Tag Archives: Corsair Utility Engine

Lewat iCUE, Corsair Tunjukkan Bahwa RGB Bukanlah Sekadar Pemanis Mata

Kepopuleran RGB di gaming gear merupakan hal yang dipuji sekaligus dicemooh. Di satu sisi, kehadirannya membuat periferal jadi terlihat jauh lebih menarik, terutama untuk kalangan casual, sangat cocok bagi mereka yang gemar memamerkan perangkat gaming kesayangannya. Tapi di sisi lain, gamer hardcore berpendapat bahwa RGB tidak banyak membantu meningkatkan performa bermain.

Namun apakah benar begitu? Beberapa brand seperti SteelSeries dan MSI mulai memanfaatkan warna-warni RGB untuk menyampaikan informasi dalam permainan. Contohnya, LED bisa menampilkan tingkat health atau jumlah amunisi yang tersisa, atau dapat pula menyampaikan notifikasi voice chat. Fitur ini belakangan juga diadopsi oleh perusahaan hardware PC asal Fremont, Corsair Components.

Corsair 4

Langkah Corsair dalam mengintegrasikan fungsi notifikasi gaming ke sistem RGB dimulai lewat kolaborasi bersama Ubisoft belum lama ini: gamer Far Cry 5 yang bermain menggunakan periferal Corsair dapat menikmati pertunjukan LED serta memperoleh notifikasi status game via pencahayaan. Sejauh ini, kapabilitas tersebut baru hadir di Far Cry 5, tapi Corsair sempat mengungkap rencana untuk mengekspansinya ke game shooter survival Metro Exodus.

Corsair 8

Bagi saya, integrasi antara LED dan game merupakan suatu arahan menarik yang membuat kehadirannya memberikan dampak positif bagi gamer dan bukan sekadar pemanis mata. Sejumlah pertanyaan saya ajukan pada tim Corsair Indonesia tentang kolaborasi mereka dengan publisher serta implementasi sistem tersebut. Sebagai respons mereka, Corsair malah meminjamkan satu set PC lengkap dan mempersilakan saya dan tim DailySocial menjajalnya langsung.

 

iCUE

Namun sebelum saya membahas pengalaman menikmati Far Cry 5 dengan sistem RGB Corsair, kita perlu tahu satu teknologi yang memungkinkan hadirnya kapabilitas tersebut. Dahulu, perusahaan menyediakan aplikasi Corsair Utility Engine sebagai medium untuk mengonfigurasi periferal serta mengutak-atik pola LED. Fungsi ini diperluas lagi via iCUE, memungkinkan software membaca seluruh produk Corsair yang terpasang di PC dan menyinkronkan mereka.

Dengan iCUE, sistem tak hanya bisa membaca periferal semisal headset atau mouse saja, tapi juga solusi pendingin, RAM, hingga LED strip di casing. Kabarnya, Corsair mengeluarkan banyak biaya riset dan pengembangan untuk menggarap iCUE. Dan begitu revolusioner-nya iCUE, teknologi ini bahkan diadopsi oleh Lenovo di notebook gaming Legion mereka.

Corsair 7

iCUE memungkinkan pengguna memilih pola pencahayaan menyeluruh atau malah mengustomisasinya secara berbeda satu per satu. Misalnya, Anda dapat menerapkan pola pelangi atau menggunakan efek riak yang dipicu oleh sentuhan di tombol keyboard, menyambung hingga ke RAM, kipas dan water cooling. Proses kustomisasi disuguhkan secara sederhana, via UI yang mudah dipahami. Anda bisa mengimplementasikan dua atau lebih efek pencahayaan di gaming gear, menghapusnya, serta menyimpan profil itu jika sudah puas dengan hasilnya.

Corsair 1

PC yang Corsair pinjamkan mempunyai spesifikasi hardware sebagai berikut:

  • Case Corsair Crystal 460X RGB
  • Power supply unit Corsair RM750X
  • Cooler Corsair Hyrdro Series H150i Pro
  • RAM Corsair Vengeance RGB Pro DDR4-3200 32GB
  • SSD Corsair Force LE200 480GB

Dan ini merupakan daftar gaming gear-nya:

  • Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 Special Edition
  • Mouse Corsair Glaive RGB
  • Mousepad Corsair MM800 RGB Polaris
  • Headset Corsair HS70 Wireless
  • Headset stand Corsair ST1000

 

Far Cry 5

Tak ada langkah rumit yang harus dilakukan untuk menikmati fitur integrasi Corsair iCUE di game shooter Ubisoft ini. Setelah semua hardware terpasang dan tersambung dengan baik, Anda hanya perlu menginstal software iCUE di PC. Selanjutnya, ia secara otomatis akan mendeteksi seluruh komponen Corsair, mencantumkan daftarnya, dan mempersilakan Anda mengaksesnya dari software.

Corsair 2

Corsair 12

Sistem iCUE segera membaca Far Cry 5 di PC terlepas dari versi yang Anda gunakan, baik Steam ataupun Uplay. Begitu permainan dimulai, seluruh pola RGB yang Anda gunakan akan digantikan oleh setting default Far Cry 5, dan mengubah pencahayaan jadi menyerupai bendera Amerika. Dominasi warna merah, putih dan biru di sana benar-benar mengekspos tema satir permainan ini.

Corsair 6

Corsair 13

RGB kembali bertransformasi ketika Anda memulai petulangan di Hope County, kali ini transisinya lebih dinamis. Dalam keadaan normal, LED di casing akan menampilkan warna biru muda, namun akan berubah jadi merah saat musuh mengetahui posisi Anda. Ketika berjalan di atas rumput di siang hari, LED pada keyboard menyuguhkan warna hijau dan kuning, dan segera beralih jadi biru tua sewaktu Anda berenang atau jadi merah menyala jika karakter Anda terbakar.

Corsair 3

Corsair 5

Kemampuan Corsair iCUE mengingatkan saya pada light bar di controller DualShock 4. Di sejumlah permainan PS4 (contohnya God of War), light bar bisa menunjukkan status atau kondisi karakter, menjadi biru saat Anda sedang mengarungi danau menggunakan sampan atau berubah merah jika karakter mendekati ajalnya. Bedanya, efek iCUE jelas lebih terasa karena cahaya RGB berada di sekeliling Anda.

Corsair 9

Corsair 14

iCUE bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menikmati Far Cry tanpa HUD – apalagi game menyediakan fitur untuk menonaktifkan elemen-elemen interface; dari mulai crosshair, indikator amunisi, kompas, sampai peringatan jika ada bahan peledak aktif di dekat Anda. Kombinasi setting tanpa head-up display dan iCUE membuat konten permainan tersaji lebih realistis sekaligus ‘immersive‘.

 

Harapan saya

Berkat penyajian yang menyeluruh dan dinamis, kehadiran iCUE dan RGB tersinkronisasi bisa membuat perbedaan pada game yang kita mainkan. Saya berharap akan ada lebih banyak permainan mendukungnya, dan sebagai penggemar berat genre action dan kompetitif, saya pribadi sangat ingin agar judul-judul multiplayer turut menggunakannya.

Corsair iCUE memberikan kesempatan bagi developer untuk meminimalkan penyajian HUD yang sering kali membingungkan karena memenuhi tampilan in-game, contohnya Monster Hunter: World, Warframe, hingga Titanfall 2. Dan bayangkan apiknya iCUE seandainya ia diintegrasikan dengan game simulasi seperti Project CARS 2. Bermain tanpa HUD, Anda tetap bisa mengetahui jika ada bagian mobil yang tidak sehat, ditunjukkan oleh perubahan warna LED.

Catatan: Corsair meminjamkan satu unit PC lengkap beserta segala gaming gear-nya sebagai bagian dari program kolaborasi antara Corsair dengan DailySocial.

Corsair Punya Keyboard Gaming Mekanik Baru Untuk Para Gamer Pro Nomaden

Saat ini portabilitas menjadi pilar penting dalam perancangan perangkat gaming serta aksesori pendukungnya. Laptop bertambah tipis, PC desktop semakin ringkas dan mudah dibawa, begitu pula gaming gear yang kini jadi lebih padat tanpa kehilangan performanya. Hal tersebut dipicu oleh meningkatnya tuntutan di satu segmen besar industri gaming: eSport.

Tak lama setelah Logitech mengenalkan keyboard G Pro, sang rival Corsair segera mengumumkan perangkat baru untuk menyainginya, sebuah papan ketik gaming dengan switch mekanik bernama K63. Dua hal jadi perhatian Corsair sewaktu meramunya: sang produsen memastikan agar periferal ini mampu menyajikan akurasi tinggi, kemudian mengemas segala kecanggihannya dalam tubuh yang padat.

Corsair K63 3

Corsair K63 merupakan papan ketik dengan rancangan tenkeyless. Ketiadaan numpad membuatnya lebih pendek dan lebih mudah disimpan dalam tas. K63 memiliki tubuh berdimensi 365x171x41-milimeter serta bobot 1,12-kilogram, dan karena lebih pendek dibanding keyboard biasa, K63 memberikan Anda ruang gerak mouse yang lebih luas – sangat cocok digunakan para gamer pro saat mengikuti kejuaraan.

Corsair K63 2

Akses ke fungsi multimedia juga menjadi hal yang tidak dilupakan Corsair. Dengan kehadiran tombol-tombol di atas, And bisa menyesuaikan volume, menonaktifkan suara, hingga menavigasi lagu secara on-the-fly tanpa mengganggu permainan. Keyboard ini tersambung ke PC lewat kabel USB berbahan karet ‘bebas kusut’, tapi Corsair belum bilang berapa panjangnya.

Corsair K63 4

Selanjutnya, Corsair juga mengetahui kehadiran tombol Windows di area kiri dan kanan spasi seringkali menginterupsi – bahkan berpotensi membuat Anda kalah dalam pertandingan penting. Sebagai solusi, produsen menyediakan tombol Windows Key Lock untuk mematikan fungsinya.

Tak seperti Logitech G Pro, Corsair K63 cuma dibekali backlight LED berwarna merah. Meski begitu, Anda tetap bisa memprogram ulang seluruh tombolnya dengan memanfaatkan software Corsair Utility Engine, termasuk mengatur macro serta mengonfigurasi pola pencahayaan.

Corsair K63 1

Jantung dari kapabilitas Corsair K63 terletak pada switch Cherry MX Red yang ringan (dengan resistensi rendah di 45cN) dan sangat fleksibel dalam menangani berbagai genre game. Corsair juga memastikan seluruh tombolnya anti-ghosting 100 persen, sehingga tetap bisa membaca input ketika tombol-tombolnya ditekan secara bersamaan. Berkat sambungan berupa kabel, papan ketik ini dapat meminimalisir lag, menyuguhkan report rate 1ms.

Corsair K63 kabarnya sudah mulai dipasarkan, dijual di harga yang cukup terjangkau: hanya US$ 80.

Sumber: Corsair.

[Review] Mouse Gaming Corsair Scimitar Pro RGB, Jagonya MOBA dan MMO

Melihat tingginya animo khalayak terhadap game-game kompetitif, tak heran jika perusahaan spesialis aksesori berlomba-lomba menyediakan produk pendukungnya, dan Corsair Scimitar Pro RGB merupakan andalan sang produsen asal Fremont itu di kelas high-end. Dalam menggarapnya, Corsair fokus pada satu hal: mendesain mouse gaming terbaik untuk MMO dan MOBA.

Setidaknya ada tiga hal yang jadi fokus Corsair di Scimitar Pro: memastikannya nyaman saat digunakan dalam sesi gaming intensif, menyajikan kemudahan akses, dan tentu saja, menyuguhkan performa jempolan. Dan dari pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya punya kabar gembira untuk Anda: Scimitar Pro berhasil menunaikan fungsinya dengan sangat baik, meskipun MOBA bukanlah genre favorit saya.

Seperti mayoritas gaming mouse spesialis MOBA, Scimitar Pro mengusung rancangan ergonomis dan dilengkapi belasan tombol shortcut. Namun bagi saya pribadi, keunikan Scimitar Pro terletak pada kemampuannya ‘melayani’ kategori gamer secara lebih luas, bukan hanya para pecinta Dota dan LOL saja. Dan lewat artikel review ini, saya akan menjelaskan alasannya lebih detail.

Design

Sebelum mengulik faktor desain Scimitar Pro RGB lebih jauh, saya ingin sedikit membahas asal namanya. Scimitar adalah pedang melengkung yang digunakan para prajurit Turki Ottoman, Persia, India hingga bangsa-bangsa Arab lain di abad ke-12 sampai ke-16. Pedang ini memiliki satu mata tajam, bobotnya ringan, dan efektif buat melakukan gerakan memotong sehingga scimitar jadi favorit pasukan berkuda. Dan saya melihat elemen-elemen ini ditanamkan Corsair dalam mouse gaming mereka.

Corsair Scimitar Pro 26

Corsair Scimitar Pro 25

Layaknya pedang melengkung itu, Scimitar Pro dirancang secara asimetris, berkiblat pada prinsip ergonomis. Desainnya tampak ‘berisi’, mamanfaatkan beberapa jenis material berbeda sebagai penyusun body-nya. Plastik dengan permukaan rubberized hitam menyelimuti sekitar 80 persen tubuh Scimitar Pro, dipadu layer karet sungguhan berpola segitiga di area depan-kanan. Di sisi kirinya, frame logam berwarna kuning mengitari 12 tombol jempol.

Corsair Scimitar Pro 23

Corsair Scimitar Pro 19

Layout tombol utamanya tak jauh berbeda dari mouse gaming lain. Scroll wheel ditempatkan di antara tombol utama, tepat di dalam celah pemisah, lalu switch DPI berada sejajar dengannya. Tombol DPI tersebut terdiri dari dua bagian, sehingga menyetel sensitivitas yang tepat jauh lebih simpel dibanding mouse yang cuma punya satu switch DPI. Buat mouse feet-nya, Corsair menggunakan bahan teflon, diposisikan secara asimetris di bagian terujung. Di saja Anda juga bisa melihat plat logam melindungi modul sensor optiknya.

Corsair Scimitar Pro 18

Corsair Scimitar Pro 8

Sentuhan pencahayaan LED RGB diimplementasikan di hampir seluruh bagian tubuh Scimitar Pro: pada logo Corsair di punggung, scroll wheel, tiga lampu di depan, serta pada 12 tombol di samping. Keempat bagian ini memiliki pewarnaan yang serasi, masing-masing bisa Anda atur lewat software Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat mengonfigurasi pola dan memilih lebih dari 16 juta warna. Warna LED bisa diatur kecuali pada bagian depan jempol karena berfungsi sebagai indikator DPI – warnanya berubah dari merah, putih, hijau, kuning, dan biru.

Corsair Scimitar Pro 17

Bulky mungkin merupakan kata yang muncul di benak Anda saat pertama kali berjumpa dengan Corsair Scimitar Pro RGB. Mouse ini berdimensi 119,4x77x42,4-milimeter. Meski demikian, bobot mouse ini kembali mereprsentasikan pedang Scimitar, Scimitar Pro terasa ringan di tangan dan sangat mudah diangkat. Beratnya hanya 147-gram. Mouse tersambung ke PC via kabel USB braided sepanjang 1,8m – ketiadaan baterai tampaknya meminimalisir bobot Scimitar Pro.

Corsair Scimitar Pro 27

Corsair Scimitar Pro 14

Build quality

Saya bisa pastikan, Corsair Scimitar Pro RGB memanfaatkan jenis plastik berkualitas tinggi. Saya tidak menemukan zona-zona empuk, tubuhnya kokoh, dan tiap bagiannya terpasang sempurna tanpa menyisakan gap yang mencurigakan. Penampilannya secara keseluruhan memperlihatkan bahwa mouse ini merupakan produk premium untuk para gamer hardcore serta atlet eSport.

Corsair Scimitar Pro 12

Comfort

Seperti yang pernah saya jelaskan di review Asus ROG GX1000, saya lebih memilih mouse model ambidextrous ketimbang desain ergonomis. Dengan postur tangan seperti mencakar, jari dapat menekan tombol secara lebih tanggap. Kendalanya, claw grip menyebabkan jangkauan jari jadi lebih pendek – apalagi telapak tangan saya lebih sering disitirahatkan di mouse pad, dan hanya sedikit area telapak yang menyentuh punggung mouse.

Corsair Scimitar Pro 5

Corsair Scimitar Pro 6

Mengejutkannya, Scimitar Pro ternyata sangat menunjang claw grip. Tubuhnya yang gendut menopang serta mengisi genggaman secara sempurna, lalu 12 tombol mekanik samping turut ditempatkan di area yang mudah diraih jempol. Saya memang tidak memakai semuanya, hanya membubuhkan fungsi shortcut pada beberapa tombol dekat pangkal jari, seperti angka 8, 9, 11 dan 12.

Corsair Scimitar Pro 28

12 tombol tersebut ditaruh dalam empat baris vertikal, jadi masing-masing baris terdiri dari tiga tombol. Tiap tiga tombol di baris itu mempunyai tekstur berbeda, dipadu benjolan jecil di tombol 5, sehingga Anda dapat mudah mengira-ngira posisi jempol tanpa perlu melihat. Jempol saya sendiri tidak kesulitan menjangkau angka 4 sampai 12, tetapi harus menggerakan seluruh tangan supaya bisa menekan 1, 2 dan 3.

Corsair Scimitar Pro 12

Jika bagi Anda lokasi 12 tombol mekanik itu terlalu dekat atau terlalu jauh, Corsair Scimitar Pro menyimpan satu fitur rahasia: tekan tombol di bawah dengan obeng, dan selanjutnya modul bisa digeser (sangat praktis tapi bukan solusi buat saya karena jempol ini lebih pendek dari rata-rata orang).

Corsair Scimitar Pro 9

Elemen favorit saya di Corsair Scimitar Pro RGB ialah lapisan karet bertekstur kasar di bagian kanan mouse. Corsair memposisikannya dengan begitu jitu sehingga secara instingtif saya tahu itu adalah tempat untuk menaruh jari manis. Tak hanya jadi lokasi istirahat, keberadaan jari manis dan kelingking di sana menjaga mouse tetap stabil ketika jempol Anda sibuk menekan tombol-tombol di sisi yang berlawanan. Gerakan menangangkat mouse juga jadi lebih gampang berkat permukaan berteksturnya.

Corsair Scimitar Pro 13

Corsair Scimitar Pro 16

Performance & gaming

Perbedaan utama antara Scimitar Pro dengan Scimitar standar terletak pada penggunaan penggunaan sensor optik 16.000DPI buatan Pixart. Sensitivitasnya dapat dikalibrasi, kemudian semua tombol di sana bisa diprogram ulang. Selain itu, semuanya serupa. Mouse memiliki polling rate yang bisa dipilih, dari 125Hz sampai 1.000Hz, serta mampu menyampaikan informasi dalam waktu hanya 1ms, memastikan pengalaman bermain bebas lag.

Corsair Scimitar Pro 7

Sensor Pixart PMW3367 di sana sangat presisi, memungkinkan Scimitar Pro menangani hampir segala jenis game, termasuk permainan shooter bertempo cepat yang turut menuntut akurasi seperti Titanfall 2. Mouse tersebut juga menemani saya saat menamatkan Resident Evil 7, lalu kehadiran 12 tombol mekanik sangat membantu dalam Conan Exiles. Beberapa momen menegangkan (dan mengagetkan) membuat saya secara refleks mencengkeram mouse lebih erat, tapi gerakan tersebut tidak menyakiti jari.

Corsair Scimitar Pro 22

Saya belum bisa menemukan jenis switch apa yang digunakan di dua tombol utama Scimitar Pro RGB, yang jelas, mereka sangat empuk dan responsif, lalu key travel serta resistensinya juga pas. Thumb button mekaniknya sedikit lebih empuk dari dua tombol tersebut, sehingga jempol Anda tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga. Tapi hati-hati, mereka lebih peka dari penampilannya, jangan sampai Anda salah tekan. Selain itu, saya tak menemukan masalah di scroll wheel-nya – gerakan memutar terasa mantap berkat kehadiran lapisan karet.

Corsair Scimitar Pro 20

Umumnya, saya memakai setting DPI di 3.000 sampai 4.000, dan jarang sekali di atas batasan itu. Biasanya level DPI malah saya turunkan sewaktu menggunakan senapan penembak jitu karena saya tidak mau bidikan malah luput akibat sensitivitas yang berlebihan. Untuk sekarang, 16.000DPI masih tergolong overkill kecuali Anda memanfaatkan monitor 4K lebar untuk bermain game. Di sisi positifnya, 16.000 membuat Scimitar Pro lebih future-proof.

Corsair Scimitar Pro 21

Corsair Scimitar Pro bisa meluncur lebih mulus dari mouse gaming yang saya pakai sehari-hari – yakni MSI Clutch GM40 – di atas mouse mat Roccat Sense Desert Strike 12mm. Performanya tentu saja akan jadi lebih baik lagi jika ia didukung mouse pad premium.

Corsair Scimitar Pro 11

Corsair Scimitar Pro 10

Untuk proses kustomisasi, Anda bisa mengutak-atik semua aspek di mouse lewat aplikasi Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat memprogram tombol, mengatur efek pencahayaan LED, menentukan DPI di masing-masing level (tersedia lima tingkatan), serta mengkalibrasi keakuratan pointer dan memilih tipe permukaan mouse pad.

Corsair Scimitar Pro 1

Corsair Scimitar Pro 2

Corsair Scimitar Pro 3

Conclusion

Fleksibel, nyaman, dan andal adalah tiga kata yang saya pakai untuk mendeskripsikan kinerja Corsair Scimitar Pro RGB. Saya menyukai hampir semua aspek di sana, dari mulai bobotnya yang ringan sampai desain, meski secara pribadi saya ialah seorang penggmar mouse ambidextrous. Scimitar Pro sudah pasti akan menjadi senjata pamungkas para pecinta permainan MMORPG dan multiplayer online battle arena, serta siap mendukung seandainya mereka ingin menikmati game lain.

Walau demikian, Scimitar Pro tidak saya rekomendasikan seandainya MOBA bukanlah genre favorit Anda. Untuk menunjang game action dan shooter, masih ada pilihan yang lebih pas. Alasannya sederhana: Corsair Scimitar Pro bukanlah produk murah, device ini dibanderol seharga Rp 1,3 juta. Di rentang harga itu, pastikan Anda melakukan investasi secara cermat.

Mouse gamging Corsair Scimitar Pro RGB rencananya baru masuk ke Indonesia bulan depan.