Tag Archives: creative hub

operator coworking space CoHive mengumumkan cabang kedua di Surabaya dengan menggaet TIFA Properti sebagai mitra di Graha Bukopin Surabaya (GBS)

CoHive Perkuat Bisnis di Surabaya, Menanti Terobosan Bisnis Coworking Space Tahun Depan

Hari ini (22/12), operator coworking space CoHive mengumumkan cabang kedua di Surabaya dengan menggaet TIFA Properti sebagai mitra di Graha Bukopin Surabaya (GBS) untuk lantai 7, 8 , dan 12. Di lokasi teranyar ini diklaim menjadi coworking terbesar bertaraf internasional di Jawa Timur dengan total wilayah seluas 2500 square/meter.

CoHive pertama kali merambah ke Surabaya pada Oktober 2019 dengan menggaet Tanrise Property.

Surabaya dipilih karena menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kota ini memiliki pelaku ekonomi kreatif terbesar di Indonesia yakni 6,41% di tahun 2016. Pemkot Surabaya di bawah kepemimpinan Walikota Tri Rismaharini telah menunjukkan komitmen untuk mendukung perekonomian kreatif melalui berbagai inisiatif, seperti “Pahlawan Ekonomi Surabaya” yang telah memberdayakan lebih dari 5,000 ibu rumah tangga untuk membangun usaha kecil mereka.

“Selain pertumbuhan industri ekonomi kreatif yang begitu pesat, member CoHive cukup banyak yang ingin ekspansi ke Surabaya, sehingga dengan munculnya cabang kedua, akan memudahkan member CoHive yang ingin mencari ruang kerja baru di Surabaya,” ucap CEO CoHive Chris Angkasa dalam keterangan resmi.

Berbekal data dari BPS di atas, sejalan dengan komitmen CoHive yang ingin menjadi wadah ekosistem pengusaha untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan startup di Surabaya yang kian berkembang. Juga, memberikan akses jejaring bisnis yang lebih luas.

“Selain menyediakan akses terhadap komunitas dan jejaring bisnis, CoHive menjawab kebutuhan usaha kecil-menengah akan ruang kerja yang fleksibel dan terjangkau.”

Chris melanjutkan, di lokasi ini perusahaan menawarkan berbagai jenis keanggotaan seperti daily pass, team desk, dan private office. Ruang lain yang disediakan, antara lain meeting room dengan sistem sewa per jam.

Pekan lalu, Chris resmi diumumkan sebagai CEO baru CoHive menggantikan Jason Lee yang kini menempati posisi Presiden CoHive. Sebelumnya Chris mendirikan Clapham Collective di Medan pada 2015. Pasca Clapham dan CoHive (saat itu EV Hive) pada 2017, ia terus terlibat di dalam CoHive sebagai salah satu anggota Dewan Penasihat perusahaan.

Proyeksi bisnis coworking pada 2021

Bisnis coworking space termasuk banyak industri yang terkena imbas akibat pandemi. Dalam tulisan DailySocial sebelumnya, disebutkan pada tiga bulan pertama pandemi okupansi hampir 0% karena mayoritas anggota menutup lokasinya selama dua sampai tiga bulan. Data tersebut dihimpun dari mini-survei yang dibuat oleh Asosiasi Coworking Indonesia. Survei ini diikuti oleh 30%-40% anggota dari total 250 anggota yang mewakili sekitar 100 bisnis coworking space.

Sekarang kondisi sudah mulai berangsur membaik karena pelonggaran PSBB secara bertahap di kota-kota besar, meski belum 100% kembali ke kondisi sebelum pandemi.

Dalam wawancara terpisah bersama DailySocial, Chris menuturkan masih berada dalam posisi wait and see dengan situasi pasar. Perlu pengamatan cermat karena perilaku pekerja akan berubah. Namun untuk konteks Indonesia, sambungnya, perilaku pekerja tidak akan berubah total, terutama yang berhubungan dengan tangible capital, tentu saja demand dari physical space masih ada.

“Secara tradisional, permintaan ini masih bisa dipenuhi oleh bisnis penyewaan ruang secara konvensional. Namun untuk sektor jasa atau teknologi, permintaan ruang kerja akan berkurang karena kebanyakan jenis kerja yang dilakukan banyak yang bisa dilakukan di luar kantor, misalnya di rumah atau kedai kopi.”

Oleh karenanya, terkait strategi perusahaan pada tahun depan, ia mengaku sulit melakukan proyeksi karena sekarang berhadapan dengan dunia yang berbeda dengan masa lalu. “Jadi kita tidak bisa ekstrapolasi data di masa lalu ke masa depan. Mungkin dalam 3-6 bulan, kita bisa memiliki pandangan yang lebih jelas akan landscape bisnis di tahun mendatang.”

CoHive sendiri termasuk salah satu operator coworking space dengan jaringan terluas di Indonesia. Mereka mengoperasikan 30 lokasi dengan total luas gedung mencapai 60 ribu meter persegi di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya. Dalam pantauan DailySocial, CoHive menutup lokasi di Bali yang kemungkinan besar terjadi pada tahun ini.

Menyambung dari situ, mengutip dari hasil laporan DSResearch “Lanskap Creative Hub di Indonesia 2020” yang disusun bersama Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif, menyatatkan pandemi bisa jadi mendorong lebih banyak pekerja untuk menggunakan creative hub (sebutan dari coworking space) sebagai opsi tempat kerja fleksibel.

Para operator pun melakukan adaptasi model bisnis untuk menyesuaikan dengan situasi, seperti periode pembatalan yang lebih santai, atau harga yang lebih rendah untuk anggota baru dan promo untuk anggota aktif; menerapkan standar sanitasi; menentukan target market dan mengembangkan inovasi dalam strategi marketing; preferensi kantor privat, dan sebagainya.

Meski coworking space mengalami penurunan pengguna, namun ke depannya akan menjadi pilihan yang lebih cocok untuk perusahaan yang ingin menghemat pengeluaran ketimbang harus sewa bangunan fixed. “Peluang bisnis seperti ini mungkin belum terlihat nilainya, tetapi dalam mengatasi tantangan saat ini akan bisa menempatkannya pada antrean terdepan untuk bisa dimanfaatkan pada waktunya,” tulis laporan tersebut.

Masih dalam laporan yang sama, keberadaan coworking space di suatu kota sebenarnya amat memengaruhi pertumbuhan industri startup atau pengguna. Di Yogyakarta, disebutkan ada banyak perusahaan dari luar negeri, seperti Singapura yang mulai mencari talenta-talenta di Indonesia.

Setiap tahunnya ada sekitar 50 startup baru yang mencoba talenta di Yogyakarta. Alhasil, semakin banyak startup, semakin besar peranan coworking space. “Jadi kalau ada startup yang tertarik berekspansi ke luar negeri atau di dalam negeri, mereka pasti lebih suka memiliki kantor di coworking space,” kata CEO Waktukita.com, Ilham selaku pengguna Block71 di Yogyakarta.

Selain dari aspek konteks wilayah, salah satu penawaran yang cukup menjanjikan di masa depan adalah fasilitas online dari creative hub. Creative hub akan tetap berkembang selama dapat mengoptimalkan dan meningkatkan penggunaan perangkat online.

Sebagaimana diungkapkan oleh CEO Growpal Paundra selaku pengguna Block71 Jakarta, akomodasi untuk acara melalui platform online lebih mudah karena terbatasnya jumlah pengguna yang dapat berkumpul seperti sebelumnya. Upaya ini sejalan dengan kebiasaan orang yang telah beralih ke aktivitas online sejak pandemi.

Laporan DSResearch tentang tren dan perkembangan layanan creative hub di Indonesia untuk mendukung pengembangan UKM dan usaha rintisan.

Laporan DSResearch: Lanskap Creative Hub di Indonesia 2020

Creative hub adalah fasilitas yang dikembangkan untuk mendukung semangat kewirausahaan, bentuknya bisa berupa tempat fisik maupun virtual; untuk mempertemukan orang-orang kreatif dengan berbagai spesialisasi. Selain membuka jejaring, berbagai agenda bertajuk pengembangan bisnis/personal turut diselenggarakan di fasilitas tersebut. Kehadirannya cukup relevan, seiring adanya tren pengembangan UKM atau startup, khususnya di kalangan muda.

Ditinjau dari bentuknya, di Indonesia ada beberapa jenis creative hub yang tersebar di berbagai kota. Di antaranya direpresentasikan dalam coworking space, pusat pelatihan, inkubasi, hingga sistem informasi (virtual). Adapun layanannya mencakup ruang kerja, studio, ruang rapat, dll yang dilengkapi dengan fasilitas seperti konektivitas internet, program konsultasi, hingga dukungan bisnis lainnya.

Untuk melihat lebih detail sejauh mana perkembangan creative hub di Indonesia, DSResearch bekerja sama dengan Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, menyusun sebuah laporan riset bertajuk “Lanskap Creative Hub di Indonesia”.

Beberapa fokus pembahasan yang dirangkum meliputi:

  • Perkembangan creative hub di Indonesia; mengamati perkembangan creative hub dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya tren, model bisnis, dan pelaku industri yang terlibat. Salah satu data menarik yang berhasil dirangkup, saat ini ada lebih dari 300 coworking space yang beroperasi di seluruh Indonesia.
  • Sudut pandang pelaku/pengelola creative hub; menyingkap tantangan, peluang, dampak sosial dan ekonomi dari kehadiran creative hub di berbagai daerah. Termasuk mengamati bagaimana pandemi Covid-19 berdampak pada operasional bisnis unit-unit creative hub di berbagai wilayah.
  • Sudut pandang pengguna layanan creative hub; menggali perspektif dari pengguna layanan creative hub; beberapa pemain yang diwawancara termasuk Fitco, Growpal, Tanihub, Vutura, dan Waktukita. Di dalamnya termasuk memaparkan pertimbangan mereka memilih layanan coworking space untuk mendukung operasional bisnis.
  • Peranan regulator di pengembangan creative hub; mengilas aspek regulasi dan dukungan pemerintah dalam pengembangan creative hub di Indonesia.
  • Proyeksi masa depan creative hub di Indonesia; mendalami masukan pelaku bisnis dan pengguna soal optimasi layanan creative hub untuk mendukung ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Termasuk peluang kolaborasi antarpemain dan pemangku kepentingan.

Data dan ulasan selengkapnya dapat dipelajari melalui laporan yang dapat diunduh melalui tautan berikut ini: Lanskap Creative Hub di Indonesia 2020.


Disclosure: DSResearch bekerja sama dengan Kemenparekraf RI dalam penyusunan laporan ini. Kementerian ini membawahi unit khusus Baparekraf yang menaungi pelaku kreatif dan usaha rintisan di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resminya: https://www.kemenparekraf.go.id/

Tri Luncurkan Aplikasi bima+ sebagai “Creative Hub” Pelaku Industri Kreatif

Industri kreatif Indonesia sekarang mulai banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Tri Indonesia. Dalam rangka mendukung pemberdayaan generasi muda, perusahaan pengusung operator seluler tersebut menghadirkan sebuah aplikasi digital bima+ sebagai panggung digital dan creative hub untuk berkarya.

“Kami percaya Indonesia memiliki  sumber daya yang luar biasa, yaitu kreativitas anak bangsa yang tidak akan habis nilainya. Mereka kreatif, berbakat dan mempunyai keinginan kuat untuk menunjukkan karya mereka hingga ke tingkat global,” ujar Presiden Direktur Tri Indonesia Randeep Singh Sekhon.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Triawan Munaf yang turut hadir dalam acara peluncurannya aplikasi mengungkapkan apresiasinya terhadap Tri yang telah menyediakan wadah baru untuk mempromosikan produk kreatif anak bangsa.

“Apresiasi kami untuk Tri yang telah menyediakan wadah baru untuk mempromosikan produk kreatif anak bangsa. Wadah promosi sangat diperlukan bagi para pelaku industri kreatif. Kami juga mengajak banyak korporasi untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif Indonesia, salah satu nya seperti yang dilakukan Tri saat ini,” ujar Triawan .

Tri melalui peluncuran aplikasi creative hub ini mengajak semua masyarakat Indonesia yang memiliki talenta dan kreasi di industri kreatif mulai dari musik, film, game, fesyen, desain, dan ragam produk kreatif lainnya untuk bergabung di bima+ untuk terhubung dengan 56,8 juta pelanggan Tri dan pengguna operator seluler lainnya di seluruh Indonesia.

“Pelanggan Tri mayoritas millennial dan konsumen data, baik 3G maupun 4G.  Mereka menggemari berbagai konten streaming termasuk juga belanja online.  Kami berharap bima+ bisa menghubungkan seluruh anak muda di Indonesia dengan semua karya anak bangsa,” ujar Chief Commercial Officer Tri Indonesia Dolly Susanto.

Dolly juga menambahkan melalui aplikasi bima+ masyarakat bisa menemukan keseruan dalam menikmati streaming beragam jenis film, musik dan game yang telah terkurasi, juga beragam konten lainnya lengkap dengan layanan chat room yang telah disediakan.

“Hadirnya bima+ diharapkan dapat menjadi satu wadah buat seluruh anak bangsa untuk  semakin terhubung dalam satu creative hub di satu virtual mall.  Sehingga jutaan ambisi anak bangsa, dapat terus terwujud. Ini adalah komitmen kami untuk mewujudkannya,” tutup Dolly.

Application Information Will Show Up Here

ClickSquare dan 7th Sky Foundation Siapkan Creative Hub di Bandung

Indonesia tengah berada pada posisi semangat tinggi dalam menggerakkan potensi industri kreatif digital. 7th Sky Foundation, sebuah yayasan yang berada di Bandung, sedang merencanakan pembangunan creative hub yang rencananya akan bertempat di ClickSquare. Ada beberapa jenis industri kreatif yang masuk dalam rencana program mereka, salah satu dan yang paling besar adalah sektor teknologi informasi.

7th Sky Foundation bekerja dengan membagi programnya ke dalam beberapa komite. Programnya dimulai dengan mengumpulkan komunitas-komunitas untuk berkumpul dan menjalin hubungan satu sama lain untuk memudahkan kolaborasi maupun sharing ilmu yang mereka miliki. Creative hub yang direncanakan ini juga nantinya akan berperan mirip seperti inkubasi startup, lengkap dengan proses transfer ilmu di dalamnya.

Salah satu orang yang bertanggung jawab atas komite IT untuk program ini Andry Alamsyah. Kepada DailySocial, ia bercerita bahwa creative hub dan program pengembangan komunitas ini akan berusaha memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang. Saat ini menurut Andry pihaknya di komite IT telah mencoba menggandeng beberapa komunitas IT untuk menjadi bagian program. Creative hub tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi sarana yang tepat untuk akselerasi talenta-talenta yang ada sekaligus memberikan kesempatan untuk bekerja sama.

Banyaknya komite dan sektor kreatif yang tengah diupayakan yayasan 7th Sky. Khusus untuk IT yang berada di bawah tanggung jawab Andry, kedaulatan IT akan menjadi visi utama mereka. Baik itu dari segi data maupun aplikasi.

Untuk misi, pria yang kesehariannya juga aktif sebagai dosen Telkom University ini menjelaskan:

“Misi kita (untuk) tingkatkan potensi mereka melalui edukasi, kolaborasi, dan inkubasi, sehingga muncul talent yang kompetitif dan punya jiwa entreprenuer. Nantinya keluarnya akan jadi bentuk startup. Mereka melihat permasalahan di sekitar, muncul idenya.”

Apa yang dilakukan 7th Sky Foundation dengan program creative hub ini adalah cerminan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia mulai dipandang banyak pihak. Andry sendiri berharap akan ada beberapa startup yang lahir dari program yang dijalankannya tahun ini.

“Creative Hub!” Terpilih Sebagai Pemenang Kontes Nama GEPI

Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah mengumumkan pemenang kontes pencarian nama co-working space besutan GEPI sendiri. Nama co-working space yang terpilih sebagai akan menjadi nama untuk program inkubator komunitas startup Indonesia. Setelah melalui proses kompetisi, penilaian dilakukan dengan sistem voting terbuka, telah ditentukan nama yang menjadi pemenangnya adalah “Creative Hub!” yang di-submit oleh oleh Salman S.

(null)

Segera Hadir di Yogyakarta: HackerSpaceYK

Para pembaca DailySocial mungkin pernah atau sering menyimak di Twitter maupun Google+ tentang informasi HackerSpace di kota Yogyakarta dari beberapa anggota komunitas Bancakan 2.0. Akhir bulan ini HackerSpaceYK – HackerSpace Yogyakarta akan segera dibuka.

Berawal dari apa yang dilakukan oleh rekan-rekan FOWAB di Bandung yang mendirikan HackerSpaceBDG, kemudian disusul HackerSpace lainnya di kota besar seperti Surabaya, sekarang akan hadir di kota Yogyakarta dan akan dikelola oleh rekan-rekan Bancakan 2.0.

Bancakan 2.0 adalah komunitas startup dan developer di Yogyakarta, komunitas ini mengadakan meetup setiap dua bulan sekali dengan mendatangkan pembicara yang berkecimpung di dunia startup dan developer, baik itu dibidang web atau mobile. Pada bulan Februari kemarin Bancakan 2.0 mengadakan ulang tahun yang pertama sekaligus meetup ke 8 dan meetup paling akhir yang diadakan komunitas ini.

Continue reading Segera Hadir di Yogyakarta: HackerSpaceYK