Tag Archives: console game

Teardown-PlayStation-5-1

[Video Teardown iFixit], Seperti Ini Dalaman PlayStation 5

iFixit telah merilis video teardown console game terbaru Sony, PlayStation 5 dan controller DualSense-nya. Sebelumnya Sony juga telah mempublikasikan video teardown PlayStation 5 berdurasi tujuh menit, tetapi pembongkaran yang dilakukan oleh iFixit lebih rinci lagi.

Bila dibanding pendahulunya, desain PlayStation 5 tampil lebih futuristik dan dimensi bodinya lebih besar dan tinggi dari PS4. Untuk membuka casing luar PlayStation 5 yang berwarna putih tidak terlalu sulit, bisa dilepas dengan gerakan angkat dan geser perlahan.

iFixit menemukan bahwa console ini memiliki banyak sekrup yang menyatukannya. Mengenai masalah perbaikan, meski penyimpanan utama dipasangkan dengan motherboard, ekspansi bisa dimungkinkan dengan SSD M.2 yang telah diaktifkan oleh Sony.

Selain itu, meski optical drive juga dapat diganti tetapi tidak dapat dengan mudah ditukar karena software-nya dikunci. Artinya jika optical drive PlayStation 5 Anda gagal, maka kemungkinan harus dibawa ke service center Sony.

Untuk PlayStation 5 versi digital, penambahan penyimpanan SSD ekstra bisa dengan mudah dilakukan ketika console tersebut akhirnya mendukungnya. Cukup dengan membuka satu cover di samping dan mengeluarkan satu sekrup. Lebih lengkap untuk video teardown PlayStation 5 dan controller DualSense-nya bisa ditonton di bawah ini.

Secara keselurahan, menurut iFixit PlayStation 5 adalah lompatan besar dalam teknologi console gaming. Desain yang relatif modular-nya mudah diperbaiki, meski beberapa dikunci oleh software. Langkah pembokaran pertama tanpa perlu alat, akses kipas yang mudah, dan penyimpanannya bisa diekspansi.

Bila Anda tertarik dengan PlayStation 5, rencananya console ini bakal tersedia secara resmi di Indonesia pada tanggal 22 Januari 2021. Anda bisa melakukan pre-order sejak 18 Desember 2020.

Untuk membawa pulang console terbaru Sony ini membutuhkan dana Rp8.799.000 untuk PlayStation 5 versi standar yang dilengkapi Ultra HD Blu-ray disc drive atau Rp7.299.000 untuk PlayStation 5 Digital Edition yang tidak punya optical drive sama sekali.

Sumber: TheVerge

Microsoft Ungkap Detail Teknis Xbox Series X Lebih Jauh

Saat Sony terlihat menahan diri untuk menyingkap info mengenai PlayStation 5 (kita bahkan belum tahu seperti apa rupanya), Microsoft kian gencar mengungkap detail terkait Xbox Series X sejak console next-gen itu diumumkan di The Game Awards 2019. Setelah memamerkan desain dan mengumumkan spesifikasi singkatnya di bulan Februari lalu, produsen akhirnya menguak sisi teknis lebih dalam melalui blog Xbox Wire.

Diklaim sebagai console game tercepat dan paling bertenaga (titel serupa sempat dianugerahkan Microsoft pada Xbox One X), ada tiga aspek yang jadi fokus utama penggarapan Xbox Series X: performa, immersion dan kompatibilitas. Penjelasan Microsoft di sana panjang serta komprehensif, dan mereka tak lupa menjabarkan daftar sistem secara lengkap. Menakar dari data-data tersebut, bagi saya Xbox Series X ialah PC high-end yang menyamar jadi console.

IMG_17032020_174012_(1000_x_650_pixel)

Berikut ini detail teknis home console anyar Microsoft:

  • CPU Custom Zen 2 octa-core 3,8GHz (3,6GHz dengan SMT)
  • GPU Custom RDNA 2 12-teraflop 52-compute unit
  • Die size 360,45 mm2
  • Proses 7nm Enhanced
  • Memori 16GB GDDR6 dengan 320b bus
  • Bandwidth memori 10GB @560GB/detik, 6GB @336GB/detik
  • Penyimpanan internal SSD NVMe 1TB custom
  • I/O Throughput 2.4 GB/detik (Raw), 4.8 GB/detik (terkompresi, dengan decompresson block hardware custom)
  • Penyimpanan tambahan via expansion card 1TB (kapasitasnya sebesar memori internal)
  • Dukungan penyimpanan eksternal HDD USB 3.2
  • Optical drive Blu-ray Drive 4K UHD
  • Target performa 4K @60FPS, maksimal 120FPS

IMG_17032020_174150_(1000_x_650_pixel)

Banyak hal dibahas oleh Microsoft, dan salah satu bagian paling menarik ialah tentang ray tracing. Xbox Series X ditopang oleh DirectX Daytracing berbasis hardware. Dipopulerkan oleh Nvidia lewat GeForce RTX, pada dasarnya fitur ini berfungsi untuk mensimulasikan pencahayaan secara lebih realistis, bahkan sanggup membuat visual game-game lawas (misalnya Quake II atau Minecraft) terlihat cantik.

Satu contoh kemampuan menakjubkan dari ray tracing adalah ia memungkinkan cahaya menembus objek-objek transparan dan menampilkan efek visual unik. Misalnya, sinar matahari yang melewati kaca patri menghasilkan bayangan warna-warni di lantai.

IMG_17032020_174219_(1000_x_650_pixel)

Fitur unik lain dari Xbox Series X ialah Xbox Velocity Architecture. Jika GPU merupakan jantung dari console, maka XVA adalah ‘jiwanya’. Intinya, ia berfungsi buat mempererat integrasi antara unit penyimpanan dan software sehingga sistem bisa menyalurkan aset-aset permainan lebih cepat. Teknologi ini kabarnya sangat membantu penyajian konten game-game berskala besar seperti Red Dead Redemption 2, Final Fantasy XV dan Assassin’s Creed Odyssey.

Buat sekarang, agak sulit mengomparasi kinerja Xbox Series X dengan gaming PC modern karena sejauh ini belum ada PC ber-GPU AMD RDNA 2 yang dipasarkan. Mungkin buat perbandingan kasarnya, Radeon RX 5700 XT berbasis RDNA 1 dijajakan di kisaran harga Rp 6,5 juta di situs eCommerce lokal – uang sebanyak itu hanya untuk kartu grafis saja. Lalu seberapa mahal Xbox Series X akan dibanderol?

IMG_17032020_174053_(1000_x_650_pixel)

Microsoft Umumkan Spesifikasi Resmi Xbox Series X

Walaupun Microsoft sempat bilang bahwa penjualan Xbox One cukup memuaskan, perusahaan tetap mengakui keunggulan sang rival di era current-gen. Sony berhasil mengapalkan lebih dari 102 juta unit PlayStation 4, memaksa Microsoft untuk mengambil strategi baru dalam menyuguhkan konten. Kita tahu, mereka tak pernah lagi menghidangkan permainan eksklusif. Hampir seluruh game Xbox One kini tersedia di Windows 10 dan Microsoft terus mempromosikan cross-platform play.

Meski demikian, tidak berarti produsen tak menyiapkan produk baru buat berkompetisi dengan Sony. Xbox Series X diumumkan tiba-tiba di ajang The Game Awards 2019. Di sana, Microsoft memamerkan wujud console dan tak lama turut diketahui pula Series X merupakan satu dari beberapa model Xbox anyar yang perusahaan sedang siapkan. Dan melalui Xbox Wire minggu ini, head of Xbox Phil Spencer akhirnya mengungkap informasi lebih rinci terkait hardware dan teknologi pendukung Xbox Series X.

Microsoft menjelaskan bahwa dibandingkan console mereka sebelumnya, Xbox Series X menawarkan keseimbangan antara kecepatan dan tenaga yang lebih baik. Ada lima faktor yang jadi andalan sang produsen: performa grafis 12-teraflop, variable rate shading, teknologi ray tracing DirectX berbasis hardware, kemampuan ‘me-resume‘ beberapa game sekaligus dalam waktu singkat, dan fitur Smart Delivery. Selain itu, Microsoft tentu saja menjabarkan aspek teknis Series X secara lengkap.

IMG_25022020_140347_(1000_x_650_pixel)

Diklaim sebagai console paling bertenaga yang pernah Microsoft ciptakan, Xbox Series X dipersenjatai prosesor semi-custom berbasis AMD Zen 2 dan arsitektur RDNA 2. Komponen ini kabarnya menyimpan kemampuan olah data empat kali lipat dari Xbox One, serta memberikan kesempatan bagi developer game untuk memanfaatkan performa GPU berkekuatan 12-teraflop. Jumlah ini dua kali lebih besar dibanding Xbox One X dan delapan kali Xbox One standar. Console turut ditunjang oleh penyimpanan berbasis SSD sehingga waktu load app jadi lebih singkat.

Variable rate shading merupakan salah satu fitur unik Xbox Series X, memungkinkan distribusi kinerja grafis yang lebih efisien. Dengan VRS, GPU tak lagi perlu mencurahkan tenaganya terus-menerus untuk menangani seluruh pixel di layar. Ia kini dapat memprioritaskan efek visual secara individual, misalnya di karakter tertentu atau objek-objek penting. Alhasil, sistem bisa menampilkan resolusi lebih tinggi dan memastikan frame rate tersaji lebih stabil tanpa mengurangi kualitas grafis. Series X sendiri siap menghidangkan 120fps.

Melengkapi aspek kinerja, Microsoft juga membekali Xbox Series X dengan konektivitas yang lebih canggih. Console ditunjang HDMI 2.1 yang lebih rendah latency serta kemampuan dynamic latency input sehingga sistem bisa membaca perintah dari unit controller wireless lebih cepat, presisi dan responsif.

Sempat dibahas sebelumnya, backward compatibility akan kembali hadir di Xbox Series X. Kapabilitas ini memperkenankan console menjalankan permainan-permainan lawas, termasuk judul yang dirilis di era Xbox generasi pertama. Backward compatibility berhubungan dengan fitur Smart Delivery.  Teknologi ini mampu mengenal game, berfungsi untuk menghidangkan konten secara optimal berdasarkan sistem yang kita miliki – baik Xbox Series X maupun Xbox One. Berkatnya, kita hanya perlu membeli permainan satu kali buat dinikmati di hardware berbeda.

Xbox Series X rencananya akan mulai dipasarkan di kuartal keempat tahun ini. Saya menduga Microsoft akan memamerkan kecanggihannya di E3 2020 serta mendemonstrasikan sejumlah game yang dapat memaksimalkan kinerja console. Hal yang paling membuat saya penasaran adalah harganya. Seberapa jauh kira-kira perusahaan mampu menekan harga Series X?

Mendekati Peluncuran Console Next-Gen, Penjualan PS4 dan Xbox One Merosot Cepat

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, console nextg-gen akan meluncur kurang dari satu tahun. Meski begitu, tentu produsen ingin agar produk yang sudah ada tetap terjual laris. Sebagai contohnya, Sony terus mencoba meyakinkan kita bahwa ‘sekarang adalah saat paling tepat buat bermain’. Para console maker juga berjanji untuk terus memberikan dukungan bagi perangkat current-gen meski hardware baru telah tersedia.

Namun kehadiran PlayStation 5 dan Xbox generasi keempat tentu memberi dampak bagi home console yang ada sekarang. Berdasarkan laporan analis pasar NPD Group, penjualan PS4 dan Xbox One memperlihatkan penurunan signifikan, terutama di Amerika Serikat. Di kawasan tersebut, jumlah pengeluaran konsumen buat membeli console di bulan Januari 2020 merosot sebesar 35 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tak hanya hardware, total pengeluaran terkait produk gaming – termasuk software, aksesori dan game card – juga mengalami penyusutan dihitung dari tahun ke tahun (year-on-year). Angkanya cukup signifikan, yakni 26 persen. Penurunan ternyata lebih tajam dibandingkan estimasi produsen sebelumnya. Menariknya, Nintendo malah tidak merasakan depresiasi sebesar Sony dan Microsoft karena penjualan Switch-nya terbilang stabil.

Melalui Twitter-nya, analis Daniel Ahmad dari Niko Partners mengungkapkan bahwa turunnya penjualan PS4 dan Xbox One di 2020 lebih parah dibanding PS3 dan Xbox 360 pada tahun 2013, yaitu tahun ketika penerus kedua console itu diluncurkan. Menurut Ahmad, penurunan ini disebabkan oleh kombinasi dari banyak hal, bukan hanya karena konsumen yang tengah menanti PlayStation 5 dan Xbox Series X saja.

Alasan pertama ialah karena baik Microsoft dan Sony terus mempertahankan harga sistem current-gen mereka di kisaran US$ 300. Microsoft memang menawarkan salah satu varian di harga US$ 250, tetapi dengan kompensasi absennya optical disc drive. Sementara itu, Nintendo Switch Lite (tanpa dukungan dock dan controller yang tak bisa dilepas) dibanderol US$ 100 lebih murah dari varian standar.

Penyebab kedua adalah konfirmasi dukungan backward compatibility di Xbox Series X dan PlayStation 5. Fitur ini memungkinkan kedua console itu menjalankan permainan-permainan yang ada di sistem terdahulu dengan performa dan kualitas visual lebih baik. Tak mengherankan jika gamer memutuskan untuk menunggu peluncuran sistem-sistem anyar tersebut.

Kemudian alasan ketiga ialah penundaan perilisan sejumlah game blockbuster, yang terjadi pada Cyberpunk 2077, remake Final Fantasy VII, The Last of Us Part II, Marvel’s Avengers, serta permainan-permainan Ubisoft seperti Gods and Monsters, Rainbow Six Quarantine, dan Watch Dogs Legion. Dan hingga kini, kita juga belum tahu kapan tepatnya Ghost of Tsushima akan dilepas.

Via Eurogamer.

Microsoft: Xbox Series X Tak Ditemani Game Eksklusif di Hari Peluncurannya

Konten merupakan salah satu pilar esensial dari console game sejak perangkat ini diperkenalkan ke publik. Zaman telah berubah, tapi hingga sekarang game eksklusif masih jadi nilai jual utamanya. Nama-nama seperti Nintendo dan Sony terus memegang erat franchise-franchise andalannya, namun sejak beberapa tahun terakhir, Microsoft mengambil metode berbeda dalam menyajikan permainan.

Peluncuran console next-gen pelan-pelan datang menghampiri kita. Baik Microsoft dan Sony sudah mengonfirmasi keberadaan Xbox Series X dan PlayStation 5. Microsoft sendiri sudah mengumumkan dua game yang siap memaksimalkan kemampuan hardware Xbox Series X, yakni Halo Infinite dan Senua’s Saga: Hellblade II. Tapi kita tahu, permainan-permainan tersebut juga akan tersedia di PC ber-OS Windows 10.

Dan dalam wawancara bersama MCV, head of Xbox Game Studios Matt Booty mengabarkan bahwa perilisan Xbox Series X tidak akan ditemani oleh game eksklusif. Booty bahkan tak ragu menyebutkan bagaimana Xbox anyar punya karakteristik menyerupai PC. Menurutnya, langkah ini merupakan sebuah investasi yang baik dan perusahaan jadi dapat lebih fokus pada penyajian konten.

Dampak positif dari strategi ini adalah, developer-developer – terutama pihak ketiga – tidak merasa terbebani saat mereka menggarap permainan untuk console next-gen. Sampai sekarang, pengembangan game eksklusif buat mendampingi pelepasan sistem baru ialah hal yang beresiko: seandainya angka adopsi console ternyata rendah atau tak sesuai target, itu berarti jumlah pemain game-nya juga tidak banyak; dan seberapa pun berkualitas kontennya, kerja keras developer jadi tak terbayarkan.

Booty menjelaskan, perusahaan akan memusatkan perhatian pada satu atau dua IP dan memastikan game siap dinikmati begitu Xbox Series X tersedia. Di kesempatan ini, perusahaan memilih Halo Infinite (dan Hellblade II, keduanya digarap oleh studio first-party Microsoft). Peluncuran Infinite akan jadi momen unik karena untuk pertama kalinya dalam waktu 15 tahun, permainan Halo akhirnya dilepas bersama console anyar.

Menyediakan permainan di platform berbeda ialah pondasi penting dari program Xbox Play Anywhere yang memperkenankan kita membeli game secara digital kemudian memainkannya dari perangkat ber-OS Windows 10. Dan melengkapi aspek kemudahan akses, Xbox next-gen turut ditopang fitur backward compatibility, memungkinkannya menjalankan game-game Xbox One (PS5 punya kapabilitas serupa).

Dengan absennya permainan eksklusif di Xbox Series X plus backward compatibility, konsumen tak lagi perlu cemas harus mengucapkan selamat tinggal pada library game yang selama ini susah payah dibangun ketika ingin beralih ke console baru. Namun kondisi ini turut memberi efek negatif buat pihak Microsoft, karena tak ada alasan kuat bagi kita untuk buru-buru membeli Xbox next-gen, apalagi jika kita sudah punya gaming PC mumpuni di rumah.

Via The Verge.

Tentara Inggris Akan Resmikan Esports Sebagai Aktivitas Rekreasi

Seiring dengan perkembangan zaman, gaming dan esports semakin mendapat penerimaan positif di mata masyarakat. Kalau di Indonesia, penerimaan tersebut datan dari bentuk sokongan pemerintah, salah satunya lewat gelaran Piala Presiden. Beda ladang beda ilalang, negara lain punya cara penerimaan terhadap esports yang berbeda di negaranya, yang menarik dan kadang menggelitik.

Inggris salah satu contohnya. Baru-baru ini tentara nasional Inggris dikabarkan akan membuat esports sebagai salah satu kegiatan tambahan resmi, yang diakui oleh negara. Sebagai tambahan informasi, Inggris memiliki satu badan bernama Army Sports Control Board. Badan tersebut dibuat dengan fungsi sebagai regulator atas kegiatan olahraga permainan yang dimainkan oleh tentara nasional Inggris. Menariknya, badan tersebut tak hanya didanai oleh pemerintah saja, masyarakat secara umum juga diperkenankan mendanai dan menyokong kegiatan tersebut – yang artinya masyarakat juga boleh mendanai kompetisi esports untuk para tentara.

Sumber: House of Gamers
Tentara Inggris yang sebelumnya juga sempat mengikuti kompetisi esports melawan gamers pada umumnya. Sumber: House of Gamers

Mengutip dari media nasional Inggris, The Sun, isu soal memasukkan esports ke dalam organisasi tentara yang kerap kali dianggap kaku ini diangkat oleh salah satu komandan daerah. Namun esports sebenarnya bisa dibilang bukan hal yang terlalu baru bagi tentara Inggris. Sebelumnya, Royal Air Force (angkatan udara Inggris) ternyata sudah mendanai kegiatan esports PC ataupun konsol di kalangan internal. Mereka bahkan dikatakan sudah mengikuti beberapa kompetisi bergengsi.

Masih dari The Sun, juru bicara tentara nasional Inggris mengatakan. “Meningkatnya video games sebagai kegiatan rekreasi secara umum, kami pun akhirnya memutuskan untuk menjadikan esports sebagai aktivitas rekreasi resmi di seluruh pasukan tentara Inggris. Seperti olahraga lainnya, ini (esports) akan memberikan para anggota kesempatan untuk mempelajari kemampuan baru dan terlibat dalam kegiatan di luar dari tugas harian mereka.”

U.S. Army Esports
Sumber: U.S. Army Esports

Ini bukan pertama kalinya negara barat menggunakan esports sebagai sarana bagi tentara untuk melatih kemampuannya. Sebelumnya angkatan laut Amerika Serikat juga melakukan hal serupa. Mereka tertarik menggunakan dana iklan mereka untuk bergabung ke dalam esports dan melakukan iklan rekrutmen. Tak hanya itu saja, U.S Army bahkan mengambil langkah yang lebih konkrit. Mereka membuat sebuah tim esports yang sudah cukup aktif melakukan berbagai kegiatan. Mereka bahkan sempat menyelenggarakan turnamen Street Fighter V khusus anggota pada bulan Juni 2019 lalu.

Melihat hal ini, mungkin memang sudah menjadi budaya di sana, bahwa tentara tidak selamanya harus kaku dan kuno. Justru mereka harus tanggap dengan perkembangan zaman, yang mana salah satunya bisa dilakukan lewat esports. Bagaimana dengan di Indonesia? Apa yang dilakukan angkatan bersenjata di barat mungkin bisa jadi referensi menarik, agar para tentara tak lagi cenderung kaku dan kuno, serta bisa tanggap dengan perkembangan zaman.

Sumber Header – House of Gamers

Intellivision Bakal Rilis Console Game Baru di Bulan Oktober 2020

Nama Intellivision memang tidak sepopuler Atari atau Commodore, tapi ia tetap jadi bagian penting di sejarah console game. Rangkaian produk gaming buatan Mattle Electronics itu diedarkan dari tahun 1979 hingga 1990. Setelah produksinya dihentikan, dua mantan programmer Intellivision – Keith Robinson dan Stephen Roney – mengambil alih brand dan mulai merilis game-game-nya secara gratis.

Keith Robinson tutup usia pada tahun 2017, dan tak lama seorang developer veteran bernama Tommy Tallarico membeli sejumlah saham Intellivision Productions, kemudian bersama dengan tim orisinalnya meluncurkan kembali perusahaan itu di bawah bendera Intellivision Entertainment. Di tahun 2018, mereka mengungkap agenda untuk meluncurkan console baru, dan detailnya baru saja disingkap di pembukaan Gamescom 2019.

Dinamai Intellivision Amico, ia merupakan game console bergaya lawas terjangkau yang disiapkan untuk Anda nikmati bersama keluarga atau kawan-kawan. Intellivision tidak berambisi untuk bersaing melawan trinitas console raksasa (Sony, Microsoft dan Nintendo), namun mereka tetap memanfaatkan strategi unik serta menyediakan konten eksklusif untuk menarik perhatian calon konsumen. Target pasar Intellivision adalah tiga miliar manusia yang menikmati game secara kasual.

Intellivision Amico punya wujud yang tidak biasa. Tubuhnya kotak, dirancang untuk ditaruh berbaring di rak atau atas meja dengan lampu LED mengelilingi sisi sampingnya, dan memiliki cekungan di bagian atas untuk tempat menaruh controller. Secara keseluruhan, desain Amico memang merepresentasikan gaya 90-an.

Unit gamepad-nya juga tidak kalah atraktif. Berbeda dari perangkat-perangkat kendali modern, controller Amico mempunyai arahan desain vertikal ala produk yang dilepas kurang lebih empat dekade silam. Sekilas, ia terlihat seperti MP3 player karena memiliki layar dan button pad bundar. Panel tersebut mampu membaca sentuhan, lalu controller juga bisa mendeteksi gerakan/motion. Sebagai alternatifnya, kita dapat menyambungkan delapan smartphone untuk dijadikan alat kendali tambahan.

Game-game Amico dijual terpisah, dibanderol antara harga US$ 3 sampai US$ 10. Selain itu Intellivision menjamin ketiadaan DLC, loot box ataupun transaksi in-app. Di hari peluncurannya nanti, console akan ditemani oleh 17 permainan. Menariknya, game-game tersebut merupakan judul eksklusif, salah satunya ialah sekuel seri Earthworm Jim. Franchise ini masih dipegang oleh Interplay Entertainment dan entah bagaimana caranya Intellivision mendapatkan lisensinya.

Menggunakan strategi game eksklusif di console baru memang bukan langkah ‘cerdas’, namun memperlihatkan kepercayaan diri Intellivision Entertainment. Amico rencananya akan mulai dipasarkan pada tanggal 10 Oktober 2020, dijajakan seharga US$ 200.

Via Destructoid.

Microsoft Kabarnya Akan Luncurkan Xbox One Tanpa Disc Drive

Transisi ke metode distribusi konten secara digital merombak banyak aspek di industri gaming. Persebaran toko retail mulai menyusut, lalu bisa kita lihat bagaimana produsen laptop gaming kini tidak lagi menyertakan optical disc drive di produk mereka. Namun meski telah mendapatkan beberapa kali update, perangkat console yang tersedia sekarang tetap mempertahankannya.

Awalnya merupakan sebuah keharusan, kehadiran disc drive pelan-pelan berubah jadi cara alternatif dalam mengakses game, khususnya bagi konsumen yang masih enggan menghabiskan waktu lama buat mengunduh file. Versi fisik memang sangat membantu, apalagi sejumlah game baru bisa menghabiskan ruang penyimpanan puluhan sampai ratusan gigabyte. Tapi sepertinya, Microsoft akan menjadi console maker pertama yang akan menanggalkan komponen tersebut.

Berdasarkan laporan dari narasumbernya, website  Thurrott mengabarkan bahwa Microsoft punya agenda buat meluncurkan console baru tahun depan. Sistem ini bukanlah inkarnasi dari proyek Scarlett yang sempat mereka singkap di E3 2018 lalu, melainkan update dari Xbox One. Di model anyar itu, sang produsen berencana menghilangkan disc drive, sehingga akses konten sepenuhnya dilakukan secara digital.

Lewat langkah ini, Microsoft bermaksud untuk menekan harga jual console. Buaf sekarang, satu unit Xbox One dibanderol US$ 300. Versi ‘disc-less‘ ini akan mereka jual sekitar US$ 100 lebih murah dari produk yang ada – bisa jadi lebih rendah lagi. Dan demi mendorong eksekusi strategi ini, Microsoft akan melaksanakan program ‘disc-to-digital‘, yaitu kampanye mengubah koleksi game fisik ke digital dengan menukarkannya di Microsoft Store atau toko retail terpilih.

Tentu saja Microsoft menyadari ada banyak gamer-nya yang masih mengandalkan disc drive. Mereka kabarnya berniat merevisi SKU Xbox One S. Unit-unit anyar tersebut masih dibekali komponen tersebut, tapi dijajakan di harga yang lebih rendah. Menurut info narasumber, produsen akan melepasnya di akhir tahun ini.

Bersumber pada informasi yang beredar sebelumnya, Anda mungkin sudah mendengar rumor mengenai bagaimana Microsoft akan menyajikan dua varian berbeda dari sistem game next-gen ‘Project Scarlett’. Model pertama adalah produk home console tradisional, dan kedua ialah versi streaming box buat membantu menghidangkan game via cloud.

Tersedianya  opsi Xbox One ‘disc-less’ dapat kita ibaratkan sebagai persiapan aktivitas gaming tanpa medium distribusi fisik di ranah console. Namun dengan absennya disc, konsumen juga harus mau menerima hilangnya pasar game bekas – seperti yang terjadi di platorm PC.

Via Games Industry.

Pemilik PlayStation 4 Habiskan Hampir 50.000 Tahun Bermain Game Dalam Seminggu?

Memasuki tahun keempat sejak perilisan perdananya, PlayStation 4 tetap menunjukkan keperkasaannya. Beberapa permainan terbaik di tahun 2017 merupakan judul eksklusif di platform current-gen Sony itu, dan pelan-pelan, PS4 terus mengikuti jejak PlayStation 2 sebagai console game terlaris. Dan kemarin, Sony baru saja mengungkap sebuah informasi mengejutkan.

Via Polygon, Sony mengumumkan bahwa para pemilik PlayStation 4 menghabiskan waktu hampir 50.000 tahun untuk bermain game selama minggu. Buat memberikan Anda gambaran: 50.000 tahun silam, gurun Sahara ialah tempat yang subur. Tunggu dulu, betulkah angka ini, atau ada typo atau kesalahan menghitung? Tidak, menurut kalkulasi Sony Computer Entertainment.

Berdasarkan perhitungan Sony, seluruh user PlayStation Network menikmati game di console tersebut selama 26 miliar menit tiap minggu. Itu artinya mencapai 593.606,66 bulan atau 49.467,3 tahun selama tujuh hari. Meski terdengar luar biasa, kita perlu menakar dari total gamer PlayStation 4. Saat ini terhitung ada 60 juta pemilik sistem, dan jika dibagi, rata-rata mereka hanya bermain selama tujuh jam seminggu.

Meski tujuh jam seminggu memang tidak terlalu mengesankan, hal tersebut memperlihatkan kesuksesan Sony dalam memikat berbagai kategori gamer buat mengadopsi PlayStation 4 – dari mulai casual, core hingga hardcore. Boleh jadi, satu faktor pendorongnya adalah karena sang console maker terus menyajikan pilihan hardware dan aksesori baru semisal PlayStation 4 serta HMD PlayStation VR, dan juga melakukan refresh pada model standar. Lalu kehadiran layanan hiburan third-party seperti Netflix juga memicu kenaikan angka penjualan.

Kepada Polygon, Jim Ryan selaku presiden Sony Interactive Entertainment Europe menjelaskan, “Kami sudah menjual habis PlayStation VR sejak pertama kali diluncurkan, dan dalam beberapa bulan ke belakang ini kami mencoba mengembalikan persediaan produk secepat-cepatnya. Dan sama seperti PSVR, penjualan PlayStation 4 Pro juga dibatasi oleh kemampuan kami untuk memenuhi permintaan pasar.”

Sony sejauh ini belum berkenan memberi tahu berapa tepatnya PlayStation 4 Pro yang berhasil dijual, namun mereka sempat bilang bahwa semenjak dilepas di bulan November kemarin, satu dari lima pembelian PlayStation 4 merupakan varian Pro. PSVR sendiri kabarnya telah terjual sebanyak satu juta unit semenjak tersedia di bulan Oktober 2016 silam. Dan dari 60 juta pemilik PS4, separuhnya bersedia mengeluarkan uang US$ 10 buat berlangganan PlayStation Plus.

Di kawasan Eropa, PlayStation 4 bahkan terlihat jauh lebih populer dari produk kompetitor utamanya. Penjualan console Sony itu tiga kali lebih tinggi dibanding Xbox One.

Tambahan: Eurogamer.

Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai PlayStation Neo

Terlepas dari konfirmasi presiden Sony Interactive Entertainment Andrew House mengenai eksistensi dari Neo bulan Juni silam, ketidakhadirannya di E3 2016 membuat orang semakin penasaran, apalagi setelah mendengar kabar bahwa rencananya Neo akan diluncurkan tahun ini juga. Tapi meski belum resmi diumumkan, detail tentang hardware sudah mulai tersingkap melalui bocoran dan rumor.

Artikel ini berisi rangkuman dari beragam informasi terkait PlayStation Neo, diolah dari artikel Eurogamer – meliputi rincian soal hardware dan performa, fitur-fitur, sampai ekosistem permainan serta software. Silakan disimak:

Hardware

PlayStation baru ber-codename Neo itu diprediksi mengusung CPU AMD Jaguar delapan-core berkecepatan 2,1GHz (1,3 kali PlayStation 4), GPU AMD Graphics Core Next versi baru dengan 36 compute unit di 911MHz (2,3x FLOP), dan memori GDDR5 8GB 218GBps – bandwith 24 persen lebih tinggi plus 512MB memori lebih banyak. Lompatan kinerja tersebut Sony yakini lebih dari cukup untuk menyajikan ‘mode Neo’ sebagai aspek ‘paling menarik’ dari console baru itu.

Visual

Komponen yang lebih baru berpeluang memengaruhi aspek grafis dan performa game ketika dinikmati dari Neo. Beberapa judul mendukung output native 4K, dan terdapat pula fitur upscale ke UHD. Console juga bisa menyajikan video di 4K.

Meskipun Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat, kita boleh menebak bahwa Neo mampu menyajikan grafis lebih baik dan frame rate lebih stabil. Kemudian sebagai bagian dari pedoman buat developer, 1080p merupakan tingkatan resolusi paling rendah.

Kompatibilitas

Neo kompatibel ke segala periferal PlayStation 4 standar, termasuk controller DualShock 4 dan PlayStation Camera.

Game dan konten

PlayStation 4 dan Neo memiliki library game serupa, jadi tidak ada judul, fitur ataupun DLC ‘eksklusif’ untuk Neo. Namun beberapa hal memang lebih canggih: misalnya jika ada permainan dengan mode multiplayer dua pemain split-screen, maka Neo dapat menopang hingga empat pemain. Ekosistem PSN-nya tak berbeda, sehingga pemilik platform generasi pertama bisa tetap bermain bersama gamer di Neo. Lalu data save, Trophy, UI, dan PlayStation Store juga sama (packaging game boleh jadi berbeda).

Neo versus Project Scorpio?

Walaupun kinerja Xbox One berada sedikit di bawah PS4, ada indikasi arah permainan berubah di era selanjutnya. Menjanjikan performa ‘enam teraflop‘, Scorpio berada jauh di atas PlayStation 4 serta melampaui Neo – dengan kemampuan grafis lebih unggul serta dukungan penuh 4K gaming.