Membaiknya ekonomi Indonesia, ditandai dengan kenaikan pendapatan per kapita (Gross National Income/GNI) di atas $4.000 pada 2022, menjadi katalis positif bagi industri logistik berbasis rantai dingin, tak terkecuali pemain startup di dalamnya.
Salah satu efek dari kenaikan tersebut adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan sarat gizi dan protein, seperti susu segar, daging beku, dan makanan siap saji (ready to eat, ready to heat, ready to cook). Sayangnya kenaikan permintaan belum dibarengi dengan kesiapan industri yang masih terfragmentasi dan belum terdigitalisasi proses bisnisnya.
Logistik rantai dingin secara keseluruhan berkesinambungan dengan potensi yang ditawarkan industri pertanian dan akuakulturnya, lantaran sama-sama memerlukan pendinginan di beberapa titik dalam rantai pasokannya.
Menurut laporan Allied Market Research, pada 2021 nilai pasar rantai dingin di Indonesia hampir mencapai $5 miliar dan diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 10,2% dalam 10 tahun ke depan.
Kepada DailySocial.id, CMO Fresh Factory Widijastoro Nugroho bahkan merinci pangsa pasar industri ini berdasarkan hasil risetnya.
1. Di Indonesia, permintaan gudang pendingin mencapai 400.000 pallet setahunnya, sementara suplai yang siap hanya ada 200.000 pallet.
2. Pada 2018, sektor rantai dingin menyumbang 15% dari PDB Indonesia.
3. Pada 2018, produksi industri perikanan menembus 25 juta ton.
4. Pada 2018, produksi daging dan unggas menembus 40 juta ton.
5. Pada 2018, konsumsi industri process food mencapai 7 juta ton, dengan peluang pertumbuhan pasar $13,8 miliar.
6. Penjual rantai dingin terdaftar di Indonesia sebanyak 5,8 juta dan angkanya terus bertambah.
“Kenaikan GDP disebabkan salah satunya karena suami dan istri di keluarga muda, dua-duanya bekerja. Karena istri kerja, maka convenient jadi faktor penting dalam perkembangan produk baru. Frozen food yang bisa memberikan convenient akan tumbuh dengan cepat. Produk ini akan memerlukan cold chain fulfillment center, apalagi kalau dijual direct-to-consumer melalui e-commerce,” terang Widi.
Rantai dingin tidak hanya dibutuhkan untuk simpan makanan dan minuman saja. Industri farmasi juga sangat bergantung pada industri ini, termasuk saat mendistribusikan vaksin, insulin, dan reagen ke pelosok daerah. Keseluruhan kategori produk di atas disebut perishable goods (produk yang tidak tahan lama).
Segudang tantangan
Di balik itu semua, isu di industri ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan sistem rantai pasok logistik pada umumnya karena biaya persiapan dan operasional yang tinggi. Oleh karenanya, ini bukan ranah yang banyak dimasuki startup.
Pemain konvesional yang mendominasi saat ini di Indonesia adalah Diamond Cold Storage, Wahana Cold Storage, dan Maersk Line.
“Cold chain jauh lebih kompleks daripada yang non-cold/frozen karena butuh integritas suhu yang terjaga baik dari first mile sampai last mile. Kalau suhunya tidak terjaga maka kualitas produknya, seperti makanan dan farmasi, akan berkurang bahkan rusak,” ujar CEO Paxel Zaldy Ilham Masita.
Co-founder Cool Jek Nathanael Christopher menyampaikan, infrastruktur yang belum memadai ini mengakibatkan persentase food loss yang cukup tinggi sebesar 13 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Lantaran, produk yang seharusnya ditangani secara khusus oleh rantai dingin malah ditangani dengan pengiriman konvensional, misalnya untuk pengiriman ke konsumen akhir.
Kurangnya standarisasi dalam hal prosedur penyimpanan, pengiriman, dan pengemasan merupakan isu yang sangat penting. Karena tidak ada acuan, konsumen akhirnya menggunakan pengiriman konvensional yang tidak menerapkan rantai pasok dingin untuk pengirimannya dan akhirnya jadi penyebab kerusakan produk dan perubahan kualitas pada produk.
“Dengan kebiasaan mengirim menggunakan ojek online atau kurir konvensional, pelanggan enggan membayar lebih untuk suatu layanan khusus pengiriman yang menerapkan cold chain yang lebih mahal. Alhasil, konsumen sering kali menerimanya dalam keadaan rusak,” ujar Nathanael.
Cool Jek merupakan armada last mile untuk produk beku, menggunakan motor berpendingin (refrigerated motor freezer box), yang menyasar segmen B2B dan B2C sebagai target penggunanya. Startup ini baru beroperasi sejak 2022.
Widi menambahkan, untuk menjaga suhu -18 derajat Celcius secara end-to-end adalah tantangan utama dalam distribusi rantai dingin. Semua harus dilacak dengan IoT, memeriksa keadaan suhu dari rantai logistik frozen and chilled product. Ditambah lagi, usia barang beku relatif singkat karena cepat basi.
Alhasil dibutuhkan sistem WMS FeFo (First Expired First Out) untuk merekam waktu kadaluarsa dan sistem akan mengatur outbound secara otomatis. “Supaya barang dengan expiration date lebih awal akan keluar duluan,” kata dia.
“Masih tingginya biaya investasi untuk membangun jaringan cold chain Indonesia karena hampir seluruh materialnya harus impor. Pemerintah belum banyak membantu pelaku usaha di bidang cold chain ini,” tambah Nathanael.
Melengkapi bisnis yang sudah ada
Walau berstatus pemain baru, baik Paxel, Fresh Factory, Cool Jek, dan Logice percaya bahwa salah satu hambatan terbesar bagi perusahaan yang ingin masuk ke bisnis rantai dingin ini adalah dibutuhkannya infrastruktur yang berbeda yang kompleks. Oleh karenanya, masing-masing menawarkan solusi yang tersegmentasi target penggunanya.
Logice dan Fresh Factory sama-sama menawarkan solusi pengadaan untuk rantai dingin. Cool Jek masuk ke area last mile untuk pengiriman ke konsumen. Sedangkan, Paxel solusinya lebih menyeluruh, mulai dari first mile, mid mile, hingga last mile.
“Pada umumnya, para startup melengkapi apa yang pemain konvensional belum sediakan, sehingga cold chain industry akan lebih baik ke depannya,” ujar CEO Logice Dwi Andika Irawan.
Widi menambahkan, untuk melengkapi apa yang sudah ada di lapangan, pihaknya melakukan berbagai pendekatan baru. Terkait pallet misalnya, pemain konvensional biasanya hanya bisa store in pallet, lalu outbound hanya bisa in pallet dan carton. Maka dari itu, Fresh Factory ambil pendekatan memungkinkan untuk simpan di pallet, carton, ataupun pieces.
“Untuk melayani konsumer yang memerlukan jasa fulfillment untuk direct-to-consumer, mereka memerlukan pick and pack in pieces. Itulah layanan utama yang ditawarkan Fresh Factory.”
Ditambah lagi, pemain konvensional biasanya punya gudang berukuran besar yang berlokasi di luar kota. Akibatnya jarak antar ke rumah konsumen butuh waktu lebih lama. Fresh Factory mengambil pendekatan berbeda, membangun jaringan gudang sebagai fulfillment center berukuran kecil, dengan kuantitas banyak, dan tersebar di dalam kota (hiperlokal).
“Contoh, di Jakarta kami punya 13 hub. Fresh Factory hadir di setiap kotamadya dan kabupaten, sehingga jarak antar ke rumah konsumen bisa masuk dalam radius 8 km. Perbandingan, tarif Gojek dan Grab flat Rp20 ribu di dalam radius 8 km.”
Untuk mendukung integrasi antar gudang, perusahaan menyediakan sistem WMS yang menjamin FeFo (First Expired First Out) dan FiFo (First In First Out) sesuai dengan kebutuhan barang frozen dan chilled yang berumur relatif lebih pendek. Misalnya, susu segar umur simpanya hanya 30-40 hari.
“Kita memberikan akses ke WMS kita sehingga konsumen FF [Fresh Factory] bisa men-track stock secara live, men-track seluruh aktivitas pick and pack dengan time stamp sejak order masuk dari marketplace ke sistem FF.”
Fresh Factory sendiri berambisi ingin menjadi pemain rantai dingin dengan jaringan gudang terluas di Indonesia. Oleh karenanya, perusahaan mengumumkan kemitraan dengan PT Nusantara Card Semesta (NCS) pada Juli 2023.
Pasca MoU, Fresh Factory akan mengaktifkan seluruh gudang milik yang tersebar di 111 titik sebagai cold chain fulfillment center (titik penyimpanan, pengemasan dan pengiriman produk), serta lebih dari 2.000 orang kurir untuk mengirimkan layanan di 103 kota di Indonesia. Gudang ini berlokasi di seluruh Indonesia, mulai dari Makassar, tujuh kota di Sumatera, hingga Kalimantan.
Tak sampai di situ, Fresh Factory akan terus memperluas kerja sama pengelolaan gudang dengan Bulog dan PLN.
Sementara itu, Paxel melebarkan bisnis ke rantai dingin dari sebelumnya sebagai pemain logistik last-mile. Perusahaan memakai memakai fasilitas rantai dingin untuk mid-mile, memanfaatkan truk berpendingin. Sementara untuk nasabah korporat disiapkan motor/mobil berpendingin untuk pengiriman first-mile sampai last mile.
“Selain itu, kami juga sediakan cold storage di semua hub Paxel di Jawa dan Sumatera untuk fulfillment dan storage. Rencana kami berikutnya adalah menambah coverage area yang lebih luas, seperti ke Sulawesi dan Kalimantan. Serta, masuk ke ukuran paket yang lebih besar sampai 1 ton untuk pengiriman cold chain door to door.”
Menurut Zaldy, pandemi Covid-19 telah membentuk kebiasaan baru di antara masyarakat untuk mengirimkan makanan antar kota, tidak hanya di dalam kota saja. Perusahaan juga menangkap potensi dari bisnis kuliner di daerah yang selama ini terhambat karena tidak ada pengiriman cold chain yang bisa mengakomodasinya.
Dipaparkan, volume pengiriman dari segmen frozen food yang diproses perusahaan pada 2021 naik 56% dibandingkan pada 2020. Kemudian pada semester I 2022, volumenya tumbuh hingga 83% secara year-on-year. Kinerja ini didukung salah satunya berkat kemitraan dengan Wall’s Indonesia untuk pengiriman es krim instan di area Jabodetabek, Bandung, Surabaya, hingga Palembang.
Unit economics jelas
Permintaan yang jelas terpampang ada dan suplai yang belum mampu mengakomodasinya, menjadikan bisnis rantai dingin ini punya unit economics yang jelas untuk menjadi bisnis yang berkelanjutan. Bahkan, menurut Andika, loyalitas pelanggan di sektor ini begitu tinggi, bisa terlihat dari perusahaan petahana yang sudah punya pangsa pasar besar masih bisa beroperasi hingga sekarang.
“Pada dasarnya unit economics untuk cold chain sendiri sangat tinggi dikarenakan besarnya permintaan yang masih belum diakomodir oleh industri dan rendahnya biaya akuisisi dalam akuisisi pelanggan. Kami yakin Logice bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan.”
Dia memaparkan, sejak beroperasi di 2020, kini Logice sudah bekerja sama dengan 27 pemilik kendaraan dan lima pemilik gudang yang tersebaru di enam kota, yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Pontianak, dan Pekanbaru. Perusahaan sepenuhnya menyasar segmen B2B dan B2C, dengan jumlah pengguna lebih dari 300 klien B2B dan 1.200 klien B2C.
Optimisme yang sama juga ditunjukkan oleh Nathanael. Bisnis rantai dingin ini sangat visible karena dibutuhkan pelaku industri untuk menyimpan produk segar dan beku yang memerlukan tempat pendingin, serta pengirimannya perlu menggunakan mobil atau motor berpendingin.
“Kami sangat optimistis dengan jasa ini akan cepat berkembang dikarenakan kami mengambil celah pasar yang belum banyak terlayani dan Cool Jek lebih ekonomis untuk area perkotaan yang begitu macet dan padat.”
Disebutkan saat ini Cool Jek sudah melayani 300 titik per bulan hanya dengan mengandalkan satu hub saja. Nathanael akan menambah kapasitasnya, mulai dari armada motor, mobil, membuka layanan pengadaan dengan gudang dingin ukuran kecil, sediakan penyewaan loker berpendingin, dan menggunakan kendaraan listrik.