Tag Archives: coworking

Mengenal Coworking Space

Apa Itu Coworking Space: Rekomendasi, Pengertian, Kelebihan, dan Fasilitasnya

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Salah satunya dalam kegiatan bekerja. Belakangan ini, beberapa perusahaan menerapkan sistem kerja work from anywhere, yang mana karyawan bisa bekerja darimana saja tanpa perlu datang ke kantor. Dengan sistem kerja work from anywhere ini, karyawan bisa bekerja di coworking space.

Jika kamu bekerja di coworking space, tentu saja kamu tidak terikat aturan perusahaan, seperti bebas berpakaian, datang dan pergi sesukamu, juga bisa bekerja diselingi makan dan minum. Berikut artikel coworking space.

Pengertian Coworking Space

Lalu, coworking space itu apa, sih? Coworking space merupakan ruang dimana sekumpulan orang dari berbagai instansi atau perusahaan melakukan pekerjaan. Tentu saja, latarbelakangnya berbeda-beda.

Mengusung konsep sharing, coworking bisa disewakan sebagai ruang bekerja oleh, indivdu, komunitas, hingga perusahaan.

Kelebihan Coworking Space

Fenomena coworking space yang merebak sangat berdampak dalam kegiatan membangun jejaring, terutama berbisnis. Coworking space merupakan wadah dimana individu dari beberapa perusahaan berkumpul menjadi satu dalam ruang sama yang bisa dimanfaatkan untuk berkolaborasi.

Selain jauh lebih efisien penerapannya dalam bekerja, coworking space juga mampu menekan biaya budget perusahaan. Sehingga, anggaran menyewa gedung, membeli barang keperluan kantor, hingga mempekerjakan jasa kebersihan.

Fasilitas Coworking Space

Seperti gedung pada umumnya, coworking space menyediakan banyak fasilitas, seperti toilet, musala, Wifi, dan masih banyak lagi. Tentu saja fasilitas yang diberikan leh penyedia coworking space sangat memudahkan karyawan bekerja. Kamu juga bisa melakukan rapat penting dengan memanfaatkan coworking space ini.

Rekomendasi Coworking Space Cozy

Kalau kamu tertarik, kamu bisa menyambangi coworking space cozy di Jakarta berikut ini.

1. Connecting

Apa Itu Coworking Space
Illustrasi Coworking Space | Cowomen – Unsplash

Berlokasi di di Jalan Palem No. 28, Cilandak, Connecting bisa kamu sewa mulai dari harga Rp.100.000/hari. Connecting memiliki konsep desain modern dan minimalis yang membuatmu nyaman. Connecting juga menyediakan ruang terbuka kalau kamu ingin menghirup udara segar. Bahkan, Connecting menyediakan home-theatre yang bisa kamu nikmati.

2. Conclave

Coworking Space
Conclave

Terletak di kawasan yang strategis di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 17B, Kebayoran Baru, Conclave bisa jadi rekomendasi bekerjamu. Conclave bisa kamu sewakan mulai dari harga berkisar Rp.100.000 mulai pukul 8 pagi hingga 6 sore. Conclave juga menyediakan creator studio. 

3. REQ Space

Coworking Space
REQ Space

REQ Space berlokasi di  Jalan Pos Pengumben Raya No. 12A, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. REQ Space bisa kamu jadikan tempat bekerja dengan membayar biaya sewa mulai dari Rp.80.000/hari. REQ Space menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari koneksi internet, printer, parkir gratis, dan minuman yang bisa kamu ambil sendiri.

Berikut artikel mengenai coworking space, tentu saja kamu bisa bekerja sambil bersantai. Semoga artikel di atas bermanfaat, ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

WeWork Growth Campus

Kondisi dan Strategi Bisnis WeWork Menghadapi Perubahan Gaya Kerja Akibat Pandemi

Operator coworking space global WeWork meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak tahun 2018, setelah satu tahun sebelumnya mengakuisisi Spacemob. Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resminya, saat ini mereka mengoperasikan layanan di 4 lokasi di Jakarta.

Sayangnya perubahan tren dan gaya kerja akibat pandemi juga turut terdampak untuk industri tersebut. Salah satunya diungkapkan hasil laporan ResearchAndMarkets pada Juni 2020, pasar global coworking space diperkirakan turun dari $9,27 miliar pada 2019 menjadi $8,24 miliar di 2020 dengan CAGR -12,9%.

Di laporan satu tahun berikutnya oleh firma riset yang sama, pasar diperkirakan tumbuh dari $7,97 miliar di 2020 menjadi $8,14 miliar pada 2021 dengan CAGR 2,1%. Pertumbuhan disebabkan karena operator layanan terus beroperasi dan mencoba beradaptasi dengan kondisi normal baru, di tengah proses pemulihan dampak akibat pandemi [termasuk vaksinasi]. Potensinya diperkirakan mencapai $13,03 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 12%.

Bisnis WeWork selama pandemi

WeWork coworking space / WeWork

Ketahanan bisnis WeWork selama pandemi disokong dengan lebih dari 50% anggotanya yang memiliki komitmen [sewa] lebih dari 12 bulan, berkontribusi pada jangka waktu komitmen penuh rata-rata lebih dari 15 bulan terhadap ruang kerjanya. Tercatat saat ini WeWork telah kembali ke kinerja sebelum masa pandemi, dengan mencatat penjualan net desk terkuat di bulan April dan Mei sejak September 2019.

“Kami mencatat penjualan net desk yang positif di semua wilayah terkonsolidasi, menunjukkan sifat pemulihan global dan mempercepat permintaan untuk solusi yang hybrid di WeWork. Di seluruh portofolio global kami, tingkat hunian ruang kerja WeWork terus meningkat hingga 53% pada akhir Mei,” kata Head of WeWork Labs Australia, SEA & South Korea Monica Wulff kepada DailySocial.id.

Untuk kawasan Asia Tenggara, WeWork melihat peningkatan minat saat perusahaan mulai merencanakan strategi tempat kerja jangka panjang dan lebih berkelanjutan. Sementara bisnis yang lebih kecil juga memilih pengaturan ruang kerja yang lebih fleksibel, dibandingkan dengan komitmen ruang kerja tradisional.

“Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hampir 10% di segmen korporasi untuk WeWork di Asia Tenggara. Di seluruh wilayah, WeWork telah mencatat perpanjangan komitmen dan komitmen baru dari perusahaan seperti OPPO, Thales, Payoneer, Affinidi, Indepay, dan Katalon,” kata Monica.

Meluncurkan program “Growth Campus”

WeWork Growth Campus / WeWork

Bertujuan untuk mendukung ekosistem industri startup dan terus berinovasi selama pandemi, WeWork meluncurkan “Growth Campus” pertamanya di Inggris pada awal tahun ini. Inisiatif tersebut kini telah diperluas ke Australia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Growth Campus adalah sebuah komunitas resource-sharing. Diharapkan melalui inovasi ini, WeWork dapat menciptakan kemitraan yang kuat dengan semua pemain ekosistem startup (program startup, investor, perusahaan berkembang) yang bergabung. Untuk mendukung program ini, WeWork menginvestasikan hampir $8 Juta untuk subsidi ruang kerja, mentorships, dan edukasi di seluruh Asia Tenggara.

“Seiring kita beradaptasi dengan keadaan, WeWork telah memainkan peran penting dalam banyak strategi pertumbuhan perusahaan dan karena Covid-19 terus berdampak pada ekonomi dan mendisrupsi cara kita bekerja, kami melihat kebutuhan akan jaringan dan ruang kerja untuk membantu bisnis meningkat.”

Untuk startup yang bisa bergabung, minimal mereka berada di tahap awal yang telah didirikan dalam 5 tahun terakhir dengan jumlah karyawan kurang dari 20. Selain itu, startup mereka telah didanai sendiri dengan omzet di atas $75 ribu atau telah mengumpulkan modal eksternal termasuk seri A.

“Peserta harus menandatangani Perjanjian Keanggotaan WeWork untuk berkomitmen dalam memiliki ruang kerja selama 6 hingga 12 bulan, dan tidak mengikuti atau berpartisipasi dalam penawaran atau promosi WeWork lainnya,” kata Monica.

Sementara itu terkait kurikulum, WeWork Growth Campus memberikan mereka platform digital global WeWork yang disebut WeWork Labs. Melalui inovasi ini, mereka akan diberikan edukasi dan bimbingan dengan ribuan profesional dan pakar dalam format one-on-one, roundtable setting, dan webinar global.

WeWork Labs juga memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memajukan bisnis mereka, seperti pembelajaran sesuai permintaan (on-demand learning), community of founders, serta wellness & personal development.

“Kami juga memberikan peserta dengan program pendidikan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi dan profesional anggota kami. Kurikulum dikembangkan dan difasilitasi dalam kemitraan dengan jaringan mentor dan pakar kami,” kata Monica.

Application Information Will Show Up Here
Turochas "T" Fuad dalam perjalanannya dari bekerja di perusahaan teknologi raksasa lalu mendirikan salah satunya hingga tiga kali "exit"

Turochas “T” Fuad Tentang Strategi “Exit”: Kecepatan dan Eksekusi adalah Segalanya

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Memulai petualangan baru sepertinya tidak pernah membuat saya bosan. Kesibukan, kelelahan, kecemasan, kegembiraan, semuanya bercampur. Tidak pernah sama, namun terasa sangat familiar.

Tulis Turochas “T” Fuad dalam paragraf pembuka mengenai bisnis teranyar, Pace.

Sebuah penjelasan yang singkat namun menyeluruh tentang kehidupan seorang serial entrepreneur, setidaknya untuk Turochas Fuad, atau lebih akrab dipanggil T. Lahir di Indonesia dan sempat belajar bahasa Inggris di Singapura, ia memutuskan untuk mengejar gelar Sistem Informasi Manajemen jauh-jauh ke Amerika di The University of Texas, Austin. Namun hal ini menjadi awal dari ketertarikannya yang besar pada teknologi.

Mulai dari berdirinya usaha pertama yang akhirnya diakuisisi oleh raksasa teknologi asal Amerika, Yahoo!; lalu mendirikan usaha ikonik travelmob, yang kemudian diakuisisi oleh Homeaway pada tahun 2013 seharga $11,5 juta; kemudian kisah raksasa coworking WeWork yang mengakuisisi Spacemob buatannya untuk meningkatkan ekspansi dan pertumbuhan di Asia Tenggara.

Tim DailySocial berkesempatan mendapat sesi wawancara tentang perjalanan bisnisnya sebagai pengusaha veteran dan visi menuju masa depan yang lebih baik di industri teknologi.

Mulai dari bisnis teranyar. Sebelum Pace, bukankah Anda belum pernah benar-benar terjun ke dunia fintech? Apa yang membuat Anda tertarik untuk memulai hal ini?

Hal yang paling menggairahkan bagi saya perkara memulai bisnis baru adalah kemungkinan untuk menciptakan dampak positif pada individu dalam skala besar. Dari perusahaan pertama saya hingga startup terakhir saya, Spacemob, ini selalu menjadi kekuatan pendorong di balik apa yang saya lakukan dan terus berlanjut, bahkan sekarang dengan sektor Fintech.

Terkhusus Pace, peluang untuk menciptakan inklusi keuangan di seluruh Asia adalah peluang yang terlalu sulit untuk ditolak. Lanskap keuangan tetap terfragmentasi, dengan ruang para pemegang jabatan untuk disrupsi dalam semua segmen, terlepas dari pembayaran. Misi kami adalah menyediakan inklusi keuangan dengan membangun mesin perbankan yang dapat beroperasi di banyak negara dengan mudah – yang membantu pedagang menciptakan efisiensi penjualan, dan memberi konsumen pilihan untuk berbelanja secara berkelanjutan.

pace 2

Menyelesaikan sarjana di Amerika dan sempat bekerja sebentar di sana, mengapa Anda memutuskan untuk berkarya di Singapura? [Mengingat Anda lahir di Indonesia]

Singapura, sebagai pusat bisnis utama di Asia, merupakan cara saya untuk membangun karier yang dapat memberi eksposur internasional juga jaringan kontak global dapat dibangun seiring waktu. Berada di sekitar orang yang tepat membantu Anda berpikir secara makro, dan saya cukup beruntung mendapatkan perspektif dari banyak orang berbakat di sini. Sejujurnya, selama di Singapura, saya juga mengembangkan bisnis di seluruh Asia Utara dan Asia Tenggara.

Meski begitu, hati saya masih tertaut dengan Indonesia, dan dengan kecepatan pertumbuhan serta populasi yang besar ini, setiap startup yang tidak menempatkan Indonesia dalam rencana ekspansinya kehilangan potensi untuk menciptakan dampak positif yang besar. Lagipula, sulit untuk mengabaikan negara terbesar keempat di dunia ini, bukan?

Anda pernah menikmati masa bekerja di perusahaan teknologi raksasa seperti Yahoo! dan Skype. Bagaimana pengalaman itu membentuk pribadi serta apa yang akhirnya mendorong Anda untuk memulai sebuah bisnis?

Jika ditanya, pengalaman ini menunjukkan kepada saya betapa pentingnya budaya bagi kesuksesan perusahaan mana pun. Saya merasa senang bekerja dengan orang-orang dari seluruh dunia, dan saya telah melihat bagaimana yang paling sukses dari mereka yang telah lebih dulu sukses, belajar untuk selalu menjadi orang yang pertama bahkan dalam situasi yang paling sulit. Bagi saya, itu adalah budaya yang hebat.

Hal lain yang sangat lazim di perusahaan-perusahaan ini adalah kecepatan eksekusi mereka. Anda dapat memiliki rencana paling brilian di dunia, tetapi jika menyangkut sebuah masalah, bagian tersulit adalah bagaimana caranya bisa mengiterasi dan mengeksekusi secepat mungkin, sembari mempertahankan kualitas produk atau layanan Anda. Terutama ketika beroperasi di ruang yang penuh disrupsi, Anda akan menghadapi rentetan tantangan; tetap fokus pada eksekusi dalam masa-masa sulit, menjadi sangat penting untuk bisa sukses.

Dalam perjalanan menuju “exit”, apakah Anda punya pertimbangan atau target spesifik sebelum memutuskan untuk menjual perusahaan?

Pengusaha hebat tidak pernah memulai sebuah perusahaan untuk dijual, karena tanpa memiliki keyakinan misi yang berfokus pada terciptanya perubahan, perusahaan sering kali goyah di bawah tekanan, dan akhirnya hancur.

Ketika harus mengevaluasi perjalanan exit sebelumnya, pertanyaan yang selalu saya tanyakan pada diri saya adalah, “Apakah akuisisi ini akan meningkatkan visi perusahaan kita?”. Jika ada keraguan barang sedikit pun, maka akan sangat mudah untuk menolak keputusan tersebut dengan besar hati.

Contoh yang baik adalah akuisisi Spacemob lima tahun lalu. Kami mulai membangun ruang kerja kolaboratif di seluruh Asia Tenggara dan membantu orang-orang mewujudkan visi mereka, lalu dengan akuisisi oleh WeWork kami semakin yakin bisa melakukannya. Tim inti Spacemob tetap bersama, memperluas bisnis ke sepersekian banyak ruang di enam negara di Asia Tenggara, dan menyampaikan misi yang ingin kami capai.

Anda sendiri telah mendirikan dan menjual tiga startup sejauh ini, apa saja pelajaran berharga yang bisa Anda petik dari masing-masing pengalaman?

Banyak yang berucap bahwa kecepatan & eksekusi adalah segalanya, dan melalui berbagai pengalaman di situasi sebelumnya, saya belajar bahwa hal itu sangat nyata. Itu, lalu memastikan Anda memiliki tim hebat yang terdiri dari orang-orang yang bersedia berkomitmen untuk mengerjakan sesuatu. Jika Anda melakukan beberapa hal ini dengan cukup baik, tidak ada alasan mengapa Anda tidak berhasil.

Apakah Anda memiliki sosok atau figur spesial yang menjadi inspirasi hingga bisa menjadi seperti saat ini?

Meski terdengar klise, ayah adalah sosok yang jadi inspirasi saya. Tumbuh di Medan, saya melihat dia bekerja keras di bisnis kecilnya sendiri, yang masih dia jalankan sampai sekarang. Meskipun saya dan saudara laki-laki saya cukup beruntung dapat bersekolah di AS, itu tidak mudah baginya. Keseharian hingga larut malam dan akhir pekan yang tidak terasa, ia membuat pengorbanan pribadi untuk memastikan kami mendapatkan yang terbaik yang dia bisa berikan. Kekuatan dan komitmen untuk bekerja keras dan tetap fokus pada kesibukan sehari-hari adalah sesuatu yang membuat saya terus maju setiap hari.

Ketika pandemi Covid-19 belum akan berakhir, bagaimana Anda melihat perkembangan industri teknologi di Asia Tenggara?

Singkatnya, cerah dan sangat menjanjikan! Asia Tenggara telah menghasilkan talenta teknologi hebat dalam beberapa tahun terakhir dan perusahaan sekarang memiliki lebih banyak pilihan daripada sebelumnya, dalam usaha membentuk tim. Kami juga melihat ekspansi besar ke wilayah ini baik dari perusahaan Amerika seperti Amazon dan perusahaan China seperti Bytedance, yang memvalidasi kualitas orang di industri dan skala peluang bisnis di Asia Tenggara.

Lebih spesifik untuk negara yang berbeda, saya pikir Singapura akan terus menjadi pusat bisnis untuk kawasan ini dan tempat pendaratan pertama bagi perusahaan yang ingin berekspansi ke Asia Tenggara secara keseluruhan. Namun, begitu operasi telah ditetapkan, perusahaan segera melihat ke arah Indonesia sebagai sumber utama pertumbuhan jangka panjang, dan yang terbaik adalah mereka bergerak cepat untuk mendapatkan pangsa pasar di sana.

Fintech juga dengan cepat menjadi andalan di wilayah ini, dengan perusahaan-perusahaan mendapatkan putaran pendanaan baru bahkan selama masa ekonomi yang tidak menentu. Ditambah dengan healthtech, kedua kategori ini adalah yang harus diperhatikan dalam hal pertumbuhan dan inovasi.

Dengan beragam pengalaman di dunia bisnis, adakah hal lain yang masih menjadi mimpi Anda? Mungkin cita-cita yang belum tercapai?

Bersama setiap startup, saya terus berkata pada diri sendiri bahwa ini akan menjadi yang terakhir bagi saya. Lalu, segera setelah itu, saya menemukan diri saya memulai perusahaan lain. Dalam beberapa hal, saya merasa ini adalah sebuah panggilan hidup dan saya bersyukur dapat terus membangun bisnis karena ini adalah hak istimewa yang tidak didapat semua orang.

Dalam hal tujuan, saya harus mengatakan bahwa dengan melihat putri saya tumbuh dan bisa bersama mereka di setiap langkah, akan menjadi pencapaian paling berharga yang akan saya dapatkan dalam hidup. Keluarga memberi saya kebahagiaan terbesar, dan melihat mereka masing-masing berhasil dengan caranya sendiri adalah tujuan yang patut diperjuangkan.

Apa yang ingin Anda sampaikan kepada para penggiat teknologi di luar sana yang ingin menciptakan sebuah solusi namun harus terhalang oleh pandemi?

Menurut saya tidak pernah ada waktu yang tepat untuk memulai bisnis. Selalu ada alasan untuk tidak melakukannya, dan Anda hanya perlu terus mencari solusi untuk setiap rintangan yang mungkin Anda hadapi. Entah itu sesederhana tidak punya cukup waktu, atau sesulit mencoba mencari pendanaan untuk memulai bisnis Anda, akan selalu ada solusi jika Anda bekerja dengan cukup keras. Tetapi dengan kemauan yang cukup untuk melakukannya, ditambah dengan kemauan untuk meluangkan waktu dan usaha, tidak ada alasan untuk Anda tidak bisa sukses. Dan ketika Anda sudah berhasil, ingatlah untuk menemukan jalan untuk bisa membayarnya.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

XWORK and New Business Opportunity Amidst Pandemic

The pandemic has directly affected the dynamics of the marketplace business to the platform for providing office space or coworking space. However, as a marketplace for providing space in Indonesia, XWORK claims to have experienced positive business growth.

XWORK’s Co-founder, William Budihardjo revealed to DailySocial that there was an increasing demand for certain needs during the pandemic, including content creation, casting, and video products, and live streaming.

“This change is powered by the acceleration of creative digitization during the pandemic. Our services are not reduced. We are getting focused on serving the increasing demand for this new need. We are also doing several promos for customers in the midst of a pandemic such as a 6 months free 6-month virtual office promo and others. Also, we’ve collaborated with ShopeePay to provide cashback.”

To date, XWORK has a total of 6 thousand rooms for rent, from 650 partners. XWORK has served more than 3 thousand B2B clients, consisting of companies (58%), MSMEs (15%), and early-stage startups (14.8%).

“XWORK is here to bridge the void that exists in the market. We see an opportunity to help venue providers in Indonesia to maximize their potential assets. In a way by providing an easy and practical online booking system for prospective tenants, as well as expanding space utility – for example, from which is usually a wedding venue, can now be a meeting venue as well,” William said.

Developing new feature and fundraising plan

Until now, XWORK is still focused on serving the Jabodetabek area only. In terms of service and client trust who have taken advantage of the XWORK platform, there are several leading technology companies. Among them are Grab, Tokopedia, and corporations such as Deloitte, Astra International, and Ericsson. This is what differentiates XWORK from other similar platforms.

“In addition, I come from a family that focuses on developing property for events, therefore my experience and understanding of the industry is quite well,” said William.

This year, XWORK plans to prepare several new features to provide needs besides room rental. Currently, William is reluctant to elaborate on the feature’s function. Meanwhile, when talking about the fundraising plan, William said that he is still in the process of raising funds.

“We want to invite all players with property assets to XWORK, from restaurants, sports fields, to business premises. This will complement our digital assets and offerings to make them more optimal. We will also strive to improve ordering, payment, and comparison capabilities, the venue, even scheduling a site survey, making it easier for all parties interested in renting a room,” William concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

XWORK

XWORK dan Peluang Bisnis Baru di Tengah Pandemi

Pandemi secara langsung telah mempengaruhi dinamika bisnis marketplace hingga platform penyedia ruangan kantor atau coworking space. Namun sebagai marketplace penyediaan ruang di Indonesia, XWORK mengklaim mengalami pertumbuhan bisnis yang positif.

Kepada DailySocial, Co-founder XWORK William Budihardjo mengungkapkan, selama pandemi mereka mendapati bahwa ada permintaan yang meningkat untuk keperluan tertentu. Salah satunya seperti pembuatan konten, casting, dan produk video serta live streaming.

“Perubahan ini didukung oleh akselerasi digitalisasi kreatif semasa pandemi. Tidak ada layanan kami yang dikurangi. Kami justru lebih fokus melayani permintaan yang meningkat untuk keperluan baru ini. Kami juga melakukan beberapa promo untuk customer di tengah pandemi seperti promo virtual office 6 bulan gratis 6 bulan dan lainnya. Ditambah kami juga sudah bekerja sama dengan ShopeePay untuk memberikan cashback.”

Hingga kini XWORK telah memiliki total 6 ribu ruangan untuk disewakan, yang berasal dari 650 mitra. XWORK juga telah melayani lebih dari 3 ribu klien B2B, yang terdiri dari kalangan perusahaan (58%), UMKM (15%), dan startup tahap awal (14,8%).

“XWORK hadir untuk menjembatani kekosongan yang ada di pasar. Kami melihat adanya kesempatan untuk membantu para penyedia venue di Indonesia untuk memaksimalkan potensi aset mereka. Caranya adalah dengan menyediakan sistem pemesanan online yang mudah dan praktis untuk calon penyewa, serta memperluas utilitas ruangan – misalnya dari yang biasanya venue acara pernikahan, sekarang bisa menjadi venue rapat juga,” kata William.

Mengembangkan fitur baru dan rencana penggalangan dana

Hingga saat ini XWORK masih fokus untuk melayani kawasan Jabodetabek saja. Dari sisi layanan dan kepercayaan klien yang telah memanfaatkan platform XWORK, terdapat beberapa perusahaan teknologi terkemuka. Di antaranya adalah Grab, Tokopedia, serta korporasi seperti Deloitte, Astra International, dan Ericsson. Hal tersebut yang kemudian membedakan XWORK dengan platform serupa lainnya.

“Selain itu, saya berasal dari keluarga yang fokus mengembangkan properti untuk event, sehingga pengalaman dan pemahaman terhadap industri sudah cukup baik,” kata William.

Tahun ini XWORK berencana untuk mempersiapkan beberapa fitur baru untuk melayani kebutuhan di luar penyewaan ruangan. William enggan untuk menjelaskan lebih lanjut fungsi fitur tersebut untuk saat ini. Sementara itu disinggung tentang rencana penggalangan dana, William mengungkapkan saat ini masih dalam proses penggalangan dana.

“Kami hendak mengundang semua pemain dengan aset properti ke XWORK, mulai dari restoran, lapangan olahraga, hingga tempat usaha. Ini akan melengkapi aset digital dan penawaran yang kami miliki agar menjadi lebih maksimal. Kami juga akan berupaya meningkatkan kapabilitas pemesanan, pembayaran, dan komparasi venue, bahkan hingga menjadwalkan survei tempat, sehingga mempermudah semua pihak yang tertarik menyewa ruangan,” tutup William.

Turochas "T" Fuad on his journey from working in giant tech companies to making three "exit" and creating one himself

Turochas “T” Fuad on The “Exit” Stories: Speed and Execution is Everything

This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

“Starting a new venture never seems to get old for me. The rush, the pain, the anxiety, the joy, all mix together. It is never the same yet, it is also so familiar.”

Turochas “T” Fuad wrote in the opening paragraph about his latest venture, Pace.

It’s a compact yet thorough explanation about the life of a serial entrepreneur, at least for Turochas Fuad, or sometimes called T. Was born in Indonesia and had a chance to study English in Singapore, he decided to pursue his Management Information System degree all the way to the US at The University of Texas, Austin. That is quite the beginning of his big passion for technology.

From the story of the founding of his first venture which finally acquired by an American-based tech giant, Yahoo!; next to the founding of the iconic travelmob, which then acquired by Homeaway in 2013 for $11.5 million; then the story of Coworking-space giant WeWork acquired Spacemob to ramp up its expansion and growth in Southeast Asia.

DailySocial team had a chance to interview him on his business journey as a veteran entrepreneur and the vision towards a better future in the tech industry.

Let’s start with your latest venture. Before Pace, I don’t recall you have been involved in the fintech industry? What makes you interested and started this one?

What excites me most about starting a new business is the possibility to create a positive impact on individuals on a large scale. From my very first company till my last startup, Spacemob, this has always been the driving force behind what I do and continues to be the case, even now with Fintech.

With Pace specifically, the chance to create financial inclusion across Asia is an opportunity that is too difficult to turn down. The financial landscape remains fragmented, with room for incumbents to be disrupted across all segments, payments notwithstanding. Our mission is to provide financial inclusion by building a banking engine that can operate across multiple countries easily – one that helps merchants create sales efficiencies, and provides consumers with an option to spend sustainably.

pace 2

Completing a bachelor’s degree in the US and manage to work there for a while, why did you finally decide to build a career in Singapore? [Since you were born in Indonesia]

Singapore, being a major business hub in Asia, represented a way for me to build a career that could give me international exposure and provided me a global network of contacts that I could build over time. Being around the right people helps you think big, and I’ve been lucky enough to gain perspective from the many talented people I’ve gotten to know here. Truth be told, given my time here in Singapore, I’ve also developed businesses across North Asia and Southeast Asia.

That said, my heart is still very much with Indonesia, and with its current speed of growth and large population, any startup that does not have Indonesia as a part of its expansion plans is missing out on the potential to create a large positive impact. After all, it is hard to ignore the fourth largest country in the world, ya?

You’ve had your history with some tech giants like Yahoo! and Skype. How did those past experiences shape you and what finally encouraged you to build your own company?

If anything, these experiences showed me how important culture is to the success of any company. I’ve had the pleasure of working with people from all over the world, and I’ve seen how the most successful of them, learn to always be people-first even in the most difficult situations. That, to me, is a great culture.

The other thing that was very prevalent in these companies was their speed of execution. You can have the greatest plan in the world, but when it comes down to it, the most difficult part of it is figuring out how to iterate and execute as fast as you can, while maintaining the quality of your product or service. Especially when you’re operating in a disruptive space, you’re going to face a barrage of challenges; staying focused on executing through tough times, is imperative for success.

On the journey to “exit”, did you have certain considerations or specific targets before deciding to sell the company?

Great entrepreneurs never start a company to sell it, because without having a convicted mission that is focused on creating change, a company often wavers under pressure, and eventually crumbles.

When it came to evaluating the previous exits I’ve had, the question I’ve always asked myself was, ‘will this acquisition furthers our company’s vision?’ If there was any doubt at all, then a decision against it would be easily made with a clear heart.

A great example of this was the acquisition of Spacemob five years ago. We set out to build collaborative workspaces across Southeast Asia that helped people to bring their visions to life, and with the acquisition by WeWork we were able to do just that. The core Spacemob team stayed together, expanded the business to dozens of spaces across six countries in Southeast Asia, and delivered on the mission we set out to achieve.

You’ve launched and sold three startups so far, what is the biggest lesson you’ve learned among all those experiences?

It’s often said that speed & execution is everything, and through the different situations I’ve been in, I’ve learned that to be very true. That, and making sure you have a great team of people who are willing to commit themselves to the grind. If you do these few things well enough, there’s no reason why you can’t succeed.

Do you have a particular individual or figure that inspired you to become your today self?

As cliche as it sounds, I’ve always been inspired by my father. Growing up in Medan, I saw him work hard at his own small business, which he still runs today. Although my brothers and I were fortunate enough to be put through school in the US, it didn’t come easy for him. Through permanent late nights and non-existent weekends, he’s made personal sacrifices to ensure we got the best he could provide. That strength and commitment towards putting in the hard work and staying focused on the daily grind is something that keeps me going every single day.

Especially when the Covid-19 still around, how do you see the development of the tech industry in Southeast Asia?

In short, it’s bright and full of promise! Southeast Asia has been churning out great tech talent in recent years and companies now have more options than before, in how they want to set up their teams. We’ve also seen large expansions into the region both from American companies like Amazon and Chinese companies like Bytedance, which validates the quality of people in the industry and the scale of the business opportunity in Southeast Asia.

More specific to different countries, I think Singapore will continue to be a business hub for the region and the first landing spot for companies looking to expand into Southeast Asia as a whole. But once operations have been set up, companies immediately look towards Indonesia as a key source of long-term growth, and the best of them move quickly to gain market share there.

Fintech is also fast becoming a mainstay in this region, with companies getting fresh rounds of funding even during economically uncertain times. Coupled with healthtech, these two categories are the ones to look out for in terms of growth and innovation.

With tons of experience in the business, do you still aim for something more in this industry? Maybe you have other goals yet to be achieved?

With each startup, I keep telling myself that it will be my last one. And then, soon enough, I find myself starting yet another company. In some way, I guess this is my calling in life and I’m thankful to be able to continue building businesses because it’s a privilege that not everyone gets.

In terms of goals, I would have to say that seeing my daughters growing up and being with them each step of the way, will be the most rewarding achievement that I will have in life. The family gives me the greatest joy, and seeing each of them succeed in their own way is a goal worth striving hard for.

What would you say to all the tech enthusiasts out there trying to make something but hindered with pandemic stuff?

I’d say that there never is a right time to start a business. There’ll always be a reason not to, and you just have to keep finding solutions to any hurdles you might face. Whether that’s as simple as not having enough time, or as difficult as trying to look for funding to get your business off the ground, there will always be a solution if you search hard enough. But with enough will to do so, coupled with a willingness to put in the time and work, there is no reason for success to evade you. And when you do make it, remember to find your own ways to pay it forward.

Wellspaces.co

Freeware Spaces “Rebranding” Jadi Wellspaces.co, Tawarkan Layanan yang Lebih Beragam

Setelah menghadirkan layanan coworking space sejak tahun 2012, Freeware Spaces kini rebranding dengan nama dan konsep baru menjadi Wellspaces.co. Proses rebranding ini diklaim telah berjalan selama beberapa bulan. Didukung dengan layanan baru untuk startup hingga korporasi, Wellspaces.co diharapkan bisa menyajikan fasilitas terpadu yang lebih dari sekadar coworking space dan service office biasa.

Layanan baru untuk startup

Tidak berbeda jauh dengan konsep awalnya, bisnis yang didirikan oleh Aryo Ariotedjo tersebut masih menyediakan coworking space dan service office untuk startup. Selain itu Wellspaces.co juga menghadirkan penginapan, kantor dan dapur khusus untuk startup yang menyasar sektor kuliner bernama Wellkitchen.

Kepada DailySocial CMO Wellspaces.co Fritz Aradhana Dylan Prabawa mengungkapkan, konsep baru ini sengaja dihadirkan untuk meng-cater startup terkait untuk meningkatkan bisnis mereka.

F&B industry sendiri geliatnya sangat kencang sekarang dan gaya hidup masyarakat kita untuk mencoba menu-menu baru pun juga mulai menjadi tren. Sementara banyak pendiri startup F&B biasanya berinvestasi banyak di awal. Karena tidak hanya kantor tapi mereka juga harus berinvestasi di alat-alat dan tempat penyimpanan bahan,” kata Fritz.

Dengan Wellkitchen nantinya startup terkait bisa memanfaatkan fasilitas dapur untuk menciptakan produk sebelum ditawarkan kepada target pengguna.

Selain Wellkitchen, Wellspaces.co juga menghadirkan layanan lainnya seperti Workwell, Wellsociety, Wellconnected, Welldefense, Movewell, Dwell dan Wellhouse. Untuk Dwell sendiri, Wellspaces.co memiliki konsep co-living yang saat ini mulai banyak dikembangkan oleh layanan coworking space di Indonesia. Memanfaatkan ruangan yang ada, Wellspaces.co mencoba untuk menyediakan penginapan kepada pendiri dan tim di startup.

Basically Dwell co-living itu seperti kosan yang sudah kita kenal tapi dikelola dengan baik dan dikurasi juga komunitas yang tinggal di dalamnya, sehingga terjadi interaksi yang lebih hidup, tidak hanya pulang untuk tidur lalu berangkat kerja saja,” kata Fritz.

Wellspaces.co juga mencoba untuk menciptakan program agar bisa mendekatkan anggota yang tinggal di dalamnya. Konsep ini sebelumnya sudah diperkenalkan oleh Wellspaces.co dengan nama The Stay Antasari 27. Fasilitas ini tentunya dihadirkan untuk mendukung Wellhouse, perbedaan dengan Wellhouse adalah lebih kepada utilitas.

“Kalau Dwell itu seperti kosan (co-living), kalau Wellhouse adalah rumah atau establishment yang kita fokuskan diisi oleh tenant-tenant yang memiliki program bersifat active lifestyle. Jadi di dalamnya nanti ada kelas yoga, kelas dance, kelas jiu jitsu, dan lainnya yang fokusnya pada wellbeing,” kata Fritz.

Target dan fokus Wellspaces.co

Secara keseluruhan fasilitas yang sudah bisa dinikmati dari Wellspaces.co adalah Workwell, Dwell, Wellkitchen dan Welldefense. Hingga saat ini Wellspaces.co telah memiliki sekitar 400 tenant dengan pengguna aktif sekitar 300. Bukan hanya di Jakarta dan sekitarnya, Wellspaces.co juga telah hadir di Medan.

Menyadari saat ini sudah banyak kebutuhan dari industri terkait bukan hanya untuk kantor, namun juga penginapan dan kemudahan proses pekerjaan lainnya, diharapkan Wellspaces.co bisa menjadi pilihan bagi startup yang ingin mempermudah dan mengembangkan bisnis.

Selain gencar menggelar kegiatan yang membantu komunitas startup di Indonesia, Wellspaces.co juga mengklaim telah membantu sekitar 400 entrepreneur. Startup yang merupakan alumni dari Wellspaces.co diantaranya adalah eFishery, Kulina, Telunjuk, Bukalapak, Kumparan, Fabelio, Ralali dan masih banyak lagi.