Tag Archives: cold chain

DailySocial berdiskusi dengan pemain industri mengenai peluang bisnis rantai dingin dan kesempatan menuju bisnis berkelanjutan

Platform Logistik Rantai Dingin Mulai Bangkit

Membaiknya ekonomi Indonesia, ditandai dengan kenaikan pendapatan per kapita (Gross National Income/GNI) di atas $4.000 pada 2022, menjadi katalis positif bagi industri logistik berbasis rantai dingin, tak terkecuali pemain startup di dalamnya.

Salah satu efek dari kenaikan tersebut adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan sarat gizi dan protein, seperti susu segar, daging beku, dan makanan siap saji (ready to eat, ready to heat, ready to cook). Sayangnya kenaikan permintaan belum dibarengi dengan kesiapan industri yang masih terfragmentasi dan belum terdigitalisasi proses bisnisnya.

Logistik rantai dingin secara keseluruhan berkesinambungan dengan potensi yang ditawarkan industri pertanian dan akuakulturnya, lantaran sama-sama memerlukan pendinginan di beberapa titik dalam rantai pasokannya.

Menurut laporan Allied Market Research, pada 2021 nilai pasar rantai dingin di Indonesia hampir mencapai $5 miliar dan diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 10,2% dalam 10 tahun ke depan.

Kepada DailySocial.id, CMO Fresh Factory Widijastoro Nugroho bahkan merinci pangsa pasar industri ini berdasarkan hasil risetnya.

1. Di Indonesia, permintaan gudang pendingin mencapai 400.000 pallet setahunnya, sementara suplai yang siap hanya ada 200.000 pallet.
2. Pada 2018, sektor rantai dingin menyumbang 15% dari PDB Indonesia.
3. Pada 2018, produksi industri perikanan menembus 25 juta ton.
4. Pada 2018, produksi daging dan unggas menembus 40 juta ton.
5. Pada 2018, konsumsi industri process food mencapai 7 juta ton, dengan peluang pertumbuhan pasar $13,8 miliar.
6. Penjual rantai dingin terdaftar di Indonesia sebanyak 5,8 juta dan angkanya terus bertambah.

“Kenaikan GDP disebabkan salah satunya karena suami dan istri di keluarga muda, dua-duanya bekerja. Karena istri kerja, maka convenient jadi faktor penting dalam perkembangan produk baru. Frozen food yang bisa memberikan convenient akan tumbuh dengan cepat. Produk ini akan memerlukan cold chain fulfillment center, apalagi kalau dijual direct-to-consumer melalui e-commerce,” terang Widi.

Rantai dingin tidak hanya dibutuhkan untuk simpan makanan dan minuman saja. Industri farmasi juga sangat bergantung pada industri ini, termasuk saat mendistribusikan vaksin, insulin, dan reagen ke pelosok daerah. Keseluruhan kategori produk di atas disebut perishable goods (produk yang tidak tahan lama).

Segudang tantangan

Di balik itu semua, isu di industri ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan sistem rantai pasok logistik pada umumnya karena biaya persiapan dan operasional yang tinggi. Oleh karenanya, ini bukan ranah yang banyak dimasuki startup.

Pemain konvesional yang mendominasi saat ini di Indonesia adalah Diamond Cold Storage, Wahana Cold Storage, dan Maersk Line.

Cold chain jauh lebih kompleks daripada yang non-cold/frozen karena butuh integritas suhu yang terjaga baik dari first mile sampai last mile. Kalau suhunya tidak terjaga maka kualitas produknya, seperti makanan dan farmasi, akan berkurang bahkan rusak,” ujar CEO Paxel Zaldy Ilham Masita.

Co-founder Cool Jek Nathanael Christopher menyampaikan, infrastruktur yang belum memadai ini mengakibatkan persentase food loss yang cukup tinggi sebesar 13 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Lantaran, produk yang seharusnya ditangani secara khusus oleh rantai dingin malah ditangani dengan pengiriman konvensional, misalnya untuk pengiriman ke konsumen akhir.

Kurangnya standarisasi dalam hal prosedur penyimpanan, pengiriman, dan pengemasan merupakan isu yang sangat penting. Karena tidak ada acuan, konsumen akhirnya menggunakan pengiriman konvensional yang tidak menerapkan rantai pasok dingin untuk pengirimannya dan akhirnya jadi penyebab kerusakan produk dan perubahan kualitas pada produk.

“Dengan kebiasaan mengirim menggunakan ojek online atau kurir konvensional, pelanggan enggan membayar lebih untuk suatu layanan khusus pengiriman yang menerapkan cold chain yang lebih mahal. Alhasil, konsumen sering kali menerimanya dalam keadaan rusak,” ujar Nathanael.

Cool Jek merupakan armada last mile untuk produk beku, menggunakan motor berpendingin (refrigerated motor freezer box), yang menyasar segmen B2B dan B2C sebagai target penggunanya. Startup ini baru beroperasi sejak 2022.

Widi menambahkan, untuk menjaga suhu -18 derajat Celcius secara end-to-end adalah tantangan utama dalam distribusi rantai dingin. Semua harus dilacak dengan IoT, memeriksa keadaan suhu dari rantai logistik frozen and chilled product. Ditambah lagi, usia barang beku relatif singkat karena cepat basi.

Alhasil dibutuhkan sistem WMS FeFo (First Expired First Out) untuk merekam waktu kadaluarsa dan sistem akan mengatur outbound secara otomatis. “Supaya barang dengan expiration date lebih awal akan keluar duluan,” kata dia.

“Masih tingginya biaya investasi untuk membangun jaringan cold chain Indonesia karena hampir seluruh materialnya harus impor. Pemerintah belum banyak membantu pelaku usaha di bidang cold chain ini,” tambah Nathanael.

Melengkapi bisnis yang sudah ada

Walau berstatus pemain baru, baik Paxel, Fresh Factory, Cool Jek, dan Logice percaya bahwa salah satu hambatan terbesar bagi perusahaan yang ingin masuk ke bisnis rantai dingin ini adalah dibutuhkannya infrastruktur yang berbeda yang kompleks. Oleh karenanya, masing-masing menawarkan solusi yang tersegmentasi target penggunanya.

Logice dan Fresh Factory sama-sama menawarkan solusi pengadaan untuk rantai dingin. Cool Jek masuk ke area last mile untuk pengiriman ke konsumen. Sedangkan, Paxel solusinya lebih menyeluruh, mulai dari first mile, mid mile, hingga last mile.

“Pada umumnya, para startup melengkapi apa yang pemain konvensional belum sediakan, sehingga cold chain industry akan lebih baik ke depannya,” ujar CEO Logice Dwi Andika Irawan.

Widi menambahkan, untuk melengkapi apa yang sudah ada di lapangan, pihaknya melakukan berbagai pendekatan baru. Terkait pallet misalnya, pemain konvensional biasanya hanya bisa store in pallet, lalu outbound hanya bisa in pallet dan carton. Maka dari itu, Fresh Factory ambil pendekatan memungkinkan untuk simpan di pallet, carton, ataupun pieces.

“Untuk melayani konsumer yang memerlukan jasa fulfillment untuk direct-to-consumer, mereka memerlukan pick and pack in pieces. Itulah layanan utama yang ditawarkan Fresh Factory.”

Ditambah lagi, pemain konvensional biasanya punya gudang berukuran besar yang berlokasi di luar kota. Akibatnya jarak antar ke rumah konsumen butuh waktu lebih lama. Fresh Factory mengambil pendekatan berbeda, membangun jaringan gudang sebagai fulfillment center berukuran kecil, dengan kuantitas banyak, dan tersebar di dalam kota (hiperlokal).

“Contoh, di Jakarta kami punya 13 hub. Fresh Factory hadir di setiap kotamadya dan kabupaten, sehingga jarak antar ke rumah konsumen bisa masuk dalam radius 8 km. Perbandingan, tarif Gojek dan Grab flat Rp20 ribu di dalam radius 8 km.”

Untuk mendukung integrasi antar gudang, perusahaan menyediakan sistem WMS yang menjamin FeFo (First Expired First Out) dan FiFo (First In First Out) sesuai dengan kebutuhan barang frozen dan chilled yang berumur relatif lebih pendek. Misalnya, susu segar umur simpanya hanya 30-40 hari.

“Kita memberikan akses ke WMS kita sehingga konsumen FF [Fresh Factory] bisa men-track stock secara live, men-track seluruh aktivitas pick and pack dengan time stamp sejak order masuk dari marketplace ke sistem FF.”

Fresh Factory sendiri berambisi ingin menjadi pemain rantai dingin dengan jaringan gudang terluas di Indonesia. Oleh karenanya, perusahaan mengumumkan kemitraan dengan PT Nusantara Card Semesta (NCS) pada Juli 2023.

Pasca MoU, Fresh Factory akan mengaktifkan seluruh gudang milik yang tersebar di 111 titik sebagai cold chain fulfillment center (titik penyimpanan, pengemasan dan pengiriman produk), serta lebih dari 2.000 orang kurir untuk mengirimkan layanan di 103 kota di Indonesia. Gudang ini berlokasi di seluruh Indonesia, mulai dari Makassar, tujuh kota di Sumatera, hingga Kalimantan.

Tak sampai di situ, Fresh Factory akan terus memperluas kerja sama pengelolaan gudang dengan Bulog dan PLN.

Sementara itu, Paxel melebarkan bisnis ke rantai dingin dari sebelumnya sebagai pemain logistik last-mile. Perusahaan memakai memakai fasilitas rantai dingin untuk mid-mile, memanfaatkan truk berpendingin. Sementara untuk nasabah korporat disiapkan motor/mobil berpendingin untuk pengiriman first-mile sampai last mile.

“Selain itu, kami juga sediakan cold storage di semua hub Paxel di Jawa dan Sumatera untuk fulfillment dan storage. Rencana kami berikutnya adalah menambah coverage area yang lebih luas, seperti ke Sulawesi dan Kalimantan. Serta, masuk ke ukuran paket yang lebih besar sampai 1 ton untuk pengiriman cold chain door to door.”

Menurut Zaldy, pandemi Covid-19 telah membentuk kebiasaan baru di antara masyarakat untuk mengirimkan makanan antar kota, tidak hanya di dalam kota saja. Perusahaan juga menangkap potensi dari bisnis kuliner di daerah yang selama ini terhambat karena tidak ada pengiriman cold chain yang bisa mengakomodasinya.

Dipaparkan, volume pengiriman dari segmen frozen food yang diproses perusahaan pada 2021 naik 56% dibandingkan pada 2020. Kemudian pada semester I 2022, volumenya tumbuh hingga 83% secara year-on-year. Kinerja ini didukung salah satunya berkat kemitraan dengan Wall’s Indonesia untuk pengiriman es krim instan di area Jabodetabek, Bandung, Surabaya, hingga Palembang.

Unit economics jelas

Permintaan yang jelas terpampang ada dan suplai yang belum mampu mengakomodasinya, menjadikan bisnis rantai dingin ini punya unit economics yang jelas untuk menjadi bisnis yang berkelanjutan. Bahkan, menurut Andika, loyalitas pelanggan di sektor ini begitu tinggi, bisa terlihat dari perusahaan petahana yang sudah punya pangsa pasar besar masih bisa beroperasi hingga sekarang.

“Pada dasarnya unit economics untuk cold chain sendiri sangat tinggi dikarenakan besarnya permintaan yang masih belum diakomodir oleh industri dan rendahnya biaya akuisisi dalam akuisisi pelanggan. Kami yakin Logice bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan.”

Dia memaparkan, sejak beroperasi di 2020, kini Logice sudah bekerja sama dengan 27 pemilik kendaraan dan lima pemilik gudang yang tersebaru di enam kota, yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Pontianak, dan Pekanbaru. Perusahaan sepenuhnya menyasar segmen B2B dan B2C, dengan jumlah pengguna lebih dari 300 klien B2B dan 1.200 klien B2C.

Cool Jek

Optimisme yang sama juga ditunjukkan oleh Nathanael. Bisnis rantai dingin ini sangat visible karena dibutuhkan pelaku industri untuk menyimpan produk segar dan beku yang memerlukan tempat pendingin, serta pengirimannya perlu menggunakan mobil atau motor berpendingin.

“Kami sangat optimistis dengan jasa ini akan cepat berkembang dikarenakan kami mengambil celah pasar yang belum banyak terlayani dan Cool Jek lebih ekonomis untuk area perkotaan yang begitu macet dan padat.”

Disebutkan saat ini Cool Jek sudah melayani 300 titik per bulan hanya dengan mengandalkan satu hub saja. Nathanael akan menambah kapasitasnya, mulai dari armada motor, mobil, membuka layanan pengadaan dengan gudang dingin ukuran kecil, sediakan penyewaan loker berpendingin, dan menggunakan kendaraan listrik.

Startup penyedia solusi rantai dingin terintegrasi Coldspace mengumumkan penyelesaian putaran awal senilai $3,8 juta dipimpin oleh Intudo Ventures

Startup Rantai Dingin “Coldspace” Kantongi Pendanaan Awal 56 Miliar Rupiah

Startup penyedia solusi rantai dingin terintegrasi Coldspace, hari ini (3/5) mengumumkan penyelesaian putaran awal senilai $3,8 juta (hampir 56 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Intudo Ventures, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), dan konglomerat pertanian Triputra Group, dengan partisipasi dari MKA dan ITS.

“Kami menghargai kepercayaan investor kepada Coldspace karena kami sedang membangun penyedia layanan cold chain end-to-end pertama di Indonesia yang melayani pelanggan B2B dan B2C. Ini memungkinkan bisnis berkembang dengan cepat dan mencapai kelincahan dalam cakupan distribusi mereka,” kata Co-Founder dan CEO Coldspace Arnold Giovanni dalam keterangan resmi.

Coldspace didirikan pada Desember 2022 oleh Arnold Giovanni (CEO), Ivan Liadi (Head of Business Development & Product), David Loei (Head of Sales), dan Jan Sunaryanto (Head of Finance). Coldspace hadir karena saat ini Indonesia masih kekurangan solusi cold chain terintegrasi.

Perusahaan menawarkan fasilitas penyimpanan dingin dan truk reefer melalui inventarisnya sendiri dan agregat pihak ketiga marketplace dari mitra rantai dingin yang diberdayakan melalui teknologinya, dengan menyasar pengguna dari kalangan B2B dan B2C.

Melalui platform marketplace, Coldspace menyediakan skema penetapan harga yang unggul bagi pelanggan, sekaligus meningkatkan pemanfaatan bagi mitra melalui pencocokan penawaran dan permintaan. Tak hanya itu, perusahaan sedang membangun infrastruktur rantai dingin untuk mengisi kekosongan guna memastikan pengendalian iklim produk secara menyeluruh melalui pergudangan dan armadanya sendiri sebagai mata rantai penting dalam rantai dingin Indonesia.

Serta, menyediakan solusi cold fulfillment yang dirancang untuk memungkinkan layanan quick commerce, melalui model hub-and-spoke yang memastikan pengiriman cepat produk yang sensitif terhadap suhu.

Sumber: Coldspace

Coldspace bekerja sama dengan importir, eksportir, distributor, produsen makanan & minuman, perusahaan logistik, dan bisnis lainnya untuk menyediakan penyimpanan dan pengangkutan produk yang sensitif terhadap suhu secara transparan dan efisien.

Dalam kategori makanan & minuman, Coldspace menawarkan layanan untuk perikanan, produsen daging & unggas, makanan dan minuman kemasan, penjual susu, buah dan sayuran, serta produk farmasi. Dengan layanan pelanggan berkualitas sebagai penekanan utama, Coldspace juga menawarkan kepada pelanggan perjanjian tingkat layanan (SLA) yang hati-hati dan layanan manajemen produk untuk memastikan kepuasan pelanggan.

Perkembangan Coldspace

Solusi rantai dingin sangat diminati di Indonesia. Dengan iklim tropis dan geografi kepulauan Indonesia, negara ini mengalami kehilangan dan pemborosan makanan yang tinggi, serta pembusukan kargo yang sensitif terhadap suhu seperti obat-obatan dan bahan kimia.

Seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, terdapat kenaikan pesat permintaan makanan dan minuman pra-paket, yang harus ditangani dan disimpan di fasilitas yang dikontrol suhunya untuk menjaga kesegaran dan melindungi bisnis dari kehilangan persediaan.

Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, dengan meningkatnya permintaan akan makanan segar, obat-obatan, dan produk sensitif suhu lain, Indonesia seringkali kekurangan infrastruktur yang dikendalikan secara terbatas diperlukan untuk mencegah pembusukan, yang menyebabkan pemborosan dan kehilangan produk.

“Dengan menargetkan ruang yang terfragmentasi dan tradisional yang ditandai dengan ketidakefisienan dan kesenjangan dalam layanan, Coldspace sedang membangun rantai dingin ujung ke ujung yang mulus yang memastikan penanganan produk yang tepat sambil menyediakan alat berteknologi canggih kepada pelanggan untuk memantau dan mengelola produk di seluruh rantai pasokan,” kata dia.

CEO ASSA Prodjo Sunaryanto menambahkan, nantinya Coldspace bersinergi dengan anak usaha ASSA lainnya, mulai dari ASSA Logistik, Anteraja, dan Titipaja. Sinergi ini memungkinkan seluruh grup di bawahnya dapat memberikan layanan cold chain yang berkelanjutan dari first mile, last mile, end customer, dan bisnis.

“Kami tertarik untuk berinvestasi di Coldspace untuk lebih mengintegrasikan solusi rantai dingin kami serta fakta bahwa meskipun mereka hanya sebuah startup, mereka mampu membukukan kinerja yang sehat,” ujar Prodjo.

Coldspace saat ini beroperasi di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Bali, dan Medan, dengan rencana ekspansi ke seluruh nusantara. Perusahaan mengoperasikan fasilitas penyimpanan dingin yang berlokasi strategis di dekat pelabuhan dan bandara utama Jakarta untuk memfasilitasi penanganan barang-barang yang sensitif terhadap suhu saat masuk ke Indonesia.

Per April 2023, Coldspace mengelola 3.000 ton kapasitas penyimpanan dingin dan 20 truk berpendingin, sementara pasarnya memiliki kapasitas penyimpanan berpendingin 30 ribu ton dan 100 truk berpendingin yang dioperasikan oleh mitra Coldspace.

Dengan putaran pendanaan ini, Coldspace berencana memperluas kapasitas, termasuk cold storage, truk reefer, fulfillment, dan cakupan area layanan. Kemudian, meluncurkan rangkaian solusi manajemen bagi pelanggan untuk membantu mengelola dan melacak produk, termasuk Warehouse Management System (WMS), Transportation Management System (TMS), dan menyediakan solusi tambahan gratis sebagai nilai lebih bagi klien untuk melakukan analitik, menawarkan pelatihan, dan meningkatkan kualitas layanan.

“Membangun lebih dari 15 titik distribusi dalam waktu tiga bulan peluncuran telah menunjukkan kemampuan kami untuk menskalakan dengan cepat, dan kami akan mempercepat proses ini dengan memanfaatkan ekosistem logistik investor strategis kami untuk memberikan keunggulan operasional terbaik di kelasnya dan harga yang kompetitif.” Tutup Arnold.

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan meraih pendanaan pra-Seri A $4,15 juta dipimpin oleh SBI Ven Capital

Fresh Factory Raih Pendanaan Pra-Seri A Rp62 Miliar Dipimpin SBI Ven Capital

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A sebesar $4,15 juta (lebih dari 62 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh SBI Ven Capital melalui join investment bersama Kyobo Securities dan NTUitive, serta partisipasi dari investor sebelumnya, seperti East Ventures, Trihill Capital, dan investor baru, PT Tap Applied Agri Services.

Pendanaan ini diraih selang 9 bulan setelah mengumumkan pendanaan putaran tahap awal senilai $4,5 juta dipimpin oleh East Ventures pada Juni 2022.

Dana segar ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory dalam rangka mendukung pencapaian target sebagai perusahaan lokal yang menyediakan layanan dari hulu ke hilir dalam logistik dan cold chain fulfilment dengan strategi hiperlokal.

CEO SBI Ven Capital Ryosuka Hayashi menyampaikan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial dalam ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang mereka miliki dapat mengakomodasi tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfillment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebinis.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lanskap sektor logistik di Indonesia,” jelas Hayashi dalam keterangan resmi, Senin (3/4).

“[..] Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” tambah Founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan.

Larry melanjutkan, dana segar akan digunakan untuk memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfillment di 50 kota di seluruh Indonesia pada akhir 2023. Rencananya titik persebaran fulfillment akan merambah kota-kota dengan populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan kota-kota lapis dua di Jawa.

Selain ekspansi, perusahaan akan merekrut lebih banyak talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan existing, dan mendorong efisiensi logistik dengan memperluas jaringan fulfillment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan.

Pertumbuhan Fresh Factory

Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan CAGR sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026.

Didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan (CEO), Widijastoro Nugroho (CCO), dan Andre Septiano (CFO) , Fresh Factory menyediakan jaringan hiperlokal cold chain, fulfilment, dan sistem manajemen pintar untuk fulfilment yang memungkinkan pelaku bisnis menyimpan, mengambil, mengemas produknya dan dikirim langsung ke pelanggan melalui fasilitas yang dimiliki Fresh Factory.

Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip . Untuk itu Fresh Factory menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik cold chain, mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir (last-mile) serta mendorong digitalisasi pada tahap awal (first-mile) yang mana produk dikirim dari klien ke pusat fulfillment Fresh Factory.

Sejak diluncurkan pertama kali, Fresh Factory telah tumbuh dari 20 pusat layanan fulfillment menjadi lebih dari 40 pusat layanan fulfillment di 22 kota di Indonesia, memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan (direct-to-consumer).

Dalam satu tahun terakhir, transaksi GMV Fresh Factory diklaim meningkat 10 kali lipat dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Para penggunanya datang dari beragam perusahaan berskala besar, termasuk Danone, Sirclo, Eden Farm, dan Kin Dairy Fresh Milk.

Application Information Will Show Up Here

Startup Logistik Superkul Kantongi Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup logistik Superkul mengumumkan pendanaan awal yang dipimpin oleh East Ventures dengan nominal dirahasiakan. Dengan pendanaan ini, perusahaan akan menambah armada operasional, jumlah tim, dan membangun platform mid-mile untuk melengkapi portofolio layanan kepada konsumen.

Superkul didirikan oleh Cathrine Susilowati Prajitno (CEO), Felix Sutanto (CFO), Chris Wiranata (CTO), dan Eunike Yvonne Hanata (Marketing Manager) pada 2020.

Mereka menawarkan jasa pengiriman logistik berbasis rantai dingin (cold chain) dan pendingin (chiller) untuk last mile. Saat ini, jangkauan pengiriman Superkul baru berada di Jakarta dan Bandung, dan telah melayani sebanyak 231 klien dari sektor F&B, kesehatan, dan farmasi. Terbaru, Superkul telah menjalin kerja sama dengan PT Sekar Bumi Tbk sebagai mitra mobile store.

“Besarnya potensi industri logistik cold chain di Indonesia turut diakselerasi oleh perubahan perilaku pasar akibat pandemi. Kami yakin dapat memanfaatkan kebutuhan dan memberdayakan masyarakat agar tumbuh secara keseluruhan,” ujar Co-founder & CEO Superkul Cathrine Susilowati Prajitno dalam keterangan resminya.

Sementara, Principal East Ventures Devina Halim menambahkan bahwa pasar logistik cold chain telah menjadi industri yang besar di Indonesia. Pihaknya meyakini bahwa integrasi tepat dari operasi dan solusi digital yang disediakan oleh Superkul dapat membantu jutaan pelaku usaha meningkatkan skala bisnis.

“Kami bersemangat menyaksikan semakin banyak pertumbuhan dan dampak yang akan dibawa Superkul ke industri logistik di Indonesia,” tutur Devina.

Target Superkul

Pada paruh pertama 2023, Superkul menargetkan dapat mengoperasikan 100 armada. Pihaknya juga berencana ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia dan membuka layanan pengiriman aggregator middle-mile, serta cross docks.

Bagi Cathrine yang telah membangun bisnis logistik sejak 2005 menilai layanan logistik cold chain untuk last mile terpercaya yang dapat dapat mengakomodasi pengiriman makanan segar dan beku di Indonesia masih sangat kurang.

Hal ini dinilai menghambat bisnis para pemilik usaha dari skala UMKM hingga multinasional. Tak sedikit yang kehilangan pelanggan potensial karena pemilik bisnis lebih memilih solusi kurir instan berbiaya rendah untuk menghindari produk diterima dalam keadaan tidak segar, busuk, atau segar dibandingkan layanan pengiriman berbiaya lebih tinggi.

Untuk menjawab masalah tersebut, Superkul melengkapi armada sepeda motor dengan Superkul Box yang dapat membawa produk pada suhu -22C hingga 10C. Melalui solusi ini, pihaknya berupaya memastikan suhu tetap konstan dengan metode pengiriman pada hari yang sama dan rute terdekat.

Pihaknya mengembangkan teknologi yang dapa menjaga kualitas barang serta meningkatkan keamanan dan kebersihan makanan. Selain itu, Superkul menghilangkan penggunaan kemasan tambahan dan thermo freeze sekali pakai agar pemilik bisnis tidak perlu mengeluarkan biaya pengiriman tambahan.

Pasar cold chain

Berdasarkan laporan Forrester Research, bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan signifikan pada 2020 yang dipicu oleh pandemi. Sektor ini menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, naik dari 5% pada 2015. Adapun, industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

Adapun, Allied Market Research melaporkan nilai pasar industri cold chain di Indonesia tercatat sebesar $ 4,97 miliar pada 2021 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 10,2%. Angka tersebut diproyeksi menembus $12,59 miliar dalam sepuluh tahun mendatang.

Ada beberapa startup di Indonesia yang masuk ke sektor logistik untuk cold chain, seperti Paxel dan Fresh Factory. Paxel bermain pada pengiriman last mile yang kebanyakan berupa produk makanan, bahan pokok, dan kesehatan. Sementara, Fresh Factory masuk melalui manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan.

Co-Founder Fresh Factory: Larry Ridwan, Widijastoro Nugroho dan Andre Septiano

Fresh Factory Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai 66 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin (cold chain) Fresh Factory berhasil meraih pendanaan tahap awal atau seed funding senilai $4,5 juta atau setara 66 milliar Rupiah dipimpin East Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh beberapa investor lainnya, termasuk PT. Saratoga Investama Sedaya TBK, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetia Dwidharma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa investor angel lainnya.

Dana segar ini rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi gudang ke semua kota sekunder di Jawa serta kota-kota utama di Sumatera dan Sulawesi.  Selain itu, investasi kali ini juga akan digunakan untuk memperkuat tim dan teknologi guna meningkatkan adopsi dan pencapaian operasional perusahaan.

Didirikan pada tahun 2020 oleh Larry Ridwan (Founder & CEO), Widijastoro Nugroho (Co-Founder & CCO), dan Andre Septiano (Co-Founder & CFO), Fresh Factory menyadari besarnya masalah pada logistik rantai dingin di Indonesia. Maka dari itu, perusahaan berkomitmen menyediakan jaringan pusat fulfillment rantai dingin hiperlokal, transformasi, dan sistem manajemen fulfillment cerdas yang memungkinkan pelaku bisnis untuk menyimpan, mengambil, mengemas, dan mengirimkan produk mereka ke pelanggan dengan lebih baik, cepat dan efisien.

Sebagai negara dengan sumber daya yang melimpah dari pertanian dan akuakulturnya, Indonesia memiliki kebutuhan logistik rantai dingin yang efisien untuk penyimpanan dan pengiriman dari pusat produksi ke pelanggan. Namun, masih ada kesenjangan besar dalam lingkaran distribusi yang hanya berfokus pada gudang pusat tanpa memperhatikan logistik mid dan last mile. Fresh Factory ingin menjembatani hal ini dengan mendirikan cold storage cerdas di berbagai lokasi dekat dengan pelanggan.

Beberapa solusi teknologi yang telah terintegrasi ke dalam layanan mereka termasuk GeoTagging dan GeoLocation dalam menyimpan produk di gudang, Artificial Intelligence (AI) untuk proyeksi dan pengelolaan stok di gudang, serta Internet of Things (IoT) untuk memantau suhu freezer dan chiller.

Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto mengungkapkan, “Melihat kesenjangan besar dalam solusi rantai dingin dan bagaimana hal tersebut menyebabkan berbagai masalah terkait food loss dalam rantai pasokan, kami percaya Fresh Factory hadir seagai solusi untuk memperbaiki logistik rantai dingin untuk produk makanan yang mudah rusak dan membantu para UMKM. Kami yakin Fresh Factory telah dan akan terus memberi manfaat dan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh.”

Hingga April 2022, Fresh Factory telah mencapai $10 juta GMV tahunan dan fulfillment tahunan untuk lebih dari 1 juta pesanan. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% MoM dalam tiga bulan terakhir. Perusahaan juga telah memiliki lebih dari 20 gudang cabang yang tersebar di berbagai kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali dengan solusi penyimpanan barang beku hingga dingin.

Layanan fulfillment di Indonesia

Pertumbuhan e-commerce sedikit banyak telah mempengaruhi lanskap layanan pemenuhan atau fulfillment. Indonesia saat ini menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi hingga 50% dari seluruh transaksi yang tercatat. Pertumbuhan ini menandakan kontribusi besar e-commerce terhadap perekonomian digital di Indonesia.

Dikutip dari laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi digital Indonesia mengalami peningkatan dari angka USD47 miliar di 2020 menjadi USD70 miliar di 2021, ditambah dengan penetrasi digital yang terus meningkat berjumlah 158 juta pengguna e-commerce di Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Research and Markets, pasar layanan fulfillment secara global diperkirakan akan mencapai $198,62 miliar pada tahun 2030, tumbuh pada CAGR sebesar 9,5% selama periode perkiraan. Penetrasi layanan internet yang cepat dan peningkatan jumlah pembeli online merupakan faktor utama yang mendorong permintaan akan layanan fulfillment di seluruh dunia.

Manuver dari para pemain e-commerce tanah air untuk masuk ke bisnis fulfillment dinilai sangat baik dengan memberikan pelayanan logistik secara terpadu. Langkah ini pertama kali diambil Tokopedia dengan meluncurkan layanan TokoCabang yang kini bertransformasi menjadi Dilayani Tokopedia. Layanan tersebut memungkinkan penjual menitipkan produk di “gudang pintar” pada wilayah dengan permintaan tinggi.

Selanjutnya, Bukalapak ikut menyasar segmen ini melalui layanan BukaGudang yang sudah dapat digunakan pelapak sejak Maret 2020. Buka Gudang memiliki dua mitra fulfillment, yakni PT IDCommerce dan startup penyedia jaringan pergudangan mikro Crewdible. Lalu, ada Shopee yang resmi masuk lewat layanan Dikelola Shopee pada September lalu. Layanan Dikelola Shopee memanfaatkan gudang milik sendiri dengan rata-rata pesanan diklaim dapat dikirim dua jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

Selain para pemain e-commerce yang melakukan penetrasi di segmen fulfillment, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Beberapa diantaranya termasuk CrewdibleShipper, dan TokoTalk.

Fresh Factory Cold Chain

Fresh Factory Bangun Jaringan Gudang Pendingin Mikro, Tangani Solusi “Cold Chain”

Kehadiran e-commerce turut mengubah infrastruktur distribusi logistik yang dapat menjangkau banyak wilayah dengan pengiriman yang cepat. Distribusi dengan pendekatan tradisional tak lagi relevan karena digitalisasi membuat banyak pengusaha mengadopsi strategi D2C (direct-to-consumer).

Penyesuaian pola distribusi dengan pola D2C menjadi suatu keharusan, hanya saja membutuhkan layanan last mile dan infrastruktur untuk mendukungnya. Solusi ini masih minim hadir di Indonesia dan menjadi kesempatan bagi Fresh Factory untuk menggarapnya.

We like to solve big problems, and this is great because the the big problem yang we’re trying to solve is our own problems,” ucap Co-founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan saat dihubungi DailySocial.id.

Larry Ridwan bersama Andre Septiano dan Widijastoro Nugroho merintis Fresh Factory sejak 2020. Ketiganya memiliki kesamaan latar belakang, sama-sama pelaku bisnis yang menjual produk-produk yang berhubungan dengan gudang dingin. “Kami mengalami kesulitan karena tidak adanya infrastruktur yang efisien dan efektir dalam mendistribusikan produk-produk kami,” lanjutnya.

Bicara mengenai potensi pasar, gudang pendingin ini mengalami peningkatan permintaan di Indonesia. Industri ini menyumbang menyumbang lebih dari 15% PDB di Indonesia. Secara industri, pada 2018, industri perikanan mencatatkan peningkatan produksi hingga 25 juta ton.

Di tahun yang sama, industri agrikultur juga meningkat hingga 49 juta ton. Sedangkan untuk makanan olahan, peningkatan konsumsi hingga 7 juta ton dengan potensi bisnis mencapai $13,8 miliar. Kehadiran gudang pendingin juga dibutuhkan oleh industri farmasi.

Sementara itu, laporan Forrester Research mengungkapkan bahwa bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2020 dipicu oleh pandemi, menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, peningkatan yang signifikan dari hanya 5% pada 2015. Industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

“Namun, solusi last mile yang tidak memadai membatasi adopsi biaya (waktu & uang) layanan last mile alternatif saat ini masih tinggi dibandingkan dengan ukuran transaksi konsumen.“

Atas dasar kebutuhan tersebut, Fresh Factory menjadi startup yang fokus menawarkan solusi cold chain, yang terdiri dari manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan (pemilihan pesanan, pengemasan produk, dan pengiriman ke pelanggan melalui operator pengiriman).

Startup ini mengambil pendekatan hyperlocal dengan membuat jaringan gudang pendingin mikro dengan jarak yang terjangkau antara satu sama lain, sehingga menciptakan dampak efisiensi.

Solusi Fresh Factory

Menurut Larry, solusi cold chain yang ada di industri kebanyakan hadir untuk melayani konsumen korporat besar, sehingga infrastrukturnya lebih tersentralisasi. Sistem yang digunakan pun lebih mengarah pada warehouse management system (WMS), bukan fulfillment management system (FMS). Artinya, WMS hanya memberikan sistem tracking warehouse saja, tepatnya saat masuk keluarnya barang.

Co-Founder & CMO Fresh Factory Widijastoro Nugroho menambahkan, sementara fulfillment management system menambahkan fitur pick and pack. Dengan demikian, pengusaha bisa melakukan produk bundling, special packaging, sisipan promosi, kemasan kostum, dan sebagainya. “Jadi, Fresh Factory memiliki FMS di dalamnya juga ada WMS-nya,” katanya.

Larry melanjutkan, tidak hanya jaringan gudang pendingin saja yang dapat disewa oleh pengusaha, juga terdapat solusi pengadaan. Untuk alurnya, pebisnis dapat memiliki lokasi gudang cabang Fresh Factory sesuai wilayah ekspansi bisnis online-nya. Kemudian, produk yang akan dijual dikirimkan ke gudang dengan menggunakan pengiriman yang disediakan oleh mitra logistik Fresh Factory untuk disimpan di dalam gudang.

Ketika terjadi pesanan, melalui sistem Fresh Factory, penyewa akan memasukkan info pesanan seperti produk, jumlah, dan info lainnya. Pihak Fresh Factory akan memroses pengadaannya hingga dikirim ke pembeli. “Dengan demikian, prosesnya akan jauh lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien daripada sebelumnya.”

Terhitung, saat ini Fresh Factory memiliki 15 gudang mikro yang tersebar di Jabodetabek, Pulau Jawa, dan Bali. Masing-masing gudang ini berjarak 8 km satu sama lain, sehingga proses pengadaan akan jauh lebih efisien. Dilengkapi pula dengan FMS untuk bantu proses integrasi secara end-to-end pengusaha agar dapat scale up lebih cepat.

Perusahaan menerapkan dua strategi monetisasi, pertama adalah FIFO (First In First Out) dengan sistem sewa loker per hari mulai dari Rp200 per unit. Kedua, Tanpa Biaya Setup dengan penghitungan berdasarkan penjualan, mulai dari Rp2.100 per fulfillment. Diklaim, Fresh Factory saat ini memiliki lebih dari 100 tenant, termasuk usaha kecil. Sepanjang 2020, total nilai transaksi Fresh Factory mencapai $1,8 juta atau Rp26 miliar.

Ditargetkan pada tahun ini, perusahaan dapat meningkatkan infrastruktur 100 fulfillment center, mencakup ke seluruh Jawa, Bali, dan nasional, dan 10 gudang pendingin. “Kami juga berencana untuk menambah ragam layanan fulfillment, mulai dari retail fulfillment, cross docking, cross border, dan solusi logistik lainnya yang lebih efisien untuk cold chain.”

Perusahaan telah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $1,5 juta (lebih dari 21 miliar Rupiah) yang didapat dari sejumlah investor, seperti Prasetia Dwidharma, Numbers Capital, dan Y Combinator. Pendanaan ini diperoleh pada Januari 2021. Wiji, panggilan akrab dari Widijastoro, menuturkan saat ini perusahaan masuk sebagai salah satu peserta di YCW22. Saat ini sedang berlangsung proses bootcamp-nya selama tiga bulan.

Bootcamp dengan YC berlangsung sampai akhir Maret 2022. Kita mulai pelan-pelan cari funding, target close-nya saat demoday di YC sekitar 15 April,” tambahnya.

Tak hanya Fresh Factory, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Mereka adalah Crewdible, Shipper, TokoTalk, dan platform e-commerce, seperti Shopee, dan TokoCabang (Tokopedia).