Cozora merupakan sebuah portal “live cast” yang dapat dimanfaatkan untuk menggelar acara secara online. Dibekali dengan kemampuan live audio, live presentation dan live chat, seseorang dapat menyelengarakan acara yang diikuti oleh banyak audience. Dalam beberapa kali percobaan, bahkan Cozora juga berhasil meng-online-kan sebuah acara dengan mode live streaming interaktif.
Untuk berpartisipasi dalam sebuah live cast, peserta diwajibkan memiliki akun Cozora. Platform yang dikembangkan di atas platfrom ASP.NET dan Microsoft Azure ini saat ini masih dalam fase beta, akan tetapi sudah terdapat rangkaian acara rutin yang dapat diikuti oleh penggunanya, untuk berbagai jenis tema bahasan.
Menurut pemaparan Co-founder Cozora Riza Herzego, Cozora diambil dari kata “ozora”, dalam Bahasa Jepang artinya langit.
“Kita sengaja tidak membuat nama yang artinya jelas, karena kami tidak mau menentukan produk kita dari nama kita. Sehingga seandainya produknya berubah, nama tidak harus berubah.” ujar Zego.
Tim Cozora sampai saat ini terdiri dari 3 orang, semua berasal dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia angkatan 2011. Mereka bertiga telah memulai Cozora sejak tahun 2015, namun awal idenya adalah online course. Melihat hasilnya yang kurang baik, akhirnya Zego dan tim melanjutkan riset dan memutuskan untuk pivot ke ide live broadcasting. Cozora launch live session pertama tanggal 1 Januari 2016.
Saat ditanya terkait dengan investasi, Zego menjawab:
“Kita sudah memiliki angel investor, cukup untuk makan sehari-hari.”
Cozora sendiri masih belum bisa menyebutkan kapan versi full akan launch. Sekarang tim Cozora sedang melakukan banyak eksperimen untuk memilih fitur dan use-case baru yang bisa difokuskan di Cozora. Salah satunya sedang menyiapkan fitur video untuk melengkapi experience live session itu sendiri.
“Sebenarnya kami fokus ke masalah. Masalah kami yang ingin kami selesaikan adalah masalah pendidikan. Awalnya kami pikir, dengan membuat video bagus saja kita bisa menggantikan pendidik di kelas, kita bisa langsung mendorong orang untuk belajar. Namun itu ternyata salah. Pendidik itu tidak bisa digantikan, karena pendidik itu yang memberi motivasi, yang membimbing social process of learning dari para murid. Maka dari itu, kami ingin memfasilitasi pendidik untuk berinteraksi dengan murid. Cara yang kita pilih adalah live broadcasting, dengan suara, karena kita melihat itu bisa lebih efektif dan nyaman dibanding hanya menggunakan teks,” ungkap Zego.
Untuk tahun ini, target Cozora bukan angka pengguna, namun kualitas manfaat yang diberikan oleh produk. Zego dan rekan sadar tantangan Cozora ini banyak, mulai dari teknologi live streaming yang dibilang terlalu dini melihat kesiapan infrastruktur internet di Indonesia, sampai fokus Cozora ke arah pendidikan yang mungkin minatnya tidak sebesar bidang entertainment. Cozora masih mengejar product market fit serta mencari model bisnis yang cocok. Karena tim Cozora yakin, hal tersebut yang perlu diraih sebagai amunisi, agar bisa berkembang pesat ke depannya.