Sebelumnya, pemeritah Tiongkok menerapkan peraturan baru bagi para pemain game di negaranya. Peraturan tersebut adalah soal pembatasan waktu bermain untuk anak-anak di bawah 18 tahun. Tujuan utama pemerintah Tiongkok menerapkan peraturan ini adalah untuk menghindari efek kecanduan bermain game pada anak-anak.
Peraturan baru dari pemerintah Tiongkok tersebut ternyata juga berimbas pada dunia esports. Beberapa turnamen esports di Tiongkok terkena dampak dari pembatasan waktu bermain untuk anak-anak di bawah 18 tahun. 3 turnamen besar yakni Call of Duty: Mobile Masters, Peacekeeper Elite League, serta League of Legends: Wild Rift LPL Qualifier harus ditunda karena berusaha untuk mematuhi kebijakan pemerintah tersebut.
Turnamen COD: Mobile Masters saat ini sedang memasuki minggu keenam dan harus mundur 1 minggu dari jadwal semula. Sebanyak 14 tim COD: Mobile terbaik di Tiongkok berpartisipasi dalam turnamen yang memperebutkan total hadiah sebesar CN¥3 juta atau sekitar Rp6,6 miliar dan slot menuju 2021 World Championship Finals.
Kemudian turnamen Peacekeeper Elite League juga harus diundur selama 1 minggu. Turnamen ini merupakan liga terbesar PUBG Mobile di Tiongkok dan memperebutkan slot menuju PUBG Mobile Global Championship (PMGC) 2021.
Selain itu turnamen League of Legends: Wild Rift LPL Qualifier yang rencananya akan dimulai pada 6 September diundur menjadi 11 September 2021. Turnamen ini merupakan turnamen kualifikasi untuk memperebutkan slot menuju Wild Rift World Championship 2021 dan diikuti oleh 17 tim Wild Rift terbaik di Tiongkok.
Tiongkok memang tengah memperketat peraturan mengenai video game selama beberapa tahun terakhir, yang diklaim, untuk melindungi kesehatan mental dan fisik kepada anak-anak. Kebijakan sebelumnya membatasi waktu bermain game anak-anak hingga 1,5 jam sehari. Kini kebijakan baru lebih ketat lagi karena hanya memperbolehkan anak-anak untuk bermain game selama 1 jam saja pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu serta hari libur nasional di antara jam 8 hingga 9 malam.
Bagaimana dampak jangka panjang aturan tadi ke industri esports di sana? Pasalnya, tidak sedikit pemain esports di sana yang masih berada di bawah umur, seperti yang ada di 3 turnamen besar tadi. Apakah membebankan tugas mendidik anak kepada negara memang masih masuk akal di zaman sekarang?
Tanggal 4 Oktober 2020 lalu, tim Call of Duty Mobile dari 6 negara di Asia Tenggara saling bertarung demi mendapat kesempatan bertanding di COD Mobile World Championship 2020. DG Esports sebagai perwakilan Indonesia dari turnamen COD Mobile Major Series, harus puas terhenti di peringkat empat setelah ditundukkan Daivo.FreeSlot dari Thailand.
Perjuangan Jetsky dan kawan-kawan DG Esports di Garena COD Mobile Road to World Championship dimulai dari babak grup. Bertanding dengan format satu kali round-robin, DG Esports mendapat peringkat 4 dengan catatan menang-kalah 3-2, dan berhasil lolos ke babak selanjutnya. Selama babak grup, DG Esports hanya bisa menang melawan Resurgence yang berisikan pemain Malaysia, dan Divinity.Uprising dari Singapura.
Melaju ke babak Playoff, DG Esports langsung dipertemukan dengan Daivo.FreeSlot, yang pada babak grup berhasil mendapat catatan menang-kalah 4-1. Game pertama, mode Hardpoint di map FiringRange, DG Esports terlihat begitu kesulitan melawan Daivo.FreeSlot. Berkali-kali usaha kawan-kawan DG Esports untuk merebut area terpental begitu saja. Akhirnya Daivo.FreeSlot menang meyakinkan dengan perolehan poin 150-23.
Game kedua adalah mode SearchandDestroy. Lagi-lagi DG Esports kesulitan menembus ataupun menahan serangan dari Daivo.FreeSlot. Berkat permainan makro dan mikro yang solid dari Daivo.FreeSlot, akhirnya mereka juga bisa mendapatkan kemenangan dengan skor 6-1. Game ketiga merupakan penentuan dari seri best-of-5 antara Daivo.FreeSlot melawan DG Esports.
Kembali bertanding di map FiringRange, DG Esports ternyata terlihat masih kesulitan menghadapi Daivo, walau mode permainan berubah jadi Domination di game ketiga. DG Esports sempat memberi perlawanan kuat di awal. Tetapi apa mau dikata, Daivo.FreeSlot bermain lebih solid dan konsisten hingga akhir permainan, sehingga tim asal Thailand tersebut bisa menang dengan skor dominan, 150 – 51.
Melaju ke babak final, Daivo.FreeSlot bertarung sengit dengan tim NRX 29:11 dari Filipina. Kedua tim bermain sama bagusnya, namun NRX 29:11 memang terlihat lebih solid dan konsisten. Setelah pertarungan sengit, NRX 29:11 keluar sebagai SEA/Taiwan, dan melaju ke COD World Championship 2020. Call of Duty World Championship 2020 akan diselenggarakan bulan Desember mendatang. Nantinya akan ada delapan tim dari berbagai daerah di dunia, bertanding untuk memperebutkan tahta juara dunia. Delapan kawasan tersebut adalah North America, Latin America, Western Europe, Eastern Europe/Rest of Asia, South Korea, Japan, SEA/Taiwan, dan Vietnam.
Cukup disayangkan DG Esports tidak berhasil merebut kesempatan untuk bertanding di COD Mobile World Championship 2020. Terlepas dari itu, DG Esports sudah memberikan perjuangan yang maksimal, dan kompetisi ini juga bisa menjadi pelajaran berharga bagi Ehann, Jetsky, dan kawan-kawan.
Seri Call of Duty yang diusung Activision Blizzard, terbilang jadi salah satu franchisegame paling menguntungkan. Buktinya terlihat pada Q1 2020 kemarin, ketika pemasukan Activision Blizzard bisa naik berkat Call of Duty. Salah satu versi spin-off dari franchisegame tersebut adalah Call of Duty Warzone, merupakan versi Battle Royale dari Call of Duty yang dapat dimainkan secara cuma-cuma.
Berhasil sukses di PC dan konsol, Warzone kini dikabarkan akan dibuat ke dalam versi mobile demi bisa menuai sukses lebih besar lagi. Spekulasi soal ini pertama kali didapatkan oleh Charilie Intel, sub-brand dari Dexerto yang spesifik membahas Call of Duty. Spekulasi tersebut muncul setelah Charlie Intel menemukan sebuah job listing posisi Executive Producers yang diposting di laman resmi Activision.
Job listing tersebut menjabarkan deskripsi pekerjaan Executive Produser sebagai seseorang yang mengurusi sebuah gamemobile FPS AAA dari Call of Duty Franchise, baik dari segi product framing, ataupun player experience. Lebih lanjut dijelaskan lagi, bahwa untuk mengisi posisi tersebut, seorang profesional harus bisa mengumpulkan, mengadaptasi, dan menyajikan fitur esensial dari Warzone di konsol dan PC ke dalam platform mobile.
Meski begitu, Activision sepertinya masih sembunyi-sembunyi, terkait langkahnya untuk menyajikan Warzone ke platform mobile. Entah dihapus atau memang terisi, tapi jika Anda mencoba pergi ke tautan resmi job listing tersebut sekarang, maka yang muncul hanyalah laman berisi tulisan “Sorry… The job you are trying to apply for has been filled”.
Memang platform mobile memiliki potensi yang luar biasa dari segi bisnis. Contoh dari ini salah satunya adalah PUBG Mobile. Game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum dan di-publish oleh Tencent Games tersebut berhasil mengumpulkan pendapatan hingga 3 miliar dollar AS hanya dalam 2 tahun saja.
Sementara pada sisi lain, Call of Duty Warzone sebagai game di PC dan konsol sudah berhasil menuai kesuksesan yang cukup besar. Mengutip VG24/7, versi Battle Royale dari Call of Duty tersebut berhasil mengumpulkan 75 juta pemain di bulan Agustus 2020, cuma empat bulan saja sejak peluncuran. Melihat kesuksesan besar yang didapat Activision Blizzard dari versi PC, tidak heran kalau mereka jadi ingin menjajaki ladang baru untuk menuai keuntungan yang lebih besar lagi.
Selamat datang di artikel [Rekap], rubrik baru dari Hybrid hasil kerja sama dengan ONE Esports. Untuk edisi kali ini ada rangkuman sejumlah info menarik dari berbagai skena esports dan industri game dalam sepekan terakhir. Tanpa berpanjang lebar, mari langsung kita simak Rekap berita esports minggu ini.
Banyak penggemar Dota 2 bertanya-tanya tentang kapan set Arcana Windranger dan Immortal Treasure III dirilis. Kini Valve akhirnya memberikan jawaban.
Menanggapi voting komunitas di Reddit perihal konten mana yang ingin lebih dulu dirilis, salah seorang developer Valve, cameron_dev, memberi pernyataan mengenai pengembangan Battle Pass yang tentunya sangat dinanti-nanti para penggiat Dota 2.
Meskipun tim-tim Dota 2 dari Amerika Selatan sangat mendominasi di turnamen ESL One Thailand 2020: Americas, salah satu perwakilan Amerika Utara, Quincy Crew (QC), berhasil melewati semua rintangan di lower braket hingga berhasil menjuarai turnamen tersebut.
Setelah kalah dari 4 Zoomers di babak pertama upper braket dan jatuh ke lower bracket, QC langsung memporak-porandakan Infamous. Mereka kemudian menuntaskan dendamnya dengan 4 Zoomers saat kedua tim kembali bertemu di lower bracket. Dan akhirnya QC melibas Thunder Predator di grand final dengan skor telak 3-0.
Dalam test server COD Mobile yang terakhir kali dirilis, terdapat map ‘Terminal’ yang kini akhirnya telah dikonfirmasi secara resmi oleh developer melalui cuitan di akun twitter resmi game tersebut.
Terminal akan menjadi salah satu map yang unik. Segera setelah pemain memasuki map, mereka akan mendengar pengumuman “Penumpang yang terhormat, ini adalah beberapa hal yang dilarang keras untuk dibawa dalam penerbangan, seperti cairan, barang yang mudah terbakar, mudah meledak, dan bahan radioaktif.”
Tencent akhirnya mengumumkan tanggal rilis untuk “New Erangel”, versi terbaru dari map klasik Erangel, dalam pratinjau update 1.0 mendatang di Apple App Store.
New Erangel 2.0 benar-benar akan mengubah keseluruhan tampilan map. Kualitas tekstur dan grafik tentunya ditingkatkan. Beberapa fitur di versi 1.0, seperti sistem pencahayaan dan shadow juga akan masuk dalam upgrade visual map.
Organisasi esports FaZe Clan telah mengumumkan bahwa bintang bola basket sekolah menengah LeBron James Jr. atau yang lebih dikenal sebagai Bronny James, kini telah bergabung bersama mereka.
Belum jelas peran Bronny nantinya namun besar kemungkinan bakal menjadi salah satu content creator organisasi tersebut.
Setelah sukses dengan musim yang pertama, kini Call of Duty Major Series berlanjut ke musim kedua. Akhir pekan lalu, babak Playoff Call of Duty Mobile Major Series Season 2 (COD Mobile Major Series Season 2) telah selesai digelar. Setelah proses yang cukup panjang, delapan tim akhirnya terpilih untuk dapat pada babak Grand Final yang akan diselenggarakan secara offline.
COD Mobile Major Series S2 sudah berjalan sejak Januari 2020 lalu. Pertandingan diawali dengan fase kualifikasi yang diselenggarakan secara offline dan online. Kualifikasi offline, diselenggarakan di delapan kota besar Indonesia. Ketika itu antusiasme terbesar para peserta datang dari tiga kota besar di pulau Jawa, yaitu Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Sementara kualifikasi online diikuti oleh lebih dari 800 tim yang bersaing demi mendapatkan tempat di babak Playoff.
Babak Playoff diikuti oleh 16 tim yang memperebutkan posisi 8 besar untuk bertanding di babak Grand Final nanti. Persaingan berjalan dengan sengit selama babak Playoff, enam belas tim peserta COD Mobile Major Series S2 tak ada yang mau kalah, dan semuanya ingin dapat melaju ke babak Final. Bertarung selama 5 hari sejak dari 17 sampai 21 Februari 2020 kemarin, akhirnya terpilih sudah 8 tim yang akan bertanding di babak Grand Final COD Mobile Major Series S2.
Bigetron Duty
DG Esports
Siren Esports
NXL VDC
Fourzerozone (40Z)
GGWP ID Sutomo
RRQ Endeavour
RIMO
Terkait gelaran COD Mobile Major Series S2, produser Garena Call of Duty: Mobile Edmundo Swidoyono mengatakan, “COD Mobile Major Series dirancang untuk membuka kesempatan seluas mungkin bagi peserta dari berbagai daerah agar dapat membuktikan kemampuan mereka, baik hadir secara offline maupun ikut melalui online. Inklusivitas menjadi hal yang penting bagi kami, karena Garena ingin memberikan kontribusi secara penuh bagi Indonesia, tidak hanya menghadirkan berbagai judul game bekualitas, namun juga menyediakan wadah bagi para pecinta game untuk menyalurkan minatnya secara lebih terarah.”
“Ke depan, Garena akan membuka pintu untuk melangsungkan musim berikutnya dari COD Mobile Major Series agar dapat memberi akses yang lebih luas kepada para tim esports di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan agar dapat bersaing hingga level internasional. Kami berharap turnamen ini tidak hanya menjadi kompetisi yang menjunjung tinggi sportivitas, namun juga menjadi wadah pembentukan komunitas esports yang solid demi kemajuan ekosistem secara berkelanjutan.” kata Edmundo menutup.
Babak Grand Final COD Major Series S2 akan diselenggarakan di Mall Taman Anggrek pada 7 Maret 2020 mendatang. Mereka akan bertanding dalam seri best-of 3 dengan format Double Elimination. Pantau terus situs Hybrid.co.id serta akun media sosial Hybrid di Instagram, Twitter, Facebook, dan YouTube untuk informasi seputar esports dan gaming.
Baru satu bulan perilisan, antusiasme gamers terhadap COD Mobile memang sangat tinggi. Tak heran, mengingat game ini juga disajikan dengan baik, membuatnya menjadi FPS Mobile terbaik, setidaknya untuk saat ini. Kendati gembar-gembor soal besarnya antusiasme, namun berapa angka nyata pemain COD Mobile sendiri? Baru-baru ini situs data intelijen aplikasi mobile,Sensortower, mengungkap jumlah angka download COD Mobile setelah satu bulan.
Dikatakan, COD Mobile menjadi game dengan jumlah download terbesar kedua setelah satu bulan peluncuran, dengan peringkat pertama masih dipegang oleh Pokemon GO. COD Mobile mencatatkan 148 jumlah download pada bulan pertama peluncurannya.
Selama satu bulan belakangan, jumlah download COD Mobile berada di angka rata-rata 4,9 juta download setiap harinya, baik di Apple App Store ataupun Google Play Store. Jumlah pengunduh terbanyak COD Mobile terjadi pada tanggal perilisannya, 1 Oktober 2019 lalu, dengan 24 juta total download dalam periode 24 jam. Amerika Serikat masih menjadi regional dengan pengunduh COD Mobile terbanyak dengan total 23,6 juta download. Sementara pemain terbanyak kedua datang dari India dengan total 16,2 juta download.
Jumlah ini membalap jauh dua game FPS yang belakangan populer di mobile, yaitu PUBG Mobile dan Fortnite. PUBG mobile kalah dua kali lipat dari COD Mobile, dengan hanya mendapatkan 60 juta download pada bulan pertama perilisan. Sementara Fortnite kalah empat kali lipat dengan hanya mendapatkan 35 juta download pada bulan pertama perilisan.
Dari segi pemasukan, COD Mobile mencatatkan penjualan sampai dengan US$53,9 juta (sekitar Rp758 juta), dengan penjualan tertinggi dalam satu hari mencapai angka US$3,1 juta (sekitar Rp43 juta) yang terjadi pada 5 Oktober 2019 lalu. Proporsi terbesar penjualan ini datang dari Amerika Serikat, dengan US$22,8 juta,
Mengingat COD Mobile memisahkan distribusi game menjadi dua versi, yaitu versi Activision dengan versi Garena, apakah kira-kira angka ini relevan untuk pasar Indonesia? Masih mengutip dari Sensortower, ternyata COD Mobile di Indonesia sudah mencatatkan total sekitar 17 juta download dengan pendapatan total sekitar US$5 juta (Rp70 juta).
Jika melihat dari jumlah pemain COD Mobile, potensi game ini untuk esports terbilang cukup besar. Dari ekosistem esports lokal, hal ini terlihat dari inisiatif Garena Indonesia untuk menyelenggarakan COD Mobile: Major Series yang finalnya akan diselenggarakan akhir tahun ini. Tak hanya itu, COD Mobile bahkan berhasil membuat tim besar dari kancah Point Blank, RRQ.Endeavour, jadi pindah haluan.
Mode kompetitif game ini juga seharusnya terbilang lebih mudah dimengerti oleh kebanyakan gamers. Hal ini mengingat format 5v5 yang digunakan dan mode Detonation yang punya model permainannn mirip dengan Bomb Mode milik game FPS tertua di dunia, CS:GO.
Walaupun begitu, belum ada gelagat untuk membuat inisiatif esports COD Mobile secara global. Saat kami menanyakan hal tersebut dalam gelaran konfrensi pers peluncuran COD Mobile: Major Series tanggal 4 November 2019 lalu, Edmundo Swidoyono, Producer COD Mobile dari Garena Indonesia juga belum dapat mengungkap apapun terkait inisiatif esports tingkat internasional.
Namun demikian, Garena Indonesia berusaha untuk mendorong ekosistem esports lokal COD Mobile, bahkan tak hanya tingkat profesional saja. Dalam gelaran konfrensi pers tersebut, Garena juga mengumumkan inisiatif Boot Camp untuk mendorong ekosistem esports grassroot dengan Garena sebagai fasilitator.
Tanggal 4 November kemarin, pengumuman mengejutkan dilakukan oleh tim Rex Regum Qeon. Lewat sebuah video, divisi Point Blank yaitu RRQ Endeavour, secara resmi mengucapkan perpisahan. Tetapi, perpisahan ini bukan perpisahan dengan organisasi RRQ, ataupun perpisahan tim Endeavour, melainkan perpisahan dengan game yang selama ini sudah membawa nama Yulius “NextJacks” dan kawan-kawan membumbung tinggi, yaitu Point Blank.
RRQ Endeavour tidak bubar sepenuhnya, melainkan memutuskan pindah haluan ke dunia kompetitif COD Mobile. Hal ini sebenarnya sudah sempat diumumkan oleh NextJack, pada saat Garena mengumumkan gelaran COD Mobile: Major Series lewat acara konfrensi pers yang diadakan pada tanggal 4 November 2019 lalu di Plaza Senayan.
Meski beralih fungsi, namun bukan berarti tidak semua 5 pemain roster RRQ Endeavour akan berkompetisi di COD Mobile. Wilbert Marco, selaku Head of Team Manager RRQ mengatakan, bahwa hanya 4 orang saja yang sudah pasti pindah dan turut berkompetisi di COD Mobile. Empat orang tersebut adalah NextJacks sebagai coach, Heriyanto “F1re”, Irvan “KingLeo” Ardiansyah, dan Armario “Talent” Falentino Bochem. Lalu di sisi lain, Benny “Mozzarela” sementara waktu ini akan fokus di dunia streaming, dan tidak terjun di dunia kompetitif.
“Memang ini dari masing-masing pemain yang merasa ada kesempatan bagus jika mereka memilih untuk terjun di kompetitif COD Mobile, dan juga mereka merasa hal ini akan memberikan tantangan baru bagi mereka.” Wilber Marco, General Manager tim Rex Regum Qeon menjelaskan soal kepindahan RRQ Endeavour dari Point Blank ke COD Mobile.
Saat gelaran konfrensi pers, NextJack juga memberikan komentarnya soal potensi COD Mobile. “Selain karena esports mobile game yang memang sedang booming, kami (RRQ Endeavour) juga merasa bahwa COD Mobile benar-benar sedang berkembang pesta karena dipegang oleh publisher ternama (Garena Indonesia).”
Walau secara genre game sebenarnya tak beda jauh, namun perbedaan sistem kontrol yang sangat drastis (Dari mouse-keyboard menjadi kontrol sentuh) mungkin akan menjadi masalah bagi Talent dan kawan-kawan. Kendati demikian, Yulius yang bertindak sebagai juru bicara RRQ Endeavour di gelaran konfrensi pers tersebut mengaku cukup percaya diri. “Adaptasi pasti butuh, karena kita bicara dari game PC ke game mobile. Tapi karena genre kedua game sama, mode kompetitif game ini juga mirip yaitu Bomb Mission 5v5, kami cukup yakin bisa lebih unggul dari tim lain.” NextJacks mengatakan.
Marco sendiri cerita singkat soal proses adaptasi dari F1re, KingLeo dan Talent. “Sejauh ini berjalan dengan lancar, tapi memang jam terbang permainan harus lebih tinggi lagi, karena perpindahannya cukup signifikan, dari PC ke mobile. Untuk COD Mobile: Major Series, realistisnya kami berharap setidaknya bisa lolos dari qualifier dulu.”
Mengingat mode kompetitif COD Mobile adalah 5v5, ini berarti tim RRQ Endeavour masih kekurangan 2 pemain lagi untuk bisa bertanding. Terkait hal ini Marco juga mengatakan. “Untuk dua orang lagi masih dalam proses seleksi, kami belum bisa memberi nama-namanya untuk saat ini.”
Dengan ini, maka berikut roster RRQ Endeavour untuk COD Mobile: Major Series 2019:
Yulius “NextJacks” – COACH
Heriyanto “F1re”
Irvan “KingLeo” Ardiansyah
Armario “Talent” Falentino Bochem
TBA
TBA
COD Mobile Major Series akan menjadi panggung pertama bagi tim RRQ Endeavour. Mereka akan mulai bertanding di babak kualifikasi yang dimulai dari tanggal 12 November 2019 mendatang. Kalau melihat prestasinya di kancah Point Blank, tim ini sudah berhasil mencatatkan kemenangan beruntun di kompetisi lokal. Berpindah ke mobile gaming, apakah tradisi juara tim RRQ Endeavour akan berlanjut?
Call of Duty Mobile (COD Mobile) resmi dirilis pada 1 Oktober 2019 lalu. Animo gamers sudah terlihat sangat tinggi, bahkan ketika game ini belum resmi dirilis. Tercatat, ada 1,7 juta pemain yang sudah mendaftar saat game besutan Tencent dan Activision ini masih dalam masa pra-registrasi.
Dengan animo yang sebegitu besar, saya akhirnya turut terjerumus ke dalam hype dan mencoba game ini. Namun, awalnya saya merasa sangat skeptis. Alasan saya skeptis dengan COD mobile sebenarnya karena saya masih merasa bahwa FPS di mobile (dan konsol) adalah penemuan paling absurd sepanjang peradaban manusia.
Sebagai seseorang yang bermain FPS menggunakan mouse dan keyboard sejak zaman Wolfenstein 3D, saya merasa kontrol joystick untuk FPS sangat tidak praktis. Jika joystick saja sudah tidak praktis, apalagi virtual joystick yang ada pada kebanyakan mobile games zaman sekarang. Soalnya, menurut saya kontrol sentuh untuk pergerakan rumit ala game FPS terasa sangat tidak intuitif.
Tetapi, ternyata anggapan saya salah dan malah jadi ketagihan main COD Mobile, karena satu dan lain hal. Sebagai seorang penggemar Call of Duty kelas teri (karena saya hanya main COD versi jadul, itupun versi bajakan), berikut ulasan COD: Mobile, dan alasan kenapa game ini bisa dibilang sebagai FPS mobile terbaik sejauh ini.
Sensasi Adu Tembak Tempo Cepat Khas Call of Duty
Pertama, mari kita bahas soal elemen gunfight. Berhubung game FPS pada mobile phone yang saya mainkan hanyalah PUBG Mobile dan COD Mobile ini, jadi dengan sangat terpaksa, saya harus membandingkan pengalaman adu tembak pada kedua game tersebut.
Memang terkesan tidak sebanding, gunfight pada PUBG Mobile cenderung realistis, sementara gunfight COD Mobile bersifat fast-paced penuh aksi layaknya sebuah film laga. Dalam COD Mobile, pokoknya Anda cukup tekan tombol tembak, dan arahkan ke musuh. Mau Anda menembak sambil bergerak, sliding, ataupun lompat, tembakan Anda akan tetap tepat sasaran selama Anda menggunakan Aim Down Sight (ADS) atau bidikan senjata.
Mekanisme menembak juga lebih sederhana. Tak ada mekanisme lean atau miring ke kiri dan kanan seperti pada PUBG Mobile. Jadi untuk peeking, Anda bisa bergerak ke kiri dan kanan pada tembok yang ada. Recoil senjata juga lebih mudah dikendalikan. Anda bisa menembak spray 30 peluru sekaligus, namun masih tepat sasaran, sampai peluru terakhir. Selain itu, musuh-musuh juga bercahaya merah, yang membuat mereka jadi lebih mudah dideteksi.
Mekanisme Aim Down Sight (ADS atau menembak dengan membidik) yang hadir di COD Mobile juga terasa sangat khas Call of Duty, layaknya versi konsol ataupun PC. Jadi walau adu tembak berjalan dengan tempo yang cepat, Anda tetap harus melakukan transisi dari mode hip-fire ke mode ADS agar peluru Anda tidak nyasar. Transisi ini juga dapat dilakukan dengan mudah, yang nanti akan kita ulas secara lebih lanjut bersama dengan sistem kontrol lainnya yang disajikan dalam COD Mobile.
Tetapi, walau sedari tadi saya bilang menembak di COD Mobile itu mudah, bukan berarti game ini jadi membosankan. Sistem progression COD Mobile ditata dengan cukup rapih, membuat proses belajar di dalam game ini jadi menyenangkan dan sangat rewarding.
Pemain dibawa mempelajari game ini tahap demi tahap, mulai dari sistem kontrol dan cara menembak musuh, mekanisme-mekanisme permainan seperti Scorestreaks, sampai peraturan ragam mode pertarungan 5v5 yang jadi hidangan utama di COD Mobile.
Setelah Anda lepas dari mode tutorial, target selanjutnya Anda adalah menaikkan level akun agar dapat menikmati mekanik lanjutan yang ada di COD Mobile. Awal permainan, modal Anda hanyalah senjata M4 polos tanpa attachment, ditambah kemampuan Scorestreak dan Operator Skill saja. Mode permainan juga terbatas hanya Frontline 5v5.
Seiring level akun meningkat, Anda akan mulai menemukan kerumitan baru. Anda jadi bisa membawa perlengkapan tambahan. Muncul senjata baru dengan karakteristik tertentu yang tak bisa sembarang Anda gunakan. Muncul mekanisme perk (semacam skill pasif kalau di dalam MOBA) yang bisa membuat karakter jadi lebih cepat, lebih kuat, atau lebih sigap. Mode yang dimainkan juga jadi makin beragam. Ada mode Team Deathmatch, Domination, Search and Destroy, dan bahkan Battle Royale.
Pemain juga dibawa menikmati Ranked Match dengan tahap demi tahap. Pada rank terendah, Anda hanya bisa bermain Team Deathmatch saja. Nantinya pada rank tertinggi Anda akan dibawa bermain mode Search and Destroy yang tak hanya butuh kemampuan menembak saja, namun juga strategi yang solid.
Seiring waktu, permainan juga jadi semakin menantang mengikuti level akun dan rank yang Anda miliki. Awal-awal, musuh yang Anda hadapi mungkin hanya bisa menembak sambil diam. Semakin tinggi level dan rank, lawan-lawan Anda jadi bisa menembak sambil strafing dengan lincah, flick-shot cepat dengan senjata sniper bahkan dari jarak dekat sekalipun, dan lain sebagainya.
Antara 5v5 dengan Battle Royale
Pada beberapa paragraf sebelumnya saya sudah menyebut mode-mode yang ada di dalam COD Mobile. Pada intinya, COD Mobile membagi mode permainan jadi dua, 5v5 dan Battle Royale. Pertandingan 5v5 dibagi lagi menjadi beberapa bagian, Frontline, Team Deathmatch, Domination, lalu Search and Destroy.
Pada mode Frontline, setiap kali mati Anda akan langsung hidup kembali di tempat yang sama. Team Deathmatch mirip dengan Frontline, bedanya setelah mati Anda bisa hidup kembali di tempat yang berbeda. Domination masih memiliki peraturan ala Team Deathmatch, bedanya dalam mode ini Anda harus menguasai satu poin tempat atau lebih, dalam durasi selama mungkin agar dianggap menang.
Search and Destroy biasa ditemukan di game-game FPS di PC, seperti Rainbow Six: Siege ataupun Counter-Strike: Global Offensive. Pada mode tersebut, dua tim memiliki dua tujuan yang berbeda. Tim satu harus memasang bom, tim lainnya harus menggagalkan bom yang dipasang. Kematian dihukum lebih keras dalam mode ini. Setelah mati, Anda akan respawn, tapi pada ronde berikutnya. Siapa yang memenangkan 6 ronde (baik dengan memasang, menggagalkan bom atau membasmi semua tim musuh) akan memenangkan permainan.
Mode Battle Royale, sama seperti PUBG Mobile. Anda terjun, looting, bertahan hidup sampai akhir, lalu jadi juara. Namun, Battle Royale pada COD Mobile hadir dengan sedikit twist. Pemain bisa memilih satu dari enam Class yang ada. Ada Scout, Clown, Medic, Ninja, Defender, dan Mechanic.
Masing-masing punya kemampuan khusus. Scout bisa mendeteksi musuh, Clown bisa memanggil zombie yang menyerang musuh, Medic menyembuhkan musuh lebih cepat, Ninja punya mobilitas yang tinggi, Defender lebih tahan semua damage kecuali dari tembakan, dan Mechanic mampu mendeteksi jebakan dan kendaraan dengan lebih cepat.
Selain dari kelas, beberapa perbedaan Battle Royale versi COD Mobile ini adalah, Anda bisa menghidupkan kembali teman yang sudah mati, dan juga kehadiran helikopter sebagai salah satu pilihan kendaraan yang bisa dikendarai. Dihadapkan dengan fitur-fitur menyegarkan tersebut, entah kenapa saya tetap merasa Battle Royale di COD Mobile itu membosankan. Mungkin karena sudah terlalu terbiasa dengan baku tembak tempo cepat yang memacu adrenalin pada mode 5v5.
Sementara Battle Royale? Tempo pertarungan jadi lebih lambat, belum lagi proses pergerakan circle yang lambat, bikin saya jadi makin bosan. Kalau ada satu hal yang bisa diperbaiki dari COD Mobile Battle Royale, mungkin adalah mekanisme circle-nya. Membuat tempo circle jadi lebih cepat mungkin akan membuat permainan jadi lebih seru dan mendebarkan.
Selain itu, lawan yang saya hadapi, kadang juga terlihat seperti bingung mau melakukan apa; yang membuat permainan jadi semakin kurang menarik. Mungkin karena rank saya terlalu rendah, sehingga lawan yang saya hadapi belum segitu hebat, atau mungkin karena yang saya lawan adalah bot?
Tetapi Battle Royale COD Mobile memberi pengalaman yang kurang lebih lebih mirip dengan Battle Royale pada Call of Duty: Black Ops 4. Jadi jika Anda seperti saya (yang hanya mampu mencicipi Call of Duty: Black Ops 4 saat free week saja, namun tidak bisa membeli karena harganya yang terlalu mahal), COD Mobile bisa menjadi padanan yang tidak terlalu buruk.
Secara keseluruhan, memang pertarungan 5v5 masih lebih superior di dalam COD Mobile. Tetapi keseruan 5v5 dalam COD Mobile lebih dari sekadar adu tembak saja, karena ada beberapa mekanisme unik yang cukup membedakan COD Mobile dengan game FPS biasanya. Dua hal yang terasa paling beda dengan kebanyakan FPS lain (baik PC ataupun Mobile) adalah Scorestreaks dan Operator Skill.
Mekanisme Scorestreaks sendiri sebenarnya pertama kali muncul pada mode multiplayer Call of Duty: Black Ops 2. Mekanisme ini memungkinkan pemain menggunakan ragam perlengkapan canggih, saat ia berhasil mengalahkan musuh secara berturut-turut tanpa mati. Perlengkapan Scorestreaks paling dasar ada 3, UAV, Hunter Killer Drone, dan Predator Missile.
UAV memungkinkan Anda untuk mendeteksi posisi musuh pada minimap. Hunter Killer merupakan drone kecil yang bisa diterbangkan, mencari musuh, lalu meledak. Sementara Predator Missile adalah rudal yang bisa Anda kendalikan untuk mengalahkan musuh-musuh. Seiring level Anda meningkat, pilihan Scorestreaks lain akan terbuka, tentunya dengan fungsi yang semakin variatif.
Sementara itu Operator Skill sendiri sebenarnya hampir mirip dengan perlengkapan Scorestreaks. Bedanya, Operator Skill biasanya berbentuk senjata. Setelah mendapat kill demi kill, bar Operator Skill akan terisi, dan bisa digunakan setelah bar tersebut penuh. Mekanisme ini mirip dengan mengisi skill ultimate pada Overwatch, kalau mungkin Anda pernah memainkannya.
Operator Skill yang pertama kali terbuka adalah Purifier, sejenis Flamethrower yang bisa membakar musuh dengan cepat. Seiring level meningkat, akan terbuka jenis Operator skill lain seperti, Scythe si gatling gun kecil yang mematikan, ataupun War Machine si grenade launcher peledak otomatis.
Tambahan fitur ini membuat aksi adu tembak di COD Mobile jadi sangat menyenangkan (dan juga sangat menyebalkan). Menyenangkan jika Anda berhasil mendapatkan Scorestreak atau Operator Skill, yang membuat Anda bisa semakin mendominasi jalannya permainan; terutama pada mode Team Deathmatch ataupun Domination. Menyebalkan jika Anda berada di sisi tim yang kalah, sehingga Anda harus mati oleh segala peralatan aneh yang akan membuat Anda merasa permainan jadi tidak adil.
Namun yang disayangkan adalah dua fitur ini cenderung tak terpakai dalam mode Search and Destroy. Operator Skill memang tidak diaktifkan dalam mode tersebut. Mode Scorestreak sebetulnya tetap ada, namun hampir tidak mungkin untuk bisa dimanfaatkan, karena setiap ronde, semua hal akan direset, termasuk progress Scorestreak.
Jadi pada mode Search and Destroy, pembeda yang terasa hanyalah fitur Perks saja. Ini sebenarnya tidak terlalu jadi masalah, tapi saya merasa, penambahan skill tertentu atau class tertentu pada mode ini tentu akan membuat COD Mobile jadi lebih berwarna.
Kontrol 1-tap ADS yang Mengubah Segalanya
Saya sudah mengatakan soal ini di awal paragraf, FPS mobile dengan kontrol virtual joystick itu sebenarnya sangat konyol dan tidak praktis sama sekali. Tapi untungnya COD Mobile berhasil membantah hal tersebut, dan menyajikan kontrol praktis, yang langsung secara 180 derajat mengubah sudut pandang saya terhadap game FPS di mobile.
Secara umum, sistem kontrol di COD Mobile dibagi dua, Simple Mode dan Advanced Mode. Kalau Anda baru mulai belajar main FPS di mobile, kontrol Simple Mode jadi kontrol paling praktis untuk Anda gunakan. Anda tak perlu lagi repot menyentuh kontrol tembak. Cukup swipe untuk arahkan moncong senjata Anda ke musuh, selanjutnya senjata akan secara otomatis menembak setelah beberapa saat menemukan musuh pada targetnya.
Kalau Anda tak mau repot menekan terlalu banyak tombol, kontrol ini bisa Anda gunakan, tapi hanya untuk sementara waktu. Ironisnya, ketika rank Anda semakin tinggi, kontrol ini justru malah tak lagi praktis karena musuh jadi bergerak semakin lincah.
Saya sendiri sebenarnya baru mencapai rank Veteran II dan level karater 30. Tetapi saya sudah kesulitan mendapat lebih banyak kill dengan kontrol Simpe Mode, karena crosshair tak sempat mengunci target yang bergerak dengan lincah dan luwes.
Untuk itu, Anda bisa menggunakan sistem kontrol Advanced Mode. Sistem ini sebetulnya punya layout yang mirip dengan PUBG Mobile. Virtual joystick di kiri, lalu tombol tembak, reload, bidik ADS, jongkok, lompat, perlengkapan dan segala macamnya di kanan. Namun menurut saya, satu pembeda sederhana yang langsung mengubah pendapat saya terhadap game FPS di Mobile adalah sistem 1-tap ADS.
Pada sistem ini, satu kali tap tombol tembak, Anda akan otomatis transisi ke mode ADS dan menembak. Mode ini membuat pengalaman adu tembak di mobile jadi berkali lipat lebih praktis. Perubahan sederhana ini yang menurut saya, membuat gunfight di COD Mobile jadi jauh lebih nikmat jika dibandingkan dengan PUBG Mobile.
Fitur 1-tap ADS ini bahkan juga bisa Anda manfaatkan ketika menggunakan senjata laras panjang. Anda cukup tahan tombol tembak, swipe ke arah target, lepas tombol untuk menembakkan peluru ke musuh. Perubahan sederhana seperti ini, menurut saya, membuat beberapa teknik game FPS seperti flick-shot, tracking, atau menembak strafing, jadi bisa diterapkan dengan lebih mudah.
Tetapi menurut saya, fitur ini hanya membuat COD Mobile jadi lebih praktis saja karena pertandingan melawan pemain berpengalaman tetap membutuhkan skill tersendiri. Nyatanya dalam permainan, kemampuan jempol Anda tracking pergerakan adalah modal terpenting pemain dalam menghadapi adu tembak. Karena praktis tidak sama dengan mudah, menurut saya sistem seperti ini seharusnya bisa menjadi standar baru bagi game FPS mobile, terutama yang memiliki mode ADS.
Kendati ada mode 1-tap ADS, namun bukan berarti tak ada kekurangan pada sistem kontrol COD Mobile. Salah satu masalah yang saya rasakan adalah input gerakan virtual joystick dan menembak yang kadang tidak sinkron. Jadi, walau niat hati melakukan Strafing, karakter kadang jadi diam saja karena virtual joystick yang bergerak tidak karuan atau terlepas.
Mungkin ini ada hubungannya dengan kemampuan suatu smartphone menerima respon multitouch. Saya sendiri menggunakan Xiaomi Pocophone F1, yang memang terkenal punya banyak masalah terkait LCD. Jadi, mungkin memang butuh smartphone yang punya kemampuan merespon touch dengan baik, agar pengalaman bermain COD Mobile jadi lebih nyaman.
Monetisasi khas Tencent dengan Konten yang Itu-itu Saja
Rasanya kurang lengkap jika tidak menyematkan pembahasan tentang microtransaction atau monetisasi ketika mengulas game mobile. Apalagi mengingat strategi microtransaction adalah nyawa penyambung hidup bagi game mobile gratis.
Seperti kebanyakan game gratisan lainnya, COD Mobile langsung punya berbagai bentuk microtransaction sejak hari pertama dirilis. Semua elemen dalam game diberi skin, senjata, tas, parasut dan glider (untuk mode Battle Royale), kendaraan, emote, bahkan granat sekalipun punya skin tersendiri. Sayangnya, konten skin dan segala macam tetek-bengeknya dalam COD Mobile, terkesan membosankan dan repetitif.
Jika Anda mendapatkan konten tambahan dengan tantangan lebih, Battle Pass bisa menjadi alternatif. Seperti Royale Pass pada PUBG Mobile, Anda bisa mendapat berbagai macam hadiah dengan melakukan berbagai macam misi di Battle Pass COD Mobile. Walau penawaran Battle Pass di dalam COD Mobile kadang terasa mengganggu, tapi saya masih merasa bahwa ini adalah monetisasi paling fair bagi pemain. Cukup satu kali beli, dapat banyak item in-game, permainan juga jadi lebih menyenangkan karena reward dari misi Battle Pass.
Tetapi lagi-lagi konten Battle Pass juga cenderung repetitif dan membosankan. Isinya hanyalah Skin, Weapon XP Card, CP (COD Points, mata uang premium COD Mobile), dan Battle Pass Crate mulai dari Battle Pass level 100 sampai 400. Mungkin karena baru Season 1, jadi konten tambahan yang disediakan juga masih terbatas, belum ada variasi lain yang lebih menarik.
Misi yang disajikan dalam Battle Pass juga terbilang masih masuk akal. Anda bisa bermain seperti biasa dan level Battle Pass akan tetap naik secara tanpa disadari. Saya sendiri saat ini sudah berada di level 27 pada Battle Pass versi gratis, hanya dengan bermain seperti biasa saja — tanpa harus fokus diri pada suatu misi tertentu.
Lanjut ke topik lain dalam microtransaction, yaitu pengaruhnya terhadap gameplay. Beberapa pemain kadang enggan memainkan game multiplayer gratis karena khawatir dengan permainan akan cenderung jadi pay to win. Monetisasi pada COD Mobile memang berpengaruh ke dalam gameplay, karena skin senjata dalam game ini memiliki stat atau Perks.
Perks senjata tersedia pada beberapa skin dengan tingkat rarity tertinggi. Bagaimana cara mendapat senjata dengan tingkat rarity tertinggi? Tentu saja dengan ‘GACHA’. Sejauh ini saya sendiri merasa bahwa pengaruh Perks terhadap gameplay masih belum sampai di tingkat Pay to Win.
Memang beberapa Perks terdengar cukup menyebalkan. Contohnya senjata HG 40 – Black Gold, yang bisa Anda dapatkan pada Season Weapon Crate. Skin senjata tersebut punya Perks yang akan mengisi peluru Anda kembali jika Anda mendapatkan Double Kill. Bayangkan betapa menyebalkannya Perks ini, terutama dalam mode Team Deathmatch. Jika Anda sangat jago, Anda bisa terus hidup dan tak pernah kehabisan peluru. Tetapi, sepertinya Perks ini tak akan terlalu mengganggu dalam pertarungan Search and Destroy (yang mungkin akan jadi standar esports COD Mobile). Toh semuanya akan reset kembali setelah satu ronde selesai.
Grafis Biasa Saja dengan Animasi yang Luar Biasa
Saya sengaja meletakkan pembahasan soal grafis di bagian paling terakhir, karena saya kerap merasa urusan grafis sebenarnya antara penting-tidak-penting dalam sebuah game FPS kompetitif. Saya sendiri lebih sering menggunakan pengaturan Graphic Quality di tingkat Low dengan pengaturan Frame Rate di tingkat Max, agar dapat merespon segala sesuatu dengan lebih cepat.
Walau demikian, jujur saya kagum dengan grafis COD Mobile. Meski dengan pengaturan terendah sekalipun, saya masih tetap bisa menikmati tampilan grafis yang ada. Tekstur senjata ataupun lingkungan tetap terasa detail walau mungkin tidak HD. Mengubah Graphic Quality ke tingkat Very High akan membuka opsi grafis lainnya yang menurut saya cukup baik untuk sebuah game mobile.
Pada tingkat Very High Anda dapat menemukan fitur Depth of Field, Bloom, Realtime Shadow, Ragdoll, sampai Anti-Aliasing untuk lebih memperhalus lagi grafis Anda. Anehnya, saya tidak merasakan perubahan grafis yang signifikan saat mengubah pengaturan ke tingkat Very High. Perubahan paling terasa hanyalah animasi pergerakan musuh yang kini jadi lebih halus.
Memang, satu hal yang paling sangat saya puji dari COD Mobile ini adalah animasinya. Dalam pengaturan grafis Low sekalipun, Anda tetap dapat menikmati animasi pergerakan karakter layaknya game Call of Duty terdahulu. Animasi ketika berlari, transisi dari mode tembak hipfire ke ADS, dan bahkan ketika Anda sliding, semuanya terasa halus, yang mungkin setingkat dengan animasi game pada platformPlayStation Portable (2004).
Kesimpulan – Game FPS di Mobile Terbaik Sejauh Ini
Saya tidak bisa mengatakan bagaimana perbandingan antara COD Mobile dengan seri Call of Duty lainnya yang pernah rilis di PC ataupun konsol. Satu hal yang pasti, saya merasakan feels COD dari hal yang saya ingat pernah cicipi, seperti: gunfight tempo cepat namun tetap mengandalkan ADS yang khas COD, gadget dan senjata-senjata canggih ala Call of Duty: Modern Warfare, dan battle royale ala mode Blackout di Call of Duty: Black Ops 4.
Lalu, jika COD Mobile harus berdiri sendiri sebagai game FPS di mobile, saya juga merasa bahwa COD Mobile berhak mendapat gelar sebagai game FPS di mobile terbaik sejauh ini. Fitur 1-tap ADS adalah fitur sederhana yang membuat saya betah memainkan FPS di mobile bahkan berjam-jam sekalipun.
Terakhir kalau soal monetisasi dan microtransaction, saya merasa sejauh ini COD Mobile tidak terlalu memoroti pemainnya; walau tetap ada gacha skin di dalam game. Fitur Battle Pass harus diperbaiki lagi agar punya konten yang lebih menarik, namun itu bisa dimaklumi karena COD Mobile baru masuk season1. Saya berharap semoga saja season 2 bisa menyajikan Battle Pass yang lebih variatif dan menarik bagi pemain. Terakhir, soal skin memberi Perks, mungkin bisa menjadi lampu kuning bagi Anda yang khawatir soal game yang Pay to Win. Sejauh ini, hal tersebut belum berdampak besar di dalam game, dan semoga seterusnya akan bertahan seperti itu.
Sparks:
Kontrol 1-tap ADS membuat pengalaman bermain FPS di mobile jadi sangat menyenangkan
Adu tembak 5v5 tempo cepat khas Call of Duty yang seru dan penuh aksi
Fitur kelas yang membuat mode Battle Royale jadi lebih menyegarkan
Animasi dan pergerakan karakter yang sangat halus bahkan pada pengaturan grafis tingkat Low sekalipun
Slacks:
Mode Battle Royale membosankan karena temponya terlalu lambat
Konten Battle Pass dan microtransaction yang itu-itu saja
Skin memberi Perks, berpotensi menjadi pay to win
Grafis terkesan biasa saja, bahkan pada tingkat pengaturan Very High