Tag Archives: Counterpoint

Penjualan TWS Sangat Kuat di Tahun 2020, dan Akan Lebih Kuat Lagi Tahun Ini

Coba amati barang-barang yang ada di meja kerja Anda sekarang. Kalau boleh menebak, kemungkinan besar ada setidaknya satu barang yang baru Anda beli ketika pandemi melanda. Entah itu smartphone baru, laptop baru, keyboard baru, mouse baru, webcam baru, atau TWS baru, barang-barang tersebut umumnya kita beli dengan tujuan untuk melancarkan aktivitas WFH.

Berhubung pandemi masih belum kunjung berakhir, dan kita juga masih harus terus bekerja dari rumah masing-masing, penjualan produk-produk seperti di atas tadi semestinya juga masih akan bertumbuh pesat tahun ini. Untuk kategori TWS misalnya, laporan terbaru Counterpoint memprediksi peningkatan penjualan hingga 33% secara global dibanding tahun lalu, dengan estimasi sekitar 310 juta unit TWS terjual di sepanjang 2021.

Angka tersebut bakal terdengar semakin mengesankan setelah melihat laporan tahun lalu. Di tahun 2020, Counterpoint mencatatkan pertumbuhan pasar TWS global hingga 78% dari tahun sebelumnya. Sebanyak 233 juta unit TWS berhasil terjual di tahun 2020, sebagian besar dari kelas bawah dan menengah.

Salah satu alasan di balik pesatnya pertumbuhan pasar TWS selama tahun 2020 tentu adalah tren WFH itu tadi. Menurut Counterpoint, konsumen tidak segan membeli produk teknologi maupun aksesori lain untuk meningkatkan pengalamannya bekerja atau belajar dari rumah. Meski begitu, penjualannya lebih terfokus di kelas bawah dan menengah karena kondisi ekonomi yang melemah.

Untuk tahun ini, penjualan TWS dari segmen bawah dan menengah diprediksi masih akan tetap kuat. Namun seiring menurunnya penyebaran COVID-19 berkat vaksinasi, demand terhadap TWS high-end diperkirakan bakal meningkat secara drastis mulai akhir kuartal ketiga 2021. Jadi jangan heran kalau beberapa brand ternama bakal meluncurkan TWS baru di kuartal keempat tahun ini.

Menurut Counterpoint, salah satu yang paling diantisipasi adalah TWS anyar dari Apple, yang bakal menjadi yang pertama semenjak AirPods Pro diluncurkan dua tahun sebelumnya. Prediksinya, TWS baru besutan Apple ini bakal menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan pasar TWS mulai kuartal keempat 2021 sampai tahun depan.

Apple diprediksi juga masih akan menjadi brand terbesar di kategori TWS dengan pangsa pasar sebesar 27%, disusul oleh Xiaomi di urutan kedua dengan 9%, dan Samsung di urutan ketiga dengan 7%.

Sumber: Counterpoint via GSM Arena. Gambar header: Depositphotos.com

Kuartal Keempat 2020 Apple Memimpin, Tetapi Tahun 2020 Masih Milik Samsung

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat, namun persaingan di industri smartphone tetap sangat sengit dan sekaligus menarik. Dilansir dari GSMArena, saya telah merangkum laporan dari beberapa lembaga riset termasuk IDC, Counterpoint, dan Canalys. Bagaimana kondisi industri smartphone saat ini dan kini siapa yang memegang gelar raja smartphone?

Laporan IDC
Laporan IDC

Mulai dari laporan IDC, pada kuartal keempat 2020 pasar smartphone bangkit kembali dengan total pengiriman 385,9 juta unit. Pasar smartphone mengalami pertumbuhan sebesar 4,3% dibanding kuartal keempat tahun 2019. Hampir semua vendor teratas kecuali Huawei mengakhiri tahun 2020 dengan baik.

Pada kuartal keempat 2020, Apple memimpin diikuti Samsung, Xiaomi, OPPO, dan Huawei di lima besar. Kenaikan penjualan Apple dipicu oleh iPhone 12 series dengan pengiriman 90,1 juta unit dan Samsung berada diurutan kedua dengan pengiriman 73,9 juta unit.

Laporan IDC
Laporan IDC

Meski begitu, pengiriman smartphone untuk sepanjang tahun 2020 – Samsung masih memimpin dengan pengiriman 266,7 juta unit. Posisi kedua Apple 206,1 juta unit, diikuti Huawei 189 juta unit, Xiaomi 147,8 juta unit, dan vivo 111,7 juta unit. Total pengiriman smartphone di tahun 2020 mencapai 1,29 miliar unit atau turun 5,9% dibanding tahun 2019 dengan total pengiriman 1,37 miliar unit.

Laporan Counterpoint
Laporan Counterpoint

Beralih ke laporan Counterpoint, menegaskan bahwa Apple berada di paling depan pada kuartal keempat 2020 dengan pengiriman tercatat 81,9 juta unit. Disusul Samsung di tempat kedua dengan 62,5 juta unit, Xiaomi 43 juta unit, OPPO 34 juta unit, dan Vivo 33 juta unit. Huawei terlempar dari lima besar dan berada di posisi keenam dengan pengiriman 33 juta unit.

Laporan Counterpoint
Laporan Counterpoint

Sementara, untuk total pengiriman di tahun 2020 – Samsung masih berada di peringkat pertama dengan pengiriman 255,7 juta uni. Lima besar lainnya ialah Apple dengan 201,1 juta unit, Huawei 187,7 juta unit, Xiaomi 145,8 juta unit, dan vivo 108,5 juta unit. Jumlah pengiriman semuanya di tahun 2020 1,33 miliar unit.

Catatan yang menarik ialah Realme, di mana pada kuartal keempat 2020 menempati urutan ketujuh dengan pengiriman 14 juta unit. Namun Realme berhasil mengalami pertumbuhan 65% di tahun 2020 dari 2019. Sementara, Huawei mengalami penurunan -21% dari tahun 2019 ke 2020. Salah satu penyebabnya karena Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pembatasan perdagangan terhadap Huawei.

Laporan Canalys
Laporan Canalys
Laporan Canalys
Laporan Canalys

Lanjut ke laporan Canalys, faktanya Apple memang memimpin pada kuartal keempat 2020 dengan pengiriman 81,8 juta unit. Diikuti oleh Samsung, Xiaomi, OPPO, dan Vivo, tercatat Huawei keluar dari limat besar.

Laporan Canalys
Laporan Canalys

Meski begitu, seluruh tahun 2020 masih milik Samsung dengan pengiriman 255,6 juta unit. Apple berada di posisi kedua dengan 207,1 juta unit, diikuti Huawei (Honor masih termasuk) 188,5 juta unit, Xiaomi 149,6 juta unit, dan OPPO 115,1 juta unit. Total semua pengiriman smartphone di tahun 2020 menurut Canalys 1,26 miliar unit atau turun -7% dibanding tahun lalu dengan 1,37 miliar unit.

Sumber: GSMArena 1, 2, 3

Lebih dari Sepertiga Pelanggan Layanan Streaming Musik Adalah Pelanggan Spotify

Tahun demi tahun, industri streaming musik terus bertumbuh secara pesat. Jumlah penggunanya terus bertambah, tapi yang lebih penting adalah jumlah pengguna berbayarnya (subscriber) yang juga naik cukup signifikan.

Hasil riset Counterpoint menunjukkan bahwa di tahun 2019, jumlah pelanggan layanan streaming musik secara global naik 32% menjadi 358 juta orang. Ini penting mengingat paket berlangganan alias subscription merupakan sumber pendapatan terbesar platform streaming musik – lebih dari 80% total pendapatan kalau kata Counterpoint.

Lebih dari sepertiga total subscriber itu berasal dari Spotify (35%), disusul oleh Apple Music di peringkat kedua (19%). Di bawahnya lagi, ada Amazon Music (15%), Tencent Music (11%) dan YouTube Music (6%).

Menariknya, 14% sisanya berasal dari layanan yang skala beroperasinya masih dalam tahap regional. Menurut Counterpoint, fokus pada konten lokal menjadikan Gaana (India), Yandex Music (Rusia), dan Anghami (Timur Tengah) sebagai layanan streaming musik paling top di negaranya masing-masing.

Music streaming subscriptions market share

Namun seperti yang kita tahu, konten di Spotify sekarang bukan cuma sebatas musik, melainkan juga podcast. Sebagian dari katalog podcast-nya juga bersifat eksklusif, dan konten eksklusif inilah yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan jumlah subscription. Bukan cuma untuk Spotify, tren yang sama juga berlaku untuk platform yang bersifat regional kalau kata Counterpoint.

Kehadiran podcast juga penting di tengah masa pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, berhubung konsumen berada di rumah terus, mereka akan lebih sering menonton TV atau mendengarkan radio untuk mengikuti berita-berita terbaru. Ketimbang musik, podcast jelas lebih cocok menjadi alternatif dari konten berita.

Terlepas dari itu, Counterpoint masih memprediksi pertumbuhan subscription layanan streaming musik secara global bakal melebihi 25% di akhir 2020 nanti, dengan jumlah pelanggan melebihi angka 450 juta.

Sumber: Counterpoint via Engadget. Gambar header: Fixelgraphy via Unsplash.

OPPO Terus Kuasai Penjualan Smartphone Tanah Air Sampai Kuartal Ketiga 2019

Empat bulan lalu, Canalys merilis data yang cukup mengejutkan terkait pangsa pasar smartphone di tanah air. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, OPPO berhasil menguasai pangsa pasar ponsel di Indonesia, merebut posisi nomor satu yang selama ini dipegang oleh Samsung.

Lebih mengejutkan lagi, hasil temuan Canalys itu ternyata berbeda jauh dari hasil riset Counterpoint untuk periode yang sama, yang masih mencatatkan Samsung sebagai penguasa pasar smartphone di Indonesia. Lalu mana yang lebih bisa kita percaya? Daripada membahas yang sudah lewat, lebih baik kita meninjau hasil riset untuk kuartal ketiga, dan kebetulan kali ini sumber datanya bertambah satu, yakni IDC.

Indonesia smartphone market share Q3 2019 - IDC

Seperti yang bisa kita lihat pada gambar, lima pabrikan smartphone dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia versi IDC adalah, sesuai urutannya: OPPO, Vivo, Samsung, Realme, dan Xiaomi. Sebagian besar dari angka 26,2% yang dicatatkan OPPO berasal dari penjualan di segmen low-end dan mid-range.

Samsung di urutan ketiga dinilai kehilangan banyak pangsa pasar akibat deretan ponsel seri Galaxy A baru yang datang terlalu cepat, hanya terpaut beberapa bulan dari masing-masing pendahulunya. Juga menarik adalah Xiaomi, yang disebut penjualannya menurun akibat perangkat yang didistribusikan melalui jalur non-resmi.

Indonesia smartphone market share Q3 2019 - Canalys

Data estimasi versi IDC ini cukup mirip dengan versi Canalys, yang juga mencatatkan OPPO di posisi pertama. Bedanya, Canalys menempatkan Xiaomi di peringkat kedua, dan saya menduga mereka mengikutsertakan penjualan unit-unit Xiaomi non-resmi, sehingga persentasenya pun berbeda jauh dari yang dicatatkan IDC.

Untuk Samsung, raksasa Korea Selatan itu sama-sama menduduki posisi ketiga baik di data versi IDC maupun Canalys. Juga menarik untuk disorot adalah pertumbuhan tahun demi tahun (YoY growth) Vivo yang cukup signifikan di angka 74%. Kemungkinan besar kontributor utamanya adalah Vivo Z1 Pro, yang boleh dibilang berhasil menaikkan kelas Vivo ke segmen mid-range.

Indonesia smartphone market share Q3 2019 - Counterpoint

Terakhir, ada riset periode yang sama dari Counterpoint. Estimasi mereka rupanya berbeda sendiri, dengan Samsung yang masih menduduki posisi pertama, dan OPPO di posisi ketiga. Seperti yang bisa kita lihat pada tabel di atas, selisih angkanya memang tidak terlalu jauh antara Samsung, Xiaomi dan OPPO selaku tiga besar versi Counterpoint.

Terlepas dari itu, yang tidak bisa diragukan atau didebatkan adalah fakta bahwa brand asal Tiongkok benar-benar semakin mendominasi penjualan smartphone di tanah air. Kalau tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin tahun depan ketiga pusat riset ini menyimpulkan hal yang sama, bahwa Samsung bukan lagi pabrikan ponsel nomor satu di Indonesia.

 

TKDN Tak Jelas, Pertumbuhan Adopsi Smartphone Indonesia Melambat

Pemerintah Indonesia melalui aturan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang rencananya segera disahkan mencoba untuk mengangkat produk-produk lokal baik perangkat keras maupun lunak. Lamanya proses pengesahan dan simpang siur aturan ini justru berimbas pada penurunan angka pertumbuhan adopsi untuk smartphone. Seperti dilaporkan Conterpoint Research, Indonesia mengalami penurunan sekitar 5% untuk pertumbuhan adopsi jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Senior Analyst Counterpoint Jim Lee dalam rilisnya menyebutkan salah satu penyebab melambatnya angka pertumbuhan adopsi smartphone ini dipengaruhi ketidakjelasan pemerintah Indonesia dalam menetapkan aturan TKDN, atau yang disebut Jim sebagai aturan “Make in Indonesia”.

Di sisi lain, Senior Analyst Counterpoint Tarun Pathak menambahkan meski secara keseluruhan penetrasi mobile phone tergolong tinggi, marketshare smartphone angkanya masih di bawah 50%, berada di kisaran 47%. Masih terbuka peluang untuk smartphone berkemampuan LTE untuk tumbuh bahkan lebih dari 5 kali lipat dibanding sebelumnya.

Secara umum, niat pemerintah perlu diapresiasi untuk menaikkan dan mendorong karya-karya lokal. Dengan pasar yang begitu besar dan pertumbuhan yang selama ini menunjukkan tren positif, smartphone LTE diharapkan mampu mendongkrak karya lokal untuk terus tumbuh dan berinovasi.

Dalam laporan yang diterbitkan Counterpoint juga disebutkan aturan “Make in Indonesia” telah membuat lebih dari  65% perangkat mobile Indonesia sekarang diproduksi di dalam negeri. Sementara itu, produsen mobile asal Tiongkok seperti Oppo, Lenovo, Huawei, dan lainnya mengalami pertumbuhan mencapai 33%.

Dari segi pelanggan, total pengguna jaringan LTE di semua operator mencapai 18 juta pelanggan di kuartal kedua tahun 2016.