Tag Archives: credit saison

JULO Is Said to Receive 504 Billion Rupiah Series B Funding Led by Credit Saison

Fintech lending startup JULO reportedly received series B funding of $35.3 million or over 504 billion Rupiah, led by Credit Saison Asia Pacific. According to our source, also participated in this round subsidiaries of Saratoga, PT Surya Nuansa Stories, along with Quona Capital, AC Ventures, Gobi Partners, and Central Capital Ventura (CCV).

DailySocial.id has tried to contact JULO’s representatives, but there is no confirmation until this news was published.

JULO was previously announced its series A funding in September 2019 worth of $10 million. The round was led by Quona Capital, with participation from other investors, including Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, and Convergence Ventures (before merging into AC Ventures).

Focus on fintech products

Currently, Julo is expanding its lending business through the JULO Kredit Digital product in order to extend the loan function for various types of transactions. Previously, it is only available for cash loans transferred by JULO to the borrower’s account.

JULO’s Co-founder & CEO, Adrianus Hitijahubessy said, the transformation of this product was encouraged by the needs of the people who started to fully shifting into digital in daily transactions. Although JULO still focuses on productive loans, according to company data, 3/4 borrowers use their credit limit for non-consumptive purposes.

“Instead of activities that improve their living standard, such as small business capital, paying school fees, renovating houses, consumptive is also on the list, but we don’t mind it. For us, after going through strict underwriting, they pass credit worthiness, they deserve the freedom to [use the limit] whatever their needs,” he said.

JULO Kedit Digital offers a credit limit up to Rp15 million with a tenor of up to nine months and an interest of 0.1% per day. As for the payment, it can be done using the monthly installment method, thereby easing the burden on users’ expenses.

The limit can be used for e-commerce transactions with JULO partners, paying bills, top-up e-wallet, cash loans, transfer, and scanning QRIS transactions. In presenting the transfer feature to e-wallet and QRIS, JULO collaborates with partners.

The expansion of the JULO credit limit function has actually been operated by other lending players, including Akulaku and Kredivo, which offer various digital transactions in their application.

This new product also removes JULO’s old products, JULO Cicil and JULO Mini. Adrianus said the two products have become part of the JULO digital credit as they have the same function. “In fact, we have expanded its features because basicallyits the same spirit, in the past we could pay off bills for up to six months, now we can expand it to nine months.”

Based on company statistics, JULO has disbursed loans amounting to Rp2.44 trillion with Rp401 billion in total outstanding loans since it was first established. Meanwhile, the total borrowers reached 337,000 people. In 2021 alone, the company disbursed Rp1.06 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri B Julo

JULO Umumkan Pendanaan Seri B 1,1 Triliun Rupiah dari Credit Saison [UPDATED]

Startup fintech lending JULO mengonfirmasi perolehan pendanaan Seri B sejumlah $80 juta dari Credit Saison dengan kombinasi $30 juta ekuitas dan $50 juta fasilitas kredit. Angka yang dikonfirmasi ini lebih tinggi dari informasi yang diperoleh DailySocial.id sebelumnya sebesar $35,3 juta pada 7 Februari 2022.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (13/4), pendanaan ekuitas ini akan dimanfaatkan JULO untuk mengembangkan sistem analisa data, pengembangan produk, marketing, serta rencana akuisisi nasabah dengan menambah Sumber Daya Manusia (SDM) di tim developer, data scientist dan business intelligence. Sedangkan, $50 juta fasilitas kredit akan dialokasikan untuk memfasilitasi dana pinjaman pada platform JULO.

Senior Managing Executive Officer and Head of Global Business Credit Saison Co., Ltd. Kosuke Mori menyampaikan pendanaan dari Credit Saison kepada JULO merupakan bagian dari upaya berkesinambungan perusahaan untuk memperkuat layanan teknologi finansial yang mengalami pertumbuhan secara signifikan di luar Jepang. Dengan dukungan dalam bentuk  penyediaan modal dan operasional strategis, investasi kali ini menandai langkah ekspansi Credit Saison ke pasar fintech Indonesia yang potensial dan bertumbuh secara pesat.

Selaku pihak investor, Credit Saison akan berperan secara aktif – terutama dalam fase hyper-growth JULO – dengan melakukan observasi bersama untuk setiap potensi pengembangan bisnis ke depannya. Strategi investasi berikut dikembangkan oleh Credit Saison melalui Saison Capital, perusahaan modal ventura yang berfokus pada startup dengan peluang untuk mengembangkan kapabilitas finansial.

“Untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, inovasi kredit perlu disertai dengan pemahaman perilaku dan kebutuhan konsumen secara mendalam. Sebagai hasilnya, JULO tetap bertumbuh di tengah situasi pandemi COVID dengan pencairan kredit lebih dari US$ 300 juta sampai saat ini. Kami sangat menantikan kerja sama dengan JULO untuk dapat mengakselerasi akses produk keuangan lebih jauh dan dapat membawa perubahan signifikan untuk perkembangan ekonomi di Asia Tenggara,” ucap Mori.

JULO terakhir kali mengumumkan secara resmi pendanaan seri A pada September 2019 sebesar $10 juta. Putaran itu dipimpin oleh Quona Capital, dengan partisipasi dari investor lain, seperti Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures (dulu belum merger menjadi AC Ventures).

Fokus produk fintech JULO

Saat ini Julo memperluas bisnis lending-nya melalui produk JULO Kredit Digital demi memperluas fungsional plafon pinjaman untuk berbagai jenis transaksi. Sebelumnya, plafon hannya bisa digunakan untuk pinjaman tunai yang ditransfer JULO ke rekening peminjam.

Co-founder & CEO JULO Adrianus Hitijahubessy mengatakan, transformasi produk ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat yang kini serba digital saat bertransaksi sehari-hari. Meski JULO masih fokus pada pinjaman produktif, namun dalam data perusahaan ternyata 3/4 peminjam menggunakan limit kreditnya untuk bukan untuk tujuan konsumtif.

“Melainkan aktivitas yang meningkatkan taraf hidupnya, seperti modal usaha kecil-kecilan, bayar uang sekolah, renovasi rumah. Ada juga yang konsumtif, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Bagi kami setelah melalui underwriting yang ketat, mereka lolos kelayakan kredit, ya diberi kebebasan [menggunakan limit] apa pun kebutuhan mereka,” terangnya.

Berbeda dengan fasilitas kredit konvensional, JULO memberikan fasilitas limit kredit yang dapat diakses kapan saja setelah melewati satu kali pengajuan mandiri melalui smartphone. Skoring kredit berkesinambungan dilaksanakan dengan penerapan machine learning selama siklus kredit serta manajemen risiko berbasis lebih dari 5.000 variabel data untuk pengecekan identitas, pemeriksaan affordability, kelayakan kredit, dan deteksi fraud.

Diklaim, saat ini lebih dari 500.000 masyarakat Indonesia telah menggunakan fasilitas kredit digital JULO setiap harinya untuk tarik dana, kirim dana, isi pulsa, bayar tagihan listrik, isi ulang dompet digital, dan pembayaran e-commerce. Dalam menghadirkan fitur transfer ke e-wallet dan QRIS ini, JULO bekerja sama dengan mitra.

JULO Kredit Digital menawarkan limit kredit digital sampai Rp15 juta dengan tenor sampai dengan sembilan bulan dan bunga 0,1% per hari. Adapun untuk pembayarannya dapat dilakukan dengan metode cicilan bulanan, sehingga meringankan beban pengeluaran pengguna.

Meluasnya fungsional limit kredit JULO ini, sebenarnya juga sudah dilakukan oleh pemain lending lainnya, di antaranya Akulaku dan Kredivo yang menawarkan berbagai transaksi digital di dalam aplikasinya.

Produk baru ini sekaligus menghapus produk lama yang dimiliki JULO, yakni JULO Cicil dan JULO Mini. Adrianus menuturkan kedua produk tersebut sudah menjadi bagian dari kredit digital JULO karena memiliki fungsi yang sama. “Kita justru perluas fitur-fiturnya karena pada dasarnya semangatnya sama, dulu bisa mencicil tagihan hingga enam bulan, sekarang diperluas sampai sembilan bulan.”

Berdasarkan statistik perusahaan, sejak pertama kali JULO didirikan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp2,44 triliun dengan Rp401 miliar total pinjaman outstanding. Sementara untuk total peminjamnya sebanyak 337 ribu orang. Pada tahun 2021 saja, perusahaan menyalurkan sebesar Rp1,06 triliun.

Pada 2021, jumlah pencairan kredit berkembang lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. JULO menargetkan pertumbuhan loan book lebih dari 5 kali lipat untuk periode satu tahun ke depan.

*) Kami menambahkan keterangan resmi dari JULO

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Bukukas

BukuKas Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 134 Miliar Rupiah

BukuKas, startup yang menawarkan solusi pengelolaan finansial bagi UKM mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan pra-seri A sebesar $9 juta atau setara dengan 134 miliar Rupiah. Investor baru yang terlibat putaran pendanaan kali ini adalah Surge (program akselerator milik Sequoia Capital India), Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital.

Investor di tahap sebelumnya yakni Prasetia Dwidharma juga turut terlibat lagi dalam pendanaan ini. Dengan pendanaan kali ini secara keseluruhan BukuKas telah membukukan pendanaan senilai $12 juta.

Dihubungi DailySocial, Co-founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengaku pihaknya sedang membangun ekosistem layanan yang mampu menyentuh berbagai aspek untuk kemudahan mitra merchant mereka yang tersebar di 700 kota di Indonesia. Untuk saat ini fitur atau layanan yang sedang dipersiapkan mencakup layanan invoice, manajemen inventori, dan beberapa hal lain yang sesuai dengan kebutuhan UKM.

“Kesulitan para pedagang tidak terbatas pada manajemen keuangan. Kami bermaksud untuk menawarkan lebih banyak layanan digitalisasi kepada merchant oleh kami sendiri atau melalui kemitraan,” sambung Krishnan.

Krishnan turut mengatakan, para investor cukup antusias melihat peluang pasar yang besar dan pengalaman para founder yang sudah 8 tahun berjibaku di pasar Indonesia. Termasuk semangat dan obsesi tim BukuKas untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi UKM di Indonesia.

Gambaran Persaingan

Di Indonesia BukuKas baru berjalan selama 8 bulan. Kendati demikian menurut Krishnan mereka telah berhasil menjangkau banyak kota yang berada di luar tier 1 dan termasuk ke berbagai jenis usaha. Ini juga yang menjadi salah satu bukti bahwa konsep manajemen keuangan untuk UKM seperti BukuKas bisa jadi sangat fleksibel. Wajar jika potensi ini coba dilirik pemain lain seperti BukuWarung dan Kasvlo.

BukuWarung belum lama ini juga mengumumkan penggalangan dana pra-seri A yang dipimpin Quona Capital, padahal tiga bulan sebelumnya mereka baru saja merampungkan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Sementara Kasvlo baru mengumumkan kehadirannya pada Juni kemarin.

Menanggapi persaingan ini Krishnan cukup optimis dengan pengalaman dan pengetahuan mereka terhadap produk dan pasar di Indonesia.

“Kekuatan inti kami terletak pada pengetahuan kami tentang para merchant, tentang denyut nadi dan pain point mereka. Ini memang pasar yang kompetitif tetapi kami fokus pada apa yang kami kuasai, yaitu mendengarkan pengguna, fokus pada produk dan teknik, dan eksekusi cepat. Ini telah menunjukkan hasil sejauh ini dan kami yakin itu akan terus berlanjut,” terang Krishnan.

“Meskipun ekosistem pengelolaan keuangan digital sedang dan akan tetap kompetitif, kami juga melihat banyak peluang bagi pemain yang berbeda untuk bermitra bersama untuk melayani pengguna dengan lebih baik,” lanjutnya.

Menuju ulang tahun pertamanya tampaknya BukuKas masih terus berambisi untuk menjangkau lebih banyak pengguna dan mencari solusi terbaik untuk permasalahan-permasalahan UKM.

“Kini mengarungi 2020 BukuKas menetapkan tiga fokus utama mereka ada pada meningkatkan pengalaman merchant dalam menggunakan platform mereka, menambahkan beberapa fitur kunci yang berguna, dan membantu merchant untuk menghadapi pandemi ini,” ujar Krishnan pada wawancara Mei silam.

Application Information Will Show Up Here

BukuKas Provides Bookkeeping Digital Platform for Fellow SMEs

There is a trend that circulates Indonesian startup industry for the past two years. It is the rise of services aimed at SME’s sector. The objective, in addition to transformation, is also to build a capable ecosystem to improve the SME sector. One of the startups is BukuKas. The company founded by Krishnan Menon offers a service that is ready to empower SMEs through improving financial records.

After his return to India to accompany his ailing father, Menon finally decided to start over a career in the Indonesian startup industry with BukuKas in August 2019.

Along with his travel to cities such as Tuban, Cirebon, Jepara, etc. he learned that technology is yet to cover all SMEs. Then, he began designing BukuKas to try to digitize SMEs through financial records.

Aside from financial records using paper and unorganized, most SMEs also lose track of the profits and cash flow of the transaction. It has sparked an idea to develop applications that can record their business cash flow, in a simple and easy way.

“I see the SME sector is full of potential and benefits if we can help them with simple technological solutions and encourage the business to shift into digital and financial ecosystems. Our mission is to help millions of SMEs and through that bring a huge positive impact on their business, the country, and ecosystem,” Menon said.

Menon is quite confident in what he and the team develop. He said, after successfully digitizing SMEs, their business can gradually connect to the formal banking sector through partnerships and so on.

Gaining lots of support

Within almost a year of operation, BukuKas has received a lot of support from investors. As for Krishan’s statement, they currently supported by Sequoia Capital (Surge), Credit Saison, 500 Startups, and several other investors. BukuKas is also supported by more than 20 angle investors, including Christian Sutardi, Filippo Lombardi, Edward Tirtanata, James Pranoto, and Guillem Segarra.

“The fact that many good investors and business leaders put their trust in us is a humbling experience. It also encouraged us to work 10 times harder to repay their belief in our mission,” he added.

Currently, BukuKas provides its services for free. The presence of BukuKas in Indonesia provides additional options for SMEs to manage their business digitally. Aside from BukuKas, there are also BukuWarung with similar services. Both founded in 2019 BukuWarung is supported by East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, and others.

Business during Covid-19 pandemic

The Covid-19 pandemic has affected lots of parties, including BukuKas and its merchants. Menon said the team has tried to help their merchants to the maximum extent by promoting their businesses the affected business through BukuKas’ social media. The company also holds free English classes to improve skills, including actively discussing with existing merchants.

“Merchants who use our platform have increased by 50% since the beginning of Covid-19 four weeks ago. We believe this is because BukuKas helps business owners manage their money better during these difficult times,” he said.

Sailing through 2020, BukuKas has set three main focuses on enhancing the merchant experience in using their platform, adding a number of useful key features, and helping merchants to deal with this pandemic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
BukuKas bantu UMKM

BukuKas Tawarkan Platform Digital untuk Pencatatan Keuangan UKM

Dua tahun terakhir ada tren yang bergerak cukup signifikan di industri startup Indonesia. Itu adalah tren layanan yang bergerak pada akar rumput UKM. Tujuannya, selain transformasi juga membangun ekosistem yang mumpuni untuk bersama-sama meningkatkan level UKM itu sendiri. Salah satunya adalah BukuKas. Startup besutan Krishnan Menon ini menawarkan layanan yang siap membantu UKM untuk lebih berdaya melalui pencatatan keuangan yang rapi.

Sempat kembali ke India untuk menemani ayahnya yang sakit, Krishnan akhirnya memutuskan untuk memulai kembali petualangannya di industri startup Indonesia dengan memulai BukuKas pada Agustus 2019.

Perjalanannya di kota-kota seperti Tuban, Cirebon, Jepara, dan lain-lain memberikan dirinya pemahaman bahwa teknologi saat ini belum menyentuh level UKM. Untuk itu ia mulai merancang BukuKas untuk mencoba mendigitalisasi UKM melalui pencatatan finansial.

Selain catatan yang masih menggunakan kertas dan tidak rapi, kebanyakan UKM juga kehilangan jejak ke mana laba dan uang yang mereka hasilkan mengalir. Dari sana tercetus sebuah ide untuk mengembangkan aplikasi yang bisa merekam arus kas bisnis mereka, yang sederhana dan mudah digunakan.

“Saya merasa segmen UKM bisa mendapatkan banyak manfaat jika kita dapat membantu mereka dengan solusi teknologi sederhana dan selangkah semi selangkah membawanya ke ekosistem digital dan finansial. Misi kami adalah untuk membantu jutaan UKM dan melalui itu membawa dampak positif yang besar bagi mereka, negara, dan ekosistem,” jelas Krishnan.

Krishnan cukup percaya dengan apa yang ia dan tim lakukan. Menurutnya setelah berhasil mendigitalisasi UKM mereka dapat secara bertahap membawa UKM ke sektor perbankan formal melalui kemitraan dan lain sebagainya.

Dukungan banyak pihak

Kendati belum genap satu tahun beroperasi, BukuKas sudah mendapat banyak dukungan dari para investor. Dari keterangan Krishnan, saat ini mereka didukung oleh Sequoia Capital (Surge), Credit Saison, 500 Startup, dan beberapa investor lainnya. BukuKas juga didukung oleh lebih dari 20 angle investor, di antaranya adalah Christian Sutardi, Filippo Lombardi, Edward Tirtanata, James Pranoto, dan Guillem Segarra.

“Fakta bahwa investor yang baik dan begitu banyak pemimpin bisnis yang mempercayai kami adalah humbling experience bagi kami. Itu juga membuat kami bekerja 10 kali lebih keras untuk membalas kepercayaan mereka pada misi kami,” lanjut Krishnan.

Untuk saat ini BukuKas menyediakan layanannya secara gratis. Kehadiran BukuKas di Indonesia memberikan tambahan pilihan bagi UKM untuk mengelola bisnisnya secara digital. Selain BukuKas juga ada BukuWarung dengan layanan yang serupa. Sama-sama meluncur di 2019 BukuWarung didukung oleh East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, dan lainnya.

Menghadapi pandemi Covid-19

Pandemi covid-19 berdampak ke banyak hal. Termasuk BukuKas dan merchant mereka. Krishnan menceritakan, mereka berusaha membantu semaksimal mungkin merchant mereka dengan cara mempromosikan bisnis merkea yang terdampak melalu media sosial BukuKas. Pihaknya juga menyelenggarakan kelas bahasa Inggris secara gratis untuk meningkatkan keterampilan, termasuk aktif berdiskusi dengan merchant yang ada.

Merchant yang menggunakan platform kami meningkat 50% sejak awal Covid-19 empat minggu lalu. Kami percaya ini karena BukuKas membantu pedagang mengelola uang mereka dengan lebih baik selama masa-masa sulit ini,” cerita Krishnan.

Kini mengarungi 2020 BukuKas menetapkan tiga fokus utama mereka ada pada meningkatkan pengalaman merchant dalam menggunakan platform mereka, menambahkan beberapa fitur kunci yang berguna, dan membantu merchant untuk menghadapi pandemi ini.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Bags 190 Billion Rupiah Funding from Credit Saison

The p2p lending, KoinWorks, announces Series B and Series B2 funding worth of SG$18.5 million (around 190 billion Rupiah) from Credit Saison through its new CVC named Saison Capital.

KoinWorks’ CEO and Co-Founder, Benedicto Haryono said in the official release that the fresh money is to be focused on the financial product development to help digital SMEs or social commerce to access funds for the business requirements.

“65% of Indonesian GDP comes from SMEs and 92% SMEs are using social media to run their business. [..] Ironically, there are few social commerce still having difficulty to access funds for business development due to the incomplete document [..],” he said.

KoinWorks’ Executive Chairman and Co-Founder, Willy Arifin added, the company has made a commitment to focus on Indonesian government by providing easy financial access to the digital SMEs as the growing ecosystem and the biggest contributor to Indonesian GDP.

In fact, the Series B funding has started since June 2019. The company already secured $16.5 million (around 170 billion Rupiah) led by EV Growth and Quona Capital. Previously in Series A, Quona Capital had first contributed in Series A+ with undisclosed value. KoinWorks has MCI to start the Series A round at Rp230 billion.

Saison Capital Debut in Indonesia

Saison Capital is a special CVC created by Credit Saison to run the international investment. They’ve prepared up to $55 million (around 770 billion Rupiah) to invest in fintech startups in India and Southeast Asia focused on the unbanked and underbanked.

KoinWorks is the first portfolio from Indonesia in this fund.

Saison Capital is to invest in six to eight startups every year with ticket size for Series A around $1 million (over 14 billion Rupiah).

All the portfolios will be part of Credit Saison ecosystem and to have access to all partners of technology and financial players.

Some of Credit Saison’s portfolios in Indonesia, such as Grab and ShopBack. They’re also the Limited Partners for CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand from Gree Ventures), and Beenext.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
P2p lending KoinWorks peroleh tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai 190 miliar Rupiah dari Credit Saison melalui Saison Capital

KoinWorks Terima Pendanaan 190 Miliar Rupiah dari Credit Saison

Pemain p2p lending KoinWorks mengumumkan perolehan tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Credit Saison lewat CVC khusus dinamai Saison Capital.

Dalam keterangan resmi, CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan pendanaan terbaru akan difokuskan untuk mengembangkan produk finansial agar dapat membantu UKM digital maupun social commerce dalam mengakses pembiayaan untuk kebutuhan perkembangan bisnisnya.

“Sebesar 65% PDB Indonesia disumbang dari para pelaku UKM dan sebesar 92% UKM di Indonesia telah memanfaatkan jaringan sosial dalam menjalankan bisnisnya. [..] Ironinya, masih banyak pelaku social commerce terkendala saat mendapatkan akses pembiayaan untuk pengembangan bisnis karena kurangnya kelengkapan dokumen [..],” terangnya.

Executive Chairman dan Co-Founder KoinWorks Willy Arifin menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk mendukung fokus pemerintah Indonesia dengan memberikan kemudahan layanan keuangan terhadap UKM digital yang terus berkembang dan menjadi kontributor PDB terbesar di Indonesia.

Sebenarnya, putaran pendanaan Seri B sudah dimulai pada Juni 2019. Perusahaan mengantongi dana senilai $16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh EV Growth dan Quona Capital. Sebelumnya pada putaran Seri A, Quona Capital telah berpartipasi dalam pendanaan Seri A+ dengan nilai dirahasiakan. MCI mengawali putaran pendanaan Seri A di KoinWorks senilai Rp230 miliar.

Debut Saison Capital di Indonesia

Saison Capital adalah CVC khusus yang dibangun Credit Saison untuk pendanaan internasionalnya. Alokasi dana yang disiapkan mencapai $55 juta (sekitar 770 miliar Rupiah) untuk investasi ke startup fintech di Asia Tenggara dan India yang fokus pada nasabah unbanked dan underbanked.

KoinWorks menjadi portofolio pertamanya dari Indonesia untuk fund ini.

Saison Capital akan berinvestasi antara enam hingga delapan startup tiap tahunnya dengan ticket size pendanaan Seri A maksimal $1 juta (lebih dari 14 miliar Rupiah).

Seluruh portofolionya akan menjadi bagian dari ekosistem Credit Saison dan bakal memiliki akses ke mitra seluruh pemain keuangan dan teknologi.

Beberapa portofolio Credit Saison yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Grab dan ShopBack. Mereka juga menjadi LP di CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand dari Gree Ventures), dan Beenext.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Penyedia Diskon dan “Cashback” ShopBack Raih Pendanaan Rp338 Miliar yang Dipimpin Credit Saison

ShopBack, startup penyedia jasa diskon dan cashback dari Singapura, meraih pendanaan segar sebesar US$25 juta (sekitar Rp338 miliar) yang dipimpin oleh Credit Saison, perusahaan kartu kredit dan ritel keuangan dari Jepang.

10 investor institusional lainnya yang turut berpartisipasi, termasuk investor baru Blue Sky dan Intouch Holdings, serta investor yang sudah ada, di antaranya SoftBank Ventures Korea, Singtel Innov8, Qualgro, East Ventures, dan AppWorks.

Perolehan dana segar di putaran terbaru ini akan digunakan untuk menggerakkan tiga area pengembangan utama, yaitu memperoleh sumber daya manusia tingkat dunia, meluncurkan fitur produk terbaru, dan membangun kepemimpinan pasar.

Secara total, ShopBack telah mendapat penggalangan senilai hampir mendekati US$40 juta (sekitar Rp540 miliar).

“Model bisnis ShopBack dibangun di atas meledaknya pertumbuhan e-commerce di Asia Pasifik, untuk mendorong nilai nyata bagi para penggunanya dan juga penjualan yang hemat biaya bagi para mitra pedagangnya. Model ini memungkinkan ShopBack memanfaatkan wawasan pengguna dalam kategori belanja untuk mengembangkan solusi belanja cermat, seperti rekomendasi dari kategori belanja lainnya,” ujar Partner Softbank Ventures Korea Sean Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

ShopBack beroperasi di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Thailand.

ShopBack mengklaim sejauh ini telah ada 1.000 transaksi setiap jamnya dan lebih dari 740 ribu transaksi per bulan. Angka penjualan lebih dari 300 juta dolar dengan lebih dari 1.300 mitra yang bergerak di penjualan online, perjalanan, dan gaya hidup.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 3,5 juta pelanggan tersebar di enam negara di Asia Pasifik sejak pertama kali didirikan pada 2014. Sekitar 1,5 juta d iantaranya berasal dari Indonesia.

Dari segi web traffic, secara regional mencapai 5 juta kunjungan (desktop dan mobile) per bulannya hingga Oktober 2017. Sekitar 2 juta kunjungan berasal dari Indonesia. Besarnya kontribusi dari Indonesia menjadikan negara ini pasar utama ShopBack. Total cashback yang diberikan perusahaan untuk pengguna Indonesia mencapai Rp35 miliar.

Country General Manager ShopBack Indonesia Indra Yonathan menambahkan agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna, perusahaan baru-baru ini menambahkan beberapa fitur layanan perbandingan harga, mulai dari perbandingan harga transportasi online, agregasi kupon diskon, dan harga pulsa termurah. Fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam membuat keputusan untuk membeli sesuatu.

Pihaknya percaya bahwa pelokalan yang cepat dan efektif sangat penting bagi pihak yang beroperasi di wilayah yang sudah terbagi seperti Asia Pasifik. Meskipun penawaran layanan intinya tetap sama di berbagai negara, perusahaan tetap mengadopsi strategi produk dan pemasaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar dengan lebih baik.

“Kami berusaha keras untuk dapat menjadi satu-satunya portal atau alat bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka dengan lebih cermat,” terang Indra.