka keluarkan tak tanggung-tanggung besarnya. Kabar teranyar datang dari Microsoft kabarnya siap menggelontorkan dana hingga $1 miliar untuk membangun data center. Kompetitornya, Amazon menyiapkan $2,5 miliar (membangun tiga pusat data akan beroperasi awal 2022) dan Google dalam waktu dekat akan merilis pusat di Indonesia, setelah diumumkan pada 2018.

Alibaba Cloud sudah lebih dahulu mendirikan pusat data pada 2018, delapan bulan kemudian merilis lokasi keduanya.

Kenapa mereka semua gencar bangun pusat data di Indonesia? Jawabannya secara praktis untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Dari sisi regulasi, Indonesia dianggap lebih longgar dan terbuka untuk inovasi yang datang dari luar.

Dari sisi teknologi pun, pengalaman pengguna akan jauh lebih baik karena latensi rendah, biaya jauh lebih rumah, ada jaminan compliance dan keamanan, compute dan fitur prosesor, dan sebagai alternatif pemulihan bencana (disaster recovery). Semakin dekat mereka dengan pelanggan, maka akan semakin baik pelayanannya untuk kebutuhan aftersales.

Perusahaan pun dapat membawa variasi produk lainnya ke negara tersebut untuk menyesuaikan dengan permintaan di pasar. Sebab bila ditelaah lebih jauh, bisnis pusat data semakin beragam. Dalam komputasi awan, ada beberapa jenis penyimpanan data dari publik, privat dan hybrid. Masing-masing punya membutuhkan karakter dan risiko yang berbeda.

Kemudian, ada yang memfokuskan untuk cloud business process services (BPaaS), cloud application infrastructure services (PaaS), cloud application services (SaaS), cloud management and security services, dan cloud system infrastructure services (Iaas).

Tak hanya itu, layanan tersebut kini dibekali teknologi tertentu sebagai fitur untuk menyesuaikan kebutuhan perusahaan. Misalnya AI, analitik, IoT, dan edge computing. Seluruh inovasi ini, rata-rata sudah dikembangkan oleh pemain global agar dapat melayani seluruh segmen.

Secara strategis, ketiga perusahaan asal Amerika Serikat ini saling berkompetisi satu sama lain. Menurut laporan Catalys, seluruh perusahaan di seluruh dunia mengelontorkan dana $107 miliar untuk membangun infrastruktur komputasi awan pada 2019, naik 37% dari tahun lalu.

Menariknya, hampir sepertiga dari porsi ini dikuasai AWS sebagai pemimpin pasar komputasi awan dengan pangsa pasar 32,3% dari seluruh total belanja yang telah mereka keluarkan. Posisi kedua ditempati Microsoft Azure dengan pangsa pasar 16,8%, disusul Google Cloud 5,8%, Alibaba Cloud 4,9%, dan lainnya 40%.

Lainnya ini terdiri atas IBM, VMware, Hewlett Packard Enterprise, Cisco, Salesforce, Oracle, SAP, dan pemain lokal dari seluruh negara.

Sumber : Catalys
Sumber : Catalys

Karpet merah untuk pemain asing

Saat memimpin rapat terbatas tentang pusat data di Kantor Presiden pada Jumat (28/2), Presiden menyebut pusat data yang fokus dikembangkan di Indonesia akan mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan startup lokal yang saat ini masih banyak menggunakan pusat data di luar negeri.

Presiden tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dan penonton bagi industri tersebut. Investasi pembangunan pusat data, menurutnya, harus memberikan nilai tambah dan transfer pengetahuan bagi Indonesia.

“Siapkan regulasinya termasuk yang mengatur soal investasi data center yang ingin masuk ke Indonesia. Kita juga harus memastikan investasi data center di Indonesia memberikan nilai tambah baik dalam pelatihan digital talent, pengembangan pusat riset, kerja sama dengan pemain nasional maupun sharing pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.

Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft
Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft

Pernyataan Presiden keluar setelah pertemuannya dengan CEO Microsoft Satya Nadella yang datang ke Indonesia saat pagelaran Indonesia Digital Summit 2020. Presiden berjanji dalam waktu seminggu untuk merumuskan regulasi sederhana yang mendukung investasi berkaitan dengan data center.

Dalam seminggu lebih, meski di luar target, Menteri Kominfo Johnny G. Plate menerbitkan Rancangan Peraturan Menteri Kominfo (RPM) tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat telah selesai dan siap diserahkan ke Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM untuk proses penyusunan perundangan selanjutnya.

Aturan ini akan menjadi acuan bagi investor di bidang data dan komputasi awan. Seluruh isinya mengatur lebih teknis dari PP 71/2019 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Dalam RPM, mengatur teknis hak dan kewajiban, mekanisme dan tata cara perizinaan, tugas, kewajiban, hak, termasuk sanksi.

Sebagai catatan, PP tersebut merupakan hasil revisi dari PP 82/2012. Salah satu pasal yang disebutkan adalah PSTE privat boleh melakukan pengelolaan, pemrosesan, dan/atau penyimpanan sistem elektronik dan data di luar negeri. Pasal kontroversial ini dianggap mencoreng semangat kedaulatan data.

“Data di sektor publik itu hanya 10 persen, berarti 90 persen data kita ada di sektor privat. Ini berarti 90 persen data kita lari ke luar Indonesia. Kalau sudah begitu bagaimana bisa melindungi dan menegakkan kedaulatan data kita ketika datanya di luar yurisdiksi,” terang Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto.

Penolakan keras pemain lokal

Alex juga mempertanyakan kemudahan yang diberikan pemerintah untuk Microsoft dan kawan-kawan perusahaan asing, apakah karena Indonesia telah menjadi negara kapitalis.

“Kami cukup terkejut begitu mudahnya Presiden RI mengakomodasi permintaan dari Microsoft bahkan menjanjikan kurang dari seminggu regulasi yang diminta akan selesai. Kami belum pernah melihat dukungan yang sama diberikan kepada pemain lokal,” ujarnya dikutip dari CNNIndonesia.

Alex berharap seharusnya Jokowi bisa terlebih dahulu memikirkan nasib pemain di bisnis pusat data dan komputasi awan Indonesia. Seharusnya, Presiden membuat sebuah regulasi yang membuat kondisi lapangan usaha yang adil (a level playing field).

“Jangan sampai dengan hadirnya global player di Indonesia justru membuat ‘anak sendiri’ mati.”

Dalam draf RPM PSE Lingkup Privat, mendefinisikan Penyelenggara Sistem Elektronnik Lingkup Privat adalah penyelenggara Sistem Elektronik oleh orang, badan usaha, dan masyarakat.

Pendaftarannya harus memenuhi kriteria tertentu, salah satunya diatur/diawasi oleh Kementerian atau lembaga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; punya portal, situs, atau aplikasi dalam jaringan internet yang digunakan untuk menyediakan, mengelola, mengoperasikan perdagangan barang dan/atau jasa, dan fungsi lainnya.

alibaba cloud
Alibaba Cloud lancarkan kegiatan khusus untuk startup Indonesia / Alibaba Cloud

Pengajuan pendaftaran PSE Lingkup Privat dilakukan melalui Online Single Submission (OSS). Ketentuan ini juga berlaku buat PSE asing yang melakukan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

Menurut draf, mereka hanya perlu menyampaikan informasi soal identitas PSE Lingkup Privat Asing, identitas pimpinan perusahaan dan/atau identitas penanggung jawab, dan surat keterangan domisili dan/atau akta pendirian perusahaan. Syarat legalnya cukup diterjemahkan dari penerjemah bersertifikat.

Draf juga tidak menyinggung pasal soal kewajiban membayar pajak untuk PSE asing sesuai dengan aturan berbisnis di Indonesia, ataupun kewajiban mencatatkan dan melaporkan pendapatan yang mereka peroleh dari Indonesia.

Dengan kata lain, isi draf ini sangat sederhana seperti yang disampaikan oleh Menteri Kominfo Johnny G Plate. Pada saat itu ia menyampaikan, Permen akan dibuat sesederhana mungkin untuk muluskan investasi perusahaan teknologi global yang ingin membangun pusat data di Indonesia.

Kendati demikian, pihak Kemenkominfo membuka konsultasi publik untuk meminta tanggapan dan masukan untuk penyempurnaan naskah hingga 26 Maret 2020.

Pada akhirnya berkolaborasi

DailySocial meminta tanggapan dari pemain sejenis dalam negeri untuk meminta tanggapannya terkait beleid ini. CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto enggan secara gamblang memberikan pandangannya.

Ia justru menilai dari kacamata bisnis, kehadiran pemain regional seperti Amazon, Google, dan Microsoft adalah peluang buat kolaborasi karena pasar pusat data dan komputasi awan ini punya model bisnis hyperscale.

Hyperscale mengacu pada sistem atau bisnis yang jauh melebih pesaing. Bisnis ini dikenal sebagai mekanisme pengiriman di balik sebagian besar web yang didukung cloud, yang merupakan 68% dari pasar layanan infrastruktur.

Layanan ini mencakup banyak layanan cloud yang hosted dan privat, ada IaaS dan PaaS. Mereka mengoperasikan pusat data besar, dengan masing-masing menjalankan ratusan ribu server hyperscale.

“Karena market hyperscaler dan kita itu sebenarnya beririsan. Ada yang punya irisan sendiri ada yang sharing irisan,” ujar Dondy.

Sejak tahun ini, Biznet Gio menggaet kemitraan dengan AWS dan Google Cloud. Ia mengaku hasil yang bisa diperoleh sejauh ini terbilang lumayan untuk layanan baru. “Sebenarnya lebih ke arah ekspansi market daripada survive. [Kalau] dapat market baru kenapa enggak kita berpartner saja.”

Ia melanjutkan, dengan mengambil posisi ini, Biznet Gio adalah sebagai komplementer. Bukan sebagai penantang langsung karena ia sadar ada perbedaan skala bisnis yang jauh. Sehingga dengan kemitraan, perusahaan bisa menggali lebih dalam solusi yang dibutuhkan pengguna cloud sehingga bisa memberikan solusi tepat guna.

Strategi lainnya adalah meningkatkan pelayanan agar pengguna tetap nyaman untuk memakai layanan Biznet Gio. “Penggunaan cloud pada awalnya ditujukan untuk efisiensi, bisa menjadi pemborosan bila cara menggunakannya tidak tepat. Jebakan ‘bayar jam-jam-an’ kadang menimbulkan nafsu untuk memakai teknologi atau konfigurasi yang sebenarnya tidak amat dibutuhkan.”

“Di sini, kami akan bertidak sebagai konsultan penggunaan cloud yang tepat guna untuk pelanggan, dari pengalaman yang sehari-hari kami hadapi,” pungkasnya.

Exabytes Acquire Master Web Network

Exabytes Capital Group (Exabytes), a Southeast Asia based platform, officially made an acquisition over Indonesia based PT Master Web Network (MWN) through SPV Masterweb Internation Pte. Ltd. It includes the subsidiary, PT Cyberdata Technology and PT Registrasi Nama Domain.

MWN is the second company created by Exabytes in Indonesia after PT Exabytes Network Indonesia in 2017. Founded in 1998, the company is to focus on website hosting service provider and others, including domain, cloud, VPS, and server management.

Indra Hartawan, Exabytes Indonesia’s Country Manager said the service intends to help SMEs in developing business online.

“We’ve been operating in Indonesia since 2017 by offering hosting and premium cloud service. Along with our development, we want to invest on low cost hosting to expand users in the country with more than 200 million population,” he said.

He also added, Exabytes catch a potential in Master Web Network with more than 50 thousand active subscribers, as an extra support for the group.

“Moreover, Exabytes Group has provide more than 120,000 active companies in total. We’re also looking for more investment, such as technology, automation, and talent training for internal MWN to help business growth and improve its services in Indonesia,” he added.

MWN’s CEO, Dhiar Lukito Adhi said this acquisition is crucial to help SMEs growth in Indonesia.

“We’re very impressed by Exabytes approach to help SMEs develop online business. Using expertise and professional team, is the key to cover broaden user base from local entrepreneurs in Indonesia,” Adhi said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Akuisisi terhadap Master Web Network diharapkan menguatkan posisi Exabytes sebagai perusahaan penyedia layanan hosting di Indonesia

Exabytes Akuisisi Master Web Network

Exabytes Capital Group (Exabytes), platform yang berbasis di Asia Tenggara, resmi mengakusisi PT Master Web Network (MWN) yang berbasis di Indonesia melalui perusahaan SPV Masterweb International Pte. Ltd. Akuisisi ini mencakup anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, yaitu PT Cyberdata Technology dan PT Registrasi Nama Domain.

MWN sendiri merupakan perusahaan yang kedua yang dimiliki Exabytes di Indonesia setelah membentuk PT Exabytes Network Indonesia pada tahun 2017. Didirikan pada tahun 1998, perusahaan ini fokus pada penyediaan layanan hosting situs web dan layanan lainnya, termasuk nama domain, hosting cloud, VPS, dan managed server.

Disampaikan Country Manager Exabytes Indonesia Indra Hartawan, layanan perusahaan ini ditujukan untuk membantu usaha kecil dan menengah (UKM) dalam mengembangkan bisnis mereka secara online.

“Kami telah melakukan ini di Indonesia sejak 2017 dengan menawarkan layanan hosting dan cloud premium. Seiring pertumbuhan kami, kami juga ingin menambahkan hosting berbiaya rendah sehingga kami dapat melayani lebih banyak pelanggan di negara berpenduduk lebih dari 200 juta orang ini,” jelas Indra.

Indra menambahkan Exabytes melihat potensi Master Web Network, yang memiliki lebih dari 50.000 pelanggan aktif berbayar, dapat menjadi tambahan yang baik untuk grup perusahaan.

“Dengan itu Exabytes Group secara total saat ini melayani lebih dari 120.000 perusahaan aktif. Kami juga akan mencari sumber daya investasi lain seperti teknologi, otomasi, dan pelatihan bakat ke internal MWN untuk membantu mempercepat bisnis dan terus meningkatkan penawaran layanannya di Indonesia,” imbuhnya.

Menurut CEO MWN Dhiar Lukito Adhi, akuisisi ini sangat penting untuk bisa membantu pertumbuhan UKM di Indonesia.

“Kami terkesan dengan pendekatan Exabytes untuk membantu UKM mengembangkan bisnis mereka secara online. Dengan sumber daya para ekspertis dan tim profesional yang dimiliki, menjadi kunci bagi bisnis kami untuk terus berupaya menangkap basis pelanggan yang lebih besar dari pengusaha lokal di Indonesia,” terang Dhiar.

After Sleekr acquisition, Jurnal will remain an independent company for now

SaaS Platform Sleekr Reportedly to Acquire Jurnal

SaaS platform for financial and human resources, Sleekr, is said to acquire an accounting SaaS platform, Jurnal, according to two people in the industry. Jurnal is currently still an independent company. Sleekr has no comment of this information.

Sleekr, an SaaS platform under MidPlaza Holdings, has aggressively made some moves to support its business. After acquiring an Accounting SaaS, Kiper, in 2016, Sleekr made an acquisition over HR SaaS, Talenta, in May 2018.

In 2018, Jurnal currently has more than 80,000 users and Anthony Kosasih, Jurnal’s COO, said in an occasion that Jurnal will accelerate expansion to all first-tier cities in Indonesia. Jurnal was founded by Daniel Witono and Anthony Kosasih in 2015.

In 2015, according to Odin report, the cloud market for Indonesian SME has reached $1.2 billion with the biggest investment will be focusing on IaaS (Infrastructure-as-a-Service).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Pasca informasi akuisisi oleh Sleekr, Jurnal untuk saat ini akan tetap menjadi perusahaan independen

Platform SaaS Sleekr Dikabarkan Akuisisi Jurnal

Platform SaaS di bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia Sleekr disebut telah mengakuisisi platform SaaS Akuntansi Jurnal, menurut dua orang yang mengerti proses ini. Jurnal disebut saat ini akan tetap menjadi perusahaan independen. Pihak Sleekr menolak berkomentar terhadap informasi ini.

Sleekr, sebuah platform SaaS yang kini berada di bawah naungan MidPlaza Holdings, cukup agresif selama dua tahun terakhir dalam memperkuat lini bisnisnya. Setelah mengakuisisi platform SaaS Akuntansi Kiper di tahun 2016, di bulan Mei 2018 Sleekr mengakuisisi platform SaaS SDM Talenta.

Jurnal kini memiliki lebih dari 80 ribu pengguna dan di tahun 2018 ini COO Jurnal Anthony Kosasih dalam suatu kesempatan menyampaikan bahwa Jurnal akan menguatkan proses ekspansi ke seluruh kota besar di Indonesia. Jurnal didirikan oleh Daniel Witono dan Anthony Kosasih di tahun 2015.

Di tahun 2015, menurut laporan Odin, pasar cloud untuk UKM Indonesia mencapai $1,2 miliar dengan potensi terbesar disumbangkan oleh IaaS (Infrastructure-as-a-Service).

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Sleekr and Talenta to realize its visions together

Sleekr Officially Acquires Talenta

Sleekr, HR and Accounting SaaS services announces an acquisition of similar service, Talenta. All of Talenta’s employees will be joined Sleekr, while Joshua Kevin, as its Founder and CEO, will lead Sleekr’s Marketing and New Business team. The detail is undisclosed, with Talenta is now fully under PT. Mid Solusi Nusantara.

Kevin said to DailySocial, even though Talenta and Sleekr are competitors, they have the same vision and more similarities than differences. Therefore, Kevin and Sleekr‘s CEO Suwandi Soh have decided to pursue the dream together.

Talenta and Sleekr’s HR product is focused on companies with 20-5000 employees. Their combined customers in total are 100 thousand active users. This strategic step won’t make any difference in term of services.

Kevin said, “I, personally, believe that SaaS [Segment] is a long game [takes time], not just a second, and [to depend on] VC’s might not be the best route [to chase the vision] when the B2C is still on top. I believe Sleekr and its investors have 10-20 year vision and Talenta can be part of it.

In Kevin’s opinion, Talenta needs an experienced CEO or C-level. “Soh and his team have years of experience, which I am lack of.”

Kevin and Soh have made clear that all Talenta’s employees will be Sleekr’s. Suwandi Soh said, “HR software, of Indonesia’s payroll in particular, is very hard to get through, in terms of product or implementation. We are glad to welcome the 90 members of Talenta as part of our team. Their experience, skills, and the know-how will make a big boost [in business development].”

Sleekr has 80 team members for Product and Engineering distributed around Jakarta, Bandung, and Bangalore. According to Odin, Indonesia’s cloud market for SME this year will reach Rp33 trillion (or $2,7 billion).

Kevin ensures the merger will accelerate the development focus of HR platform and workplace in the future. Soh added, “The innovation we’ve explored includes predictive analytics for HR, compliance assurance, HR bot, and AI, also to increase HR admin’s mobility.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sleekr danTalenta ingin mewujudkan visi bersama

Layanan SaaS Sleekr Resmi Akuisisi Talenta

Layanan SaaS HR dan Akuntansi Sleekr mengumumkan telah mengakuisisi layanan SaaS HR Talenta. Seluruh pegawai Talenta akan bergabung menjadi pegawai Sleekr, sementara Founder dan CEO Joshua Kevin akan memimpin divisi Marketing dan New Business Sleekr. Meskipun detail akuisisinya belum bisa disebutkan, secara entitas Talenta kini berada di bawah PT Mid Solusi Nusantara.

Kepada DailySocial Joshua mengatakan, meskipun Talenta dan Sleekr berkompetisi di irisan yang sama, mereka memiliki visi yang sama dan sadar bahwa mereka memiliki lebih banyak kesamaan ketimbang perbedaan. Untuk itu Joshua dan CEO Sleekr Suwandi Soh memutuskan untuk mengejar mimpi secara bersama.

Fokus produk HR Talenta dan Sleekr adalah perusahaan dengan karyawan antara 20-5000 orang. Kombinasi konsumen Sleekr dan Talenta secara total kini mencapai 100 ribu pengguna aktif. Langkah strategis ini disebut tidak akan memberi perbedaan bagi layanan yang diberikan untuk konsumennya.

Joshua mengatakan, “Saya pribadi percaya [segmen] SaaS adalah long game [membutuhkan waktu lama], bukan sebentar, dan [bergantung pada] VC mungkin saja bukan rute terbaik [untuk mencapai visi] di regional ketika pasar B2C masih menjadi yang utama. Saya percaya Sleekr dan investor pendukungnya memiliki visi 10-20 tahun ke depan dan Talenta bisa menjadi bagian di dalamnya.”

Menurut Joshua, Talenta membutuhkan seorang CEO, atau C-level yang berpengalaman. “Suwandi dan timnya memiliki pengalaman puluhan tahun, sesuai yang saya belum miliki.”

Suwandi dan Joshua memastikan seluruh anggota tim Talenta diserap Sleekr. Suwandi mengatakan, “Software HR, khususnya payroll di Indonesia, sangat sulit untuk ditembus, baik dari sisi produk maupun implementasi. Kami sangat bersemangat menyambut 90 anggota tim Talenta sebagai bagian tim kami. Pengalaman, skill, dan know-how yang dimiliki bakal memberikan dorongan yang besar [untuk perkembangan bisnis].”

Disebutkan mereka kini memiliki 80 anggota tim Product dan Engineering yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Bangalore. Menurut riset Odin, pasar layanan cloud untuk UKM di Indonesia tahun ini bakal mencapai Rp33 triliun (atau $2,7 miliar).

Ke depannya Joshua memastikan penggabungan perusahaan ini bakal mengakselerasi fokus pengembangan platform HR dan workplace. Suwandi menambahkan, “Inovasi yang kami eksplorasi termasuk analitik prediktif untuk HR, compliance assurance, HR bot dan AI, dan meningkatkan mobilitas admin HR.”

Alex Li dan Raymond Ma (Alibaba Cloud) bersama Menkominfo Rudiantara / Alibaba

Alibaba Cloud Resmikan Data Center di Jakarta

Setelah melakukan riset dan pengenalan pasar selama dua tahun di Indonesia, Alibaba Cloud hari ini meresmikan kehadirannya di Indonesia. Komitmen Alibaba Cloud dibuktikan dengan kehadiran data center di Jakarta yang menyediakan pilihan lokal untuk UKM, startup, korporasi, dan lembaga pemerintahan. Secara keseluruhan jumlah data center Alibaba Cloud mencapai 18 buah yang tersebar di seluruh dunia.

Head of Alibaba Cloud ASEAN & NZ Raymond Ma mengungkapkan, secara independen Alibaba Cloud hadir di Indonesia memberikan platform yang diperkuat dengan teknologi yang advanced dan harga yang cukup terjangkau, terutama untuk target pasar yang diincar yaitu UKM.

“Kehadiran kami di Indonesia adalah independen. Dengan teknologi dan berbagai layanan yang kami miliki, Alibaba Cloud memiliki keyakinan yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis di Indonesia.”

Ditambahkan Raymond, tidak hanya memberikan solusi teknologi komputasi awan, Alibaba Cloud diklaim ideal bagi startup yang mengembangkan bisnis AI dan pengolahan big data.

Selain itu layanan big data “MaxCompute” memungkinkan pengguna menyimpan dan mengolah data struktural dalam jumlah besar, hingga ukuran terabyte dan petabyte.

“Tentunya kami akan menjaga kerahasiaan data perusahaan dan UKM yang menggunakan Alibaba Cloud. Selain di Indonesia, Alibaba Cloud juga memberikan pilihan untuk menyimpan datanya di luar Indonesia sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Raymond.

Pelatihan bersertifikasi

Pendekatan lain yang dilakukan Alibaba Cloud untuk merangkul lebih banyak klien di Indonesia adalah memberikan pelatihan bersertifikasi. Program inkubasi Alibaba yang bernama Alibaba Cloud Certified Professional (ACP) memiliki target melatih 300 peserta dan memberikan sertifikasi kepada 100 orang ahli di bidang cloud di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara yang sangat strategis untuk pengembangan bisnis cloud milik Alibaba. Untuk itu kita akan memastikan untuk memberikan informasi hingga layanan purnajual yang lengkap kepada klien,” kata General Manager APAC Alibaba Cloud Alex Li.

Disinggung apakah nantinya Alibaba Cloud akan mempekerjakan talenta Indonesia, Alex mengatakan kesempatan tersebut ada, namun saat ini Alibaba ingin fokus ke pemberian edukasi dan informasi tentang cloud. Program ini ditangani langsung tim khusus untuk solusi arsitektur cloud.

Terkait keamanan data yang disimpan di Alibaba Cloud dan peraturan yang ditentukan pemerintah Indonesia, Raymond Ma menegaskan sebagai perusahaan asing yang mencoba mengembangkan bisnis di Indonesia, Alibaba Cloud akan menuruti semua peraturan yang ditetapkan pemerintah.

“Untuk keamanan sendiri kami menjamin dengan teknologi yang kami miliki data milik klien akan terjaga keamanannya. Alibaba Cloud juga tidak akan membuka dan melihat data milik klien kami.”

Membuka peluang kemitraan

Saat ini Alibaba Cloud telah memiliki klien korporasi dan layanan e-commerce seperti Tokopedia, GTech Digital Asia, Dwidaya Tour, dan Yogrt. Alibaba Cloud masih membuka kesempatan perusahaan lokal untuk menjalin kemitraan dan memanfaatkan teknologi cloud miliknya.

“Fokus kami di Indonesia tidak hanya mendirikan data center, tetapi juga pelatihan dan dukungan untuk UKM di Indonesia. Dengan pendekatan unik dan pelokalan, hal tersebut yang membedakan Alibaba Cloud dengan kompetitor lainnya,” tutup Raymond.

Alibaba Cloud Segera Buka Data Center di Indonesia

Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing asal Tiongkok, mulai serius menapaki pasar Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan pengumuman akan dibukanya data center di Jakarta selambat-lambatnya Maret 2018. Perusahaan yang termasuk dalam Alibaba Group ini mencoba menyasar para UKM dengan menyediakan layanan cloud yang diklaim hemat dan berkualitas.

Selain Jakarta, rencananya Alibaba Cloud juga akan membuka data center di Mumbai, India. Pengumuman ini dilakukan pada saat acara Computing Conference yang berlangsung di Shanghai, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

Senior Vice President of Alibaba Group dan President Alibaba Cloud Simon Hiu dalam rilisnya mengatakan dibukanya data center baru di Indonesia dan India diharapkan bisa memperkuat posisi Alibaba Cloud di kawasan Asia dan juga secara global.

“Saya percaya Alibaba Cloud adalah adalah satu-satunya penyedia jasa cloud global dari Asia, memposisikan diri secara unik dengan keuntungan budaya dan kontekstual untuk menyediakan inovasi data intelijen dan kemampuan komputasi kepada pengguna di daerah-daerah tersebut. Membangun data center di Indonesia dan India akan memperkuat posisi kami di area ini dan juga secara global,” ungkap Simon.

Dengan penambahan data center baru ini, Alibaba Cloud secara total mempunyai 17 data center yang tersebar di beberapa negara, seperti Tiongkok, Australia, Jerman, Jepang, Hongkong, Singapura, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.

Indonesia dan India merupakan dua negara dengan potensi startup yang dianggap serupa karena pola dan kebiasaan penggunanya. Masuknya data center Alibaba Cloud di dua negara, dengan ekosistem startup yang berkembang ini, menggambarkan visi perusahaan yang memang menyasar perusahaan teknologi, khususnya startup.

Mengenal Infobip dan Peluang Bisnis Jasa Komunikasi Berbasis Cloud di Indonesia

Nama perusahaan Infobip memang masih asing di telinga orang Indonesia. Infobip adalah perusahaan penyedia jasa komunikasi berbasis cloud yang berasal dari Kroasia, telah beroperasi sejak 2006 silam. Terhitung kini telah resmi beroperasi di 48 titik yang tersebar di lebih dari 40 negara seluruh dunia.

Perusahaan ini awalnya merambah regional Asia Pasifik (APAC) sejak 2010 dan telah menjangkau Malaysia, Thailand, Korea, Vietnam, Filipina, Tiongkok, Taiwan, Jepang, dan terakhir Indonesia. Infobip baru meresmikan kantor perwakilannya di Jakarta sejak tahun lalu.

Sebelumnya, untuk menangani proses bisnis dari klien Indonesia masih dikerjakan oleh tim Infobip yang berada di Malaysia sebagai headquarter Infobip di regional APAC. Namun, sejak setahun lalu traksi perkembangan layanan mobile, Over The Top (OTT), perusahaan e-commerce, dan startup digital yang cukup pesat tahun lalu di Indonesia.

Hal ini rupanya jadi salah satu yang memicu Infobip untuk membuka kantornya di sini. Tujuan membuka kantor di Jakarta dikarenakan pihak Infobip ingin memberikan layanan yang lebih baik kepada mitra dan klien di Indonesia sebagai pasar yang sangat penting di regional APAC.

“Mulai berjamurnya perusahaan teknologi dan startup digital di Indonesia, jadi memicu kami untuk membuka kantor di sini. Mereka butuh teknologi Infobip untuk menjangkau end user lewat ponsel. Dengan pengalaman kami menangani klien dari kawasan global, diharapkan dapat membantu pertumbuhan bisnis klien kami,” ucap Ante Pamukovic, Regional Manager APAC Infobip kepada DailySocial, Selasa (29/11).

Komitmen Infobip untuk pengembangan Indonesia dan negara lainnya di regional APAC cukup serius. Pasalnya, beberapa waktu lalu perusahaan telah berinvestasi lebih dari 10 juta Euro untuk ekspansi global dalam hal pengembangan sistem, membangun tim lokal untuk bisnisnya di Indonesia. Saat ini, tim lokal Infobip di Indonesia baru berjumlah enam orang yang bergerak di bidang consumer relationship.

Alen Smoljan, Managing Director APAC Infobip, menambahkan pihaknya ingin serius berlama-lama beroperasi di Indonesia. Meski sementara ini tim lokal masih berjumlah enam orang, angka tersebut cukup ideal untuk memulai bisnis pada pertama kalinya sebab masih akan di back-up oleh tim Infobip di Malaysia bila ada isu tertentu yang belum bisa ditangani.

Rencananya, pihaknya berniat akan menambah orang dari berbagai divisi untuk ditempatkan di Indonesia agar layanan Infobip tidak hanya untuk klien yang berada di Jakarta saja, tetapi juga bisa merambah ke kota lainnya di seluruh Indonesia.

“Seiring perkembangan bisnis Infobip di Indonesia, kami memang berniat untuk menambah divisi lainnya di tempatkan di sini mulai dari human resource, finance, dan lainnya,” terang Smoljan.

Peluang dan tantangan Infobip di Indonesia

Bisnis Infobip di Indonesia memang masih baru sehingga masih jarang terdengar, terlebih model bisnisnya memang bergerak di belakang layar. Namun secara global, brand Infobip sudah bermitra dengan perusahaan teknologi mulai dari mobile network operator seperti Vodafone, O2, Ooredoo, dan lainnya. Kemudian, perusahaan finansial seperti SoftBank, perusahaan modern IT dan startup.

Maka dari itu, untuk meningkatkan brand awareness pihak Infobip tidak hanya bakal promosi ke klien saja tetapi juga ke masyarakat umum. Juga, gencar melakukan edukasi ke klien mengenai manfaat produk Infobip yang dapat menekan biaya investasi perusahaan.

“Brand Infobip di Indonesia masih minim diketahui banyak orang, makanya kami akan lebih gencar melakukan edukasi mengenai brand itu sendiri, juga benefit dari Infobip untuk mendukung perusahaan dalam engage konsumen. Ini memang butuh waktu, tapi kami yakin dengan expertise yang dimiliki lambat laun Infobip akan makin dikenal,” terang Harun Valjekvac, Business Development Infobip Indonesia.

Di samping tantangan tersebut, sambung Valjekvac, Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar bagi bisnis Infobip itu sendiri. Pasalnya, Indonesia termasuk negara berkembang dengan jumlah pengguna smartphone terbanyak di Asia Tenggara. Terlebih itu, banyak startup digital yang lahir di Indonesia.

Perusahaan tersebut, menurut Valjekvac, membutuhkan sokongan bantuan teknologi dari perusahaan seperti Infobip untuk dukung pertumbuhan bisnis mereka. ”

Gaet perusahaan teknologi, finansial, dan startup digital

Ada beberapa layanan yang ditawarkan Infobip mulai dari SMS, voice, push, email, dan chat apps, bahkan menyediakan layanan omni-channel. Di mana, layanan akan otomatis memilih jalur pemberitahuan sesuai kebiasaan, lokasi, dan preferensi konsumen.

Proses bisnisnya dari klien Infobip sampai ke end user, ada tiga cara. Melalui validasi nomor ponsel konsumen, autentifikasi dua-faktor lewat SMS atau pesan suara, atau lewat notifikasi dari aplikasi klien.

Hanya saja, untuk bisnis Infobip di Indonesia sementara ini baru tersedia layanan untuk SMS saja. Akan tetapi, pada dasarnya perusahaan yang menggunakan jasa dari Infobip bisa bergerak di berbagai macam mulai dari e-commerce, finansial, IT, OTT, operator telekomunikasi, ritel, travel, hingga healthcare.

Adapun beberapa klien perusahaan teknologi yang sudah menggunakan jasa Infobip diantaranya adalah Go-Jek, Traveloka, AirAsia, KoinWorks, UangTeman, dan FastPay. Dalam waktu mendekat, Bank Mandiri akan segera menyusul jadi klien Infobip.

Nofita Sari, Kepala Tim Penjualan Infobip Indonesia, mencontohkan bila konsumen tiket dari AirAsia atau Traveloka, nanti akan ada SMS yang berisi link yang terintegrasi dengan situs resminya untuk kebutuhan e-ticket. Sementara untuk Bank Mandiri, rencana bisnisnya akan sedikit berbeda.

Bank pelat merah tersebut akan jadi pihak pendukung distributor gas LPG yang ingin membeli gas dari perusahaan pelat merah lainnya. Dengan pemesanan lewat SMS, nantinya pembayaran akan langsung terpotong dari rekening distributor yang sudah memiliki rekening Bank Mandiri.

“Jadi untuk Bank Mandiri, end user-nya bukan masyarakat tapi distributor gas LPG. Rencana ini baru akan di resmikan tahun depan,” ucap dia.

Nofita melanjutkan, untuk pembayaran dari layanan Infobip hanya akan dikenakan berdasarkan tingkat penggunaannya saja. Misal, untuk tiap SMS yang dilakukan maka ada biaya yang harus dibayarkan klien.

“Kami tidak ada biaya masking dan integrasi dengan sistem klien hanya membutuhkan API, kami sediakan toolsnya saja untuk dibantu hubungkan dengan perusahaan operator telko. Kami hanya kenakan charge dari tingkat usage saja,” pungkas dia.

Perusahaan dengan fokus bisnis yang hampir mirip dengan Infobip di Indonesia, jumlahnya masih belum begitu banyak. Pemain lokal terbesar yang bermain di sektor ini salah satunya adalah Jatis Mobile. Layanan yang diberikan Jatis Mobile disebutkan masih terbatas untuk layanan SMS, belum merambah ke voice dan email seperti Infobip.