Tag Archives: Corin Capital

Eden Farm Announces 271 Billion Rupiah Series A Funding Led by AppWorks and AC Ventures

Agritech startup Eden Farm announced the series A funding of $19 million or equivalent to 271.1 billion Rupiah. The round was led by AppWorks and AC Ventures, with the participation of Trihill Capital, OCBC Ventures, Investible, Corin Capital, and former investor Global Founders Capital.

This funding continues Eden Farm‘s pre-series A round led by investible in February 2021. With the mission of “Feeding the Nation”, Eden Farm has built an integrated food distribution network since 2017. The goal is to simplify the supply chain to increase margins by reducing prices and cutting out middlemen.

In its service, they also provide accurate demand forecasts for farmers by implementing digital acceleration, and achieving production predictability.

According to the statistics, Eden Farm currently serves 53 thousand customers and partners with more than 2 thousand farmers in Java. In order to support the supply chain, they also operate 5 Eden Fulfillment Centers in strategic locations, supported by 400 supplier partners for product availability.

Meanwhile, since 2019 AppWorks has participated in a number of local startup funding, including HarukaEDU series C funding (Nov 2019), Fabelio series C funding (June 2020), InfraDigital series A funding (Jun 2020), and iSeller pre-series B funding (2021).

Apart from Eden Farm, a number of local agritech startups are also trying to solve the same issue. One of them is TaniHub Group. Last May 2021, the platform secured a series B funding of $65.5 million (over 940 billion Rupiah) led by MDI Ventures. This round brought TaniHub’s valuation to over $200 million. Tanihub currently has several business units, including supply chain, financing, and farmer education.

Focus on solving supply chain issue

According to the BPS report, Indonesia has more than 33.4 million farmers, with the agricultural sector contributing 14% of Indonesia’s GDP or a $140 billion market growing 12.93% per quarter (QoQ). However, the agricultural sector still has major challenges related to supply chain efficiency and farmer welfare with many leakages occurring at various levels of the supply chain.

In this case, Eden Farm decided to focus on resolving issues in the supply chain. “We strengthened two important foundations on the supply and demand sides by building Eden Farm Sourcing Center (ESC) and Eden Farm Distribution Network (EDN),” Eden Farm’s Co-founder & CEO, David Gunawan said in an interview with DailySocial.id.

ESC is a program of direct collaboration with farmers to determine cropping patterns, certainty of selling prices, and certainty of the amount of agricultural produce taken every day. Meanwhile, EDN is a distribution network created to empower the community. EDN is spread in various locations and is within a 5 km radius of the customer so that delivery is faster and more efficient.

“Eden Farm is focused on revolutionizing the fresh produce supply chain and creating a strong defense in upstream agricultural technology. As early investors in Eden Farm, we see them growing and achieving their goals as they increase demand channels and build stronger relationships with farmers in the field. We believe Eden Farm can lead the industry towards digitalization and become a leader in B2B agricultural technology,” AC Ventures’ Founder & Managing Partner, Adrian Li said.

Focus on B2B segment

To date, the F&B sector has a market size of $92 billion, with the food sector expected to grow at a CAGR of 8.7%. They are also one of the biggest absorbers of agricultural products.

One of the business processes by Eden Farm is bridging needs on the industrial side, then connecting with farmers. They claim to have a strong operational system by procuring products directly from farmers, creating defenses in upstream agriculture and attracting growth through diversified B2B markets.

Focusing on the B2B market, Eden Farm supplies high quality food ingredients to various customer segments, including hotels, restaurants & cafes (HORECA), traditional markets, and e-commerce.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Eden Farm

Eden Farm Umumkan Pendanaan Seri A 271 Miliar Rupiah Dipimpin AppWorks dan AC Ventures

Startup agritech Eden Farm mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $19 juta atau setara 271,1 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh AppWorks dan AC Ventures, dengan partisipasi dari Trihill Capital, OCBC Ventures, Investible, Corin Capital, dan investor terdahulu Global Founders Capital.

Pendanaan ini melanjutkan perolehan Eden Farm dalam putaran pra-seri A yang dipimpin investible pada Februari 2021 lalu. Mengusung misi “Feeding the Nation”, Eden Farm membangun jaringan distribusi pangan terintegrasi sejak 2017. Tujuannya untuk menyederhanakan rantai pasokan demi meningkatkan margin dengan mengurangi harga dan memotong perantara.

Dalam layanannya mereka juga memberikan demand forecast yang akurat bagi petani dengan menerapkan akselerasi digital, dan mencapai prediktabilitas produksi.

Dari statistik yang disampaikan, saat ini Eden Farm melayani 53 ribu pelanggan dan bermitra dengan lebih dari 2 ribu petani di pulau Jawa. Untuk mendukung rantai pasok, mereka juga mengoperasikan 5 Eden Fulfillment Center di lokasi-lokasi strategis dan didukung oleh 400 rekanan supplier ketersediaan produk.

Sementara itu, sejak 2019 AppWorks telah berpartisipasi ke sejumlah pendanaan startup lokal, di antaranya pendanaan seri C HarukaEDU (Nov 2019), pendanaan seri C Fabelio (Jun 2020), Pendanaan seri A InfraDigital (Jun 2020), dan pendanaan pra-seri B iSeller (2021).

Selain Eden Farm, sejumlah startup agritech lokal juga mencoba menyelesaikan isu yag sama. Salah satunya adalah TaniHub Group. Mei 2021 lalu, mereka dikabarkan telah mendapatkan pendanaan seri B senilai $65,5 juta (lebih dari 940 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh MDI Ventures. Putaran ini membawa valuasi TaniHub melambung senilai lebih dari $200 juta. Tanihub sendiri saat ini memiliki beberapa unit bisnis, termasuk di bidang rantai pasok, pembiayaan, hingga edukasi petani.

Fokus menyelesaikan isu rantai pasok

Menurut laporan BPS, Indonesia memiliki lebih dari 33,4 juta petani, dengan sektor pertanian berkontribusi sebesar 14% dari PDB Indonesia atau pasar senilai $140 miliar yang bertumbuh 12,93% per kuartal (QoQ). Namun demikian, sektor pertanian masih memiliki tantangan besar terkait efisiensi rantai pasok dan kesejahteraan petani dengan banyaknya kebocoran yang terjadi di berbagai lapis rantai pasok.

Dari permasalahan tersebut, Eden Farm memang memilih untuk fokus menyelesaikan isu di rantai pasok. “Kami memperkuat dua fondasi penting di sisi pasokan dan permintaan dengan membangun Eden Farm Sourcing Center (ESC) dan Eden Farm Distribution Network (EDN),” terang Co-founder & CEO Eden Farm David Gunawan dalam sebuah wawancara dengan DailySocial.id.

ESC adalah program kerja sama langsung dengan petani untuk menentukan pola tanam, kepastian harga jual, dan kepastian jumlah hasil tani yang diambil setiap harinya. Sedangkan EDN adalah jaringan distribusi yang dibuat dengan memberdayakan masyarakat. EDN tersebar di berbagai lokasi serta berada dalam radius 5 km dari pelanggan sehingga pengiriman lebih cepat dan efisien.

“Eden Farm fokus merevolusi rantai pasok produk segar dan menciptakan pertahanan yang kuat di bidang teknologi pertanian hulu. Sebagai investor awal di Eden Farm, kami melihat mereka telah bertumbuh dan berhasil meraih pencapaian mereka saat mereka meningkatkan demand channels dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan petani di lapangan. Kami percaya, Eden Farm dapat memimpin industri ini menuju digitalisasi dan menjadi pemimpin di bidang teknologi pertanian B2B,” ujar Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Fokus di segmen B2B

Untuk saat ini, sektor F&B memiliki ukuran pasar bernilai $92 miliar, dengan sektor makanan yang diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 8,7%. Mereka pun menjadi salah satu penyerap terbesar produk-produk pertanian.

Proses bisnis yang dilakukan Eden Farm salah satunya menjembatani kebutuhan di sisi industri, lalu menghubungkan dengan para petani. Mereka mengklaim telah memiliki sistem operasional yang kuat dengan pengadaan produk langsung dari petani, menciptakan pertahanan di bidang pertanian hulu dan daya tarik pertumbuhan melalui pasar B2B yang beragam.

Fokus pada pasar B2B, Eden Farm memasok bahan makanan berkualitas tinggi ke berbagai segmentasi pelanggan, termasuk hotel, restoran, & cafe (HORECA), pasar tradisional, dan e-commerce.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Pra Seri A Eden Farm

Eden Farm Umumkan Pendanaan Pra-Seri A Dipimpin Investible

Startup argitech Eden Farm mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Putaran ini dipimpin oleh Investible dengan dukungan AC Ventures, Corin Capital, dan sejumlah angel investor.

Didirikan tahun 2017, startup jebolan Y Combinator (S19) tersebut memiliki misi untuk memaksimalkan pendapatan petani melalui perampingan rantai pasok pangan serta mendistribusikan produk pertanian berkualitas dan terjangkau kepada pengusaha kuliner di Indonesia.

“Pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas operasi Eden Farm ke seluruh pulau Jawa dan Sumatera, menambah pilihan SKU, memperluas lahan strategis yang diolah melalui program pendanaan petani, dan melanjutkan pengembangan teknologi untuk mengautomasi sebagian besar proses bisnis […] Kami berada di posisi yang kuat untuk menjalankan seluruh rencana pengembangan 2021 dan selangkah lebih dekat ke tujuan utama kami,” ujar Co-Founder & CEO Eden Farm David Setyadi Gunawan.

Sebelumnya di tahun 2019 mereka telah mendapatkan pendanaan awal senilai $1,7 juta dari sejumlah investor termasuk Y Combinator, Everhaus, Global Founders Capital, Soma Capital, S7 Venture, danangel investor.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial menjelang akhir 2020 David mengatakan, bersamaan dengan momentum pertumbuhan permintaan di masa pandemi, mereka tengah menguatkan dua fondasi penting. Yakni di sisi pasokan dan permintaan, direalisasikan dengan membangun Eden Farm Sourcing Center (ESC) dan Eden Farm Distribution Network (EDN).

ESC adalah program kerja sama langsung dengan petani untuk menentukan pola tanam, kepastian harga jual, dan kepastian jumlah hasil tani yang diambil setiap harinya. Sedangkan EDN adalah jaringan distribusi yang dibuat dengan memberdayakan masyarakat. EDN tersebar di berbagai lokasi serta berada dalam radius 5 km dari pelanggan sehingga pengiriman lebih cepat dan efisien.

Dari statistik terbaru yang disampaikan, saat ini Eden Farm telah melayani lebih dari 25 ribu pedagang yang terdiri dari UMKM kuliner, hotel, restoran, kafe, pasar tradisional, reseller, dan startup di 12 kota dan 3 kabupaten di pulau Jawa.

Dari sisi suplai, mereka didukung oleh lebih dari 1500 petani individu dan kelompok dari pulau Jawa dan Sumatera. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertumbuh secara eksponensial di tahun 2021. Didukung sistem operasi berbasis data, Eden Farm meyakini bisa menciptakan rantai pasok bahan baku yang sangat efisien dari petani sampai dapur pengusaha kuliner serta menghasilkan margin yang positif dan terus bertumbuh.

Dalam sambutannya, Managing Partner AC Ventures Adrian Li mengatakan, “Eden Farm berhasil menciptakan bisnis yang sulit ditiru karena memiliki jaringan petani yang kuat, jaringan konsumen dengan permintaan yang stabil dan rantai pasok pangan yang efisien. Keunggulan ini memungkinkan para petani untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dan para pengusaha kuliner mendapatkan bahan pangan dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik.”

Potensi pertanian di Indonesia memang terus diperbincangkan pemain di ekosistem digital. Menurut data yang disampaikan, saat ini ada lebih dari 30 juta petani di penjuru nusantara. Sektor pertanian menyumbang 14% dari PDB Indonesia atau setara dengan $140 miliar dengan pertumbuhan 8% setiap tahunnya. Kondisi sektor pertanian sangat terfragmentasi sehingga menciptakan rantai pasokan pangan yang tidak efisien dan mengakibatkan pendapatan para petani berkurang dan tidak stabil.

Application Information Will Show Up Here

Corin Capital Invests in Webtrace’s Extended Seed Round

It only took five months, Webtrace announced another fresh fund from investors. It is Corin Capital’s venture capital that invests in Webtrace.

It was in early April that Webtrace received seed funding from Prasetia Dwidharma and Astra Ventures. The round has closed. However, Webtrace’s CEO & Co-Founder, Erwin Subroto explained that today’s announcement is an extension of yesterday’s seed funding.

“Actually it has [closed], but Corin Capital is just an extension round considering the strategic value given to Webtrace,” Erwin told DailySocial.

As the previous ones, Webtrace is also planning to use this new fund for three things: pursuing more aggressive marketing, acquiring more customers, and boosting sales.

Webtrace is a startup engaged in the logistics sector. Its service provides a platform to help truck fleet managers operate efficiently.

Webtrace implements its services through the installation of sensors and the internet of things (IoT) solutions. With this technology, truck managers can explore various data and analyses in real-time. Eventually, they will be able to manage and maximize the utility of the vehicle, driver, and eliminate unnecessary costs.

In April, Webtrace announced to acquire 3500 trucks in the onboarding process. Those who join Webtrace are said to have come from Sumatra, Java, Kalimantan, Madura, to Sulawesi. Erwin also said that the number of trucks listed on the platform has reached 2.5 times since then.

In terms of the target at the end of this year, Erwin said he was determined to grow to two times the current achievement. He also hopes that Webtrace can expand the solutions they offer especially for heavy equipment, agricultural machinery, as well as an integrated platform for cargo insurance.

“Webtrace is ready to lead the industry with unique solutions and comprehensive case studies, ensuring that existing solutions are effective in solving problems and challenges experienced by customers,” concluded Erwin.

Aside from Webtrace, there are several local startups working on similar solutions, democratizing logistics fleets with a touch of technology. One of those is Ritase, besides connecting companies with truck vendors, they are also offering SaaS for transportation and logistics management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Webtrace Erwin Subroto

Corin Capital Beri Pendanaan Webtrace dalam Perpanjangan “Seed Funding”

Hanya berselang lima bulan, Webtrace kembali umumkan perolehan dana segar dari investor. Kali ini adalah modal ventura Corin Capital yang berpartisipasi menyuntikkan dananya ke Webtrace.

Baru awal April lalu Webtrace menerima pendanaan awal dari Prasetia Dwidharma dan Astra Ventures. Pendanaan itu sejatinya sudah ditutup. Namun CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto menjelaskan, pendanaan yang diumumkan hari ini adalah perpanjangan dari seed funding kemarin.

“Sebenarnya sudah [ditutup], tetapi Corin Capital ini sifatnya extension round saja mengingat strategic value yang diberikan ke Webtrace,” ucap Erwin kepada DailySocial.

Sama seperti waktu itu, Webtrace juga berencana memakai dana baru ini untuk tiga hal: menjalankan pemasaran yang lebih agresif, mengakuisisi lebih banyak pelanggan, dan menggenjot angka penjualan.

Webtrace sendiri adalah startup yang bergerak di sektor logistik. Layanannya menyediakan platform yang dapat membantu pengelola armada truk beroperasi secara efisien.

Webtrace mengimplementasikan layanannya itu lewat pemasangan sensor dan solusi internet of things (IoT). Dengan teknologi tersebut, pengelola truk dapat mengetahui berbagai data dan analisis secara real time. Pada akhirnya mereka nanti bisa mengatur dan memaksimalkan utilitas kendaraan, sopir, dan menghapus biaya-biaya yang tak perlu.

Pada April lalu, Webtrace mengaku sudah memiliki sekitar 3500 truk yang sudah berkomitmen dan dalam proses onboarding. Mereka yang bergabung dengan Webtrace pun disebut berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Madura, hingga Sulawesi. Erwin menambahkan saat ini jumlah truk yang bergabung sudah 2,5 kali lipatnya sejak itu.

Untuk target di akhir tahun ini, Erwin mengatakan bertekad tumbuh hingga dua kali lipat dari pencapaian saat ini. Ia juga berharap Webtrace dapat memperluas solusi yang mereka tawarkan terutama untuk kendaraan alat berat, mesin pertanian, serta platform yang terintegrasi kepada asuransi kargo.

“Webtrace siap memimpin industri dengan solusinya yang unik dan studi kasus yang komprehensif, memastikan solusi yang ada efektif dalam memecahkan permasalahan dan tantangan yang dialami pelanggan,” pungkas Erwin.

Selain Webtrace, sebelumnya sudah ada beberapa startup lokal yang garap solusi serupa, mendemokratisasi armada logistik dengan sentuhan teknologi. Salah satunya Ritase, selain menghubungkan perusahaan dengan vendor truk, mereka juga menjajakan SaaS untuk manajemen transportasi dan logistik.