Tag Archives: craig dixon

Pemodal ventura sekaligus akselerator startup tahap awal Accelerating Asia mengumumkan investasi putaran dalam Cohort 8, ada Lister dari Indonesia

10 Startup Peroleh Dana Pra-Seri A dari Accelerating Asia Cohort 8, Salah Satunya Lister

Lister, startup edtech asal Indonesia, termasuk dalam 10 peserta program akselerator Cohort 8 yang memperoleh investasi pra-seri A dari pemodal ventura tahap awal Accelerating Asia.

Lister adalah satu-satunya startup lokal asal Yogyakarta yang lolos ke dalam cohort tersebut. Beroperasi sejak 2019, Lister merupakan platform pembelajaran online untuk bahasa dan persiapan ujian yang menargetkan pengguna individu dan korporasi.

Selain itu, Lister menjadi startup ke-8 yang didanai Accelerating Asia sepanjang kiprahnya di Asia Tenggara. Sejumlah nama startup asal Indonesia lainnya yang telah bergabung dalam portofolio Accelerating Asia antara lain Datanest, HealthPro, IZY.ai, KaryaKarsa, Tokban, TransTRACK.ID, dan MyBrand.

Tidak dipaparkan nilai investasi yang diterima setiap startup. Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Accelerating Asia menyuntikkan dana tahap pra-seri A hingga SGD200 ribu per startup. Yang pasti, sumber dananya berasal dari dana kelolaan Fund II bernilai $20 juta yang diluncurkan akhir 2021. Dana tersebut digunakan untuk investasi pra-seri A di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Cohort 8

Dalam keterangan resmi, Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menyampaikan bahwa startup peserta dari Cohort 8 mewakili tujuh negara di seluruh Asia Tenggara (Singapura, Indonesia, dan Filipina), Asia Selatan (India, Bangladesh, dan Pakistan), serta kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (Uni Emirat Arab). Mereka berasal dari berbagai industri, termasuk pendidikan, e-commerce, logistik, insurtech, agritech, dan masih banyak lagi.

Dari keragaman tersebut, ke-10 startup ini memiliki kesamaan penting: punya daya tarik pasar yang signifikan. Diklaim hingga saat ini, secara kolektif telah mengumpulkan pendanaan sebesar $5,8 juta. Walau semuanya berhasil menggalang dana, terjadi penurunan nominal secara keseluruhan karena kekuatan pertumbuhan pendapatan. Disebutkan GMV kolektif mencapai lebih dari $57 ribu per bulan dan pendapatan bulanan rata-rata lebih dari $27 ribu.

Cohort baru yang masuk ke dalam portofolio memiliki pendapatan awal yang kuat dan daya tarik penggalangan dana di pasar lokal masing-masing. Accelerating Asia berharap dapat membantu mereka memanfaatkan kesuksesan awal ini untuk menskalakan wilayah geografis yang lebih besar dan menggalang dana dari rangkaian investor yang lebih besar di seluruh dunia,” kata Dixon.

Dalam menjalankan misi Accelerating Asia memanfaatkan kewirausahaan untuk mengatalisasi perubahan, startup didorong untuk membuat dampak sosial di komunitas mereka. Pasalnya, pihaknya mempertimbangkan investasi pada startup dengan dampak yang tertanam (impact embedded) dalam model bisnis inti mereka dengan SDG sebagai kerangka kerjanya.

Disebutkan, perusahaan portofolio telah menciptakan lebih dari 1.000 pekerjaan dan investasi lensa gender mencapai 50% dari semua startup dalam portofolio. Secara akumulasi dari seluruh cohort, Accelerating Asia telah membina 70 startup di lebih dari 20 vertikal, yang dipimpin oleh lebih dari 100 pendiri. Startup ini memiliki pendapatan bulanan rata-rata lebih dari $285 ribu dan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 520%.

Di luar investasi yang dikucurkan Accelerating Asia, portofolionya telah menarik investor top tidak hanya dari Asia Pasifik, tetapi di seluruh dunia. Secara total, mereka telah mengumpulkan modal ventura lebih dari $63,8 juta sehingga total valuasi portofolio menjadi $600 juta. Angka ini juga tidak dipengaruhi oleh segelintir outlier: 100% portofolio telah meningkatkan modal luar.

Jajaran nama-nama investornya mulai dari Sequoia Capital, Cocoon Capital, MDI Ventures, Wavemaker Partners, dan Indonesia Women Empowerment Fund sebagai pendukung mereka, selain angel investor dan jaringan top. Beberapa investor ini juga memilih bekerja sama dengan Accelerating Asia secara langsung sebagai limited partner.

Menurut Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo, para investor ini memilih untuk bermitra dengan organisasi karena tiga alasan utama.

“Dengan ukuran dan skala portofolio Accelerating Asia, investor dapat memperoleh diversifikasi langsung di seluruh industri dan pasar. Mereka juga mendapatkan akses ke startup dengan kualitas terbaik, karena tingkat selektivitas untuk setiap kelompok kurang dari 2%. Terakhir, mereka dapat memanfaatkan portofolio sebagai sumber aliran transaksi untuk startup yang relevan dengan tesis untuk dana mereka sendiri,” kata Naidoo.

Adapun penyelenggaraan Demo Day untuk Cohort 8 ini akan diadakan pada 3 Agustus mendatang.

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-Seri A, umumkan 11 startup yang masuk Cohort ke-4, ada TransTrack.ID dari Indonesia

Accelerating Asia Umumkan 11 Startup Cohort Keempat, Satu Startup dari Indonesia

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat. Mereka tersebar dari empat negara, yakni Singapura, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Ada satu startup lokal yang lolos dalam batch kali ini, yaitu TransTrack.ID.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengatakan, pada program cohort ke-4 ini telah menyeleksi sebanyak 500 startup yang berasal dari 30 negara. “Dengan hanya 2% startup terpilih, ke-11 startup tersebut akan menjadi bagian dari cohort terbesar kami dan berhak menerima investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (senilai lebih dari 2 miliar Rupiah) dari dana modal ventura kami,” tuturnya, Selasa (13/4).

Nama-nama dari 11 startup tersebut adalah Amar Lab, Casa Mia, DoctorKoi, Drive Lah, HandyMama, Independents, KopiDate, Mobiliti, SWAP, Waitrr, dan TransTRACK.ID.

Dirinci lebih jauh, 11 startup ini telah mengumpulkan modal lebih dari 6 juta dolar Singapura sejak awal mengikuti program, membukukan total modal yang dihimpun dari para seluruh portofolio startup Accelerating Asia menjadi lebih dari 30 juta dolar Singapura. Sekitar 70% dari investasi ini terkumpul sejak bergabung dengan portofolio Accelerating Asia.

11 startup Cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia
11 startup cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Dalam waktu satu bulan sejak cohort keempat dimulai, para startup telah mencatat kenaikan pendapatan bulanan sebesar 25%, naik dari rata-rata senilai 45 ribu dolar Singapura hingga mencapai 56 ribu dolar Singapura. Tingkat pertumbuhannya juga telah naik dua kali lipat sejak bergabung, dengan rata-rata pertumbuhan 30% month-to-month, dari sebelumnya sebesar 16%.

Seluruh startup ini mencakup 10 vertikal bisnis yang di antaranya bergerak di properti, online dating, dan pemasaran/periklanan. Bila ditotal dengan seluruh portofolio, kini mencakup lebih dari 20 vertikal yang bergerak di bisnis B2B, B2C, dan B2B2C. Sebanyak 35% startup didirikan oleh perempuan dan 60% gender lens investment (investasi berbasis gender), dengan lebih dari 80% fokus pada dukungan terhadap program Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB.

Satu-satunya startup lokal yang lolos dalam cohort ini adalah TransTRACK.ID. Mereka fokus mengumpulkan data untuk melacak, menganalisis, dan meningkatkan operasi transportasi. Tim pendirinya solid dengan pengalaman mendalam di industri yang sama. Pendapatan per tahun startup ini diklaim naik lebih dari dua kali lipat dan naik sebesar 130% sejak Maret 2020. Sebelum bergabung ke Accelerating Asia, TransTRACK.ID masuk ke dalam jajaran peserta terpilih dalam DSLaunchpad 2.0.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menambahkan, pada cohort kali ini pihaknya melakukan sejumlah penyesuaian agar tetap sejalan dengan kondisi pandemi, seperti melirik startup yang berpotensi baik. Salah satunya tercermin dari Amar Lab dan Waitrr yang telah diuntungkan dari dinamika market yang sangat terdampak Covid-19.

“Mereka berada di posisi yang tepat untuk pertumbuhan jangka panjang karena sektor kesehatan dan hospitality global terus mempercepat upaya digitalisasi mereka dalam bentuk layanan jarak jauh dan mobile,” katanya.

Accelerating Asia menawarkan investornya akses lebih awal dan eksklusif dengan startup portofolionya, menyediakan deal-flow terkualifikasi, hak pro-rata, dan opsi pertama untuk investasi yang memenuhi syarat dan akan terus berlanjut pada kuartal II 2021, hingga saat akselerator modal ventura memperluas kemitraan dan peluang investasi.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Selain itu, program lainnya adalah Angel350, program angel investing virtual yang menyediakan panduan langkah demi langkah kepada investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Puncak program cohort ke-4 adalah Demo Day online pada 17 Juni 2021 mendatang, dan pendaftaran untuk cohort ke-5 sudah dibuka.

Accelerating Asia

Accelerating Asia Umumkan Delapan Peserta Batch Ketiga, Ada KaryaKarsa dan MyBrand

Perusahaan modal ventura tahap awal dan akselerator startup Accelerating Asia mengumumkan delapan startup yang masuk ke dalam batch ketiga. Ada dua startup berasal dari Indonesia, ialah KaryaKarsa dan MyBrand.

Co-Founder Accelerating Asia Craig Dixon menuturkan, pada cohort ini pihaknya telah mengevaluasi dan menerima 450 pendaftaran dari 25 negara. Kemudian, disaring dengan tingkat penerimaan kurang dari 2% untuk startup yang berhasil masuk ke dalam program.

Cohort kali ini merupakan yang paling bertalenta dan terampil dalam hal traksi bisnis dan potensi mereka sebagai katalisator untuk perubahan positif di dalam lanskap pasca-pandemi yang berubah cepat,” terang Dixon dalam keterangan resmi, Selasa (8/9).

Nama-nama startup tersebut, ialah Energy Lite (Singapura), AskDr (Singapura), KaryaKarsa (Indonesia), Kinexcs (Singapura), MyBrand (Indonesia), ProjectPro (A.S), Shuttle (Bangladesh), dan WeavAir (Kanada).

Rekam jejak mereka semua cukup luas di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Secara kolektif telah menggalang lebih dari 2,6 juta dolar Singapura (setara 28 miliar Rupiah) sebelum bergabung di Accelerating Asia dengan total tenaga kerja 120 orang. Mereka menyelesaikan berbagai masalah yang ada di beragam sektor industri, baik B2B, B2C, dan B2G; meliputi energi, transportasi, kesehatan, dan cleantech.

“Kami telah memperluas rekam jejak geografis kami ke India dan memperkuat kembali kehadiran kami di Indonesia lewat upaya-upaya rekrutmen kami untuk cohort ini. Talenta dari startup-startup kami ditempatkan dengan baik untuk memberikan keuntungan kepada para investor. Kami yakin mereka bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih besar di dunia pasca Covid-19.”

Dixon menjelaskan, seluruh perusahaan ini menerima investasi awal sebesar 50 ribu dolar Singapura dari Accelerating Asia. Untuk mereka yang berkinerja baik akan menerima tambahan hingga 150 ribu dolar Singapura setelah menyelesaikan program yang akan berakhir pada November mendatang ditandai penyelenggaraan Demo Day Virtual.

Bila ditotal, sejak bulan pertama bergabung, seluruh startup batch ini telah menerima pendanaan lebih dari 1,2 juta dolar Singapura sebagai komitmen awal dari investor dan mitra LP yang ada. Mereka mendapat penawaran akses awal bagi para mitra LP, sekaligus hak eksklusif untuk berinvestasi di startup milik Accelerating Asia.

Perusahaan sendiri sedang mendekati penutupan akhir pendanaan untuk fund terbaru dan terus menandatangani kemitraan dengan para mitra LP untuk akses awal dan eksklusif untuk startup di dalam portofolionya. Serta, menyediakan alur kesepakatan yang berkualitas, hak-hak prorata, dan opsi pertama untuk investasi.

Diterangkan lebih jauh, dalam akselerator ini seluruh kegiatan dilakukan secara virtual selama 100 hari. Fokus yang akan ditekankan adalah pertumbuhan startup, kesiapan bisnis, dan penggalangan modal. Co-Founder Accelerating Asia Amra Naidoo menambahkan, pihaknya selalu menjalakan sesi entrepreneur-in-residence, coffee chat virtual dengan investor, dan digital masterclass dari jarak jauh.

“[..] Menjadi modal ventura akselerator memungkinkan kami menyajikan pendekatan secara langsung (hands-on approach) selama periode investasi awal karena kami menyajikan program dan akses yang harus ditingkatkan dan dikembangkan oleh startup, sambil meminimalkan risiko investor dan fokus memberikan laba kepada investor kami di venture capital fund kami,” terang Naidoo.

Pertemuan cohort 3 Accelerating Asia / Accelerating Asia
Pertemuan cohort 3 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Kiprah Accelerating Asia

Sejak diluncurkan pada 2018, Accelerating Asia kini menjadi komunitas yang menampung 48 pengusaha dan 28 startup yang tersebar di Asia dengan 40% di antaranya merupakan perusahaan yang dipimpin atau didirikan oleh perempuan. Perusahaan bekerja sama dengan sejumlah jaringan angel investor regional seperti Angel Hub, ANGIN, dan Angel Central, juga dengan investor institusional terkemuka, termasuk Cocoon Capital, Monks Hill Ventures, dan Golden Gate Ventures.

Sebanyak 19 startup dari dua cohort sebelumnya tersebar di delapan negara di Asia Tenggara dan Selatan termasuk Singapura, Indonesia, Vietnam, Bangladesh dan Malaysia. Sekitar 10% di antaranya datang dari Indonesia. Mereka adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. Secara kolektif seluruh perusahaan tersebut telah menggalang pendanaan dengan total lebih dari 5 juta dolar Singapura.

Accelerating Asia mengubah cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura melalui instrumen pendanaan SAFE note

Accelerating Asia Naikkan Nilai Investasi hingga 2 Miliar Rupiah untuk Startup Binaannya

Perusahaan modal ventura tahap awal Accelerating Asia mengumumkan perubahan dalam cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (lebih dari 2 miliar Rupiah), melalui instrumen pendanaan SAFE note, sekitar 7%-10% ekuitas per startup yang akan mengikuti program akselerator batch ke-3.

Bila dirinci, startup akan menerima investasi maksimal 200 ribu dolar Singapura, termasuk dana dukungan 25 ribu dolar Singapura untuk membangun bisnisnya, akses ke program akselerator, dan program tambahan senilai 225 ribu dolar Singapura. Kenaikan ini, membuat Accelerating Asia percaya diri berada dalam posisi yang kuat dalam pertaruhan startup yang berasal dari program akseleratornya.

“Sambil terus menjalankan hubungan baik dengan pendiri startup untuk meningkatkan pertumbuhan mereka, menerima pendanaan, dan meningkatkan bisnis mereka ke tingkat selanjutnya,” ucap Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo dalam keterangan resmi.

Dibandingkan dua batch sebelumnya, Accelerating Asia berinvestasi sebesar 100 ribu dolar Singapura, juga berbentuk SAFE note. Ini adalah akronim dari Simple Agreement for Future Equity yang diperkenalkan pertama kali oleh Y Combinator pada 2013.

Silicon Valley memilih SAFE sebagai dokumen de facto yang digunakan untuk investasi tahap awal karena modelnya lebih ramping, lebih murah untuk dieksekusi, dan lebih mudah untuk melakukan uji tuntas (due diligence) daripada opsi lainnya.

“Di Accelerating Asia, kami setuju untuk juga menggunakan SAFE untuk investasi awal kami. Kami juga memfasilitasi investasi lain di perusahaan portofolio kami melalui SAFE. Kami percaya bahwa SAFE punya keuntungan baik bagi founder, investor, maupun ekosistem startup secara umum,” terang Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon secara terpisah kepada DailySocial.

Program akseleratornya itu sendiri sudah berjalan sejak dua tahun dan telah berkembang menjadi komunitas dengan lebih dari 39 founder startup dari 19 startup yang tersebar di 9 negara. 40% di antaranya dipimpin perempuan atau mitra pendiri ventura. Saat berpartisipasi dalam program flagship-nya tersebut, seluruh startup binaannya berhasil memperoleh investasi kolektif senilai lebih dari 55 juta dolar Singapura.

Akselerator batch ke-3

Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia
Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia

Dixon melanjutkan dalam batch ke-3 pendaftaran sudah dibuka hingga Mei 2020. Seluruh proses akan berlangsung secara online, sehingga gangguan pandemi tidak menyurutkan ambisi perusahaan untuk menggelar program akseleratornya.

“Program kami dirancang untuk memberikan nilai tinggi dari para ahli pemula, investor dan mentor dalam format yang fleksibel, di mana pun mereka berada. Sebab mengumpulkan semua founder dalam satu tempat yang sama adalah pekerjaan yang sulit.”

Mereka juga tidak secara spesifik menyasar tema tertentu untuk tiap batch-nya. Dixon menyebut, Accelerating Asia adalah VC dan program akselerator yang agnostik vertikal, artinya terbuka untuk startup dari sektor manapun. Untuk dua batch sebelumnya, startup binaannya terdiri dari startup B2B dan B2G. Kendati demikian, mereka juga terbuka untuk startup B2C.

Dalam batch ke-2, ada sembilan startup yang bergerak di bisnis B2B, seperti logistik, big data, edutech, agritech, dan e-commerce. Seluruh startup memperoleh pendanaan yang tinggi dari angel investor, modal ventura, dan perusahaan keluarga dalam pendanaan gabungan sekitar 2,5 juta dolar Singapura. Delapan startup diantaranya memperoleh pendanaan eksternal, seperti iFarmer, Numu, IZY.ai, dan Privoshop, dalam program 100 hari.

“Untuk tahap pendanaan, kami fokus ke startup pra-seri A yang memiliki traksi, produknya berasal dari pengalaman pengguna, dan punya model bisnis yang kuat. Jika Anda tidak yakin apakah Anda cocok untuk ikut program ini, kami mendorong para pemula untuk mendaftar untuk melalui prosesnya, agar dapat pemahaman tentang apa yang dicari investor dan akselerator.”

Dari 19 startup binaan dari batch sebelumnya, 10% di antaranya datang dari Indonesia. Nama-namanya adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. “Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, kami selalu mencari kesempatan bermitra dengan startup dan mitra.”

Di luar program, Accelerating Asia bekerja sama dengan jaringan angel investor lokal ANGIN untuk membangun jaringan, entah berbentuk webinar, event untuk membangun portofolio, negosiasi kesepakatan dengan angel investor yang tertarik menjadi LP atau berinvestasi bersama. Pihak ANGIN juga memfasilitasi koneksi startup, dan berkomitmen untuk terlibat dengan founder lokal melalui berbagai program.

“Kami juga bekerja erat dengan investor di berbagai tingkatan dalam ekosistem startup Indonesia, seperti family offices, VC, angel investor. Beberapa dari mereka telah berinvestasi ke Fund kami dan/atau co-invest bersama Accelerating Asia di startup portofolio kami,” tutupnya.

Kesenjangan Ekosistem Startup Indonesia

Accelerating Asia Menilai Masih Ada Kesenjangan di Ekosistem Startup Indonesia

Lanskap investasi dan ekosistem startup di Indonesia diprediksi terus bertumbuh di tahun mendatang. Namun Co-founder Enterprenuer in Resedince and Program Director Accelerating Asia Craig Dixon menilai kesenjangan masih terjadi pada ekosistem ini.

Sebagai akselerator yang fokus di Asia Tenggara, Dixon melihat ada dua kesenjangan, yakni pendanaan startup tahap awal (seed) dan investor. Dari sisi startup, masalah ini dialami mereka yang belum punya traction dan model bisnis yang scalable. Selain sulitnya mencari pendanaan, startup belum punya pengalaman untuk mengelola investasi.

“[Kalau] investor cari jutaan dolar, mereka tidak tahu cara menggunakannya secara efisien untuk membangun bisnis yang lebih besar. Ini yang kami fokuskan, ketika program selesai, mereka bisa lebih siap [mencari dana] ke VC, dan bisa bergerak lebih independen,” ujar Dixon di sela wawancara media di Jakarta.

Dari sisi investor, Dixon juga menilai Indonesia kekurangan investor yang cerdas. Menurutnya, investor yang berinvestasi di sini cenderung duduk diam dan menunggu hasil. Mereka tidak tahu cara berinvestasi dan lebih berkompetisi secara jumlah deal.

Maka itu, ujar Dixon, Accelerating Asia masuk untuk mengisi kesenjangan yang terjadi di ekosistem ini. Jika kesenjangan pendanaan diatasi lewat program akselerasi, ia juga menjalankan program workshop bagi investor.

“Kami sudah pernah menjalankan dan punya program workshop untuk angel investor. Kami coba edukasi both sides, yaitu startup dan investor. Kegiatan ini bakal bagus [jika] dijalankan di Indonesia,” paparnya.

Di samping itu, Dixon menilai program akselerasi independen yang dijalankannya memberinya keleluasaan dalam mendorong pertumbuhan startup. Menurutnya, program akselerasi yang disponsori pemerintah atau korporasi dinilai melemahkan posisi startup yang valuasinya belum seberapa.

Di Asia Tenggara tidak ada program independen karena kebanyakan disponsori oleh pemerintah atau korporasi yang memutuskan term investasinya. Kebanyakan akselerator kasih pendanaan $10 ribu-$25 ribu ke startup yang valuasinya belum tinggi,” tuturnya.

Penyebaran investasi dan model bisnis yang berbeda

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menelurkan sejumlah unicorn. Dixon menilai pencapaian ini menjadi sinyal baik bagi ekonomi digital di Indonesia. Pasalnya, ada kemungkinan mereka yang bekerja di unicorn sejak awal, keluar dari perusahaan dan membangun startup sendiri. Fenomena ini sudah banyak terjadi di Silicon Valley.

Di tahun-tahun mendatang, Dixon menantikan penyebaran investasi startup di Indonesia tak lagi terbatas pada unicorn atau startup dengan valuasi tinggi saja. Ia menyebutkan sebanyak triliunan dolar AS masuk ke Asia Tenggara, tetapi 80 persen masuk ke unicorn. Tidak meninggalkan sisa bagi startup-startup yang baru tumbuh.

Demikian juga model bisnis, ia berharap Indonesia dapat menelurkan startup dengan model yang berbeda dari yang sudah dijalankan oleh unicorn Indonesia, seperti Gojek dan Tokopedia.

“Di sisi lain, saya ingin lihat lebih banyak startup berkesempatan menghasilkan pendapatan dengan model bisnis berbeda, tidak seperti WeWork dan Uber. Memang uang masuk ke investor dan kelas menengah jadi kaya, tapi di mana nilai kreasi yang sesungguhnya?” Tutupnya.

Program akselerasi angkatan kedua dimulai

Accelerating Asia mengumumkan program akselerasi angkatan keduanya yang akan dimulai pada Januari 2020. Sama seperti program pendahulu, tahapan kedua ini akan fokus pada startup di tahap awal (early stage).

Dixon menyebutkan tidak ada sektor tertentu yang menjadi kriteria utama program ini. Akan tetapi, ia menyebutkan program akselerasi ini akan cenderung ke segmen B2B.

Hal ini karena ia, jaringan mentor, dan investor yang tergabung di dalamnya kebanyakan memiliki latar belakang dan pengalaman kerja di bidang B2B. “Ini semacam legacy makanya program yang kami buat juga kebanyakan fokus pada B2B,” ujarnya di sela Media Interview di Jakarta.

Accelerating Asia adalah akselerator independen berbasis di Singapura. Mereka baru saja meluluskan peserta program angkatan pertama yang telah menyelesaikan kegiatan akselerasi selama empat bulan. Dari ke-10 peserta, Datanest adalah satu-satunya dari Indonesia.

Adapun, pendaftaran program akselerasi angkatan kedua telah dibuka sejak pekan ini dan akan ditutup pada November mendatang.

Program Akselerator muru-D Singapura Umumkan Pendaftaran Gelombang Ketiga

muru-D Singapura, program akselerator startup global yang didukung Telstra, umumkan pembukaan pendaftaran program untuk gelombang ketiga. muru-D akan memilih sepuluh startup digital untuk berpartisipasi dalam program selama enam bulan, dimulai pada September 2017 mendatang.

Fasilitas yang disiapkan muru-D untuk 10 startup terpilih di antaranya bantuan modal awal sebesar 60 ribu dolar Singapura, akses ke berbagai dukungan bisnis selama enam bulan, fasilitas ruang kerja kolaboratif di pusat distrik bisnis Singapura, perjalanan ke Silicon Valley, hingga kesempatan berkenalan dengan sejumlah mentor pembimbing dan investor kelas dunia serta ahli dari Telstra.

“Komunitas startup di Asia Tenggara terus berkembang dan ketika pemerintah lokal terus meningkatkan investasi di sektor-sektor penting seperti kecerdasan buatan, analisis data, teknologi pengobatan, dan manufaktur dengan teknologi terkini. Maka kami memiliki misi untuk berinvestasi di ekosistem lokal, yang memungkinkan para talenta digital untuk berkembang,” terang Entrepreneur in Residence muru-D Singapura Craig Dixon dalam keterangan resmi.

Sedikit berbeda dari gelombang sebelumnya, muru-D akan mengadopsi instrumen pendanaan terbaru yaitu Simple Agreement for Future Equity (SAFE). Instrumen tersebut dapat memudahkan syarat pengumpulan dana dan memastikan muru-D akan terus menarik talenta digital terbaik. muru-D diklaim sebagai akselerator pertama yang mengadopsi SAFE di Asia Tenggara.

SAFE adalah sistem keuangan dengan ketentuan yang lebih sederhana dan lebih ramah terhadap startup. Sistem ini menyediakan investasi kepada perusahaan yang dikonversi menjadi ekuitas ketika startup telah menyelesaikan program pertamanya, tentunya hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dixon menilai, lewat perjanjian model baru ini memosisikan struktur pendanaan muru-D sejalan dengan praktik terbaik di dunia. Serta memastikan startup lulusan muru-D bisa mendapatkan penawaran terbaik, sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan bisnis berkesinambungan berskala global.

“SAFE notes akan memungkinkan muru-D untuk menarik perhatian, baik itu startup fase awal atau akhir dan kami percaya bahwa program kami akan terus menambahkan nilai untuk mereka.”

Pada gelombang kedua di tahun lalu, tiga startup asal Indonesia berhasil menyelesaikan program pelatihan selama enam bulan setelah melalui proses seleksi ketat oleh muru-D dan Indigo. Adapun ketiga startup tersebut adalah amtiss, Teman Usaha, dan Zelos.

amtiss adalah startup yang membantu perusahaan tambang untuk meningkatkan uptime dan masa ketahanan alat berat lewat standardisasi proses pemeliharaan dan optimasi konsumsi sumber daya. Sedangkan Teman Usaha adalah aplikasi yang memungkinkan UKM lokal untuk membandingkan dan mengajukan pinjaman secara cepat.

Terakhir, Zelos adalah startup perekrutan talenta berbakat generasi millennial lewat konten visual dan tes yang sudah disesuaikan dengan budaya saat ini.

Hingga saat ini, muru-D telah meluluskan 17 startup dari seluruh Asia Tenggara sejak gelombang pertama. Sebanyak delapan startup dari gelombang kedua telah menyelesaikan program, secara keseluruhan telah menambah 12 ribu pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan lebih dari 300 ribu dolar Singapura selama prosesnya.