Tag Archives: CredoLab

"Seamless digital journey" adalah inti dan proposisi unik yang mendefinisikan neobank. Konsep ini diperkirakan akan menjadi tema evolusi perbankan / Depositphotos

Masa Depan Neobank di Indonesia

Indonesia adalah negeri dengan populasi 270 juta penduduk yang adoptif dengan teknologi. Meskipun demikian, solusi keuangan digital di Indonesia belum diimplementasikan secara maksimal. Dengan pengguna internet hampir 197 juta orang atau 73.7% dari seluruh populasi, Indonesia adalah salah satu negara di Asia Pasifik dengan pasar digital yang belum terlayani secara keseluruhan.

Saat ini, 66% dari total populasi Indonesia tidak memiliki akses keuangan. Neobank dan bank digital mempunyai potensi untuk memberikan solusi keuangan kepada mereka yang membutuhkan akses pada kredit dan pinjaman. Neobank memiliki layanan yang berbeda dari bank biasa/tradisional untuk para pelanggan: bunga rendah dan tanpa biaya biaya yang besar, juga metode transaksi yang berbeda.

Berdasarkan riset, 63% nasabah perbankan di negara negara APAC diperkirakan akan mengadopsi layanan neobank pada tahun 2025, dan menjadikannya sebagai solusi pilihan untuk bertransaksi secara digital. Dengan angka penetrasi digital dan jumlah investasi ramah digital (digital friendly investment) yang tinggi, apakah Indonesia akan menjadi negara dengan pertumbuhan neobank tertinggi?

Tentu saja neobank bisa didirikan dari perusahaan non-bank dan saat ini pasar fintech tersebut sedang berkembang di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan besar dan ancaman kepada perbankan tradisional untuk segera mempercepat proses mereka di bidang teknologi dan melayani pelanggan secara digital.

Apakah ekosistem keuangan Indonesia siap untuk digitalisasi?

Menurut INDEF, 40 dari total 110 bank di Indonesia berpotensi menjadi neobank di masa mendatang. Beberapa dari 40 bank ini telah menciptakan ekosistem digital, sehingga mereka akan lebih mudah beralih menjadi neobank. Namun, hal ini juga perlu didukung kemampuan teknologi di bidang solusi pinjaman kredit dan optimalisasi pertukaran informasi. Pertumbuhannya dinilai masih belum maksimal.

Perusahaan fintech seperti CredoLab, satu-satunya perusahaan penilaian skor kredit alternatif digital berdasarkan metadata smartphone, sangat berperan untuk menjembatani kekurangan ini. Pandemi juga telah membantu percepatan adopsi solusi fintech, keuangan dan transaksi digital, e-commerce, e-wallet, dan e-money di Indonesia.

Secara populasi, sebagian masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada metode perbankan tradisional dan terbiasa mengunjungi fasilitas fisik untuk melakukan transaksi.

Beberapa bank ternama telah membuat solusi perbankan digital seperti Bank BTPN dengan Jenius, Bank Permata dengan PermataMe, Bank UOB dengan TMRW dan yang terbaru adalah Bank Jago dan Bank BCA dengan Bank Royal. Meskipun begitu, akses ke pinjaman yang mudah dan tidak berbelit-belit akan mendorong orang Indonesia untuk memilih layanan digital di kemudian hari.

Layanan perbankan digital dipercepat di era pandemi ini dan membuat masyarakat terbiasa menggunakan layanan digital. Ada tiga karakteristik neobank atau digital bank yang harus dimiliki oleh layanan tersebut di dalam ekosistem perbankan digital: pertama, bank atau perusahaan tersebut harus beroperasi penuh secara digital dan tidak ada cabang fisik, kedua, memanfaatkan aplikasi dan teknologi dan yang ketiga adalah memiliki penetrasi pasar dalam ekosistem bisnis yang digital secara tinggi.

Fintech menjembatani kekurangan teknologi

Salah satu dampak dari pandemi ini adalah bank tradisional mengalami kesulitan untuk memberikan kredit ke pelanggan. Tetapi hal ini justru mendorong neobanks dan perbankan digital untuk mendapat keuntungan dari transaksi digital mereka. Riset yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2020 telah mencapai nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar $44 miliar.

Di negara seperti Indonesia, ketika penetrasi internet dan seluler sangat tinggi, teknik penilaian kredit alternatif mampu menghasilkan skor kredit yang baik dan akan memungkinkan masyarakat Indonesia untuk mengakses pinjaman perbankan yang berkualitas, yang biasanya tidak mungkin mereka dapatkan karena ketiadaan skor kredit tradisional untuk mereka.

Teknik penilaian kredit alternatif CredoLab melibatkan penggunaan Artificial Intelligence dan algoritma Machine Learning untuk mengumpulkan jutaan faktor penentu yang tertanam dalam jejak digital calon peminjam. Faktor-faktor penentu ini kemudian akan diubah menjadi sebuah skor kredit yang akan mengidentifikasi seseorang sebagai peminjam yang baik atau buruk.

Masalah regulasi dan perkembangan perbankan digital di Indonesia

Dengan inklusi keuangan dan penggunaan layanan digital yang tinggi, neobank berpotensi menjadi layanan perbankan digital yang dipilih masyarakat Indonesia. Saat ini, neobank masih membutuhkan regulasi lebih lanjut dari OJK.

Regulasi yang mendukung di bidang neobank dan digital bank akan meningkatkan potensi industri perbankan di Indonesia untuk dapat berkompetisi dengan neobank dari luar negeri.

Digitalisasi layanan keuangan tidak hanya akan terbukti berhasil bagi masyarakat tetapi juga akan menguntungkan stakeholder internal dan investor. Biaya overhead dan operasional akan berkurang secara signifikan dibandingkan dengan bank tradisional dengan cabang fisik.

Membuka masa depan digital di Indonesia

Seamless digital journey adalah inti dan proposisi unik yang mendefinisikan neobank dan bank digital. Selain itu, kemampuan untuk mendiversifikasikan hubungan perbankan, kemudahan akses informasi di tangan pelanggan, mengakomodasi pelanggan yang aktif secara digital, dan memperbaiki tingkat penerimaan pelanggan untuk memilih layanan digital akan mengakselerasi industri perbankan dan keuangan Indonesia.

Kerja sama antara bank dan pelaku keuangan lain dengan fintech adalah kunci utama dalam menentukan kesuksesan Indonesia dalam mengidentifikasi calon peminjam dengan tetap memperhatikan faktor risiko yang terkendali. Peran dari pemerintah, baik dari sisi upaya maupun kebijakan, sangat diperlukan untuk mendukung dan mengasah industri keuangan.

Indonesia adalah negara dengan potensi pertumbuhan di bidang teknologi yang tinggi. Adopsi dan implementasi layanan perbankan digital dan neobank akan menguntungkan perekonomian negara. Kemampuan untuk memperluas layanan keuangan kepada keluarga berpenghasilan rendah dan mereka yang belum pernah mendapatkan layanan keuangan akan membuka pintu keuangan baru di era transformasi digital ini.


Disclosure: Tulisan ini dibuat oleh Paramita Wikansari, Country Sales Director, Indonesia, CredoLab, the leader in alternative credit scoring

Layanan Credit Scoring CredoLab

Startup “Credit Scoring” CredoLab Umumkan Pendanaan Seri A Senilai 103 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform credit scoring atau penilaian kredit CredoLab mengumumkan telah menutup putaran pendanaan seri A senilai $7 juta atau setara 103 miliar Rupiah. Investasi terbaru ini dipimpin oleh GBG, perusahaan yang dikenal dengan solusi data intelijen untuk pengelolaan identitas pengguna platform digital.

Access Venture Capital turut terlibat dalam pendanaan, juga Walden International yang merupakan investor sebelumnya. Awal tahun lalu perusahaan juga baru kumpulkan dana pra-seri A senilai $3,1 juta.

Dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis di Asia Timur, serta melakukan ekspansi ke Amerika Latin dan Afrika.

CredoLab berasal dari Singapura, saat ini mereka juga sudah memiliki basis operasional di Indonesia. Pihaknya juga sudah tercatat OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) sejak Desember 2019.

Dalam wawancaranya bersama DailySocial, Chief Product Officer CredoLab Michele Tucci mengungkapkan, platformnya bekerja dengan membaca data di smartphone untuk menghasilkan skor perilaku pengguna. Selanjutnya data tersebut diolah untuk memperkirakan kemungkinan gagal bayar. Metadata di perangkat diakses secara anonim, dengan tetap menjamin privasi.

Saat ini layanan credit scoring CredoLab dimanfaatkan oleh berbagai institusi, baik perbankan, pemain fintech, e-commerce, dan bisnis teknologi lainnya. Model bisnisnya adalah pay-per-use atau bayar.

Bisnis credit scoring di Indonesia

Di Indonesia, tidak hanya CredoLab yang tawarkan solusi credit scoring. Menurut data OJK yang dipublikasikan per Juli 2020, setidaknya ada 13 pemain yang saat ini beroperasi di Indonesia, sebagai berikut:

Platform credit scoring tercatat di OJK
Platform credit scoring tercatat di OJK

Seiring peningkatan jumlah penyedia layanan pinjaman digital, platform credit scoring makin laris digunakan. Pendekatan sebelumnya yang banyak dilakukan perbankan, yakni melalui analis kredit (dengan petugas khusus), memiliki beberapa isu saat diterapkan di fintech. Di antaranya membutuhkan proses lama dan histori data tidak selalu ada (terlebih saat melayani nasabah underbanked dan unbanked).

Layanan penilaian kredit terkini memanfaatkan data-data yang terbentuk dari aktivitas pengguna bersama perangkatnya, termasuk data transaksi yang dilakukan dengan berbagai aplikasi (seperti e-commerce, ride hailing, e-wallet, dll), hingga aktivitas di media sosial. Proses analisisnya sangat terbantu teknologi seperti big data, machine learning, dan AI.

Metodologinya pun terus berkembang, misalnya yang dilakukan Pefindo bersama XL Axiata dalam produk IdTelcoScore, mereka merilis produk penilaian alternatif memanfaatkan nomor seluler pengguna XL Axiata untuk menganalisis kelayakan kredit debitur. Data telekomunikasi seluler dinilai dapat menjadi salah satu data alternatif yang penting karena tumbuh signifikan dan jumlahnya masif.

Sebelum platform penilaian kredit berkembang seperti sekarang, banyak startup fintech yang lakukan pendekatan semi-manual. Misalnya beberapa pemain meminta pengguna mengunggah beberapa dokumen identitas atau mengharuskan mereka menghubungkan akun e-commerce ke platform penilaian kredit – untuk melihat transaksi yang telah dilakukan. Beberapa lainnya meminta pengguna mengunggah dokumen agunan seperti bukti pembayaran tagihan.

Credolab telah mendapatkan izin pengaturan dari OJK sebagai penyedia IKD. Berencana merampungkan penggalangan dana Seri A tahun ini

Layanan “Credit Scoring” CredoLab Manfaatkan Metadata Ponsel

Dalam artikel DailySocial sebelumnya disebutkan, saat ini makin banyak institusi perbankan yang memercayakan cara dan kualitas skor kredit di startup fintech. Bank memang tidak bisa sedinamis startup fintech, namun tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan tetap taat ke asas prudent. Hal ini bisa dilihat dengan berbagai kolaborasi dalam penyaluran kredit produktif untuk usaha mikro dan terdaftar sebagai peminjam fintech.

Melihat potensi tersebut, makin banyak startup fintech yang menawarkan teknologi credit scoring, salah satunya adalah startup fintech Singapura, CredoLab, yang mulai merambah pasar Indonesia. Dengan memanfaatkan metadata perangkat mobile, CredoLab mengklaim mampu menghasilkan digital credit scorecard yang akurat dan relevan.

Kepada DailySocial, Chief Product Officer CredoLab Michele Tucci mengungkapkan, dengan memanfaatkan sumber data alternatif, perusahaan memberi kesempatan perbankan dan lembaga keuangan non-perbankan kekuatan untuk menjamin permohonan dari kalangan unbanked dan underbanked dengan prediktabilitas tinggi, akurasi tinggi, dan perlindungan privasi penuh secara real-time.

Didirikan tahun 2016 lalu oleh Peter Barcak (CEO & Co-Founder), Greg Krasnov, dan Adrian Chng, kini CredoLab memiliki 16 klien dan tersebar di 19 negara. Di Indonesia CredoLab telah memiliki 7 klien.

“Sejak 2016, Credolab telah menghasilkan hampir $ 1 miliar dalam pinjaman yang dikeluarkan setelah menganalisis sekitar 1 triliun titik data di 16 negara. Klien kami telah melihat 20% lebih tinggi untuk persetujuan nasabah bank baru, pengurangan 15% dalam kredit macet, dan penurunan 22% dalam tingkat penipuan,” kata Michele.

Data berbasis smartphone

Sesuai misinya, CredoLab mencoba membantu lembaga keuangan membuat keputusan kredit yang lebih baik. Perusahaan juga ingin mendefinisikan kembali cara bank melihat kelayakan kredit dengan memberikan mereka akses data perangkat seluler.

Untuk model bisnis, CredoLab menerapkan pay-per-use atau bayar saat menggunakan. Lembaga keuangan dapat membayar biaya pengaturan satu kali dan kemudian biaya per skor yang diminta, tergantung pada volume yang dihasilkan. Biaya pengaturan platform adalah biaya satu kali mencakup integrasi SDK, pengembangan scorecard digital pertama dan fine-tuning untuk 12 bulan berikutnya.

“CredoLab menggunakan data smartphone untuk menghasilkan skor perilaku bagi pelanggan yang memperkirakan kemungkinan gagal bayar. Dengan mengakses metadata perangkat secara anonymous, teknologi AI yang disematkan bisa memberdayakan algoritma yang kemudian dikirimkan kepada institusi keuangan hasil tersebut dalam hitungan detik,” kata Michele.

Algoritma CredoScore tersebut diklaim bisa menghasilkan ribuan titik data dan mengubahnya menjadi lebih dari 1 juta fitur. Hasilnya adalah skor yang dapat digunakan bank, perusahaan pembiayaan konsumen, pemberi pinjaman P2P, pemberi pinjaman otomatis, perusahaan asuransi, dan setiap pemain Fintech atau dompet digital yang tertarik untuk menawarkan produk pinjaman tanpa jaminan kepada para penggunanya.

Dengan demikian, perusahaan tidak hanya membuka segmen pelanggan baru untuk bank dan lembaga keuangan, tetapi juga menurunkan biaya risiko, waktu pemrosesan, dan meningkatkan Koefisien Gini (Gini Coefficient) secara signifikan.

Rencana usai kantongi izin dari OJK

Tim CredoLab saat acara Singapore Fintech Festival
Tim CredoLab saat acara Singapore Fintech Festival

Saat ini CredoLab telah mendapatkan izin pengaturan dari OJK dan mengklaim sebagai satu-satunya penyedia IKD yang berwenang untuk mengakses data seluler untuk tujuan penilaian kredit. Izin yang diperoleh menjadi prestasi tersendiri bagi CredoLab dalam waktu tiga tahun terakhir. Ke depannya perusahaan akan terus berinvestasi dalam meningkatkan teknologi sesuai dengan peraturan OJK dan sejalan dengan meningkatnya permintaan kredit konsumen.

Perusahaan juga memiliki rencana menggunakan kombinasi data pihak pertama yang telah dikumpulkan dari perangkat smartphone dengan data privasi yang disetujui dan diizinkan dari mitra terpilih. Tujuannya membantu lembaga keuangan, perusahaan asuransi, dan ritel menjangkau pelanggan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan penawaran yang tepat.

Perusahaan telah mengumpulkan pendanaan Pre-Seri A senilai $3,1 juta dan berniat untuk menutup putaran Seri A senilai $3 juta pada kuartal pertama tahun ini.

“Dengan memanfaatkan teknologi CredoLab, semua lembaga keuangan perbankan dan non-perbankan Indonesia kini memiliki kepercayaan untuk menyertakan lebih banyak orang dalam layanan keuangan dengan persyaratan yang adil, privasi data pengguna dan mengendalikan risiko,” tutup Michele.