Tag Archives: codec

Netflix Adopsi Codec xHE-AAC di Android, Keluaran Suara Dari Speaker Smartphone Bakal Lebih Jelas

Opsi untuk nonton film sekarang makin beragam, lewat TV di rumah bersama keluarga atau di mana pun bisa menikmati serial dan film lewat smartphone. Meski harus diakui, pengalaman menonton film di bioskop masihlah yang terbaik, namun entah kapan kita bisa kembali nonton di bioskop dengan aman dan nyaman seperti sebelum pandemi.

Bicara soal nonton film di smartphone, nama Netflix berhasil menjelma menjadi salah satu hiburan yang banyak digemari oleh masyarakat luas. Bagi penggemar Netflix dan menggunakan perangkat Android, mereka baru saja meluncurkan pembaruan untuk aplikasi Netlix versi Android yang menghadirkan pengalaman menonton lebih baik dengan suara ‘kualitas studio’.

Netflix 3

Netflix mengumumkan bahwa mereka kini menggunakan codec audio xHE-AAC atau Extended High Efficiency AAC yang merupakan versi terbaru HE-AAC yang telah digunakan oleh perusahaan sejauh ini. Codec ini diperkenalkan kembali pada tahun 2012 oleh Fraunhofer IIS dan terutama dirancang untuk digunakan dalam streaming online dan layanan broadcasting.

Hal itu karena codec xHE-AAC memiliki rasio kompresi dan efisiensi yang tinggi dengan bitrate serendah 6kbps untuk mono dan 12kbps untuk stereo. Serta, merupakan codec dengan bitrate variabel yang dapat berubah berdasarkan kekuatan koneksi dan bandwidth.

Netflix 4

Fitur lain dari xHE-ACC ialah memiliki kenyaringan dan kontrol rentang dinamis pada tingkat encoder. Sehingga menghasilkan beberapa profil pendengaran yang berbeda, seperti speaker smartphone, mendengarkan melalui headphone, atau melalui pengaturan home theater dan beralih secara otomatis ke pengaturan yang relevan.

Netflix mengklaim, codec ini dapat meningkatkan ketajaman dialog bahkan saat menonton konten dengan speaker smartphone di lingkungan yang bising. Sebab, volume telah dinormalisasi ke dialog dan rentang dinamis keseluruhan telah dikompresi agar tetap di atas tingkat kebisingan sekitar.

Netflix 5

Dalam testing A/B, Netflix menemukan bahwa kebanyakan orang lebih menyukai kualitas audio dari codec baru. Mereka cenderung tidak beralih menggunakan earphone saat menonton di smartphone, karena kompensasi yang diterapkan melalui speaker smartphone cukup jelas.

Saat ini codec audio baru hanya tersedia di Android, yang merupakan platform favorit Netflix untuk bereksperimen dengan fitur-fitur baru. Namun Netflix mengatakan akan membawanya ke platform lain yang mendukung codec tersebut. Mengingat hampir semua platform, termasuk iOS, macOS, dan Windows juga sudah mendukung xHE-AAC, mungkin tidak perlu waktu lama untuk beralih sepenuhnya ke codec baru tersebut.

Sumber: GSMArena

codec-video-h-266-vvc-menawarkan-ukuran-file-50-persen-lebih-kecil-dari-h-265-hevc

Codec Video H.266 VVC Menawarkan Ukuran File 50 Persen Lebih Kecil Dari H.265 HEVC

Fraunhofer HHI telah mengumumkan standar codec video baru bernama Versatile Video Codec (H.266/VVC). Dalam pengembangannya, mereka bermintra dengan sejumlah raksasa industri seperti Apple, Ericsson, Intel, Huawei, Microsoft, Qualcomm, dan Sony.

H.266/Versatile Video Coding (VVC) ini berfokus pada peningkatkan kompresi dan menjanjikan ukuran file 50 persen lebih kecil dibanding standar HEVC (H.265). Namun, tanpa mengalami penurunan kualitas visual yang signifikan.

codec-video-h-266-vvc-menawarkan-ukuran-file-50-persen-lebih-kecil-dari-h-265-hevc

Bila kamu periksa pengaturan perekam video di smartphone, penggunaan codec video HEVC (H.265) dan kapabilitasnya masih terbilang terbatas. Meskipun sangat penting, mengingat kemampuan perekaman video di smartphone juga meningkat pesat, dari resolusi 4K dan sekarang 8K. Bisa dibayangkan, bila merekam video 8K pada codec H.264 maka ukuran file videonya pasti sangat besar. Di sisi lain, kapabilitas yang dimiliki H.264 sangat luas.

Selain untuk merekam video beresolusi tinggi, contoh penggunaan H.266/Versatile Video Coding (VVC) paling tepat adalah teknologi video streaming. Kegiatan berbasis video streaming akan sangat diuntungkan, termasuk halnya smart TV. Di mana nantinya kita bisa menikmati tontonan 4K dengan penggunaan internet yang lebih hemat tanpa mengurangi kualitas signifikan.

Software encoder dan decoder pertama akan dirilis pada musim gugur ini (sekitar bulan Agustus – Oktober). Hardware encoder dan decoder juga sedang dirancang baik untuk aplikasi seluler maupun TV.

Sumber: GSMArena

Netflix Mulai Gunakan Codec Baru untuk Membantu Menghemat Konsumsi Data

Menonton video secara online alias streaming merupakan salah satu skenario penggunaan ponsel yang mengonsumsi paling banyak data. Entah itu YouTube atau Netflix, keduanya sama-sama siap menghabiskan kuota data dalam sekejap, apalagi kalau videonya diputar dalam resolusi HD atau lebih.

Solusinya, kalau menurut Netflix, bisa dicapai dengan menggunakan codec bernama AV1. Dibandingkan codec VP9 yang digunakan sekarang pada aplikasi Netflix versi Android, AV1 diyakini mampu melakukan kompresi hingga 20% lebih efisien. Semakin efisien kompresinya, semakin sedikit data yang terpakai, kira-kira begitu penjelasan sederhananya.

Berangkat dari kesimpulan tersebut, Netflix pun mulai mengimplementasikan codec AV1, tapi baru secara perlahan. Untuk sekarang, hanya beberapa judul film saja yang dapat di-stream menggunakan codec AV1, dan ini cuma tersedia untuk pengguna perangkat Android yang mengaktifkan fitur “Save Data”.

AV1 codec

Tujuan akhir Netflix tentu adalah mengimplementasikan AV1 di semua platform yang didukungnya. Namun AV1 sendiri sepertinya masih belum benar-benar matang. Indikasinya, seperti yang dilaporkan Engadget, adalah bagaimana AV1 diterapkan di YouTube saat ini.

Kita sudah bisa mengaktifkan codec tersebut di YouTube, akan tetapi kita juga akan mendapat peringatan bahwa streaming menggunakan AV1 membutuhkan hardware berspesifikasi tinggi. Lebih hemat data tapi lebih boros baterai? Mungkin saja demikian, dan itulah mengapa Netflix memilih untuk merilisnya secara perlahan selagi kinerjanya terus dioptimalkan.

Kabar baiknya, Netflix merupakan salah satu anggota dari Alliance for Open Media, organisasi yang bertanggung jawab atas pengembangan codec AV1. Selain Netflix, beberapa nama besar yang juga termasuk sebagai anggota adalah Apple, Google, Microsoft, Amazon, Facebook, Samsung, dan masih banyak lagi.

Semua pada dasarnya tertarik dengan potensi AV1 sebagai codec masa depan yang bisa digunakan oleh siapapun tanpa harus memusingkan perkara lisensi atau royalti. VP9 sebenarnya juga royalty-free, akan tetapi codec tersebut dibuat dan dirilis oleh Google, dan salah satu yang menolak untuk mendukungnya adalah Apple.

Sumber: TechCrunch dan Engadget. Gambar header: Kon Karampelas via Unsplash.