Tag Archives: Crucible

Amazon Hentikan Pengembangan Crucible, Apa yang Membuatnya Gagal?

Masih ingat dengan Crucible, game hero shooter besutan Amazon yang sempat meluncur ke publik sebelum akhirnya mundur ke fase closed beta tidak lama sesudahnya? Apa yang saya takutkan rupanya benar-benar terjadi; game yang digarap oleh studio internal Amazon tersebut akan segera tamat riwayatnya.

Melalui sebuah pengumuman resmi, developer-nya dengan berat hati memutuskan untuk menyetop pengembangan Crucible dalam waktu dekat, persisnya setelah mereka merilis fitur custom game. Alasannya sederhana saja: mereka tidak melihat adanya “masa depan yang sustainable” buat Crucible.

Lalu kenapa harus ada fitur baru yang dirilis kalau memang game-nya tidak akan dilanjutkan? Well, mungkin supaya tidak terlalu mengagetkan buat yang tergabung dalam program closed beta dan memang masih senang memainkannya. Fitur custom game itu pada dasarnya disiapkan supaya penggemar setia Crucible masih bisa bermain meski fitur matchmaking-nya ditiadakan tidak lama lagi.

Namun semua itu juga tidak akan berkepanjangan, sebab server Crucible untuk custom game hanya akan beroperasi sampai 9 November 2020, dan setelahnya game ini benar-benar tinggal sejarah. Tentu saja ini kontras dengan rencana awalnya, di mana Crucible dimundurkan ke tahap closed beta supaya dapat disempurnakan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari grup kecil yang aktif memainkannya, sebelum akhirnya dirilis kembali ke publik saat sudah benar-benar matang.

Rencana tersebut jelas sudah dibatalkan, dan Amazon juga bakal menawarkan refund secara menyeluruh bagi pemain yang sempat membeli konten in-game dalam Crucible. Relentless Studios, tim yang bertanggung jawab atas pengerjaan Crucible, bakal dialihkan ke proyek Amazon Games selanjutnya, termasuk halnya MMORPG berjudul New World yang akan dirilis tahun depan – semestinya tahun ini tapi akhirnya ditunda.

Kenapa Crucible bisa gagal?

Crucible

Kalau menurut saya pribadi, kegagalan Crucible membuktikan bahwa modal besar saja tidak cukup dalam industri video game. Rumornya, game ini menghabiskan sekitar $300 juta dan waktu pengembangan selama lebih dari empat tahun. Waktu yang kelewat lama untuk game yang sebentar saja sudah jadi kenangan.

Dalam laporan Wired baru-baru ini, diceritakan bahwa Crucible sebenarnya sudah siap dirilis pada tahun 2018, dan timing-nya kala itu jelas sangat pas, bertepatan dengan booming-nya kategori battle royale berkat PUBG dan Fortnite. Namun berhubung Crucible diproyeksikan menjadi salah satu judul andalan Amazon Game Studios (AGS) dalam menjalani debutnya, pengembangan Crucible pun terus dilanjutkan sampai dirasa benar-benar sempurna.

Namun ternyata semua tidak berjalan sesuai harapan. Crucible dirilis tanpa integrasi Twitch yang dijanjikan, dan game-nya bahkan tidak punya fitur voice chat bawaan meski merupakan game multiplayer kompetitif. Di titik ini, hype seputar game battle royale juga sudah tidak lagi sebesar di tahun 2018, ditambah lagi peluncuran Crucible hampir berbarengan dengan Valorant besutan Riot Games.

Faktor lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap kegagalan Crucible adalah engine yang digunakan. Seperti yang kita tahu, Crucible digarap menggunakan Lumberyard, engine milik Amazon sendiri yang sebenarnya memiliki basis yang sama dengan CryEngine. Kepada Wired, seorang mantan karyawan AGS menjelaskan bahwa engine Lumberyard sangatlah sulit untuk digunakan dan menjadi penghambat utama proses pengembangan.

Crucible

Namun AGS bersikeras tetap memakai Lumberyard. Salah satu petingginya, Mike Frazzini, pernah mengatakan bahwa AGS harus mengerjakan sendiri semuanya karena uang sama sekali bukan masalah, dan mereka tidak segan mengucurkan dana sekitar $50-$70 juta untuk mendapatkan lisensi CryEngine dari Crytek, lalu menyempurnakannya menjadi Lumberyard.

Pada akhirnya, AGS pun harus menggarap engine Lumberyard dan sejumlah game secara bersamaan, dan itu jelas bukan pekerjaan mudah. Bayangkan seandainya developer perlu mengandalkan fungsionalitas tertentu guna mewujudkan suatu fitur dalam game, tapi ternyata engine-nya belum memiliki fungsionalitas tersebut, dan tim yang mengerjakan engine-nya harus bisa segera menyediakannya selagi dikejar waktu.

Saya kira tidak salah apabila sebagian besar dari kita menyimpulkan bahwa Amazon kelewat ambisius. Namun di sisi lain, ambisi mereka pastinya juga berdasar pada kesuksesan awal mereka di ranah gaming, yakni mengakuisisi Twitch di tahun 2014. Well, menyediakan platform live streaming dengan berlandaskan pada infrastruktur cloud yang sudah terbukti bisa diandalkan (AWS) jelas berbeda dari mengembangkan video game menggunakan engine yang masih amburadul.

Via: PC Gamer.

Belum Dua Bulan Diluncurkan, Crucible Malah Mundur ke Fase Closed Beta

Sungguh malang nasib Crucible. Game hero shooter besutan Amazon tersebut baru meluncur ke Steam pada tanggal 20 Mei lalu, namun belum dua bulan berselang, Crucible justru sudah ditarik dari publik dan dimasukkan ke tahap closed beta.

Kabar ini datang setelah developer-nya memutuskan untuk memensiunkan dua dari tiga mode permainan dalam Crucible. Namun rupanya penyempitan fokus pun tidak cukup, sebab sekarang aksesnya juga ikut dipersempit; Crucible tidak akan bisa diunduh oleh pemain baru sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Mereka yang sudah pernah memainkannya dipersilakan untuk terus bermain selama tahap closed beta berlangsung, dan developer-nya bakal menjadwalkan sesi bermain bersama setiap minggunya agar bisa langsung mendengarkan feedback dari komunitasnya. Intinya tidak ada yang berubah untuk para pemain Crucible selama ini, hanya saja mereka tak akan berjumpa dengan pemain baru untuk sementara waktu.

Bicara soal pemain, jumlah pemain Crucible terbilang menyedihkan. Data di SteamDB menunjukkan total paling banyak 187 orang yang memainkannya dalam 24 jam terakhir. Jumlah terbanyaknya pun cuma 25.145 pemain di hari peluncurannya, dan itu terus menurun seiring berjalannya waktu. Begitu sedikitnya jumlah pemain Crucible, developer-nya menyarankan para pemain untuk bergabung ke server Discord mereka agar lebih mudah membuat janji dengan pemain lainnya selama fase closed beta.

Crucible

Kalau ditanya apa yang salah dari Crucible, jawabannya mungkin bisa beberapa. Namun yang paling utama sepertinya adalah timing peluncurannya. Crucible hadir nyaris bersamaan dengan Valorant, yang sendirinya sudah sangat diantisipasi berkat kebesaran nama Riot Games di ranah game kompetitif. Crucible juga tidak pernah memulai dengan status beta terlebih dulu, menimbulkan kesan bahwa peluncurannya agak tergesa-gesa.

Kedua game ini memang cukup berbeda dari segi gameplay, akan tetapi Valorant yang lebih mirip CS:GO mungkin pada akhirnya lebih bisa memikat banyak kalangan. Dari sisi marketing, Amazon juga terkesan pasif. Sebaliknya, Riot Games justru berani membayar para streamer untuk memainkan Valorant sekaligus menyiarkannya, yang pada akhirnya berujung pada pemecahan rekor jumlah penonton di Twitch.

Faktor lain yang menurut saya juga cukup berpengaruh adalah terkait aksesnya. Valorant jauh lebih mudah diakses karena tidak menuntut spesifikasi PC yang tinggi untuk bisa berjalan di 60 fps. Sebaliknya, spesifikasi minimum untuk bisa menjalankan Crucible tergolong tinggi dan tidak bisa mewakili populasi gamer secara umum. Grafik Crucible memang lebih bagus daripada Valorant, tapi grafik sendiri tidak pernah menjadi penentu utama kesuksesan suatu game kompetitif.

Belum diketahui sampai kapan Crucible akan menjalani fase closed beta-nya. Semoga saja nasibnya tidak senaas Battleborn, yang harus di-discontinue karena terbukti kalah saing dengan game serupa yang meluncur secara hampir bersamaan, yaitu Overwatch.

Sumber: GamesRadar dan Crucible.

Baru Dua Minggu, Crucible Pensiunkan Dua dari Tiga Mode Permainannya

20 Mei lalu, Amazon resmi meluncurkan game hero shooter-nya, Crucible. Dibanding Valorant, Crucible terkesan lebih MOBA – semoga bukan pertanda buruk – berkat satu mode permainan bernama Heart of the Hives.

Seperti yang bisa Anda lihat pada video di bawah, Heart of the Hives tidak cuma menempatkan dua tim (masing-masing berisikan 4 pemain) untuk saling membunuh begitu saja. Objektif utamanya justru adalah menumpas monster raksasa yang muncul di tengah-tengah map, lalu merebut organnya yang disebut dengan istilah “heart“. Tim yang berhasil merebut tiga heart lebih dulu adalah pemenangnya.

Berdasarkan pengakuan developer-nya, mode ini ternyata adalah yang paling populer di kalangan pemain Crucible. Maka dari itu, pengembangnya berniat untuk sepenuhnya berfokus menyempurnakan Heart of the Hives lebih jauh lagi.

Namun sebagai konsekuensinya, dua mode permainan lainnya, Alpha Hunters dan Harvester Command, bakal dipensiunkan. Keputusan ini memang terdengar agak mengganjal, apalagi mengingat Crucible baru berumur sekitar dua minggu.

Pun begitu, kita harus ingat bahwa Crucible masih berada dalam tahap Pre-Season, dan perubahan gameplay yang cukup drastis merupakan hal yang wajar sebelum suatu game kompetitif masuk ke Season 1.

Peralihan fokus ke satu mode saja juga berarti developer punya waktu lebih banyak untuk menyempurnakan sejumlah aspek lain sekaligus menambahkan fitur-fitur baru. Penyempurnaan ini disebut bakal datang dalam dua tahap.

Crucible

Di tahap pertama, developer akan berfokus menyajikan fitur-fitur esensial seperti voice chat, opsi surrender, mini map, mekanisme untuk mengatasi pemain yang AFK, dan penyempurnaan seputar latency. Performa game (frame rate) juga akan ikut dibenahi, demikian pula hit feedback, proses matchmaking, dan langkah-langkah buat memandu para pemain baru (onboarding).

Pada tahap keduanya, developer akan menyempurnakan map Heart of the Hives sekaligus makhluk yang menjadi lawan dalam mode tersebut. Dukungan custom game juga bakal ditambahkan, demikian pula fitur-fitur sosial yang lebih baik lagi. Selebihnya, semuanya bergantung pada masukan yang developer terima pasca penyempurnaan tahap pertama.

Pengembang Crucible cukup transparan terkait berbagai hal yang perlu dibenahi sekaligus ditambahkan, dan publik dipersilakan memantau prosesnya lewat suatu board Trello. Setelah semuanya benar-benar matang, barulah Crucible siap memulai Season 1.

Crucible saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma lewat Steam.

Sumber: Eurogamer dan Crucible.

Amazon Segera Luncurkan Game Hero Shooter-nya, Crucible

Sekitar empat tahun lalu, Amazon mengumumkan bahwa mereka akan merilis tiga game PC yang digarap menggunakan engine bikinan mereka sendiri, Lumberyard. Salah satu game-nya, Crucible, sudah dijadwalkan meluncur pada tanggal 20 Mei mendatang.

Crucible merupakan sebuah permainan hero shooter macam Overwatch atau Valorant. Valorant, seperti yang kita tahu, sempat memecahkan rekor jumlah penonton di Twitch walaupun masih berstatus beta. Jadi jangan heran kalau Amazon terkesan ingin mencuri momentum di sini.

Crucible

Tipikal game hero shooter, Crucible menawarkan sejumlah karakter yang dibekali beragam kemampuan uniknya masing-masing. Amazon menyebutnya dengan istilah hunter ketimbang hero, dan di awal peluncurannya bakal ada total 10 hunter yang bisa dimainkan.

Selain skill yang berbeda-beda, masing-masing hunter juga dilengkapi senjata yang berbeda pula. Di sini bisa kita lihat bahwa Crucible lebih mirip Overwatch ketimbang Valorant, dan itu juga berarti tim developer Crucible harus lebih cermat dalam hal balancing.

Crucible

Namun kemiripan Crucible dengan dua game tersebut terhenti di situ. Dari segi penyajian, Crucible justru lebih mirip Fortnite berkat tampilan dari sudut pandang orang ketiga (third-person view). Grafiknya memang tidak se-kartun Fortnite, dan dari trailer-nya tampak vegetasi yang cukup realistis – tipikal engine CryEngine yang merupakan basis dari Lumberyard.

Ada tiga mode permainan yang Crucible tawarkan, setidaknya di hari peluncurannya: Heart of the Hives, Alpha Hunters, dan Harvester Command. Dalam Heart of the Hives, dua tim yang masing-masing beranggotakan empat pemain akan bertempur dan memperebutkan sebuah sarang monster raksasa. Player vs AI vs player, kira-kira begitu deskripsi singkatnya.

Crucible

Untuk Alpha Hunters, modenya kurang lebih mirip seperti battle royale, di mana ada 8 pasang pemain (16 orang) yang memperebutkan titel last team standing. Terakhir, Harvester Command terdengar seperti mode capture the flag, menempatkan dua tim yang masing-masing beranggotakan delapan orang untuk berebut semacam control point.

Tanpa harus terkejut, Crucible merupakan game free-to-play. Belum diketahui bentuk monetisasinya bakal seperti apa, dan semoga saja tidak menjurus ke arah pay-to-win. Juga belum dijelaskan adalah bagaimana Crucible nantinya bakal terintegrasi dengan platform Twitch seperti yang Amazon singgung empat tahun silam.

Sumber: VentureBeat.

cloud gaming amazon

Proyek Cloud Gaming Amazon Tertunda Karena Corona

Amazon sukses masuk ke industri game dengan mengakuisisi platform streaming game, Twitch. Namun, mereka tampaknya tidak puas dengan itu. Perusaahaan e-commerce kini juga berencana untuk meluncurkan beberapa game sendiri serta platform cloud gaming, yang disebut Project Tempo oleh tim internal Amazon. Sayangnya, Amazon tampaknya harus menunda peluncuran platform cloud gaming mereka sampai tahun depan karena pandemi virus corona.

Sekarang, telah ada beberapa perusahaan teknologi besar yang sudah meluncurkan platform cloud gaming, seperti Google dengan Stadia dan NVIDIA dengan GeForce Now. Microsoft juga memiliki proyek serupa yang dinamai Project xCloud. Dikabarkan untuk mengembangkan Project Tempo, Amazon telah menguncurkan dana hingga ratusan juta dollar, menurut laporan Games Industry.

Selain membuat platform cloud gaming, Amazon juga berencana untuk meluncurkan game mereka sendiri. Game pertama yang akan mereka buat adalah game multiplayer sci-fi shooter yang berjudul Crucible. Amazon memercayakan pengembangan game tersebut pada Relentless, studio game-nya sendiri, yang terletak di Seattle. Sayangnya, sama seperti Project Tempo, peluncuran Crucible juga harus ditunda. Pada awalnya, Amazon berencana untuk memperkenalkan game ini pada awal Maret 2020 dan meluncurkannya pada 31 Maret 2020. Namun, Amazon akhirnya menunda waktu peluncurannya ke 14 April sebelum kembali menundanya ke bulan Mei.

New World. | Sumber: Amazon Games via New York Times

New World. | Sumber: Amazon Games via New York Times

“Rencana kami adalah untuk membawa karakteristik terbaik dari Amazon ke dunia game,” kata Mike Frazzini, Vice President for Game Services and Studios, Amazon, menurut laporan New York Times. “Kami telah mengembangkan game cukup lama, tapi membuat game memang proses yang tidak sebentar.”

Crucible bukan satu-satunya game yang ingin Amazon luncurkan. Mereka juga berencana untuk merilis game MMO berjudul New World. Game yang memiliki setting waktu pada abad ke-17 itu dikembangkan oleh studio game Double Helix Games, yang diakuisisi oleh Amazon pada 2014. Studio ini juga tengah mengembangkan game yang didasarkan pada franchise Lord of the Rings. Dengan Crucible dan New World, Amazon menargetkan para hardcore gamers.

Setelah meluncurkan Crucible dan New World pada Mei 2020, Amazon berencana untuk merilis game interaktif di Twitch pada musim panas di Amerika Serikat, yang biasanya berlangsung selama Juni sampai September. Saat ini, jutaan orang menonton streamer bermain game di Twitch. Dengan membuat game interaktif, mereka ingin mendekatkan para streamer dengan audiens mereka. “Kami ingin bisa merealisasikan ide dimana seorang pemain, streamer, dan penonton bisa berinteraksi di lingkungan yang sama di Twitch,” kata Frazzini.

Amazon Singkap 3 Game ‘Hardcore’ Pertama Mereka, Disiapkan Buat Twitch

Tidak sulit menebak hal apa yang memotivasi Amazon mengeluarkan uang hampir US$ 1 miliar untuk membeli Twitch dua tahun silam. Gaming memang bukanlah ranah baru bagi sang eCommerce raksasa Amerika itu. Mereka telah memublikasikan banyak game serta sempat mengakuisisi dua developer. Tapi baru sekarang Amazon diketahui mulai menyeriusi bidang hardcore gaming.

Dalam acara TwitchCon di San Diego minggu lalu, Amazon Game Studios mengumumkan tiga game baru kreasi mereka; masing-masing diberi judul Breakaway, New World serta Crucible. Menariknya, tiga judul ini bukanlah permainan online biasa karena mereka terintegrasi ke Twitch. Dari awal, developer sengaja mengembangkannya buat dinikmati bersama platform live stream spesialis gaming tersebut.

Breakaway

Merupakan permainan Amazon pertama yang ditenagai game engine Lumberyard, berjalan di Amazon Web Services. Breakaway mengusung formula brawler bertema mitos/legenda, mengundang pemain untuk bertanding memperebutkan Relic di lokasi-lokasi seperti El Dorado, Atlantis dan Styx. User dan streamer bisa saling berinteraksi melalui empat cara:

  • Metastream: memungkinkan streamer mengkustomisasi konten dengan overlay info mengenai game.
  • Broadcaster Match Builder: boardcaster dapat mengundang follower untuk masuk ke pertandingan.
  • Broadcaster Spotlight: menginformasikan pemain bahwa match tersebut sedang disiarkan.
  • Stream+: mempersilakan broadcaster menyajikan polling, juga memungkinkan penonton untuk ‘mempertaruhkan’ poin loyalty mereka.

New World

Amazon Twitch Games 1

New world adalah permainan multiplayer sandbox berskala besar, berlatar belakang ‘sebuah pulau hidup’. Game ini memberikan keleluasaan bagi pemain buat menentukan sendiri bagaimana menikmatinya serta apa yang ingin mereka lakukan. Anda bisa berkolaborasi bersama gamer lain untuk bertahan hidup di tempat berbahaya tersebut, atau menjadi bandit pemburu pemain lain. Developer membekali New World dengan fitur-fitur sosial dan integrasi Twitch: di mana event, achievement dan reward diatur oleh broadcaster.

Crucible

Amazon Twitch Games

Info mengenai Crucible terbilang masih sangat minim. Amazon hanya mendeskripsikannya seabagai ‘pertarungan dalam dunia asing yang mematikan’. Game memberikan pemain keleluasaan untuk memilih dan mengkustomisasi karakter, membebaskan Anda buat mengumpulkan kawan atau mengkhianati mereka. Pilihan gamer bisa memulai suatu event, dan mereka juga dapat me-live stream pertempuran serta berinteraksi dengan sesama gamer.

Buat sekarang, Amazon belum menginformasikan rincian cara mereka menyajikan game dan kapan permainan-permainan ini akan siap dinikmati. Dari tiga judul di atas, baru Breakaway saja yang membuka gerbang pendaftaran tes alpha.

Via Geekwire & NY Times. Sumber: Amazon.