Tag Archives: coding school

Berbincang tentang program bootcamp di Indonesia, seperti Hacktiv8 dan Binar Academy, dan bagaimana mereka memasarkan lulusannya

Lebih Dekat dengan Penyelenggara “Bootcamp” Pemrograman di Indonesia

Jurang talenta digital di Indonesia sudah menjadi isu sejak beberapa tahun ke belakang. Kelangkaan terjadi salah satunya karena kurang cocoknya kurikulum di universitas dengan kebutuhan industri. Menjawab tantangan ini muncul banyak lembaga pendidikan non formal yang mengusung program pelatihan yang dikemas dengan model bootcamp atau belajar intensif. Tak hanya materi, lembaga pendidikan ini juga membantu lulusannya terhubung dengan perusahaan yang sesuai dengan industri mereka.

Kami mencoba menggali informasi dari salah satu penyedia bootcamp pemrograman di Indonesia, Hacktiv8. Kepada DailySocial, Ronald Ishak, CEO Hacktiv8, menceritakan mengenai Hacktiv8 dan seperti apa program bootcamp yang ia jalankan. Hacktiv8 membuka program FullStack JavaScript yang dibagi dalam empat tahap.

Tahap 0 mempelajari dasar pemrograman, sedangkan di tahap keempat, siswa sudah bisa mengimplementasikan React dan React Native dalam membangun sebuah aplikasi web. Di akhir pembelajaran bootcamp akan ada graduation ceremony di mana setiap siswa mempresentasikan hasil project mereka dalam bentuk Minimum Viable Product (MVP) di depan hiring partners dan tamu-tamu Hacktiv8.

Ronald melanjutkan, sama seperti keterampilan lainnya, belajar pemrograman atau coding itu harus berani “ngulik” dan terus latihan hingga bisa menguasainya.

“Kami terapkan mindset yang agile kepada students: berani berkembang, giat mencari solusi dan fleksibel terhadap perubahan. Secara tidak langsung di Bootcamp Hacktiv8 kami mendorong student untuk berpikir secara independen, lalu mengimplementasikannya dengan adanya monitor dari instruktur – tapi berpikirnya harus independen. Karena saat dia bekerja nanti kan, tidak ada Hacktiv8 instructor di sebelahnya,” imbuh Ronald.

Kami juga berbincang soal hal ini dengan Alamanda Shantika, CEO Binar Academy. Binar Academy memiliki program Binar Bootcamp, sebuah program pelatihan intensif yang bertujuan untuk mengembangkan talenta digital dengan kurikulum teknologi terkini yang diharapkan mencetak lulusan yang siap kerja. Tak hanya itu, materi belajarnya pun diklaim tidak hanya mencakup hal teknis, tetapi juga non-teknis, seperti leadership, agility, dan work ethic untuk mempersiapkan siswa agar siap di industri digital.

Bootcamp dilakukan selama 4 sampai dengan 6 bulan dengan jadwal belajar 3 kali dalam seminggu. Siswa akan dibimbing instruktur dengan sistem menyerupai gim, semacam challenge-based learning dan project-based learning. Konsep tersebut dipilih untuk menciptakan pengalaman yang menantang dan menyenangkan.

Student wajib menghadiri kelas diskusi untuk konsultasi langsung dengan instruktur Binar Academy yang merupakan praktisi untuk menggali wawasan atau sudut pandang terhadap sebuah permasalahan. Dalam kelas diskusi, kegiatan belajar-mengajar dititikberatkan pada kemampuan abstraksi dan penalaran tentang kasus nyata pemrograman. Ada komunikasi 3 arah yang terjadi di kelas diskusi, yaitu student ke fasilitator; fasilitator ke student; dan student ke student lain,” papar Alamanda.

Binar Bootcamp dibuka Januari 2020 dengan kelas Android Engineering. Mulai 4 Juni ini, Binar Academy membuka dua kelas baru, yakni Full Stack Web Development dan UI/UX Design. Menyesuaikan dengan kondisi pandemi, bootcamp kini hanya tersedia untuk kelas online.

CEO Binar Academu Alamanda Shantika / Binar Academy

Upaya memenuhi jurang talenta digital

Perkembangan industri digital yang pesat mendorong perusahaan berlomba-lomba mencari talenta terbaik untuk posisi-posisi yang mungkin belum lazim sebelumnya, seperti UI/UX designer, full stack developer, dan semacamnya.

Akhir tahun 2019, pemerintah melalui Kemkominfo disebut telah mengalokasi dana ratusan miliar Rupiah untuk mengisi 20 ribu talenta digital. Salah satu program yang sudah berjalan yakni Digitalent Scholarship dengan materi-materi teknis yang banyak dibutuhkan industri digital saat ini.

Dengan semangat yang sama, para penyelenggara penyedia bootcamp ini mengusung mimpi serupa untuk membantu menyediakan talenta yang siap kerja. Tak hanya soal materi pengajaran, tetapi juga kanal mendistribusikan lulusan.

Binar Academy misalnya, selain mengadopsi kurikulum terkini dan selalu menyelaraskan kebutuhan industri dengan apa yang mereka lakukan dalam bootcamp, juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan dan industri. Tujuannya untuk memudahkan para lulusan bootcamp dan perusahaan untuk saling bertemu.

“Sejak berdirinya Binar Academy di tahun 2017, kami sudah menyalurkan lulusan bootcamp ke berbagai macam perusahaan termasuk startup, korporat, dan BUMN. Mitra-mitra Binar Academy mempunyai dua pilihan untuk merekrut lulusan kami, yaitu dengan skema full-time hire dan skema outsourcing. Binar Academy mempunyai tim khusus yang berpengalaman di industri digital untuk mencari kecocokan antara preferensi talent maupun perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan kedua pihak,” terang Alamanda.

Hacktiv8 memiliki semangat yang senada. Menurut Ronald, mereka sudah memiliki lebih dari 350 hiring partners. Ronald juga sepakat bahwa talenta sekarang harus seimbang antara coding skill dan soft skill.

“Tidak cukup hanya dengan coding skill yang kuat, namun juga bagaimana sebagai orang technical bisa berkomunikasi dengan non-IT. Hacktiv8 pun sebagai startup mengerti dan menerapkan kualitas tersebut dalam proses hiring. Untuk students kami pun kita berikan pembekalan yang cukup seperti bagaimana melakukan technical presentation kepada general public, membaca dokumentasi, menyiapkan CV, hingga mempersiapkan elevator pitch,” papar Ronald.

Kiri ke kanan: Riza Fahmi and Ronald Ishak, Co-founders Hacktiv8 / Hacktiv8-Founders

Membantu talenta dan perusahaan saling menemukan

Baik Hacktiv8 maupun Binar Academy membagikan data mengenai lulusan bootcamp mereka. Hacktiv8, berdasarkan data yang dirilis Maret silam menyebutkan bahwa dari 57 siswa yang mengikuti bootcamp pada tanggal 1 Januari 2019 sampai dengan 30 Juni 2019, 89,5% di antaranya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Sisanya, 10,5%, melanjutkan pekerjaan sebelumnya, melanjutkan pendidikan, atau mengikuti bootcamp hanya untuk pengembangan diri.

Masih di laporan yang sama, 180 hari selepas lulus bootcamp, 94,7% lulusan memiliki pekerjaan sesuai dengan bidangnya, 1,8% memutuskan untuk tidak mencari kerja karena alasan personal, sisanya (3,5%) tidak bisa dihubungi.

Untuk yang berhasil bekerja di bidang teknis yang sesuai dengan materi bootcamp, 78,9% menjadi karyawan full time (30+ jam/minggu, lebih dari 6 bulan); 7% menjadi karyawan kontrak, magang, dan sejenisnya; 1,8% menjadi freelance, karyawan kontrak durasi pendek, part time, dan semacamnya; dan 7% mendirikan perusahaan atau bisnis baru.

Ronald menjelaskan, tantangan utama menyalurkan lulusan adalah fluktuasi dalam kebutuhan rekrutmen mitra. Hal yang semakin terlihat di masa pandemi seperti sekarang adalah beberapa perusahaan mengurangi atau bahkan menunda aktivitas rekrutmen karena dampak perkambatan ekonomi.

“Untuk itu Hacktiv8 memiliki sebuah unit yang berfungsi mengoptimalkan proses penyaluran lulusan dengan memberikan one stop service kepada hiring partner, mulai dari pendataan kebutuhan perusahaan, mencocokkan profil lulusan dengan kriteria rekrutmen, sampai memfasilitasi interview lulusan dengan partner Hacktiv8,” jelas Ronald.

Sementara itu, Alamanda menceritakan bahwa saat ini Binar Academy sudah memiliki lebih dari 1000 lulusan. Menurutnya, waktu tunggu lulusan cukup variatif, kendati demikian tim Binar Academy sudah berupaya terlibat dalam proses pencarian kerja lulusan sejak siswa masih dalam bootcamp yang memungkinkan lulusan bisa mendapat pekerjaan 2 minggu setelah lulus.

“Berdasarkan hasil riset tim yang melibatkan engineer berpengalaman dan psikolog, yang dibutuhkan oleh semua industri saat ini bukan hanya hard skill dan soft skill tetapi juga talenta yang merupakan lifelong learner, team player, dan enthusiastic professional. Binar Academy percaya bahwa gabungan antara kurikulum yang disusun sesuai teknologi terbaru dan metodologi belajar yang interaktif akan menghasilkan talenta dengan kemampuan tersebut,” tutup Alamanda.

Apple akan membangun Apple Developer Academy kedua di Indonesia, yang berlokasi di Surabaya, setelah sebelumnya membangun pilot project di BSD

Apple Segera Buka Apple Developer Academy di Surabaya

Apple Developer Academy Indonesia merayakan kelulusan pertamanya. Pertumbuhan dan ketrampilan yang ditunjukan siswa di akademi Jakarta diapresiasi pihak Apple. Rencananya tahun ini mereka akan membuka Apple Academy Developer yang kedua di Indonesia, tepatnya di Surabaya.

“Saya selalu terinspirasi untuk melihat siswa menggunakan teknologi kami untuk mengatasi tantangan yang mereka lihat di dunia sekitar mereka. Para siswa di Developer Academy kami di Jakarta menunjukan ketrampilan kritis dan gagasan kuat yang dibutuhkan untuk berkembang di dalam ekonomi aplikasi yang sedang tumbuh. Saya bangga menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada semua lulusan hari ini,” terang VP of Environment, Policy dan Social Initiatives Apple Lisa Jackson dalam rilis resminya.

Apple Developer Academy sejauh ini telah berkembang dari yang semula diikuti 75 siswa menjadi 200 siswa. Pertumbuhan dan ketrampilan yang ditunjukkan siswa di Indonesia ini yang akhirnya membuat Apple memutuskan akan membuka Apple Developer Academy yang kedua.

Diperkenalkan pada tahun 2018 silam, Apple Developer Academy Indonesia adalah akademi pertama Apple di Asia Tenggara, setelah sebelumnya juga membuka hal yang sama di Italia dan Brazil. Untuk membuka akademi yang berlokasi di BSD City ini, Apple berinvestasi hingga Rp628 miliar.

Kelas-kelas Apple Developer Academy mencakup kelas pemrograman untuk Objective-C dan Swift. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi iOS, Apple TV, dan Apple Watch. Sebuah kelas yang nantinya akan membimbing siswa mengembangkan aplikasi dan dipasarkan di App Store.

Hingga saat ini Apple mengklaim App Store telah tersedia di 155 negara dan telah membayar hingga $120 miliar untuk para developer yang memasarkan aplikasinya di App Store.

Sekolah coding gratis yang diprakarsai OnlinePajak diberi nama L’Académie

OnlinePajak Prakarsai Sekolah Coding Gratis Di Indonesia

OnlinePajak meresmikan sekolah gratis untuk belajar pemrograman atau sering disebut dengan sekolah coding. Sekolah tersebut diberi nama L’Académie. Ini merupakan hasil kemitraan dengan beberapa pihak, termasuk 42, sebuah badan nirlaba Prancis yang memiliki konsep belajar yang akan dipakai L’Académie.

Hadirnya L’Académie disambut baik oMenteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang juga turut menyaksikan acara penandatanganan tersebut.

“Salah satu pilar ekonomi digital adalah talent untuk mengisi ekosistem ekonomi digital. Saya mengapresiasi upaya untuk memberikan dukungan penyediaan sumber daya manusia dalam ekonomi digital,” terang Rudiantara.

Sementara itu, Founder dan Direktur OnlinePajak Charles Guinot menyatakan bahwa L’Académie didirikan sebagai bentuk dukungan OnlinePajak dalam rangkat memajukan ekosistem ekonomi digital di Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan yang disediakan pemerintah untuk keberhasilan studi generasi penerus bangsa, terutama dalam menyediakan sumber daya di ekosistem startup,” ujar Charles.

Hal yang tak jauh beda diungkapkan Komisaris OnlinePajak Gita Wirjawan. Ia sangat mendukung terbentuknya L’Académie sebagai wujud tanggung jawab dan kontribusi dunia usaha dalam meningkatkan ketahanan dan pembangunan ekonomi Indonesia di masa mendatang.

“Saya berharap Indonesia akan dikenal sebagai salah satu pemasok programmer unggul yang sangat dibutuhkan di era industri digital saat ini, sekaligus tujuan investasi yang kondusif bagi dunia,” terang Gita.

Co-Founder L’Académie Guillaume Catala menuturkan, pendidikan dan teknologi adalah dua hal yang berperan penting untuk majunya sebuah negara dan Indonesia kaya akan bibit unggul di dunia teknologi informatika. Hadirnya L’Académie memiliki tujuan untuk menumbuhkan potensi ekosistem digital secara menyeluruh di Indonesia.

L’Académie akan mengadopsi model pembelajaran dari 42, sebuah sekolah IT Prancis yang telah sukses di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, kawasan Amerika Selatan, Ukraina, hingga Rumania dengan mengimplementasikan french excellence dalam standar kualitas pendidikannya.

“Tidak ada syarat khusus atau batasan ijazah. Hanya tes masuk yang perlu diikuti untuk bergabung di L’Académie. Metode pengajaran dan fasilitas akan sama dengan yang ada di 42,” terang perwakilan 42 Oliver Ducourant.

L’Académie akan mengusung metode teacher-free, peer to peer learning concept dan project based learning yang sudah diterapkan di 42. Platformnya bersifat digital, sehingga peserta hanya perlu membuka laptop dan mengakses platform belajar. Mulai September 2019 sebanyak 150 orang akan mengikuti proses belajar dan akan mendapatkan tempat magang dan bekerja di perusahaan terpilih.