Mulai 1 Mei 2022, setiap transaksi pembelian aset kripto dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif final masing-masing sebesar 0,1 persen.
“Saat ini, pemerintah tengah merumuskan aturan teknis dan bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK),” ungkap Direktur Peraturan Perpajakan I DJP Hestu Yoga Saksama seperti dilansir dari CNNIndonesia.
Adapun, kebijakan pemberlakuan pajak kripto ini diambil karena Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sejak awal menetapkan kripto sebagai komoditas, bukan alat pembayaran.
Nantinya, tata cara pemungutan pajak kripto akan dirancang serupa dengan proses pembelian saham. Artinya, ada pihak yang akan memotong atau memungut pajak kepada investor.
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian Perdagangan per Februari 2022, jumlah investor kripto mencapai 12,4 juta atau naik dari tahun sebelumnya 11,2 juta investor. Adapun, total transaksi aset kripto tercatat sebesar Rp83,8 triliun pada periode tersebut.
Pertumbuhan kripto di Indonesia
Dalam rilis yang dikirimkan, Founder & CEO Indodax Oscar Darmawan sempat menyuarakan kekhawatirannya terkait kebijakan ini. Menurutnya, penetapan PPh dan PPN sebesar 0,1 persen masih terbilang cukup mahal. Mengingat adopsi kripto di Indonesia tengah mengalami pertumbuhan pesat, pemberlakuan pajak ini dapat membuat pasar kripto di Tanah Air tertinggal.
Apabila memungkinkan, ia menyarankan agar tarif pajak kripto ini dapat ditetapkan sama dengan yang sudah dikenakan pada transaksi saham di Indonesia.
Disampaikan terpisah dalam keterangan resminya, Oscar menyebut saat ini Indonesia berada di posisi ke-5 di Asia Tenggara, setelah Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia terkait adopsi kripto di 2021, mengutip data Chain Analysis. Indonesia bahkan mengalahkan Singapura yang berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara.
Menurut Oscar, data tersebut menandakan bahwa kripto menjadi salah satu komoditas yang semakin mainstream di Indonesia. Adapun, Indonesia menempati urutan ke-25 terkait adopsi kripto di dunia.
Tak hanya soal keterbukaan ekosistem dalam negeri, lanjutnya, sentimen seperti kelonggaran kebijakan penggunaan kripto juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kripto.
“Regulasi berbagai negara belakangan membuat sentimen kripto bergeser ke arah positif. Ibu kota Brasil, Rio de Janeiro akan mengizinkan warganya untuk membayar pajak dengan kripto, dan rencana untuk jenis pembayaran lain. Di Vietnam, pemerintah tengah menyusun RUU terkait kripto. Sementara di Inggris, pemerintah akan merilis aturan baru yang fokus ke stablecoin karena pertumbuhannya masif beberapa waktu terakhir,” ujarnya.
Selain Indonesia, beberapa negara yang memberlakukan pajak pada kripto di antaranya Jepang dan India. Jepang menetapkan PPh sebesar 55 persen, serta tarif final sebesar 20 persen bagi wajib pajak luar negeri yang memiliki aset kripto dan harus dibayarkan saat meninggalkan Jepang.
Sementara, India memberlakukan PPh sebesar 30 persen terhadap segala macam aset digital, termasuk cryptocurrency. Kebijakan ini berlaku sejak 1 April 2022.
*** Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.
Di Indonesia, tercatat sebanyak 7,4 juta orang telah membeli atau menjual cryptocurrency pada Juli 2021, menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia. Sementara blockchain sering dikaitkan dengan aset digital dan produk keuangan, banyak proyek blockchain yang tengah dikembangkan untuk sektor-sektor lain termasuk filantropi, pertanian, permainan, dan karya seni digital.
Sebagian besar startup berbasis blockchain masih dalam tahap awal, tetapi para pendiri percaya bahwa teknologi ini dapat merevolusi operasional bisnis di pasar lainnya. Pengusaha blockchain sering menyoroti sifat teknologi blockchain yang terdesentralisasi serta kapasitasnya untuk mencatat transaksi dan meningkatkan akuntabilitas sebagai dua manfaat yang signifikan. Startup yang muncul juga menggunakan platform blockchain yang berbeda untuk menyesuaikan kebutuhan mereka, seperti Ethereum, Near, dan Binance Smart Chain.
Berikut adalah beberapa contoh proyek blockchain selain dalam hal keuangan dan perdagangan kripto di Indonesia.
Transparansi dalam sektor filantropi
BeKind adalah startup yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk manajemen amal. Diluncurkan pada bulan Juni, BeKind ingin menjawab “dua tantangan utama dalam sistem donasi global—akuntabilitas dan keberlanjutan bisnis,” ujar CEO BeKind Fajar Jasmin.
“Para donatur yang menyumbang melalui badan amal tidak tahu persis berapa banyak uang mereka yang masuk ke tangan penerima manfaat (beneficiary). Sementara amal dikelola oleh organisasi nirlaba, banyak dari mereka beroperasi tanpa cadangan uang tunai yang cukup. Maka dari itu, tidak berkelanjutan,” sebut Jasmin kepada KrASIA.
Ide di balik BeKind sangat sederhana. Perusahaan membuat token, K1ND, yang dibangun di atas teknologi Binance Smart Chain. Donatur akan memperoleh K1ND di bursa Tokocrypto juga melalui saluran lain seperti transfer peer-to-peer setelah peluncuran resmi token pada bulan Desember. Para donatur kemudian dapat menyetorkan K1ND mereka ke dompet online organisasi amal dan nirlaba yang terdaftar di platform BeKind. Mereka juga bisa menggunakan token mereka untuk staking di platform BeKind Hub, seperti halnya bunga yang diperoleh di rekening tabungan.
Jasmin menyebutkan sistem ini dapat meningkatkan transparansi karena semua transaksi dicatat di blockchain dan dapat dilihat secara online oleh semua pengguna. Sistem ini juga memungkinkan donatur, badan amal, dan organisasi nirlaba untuk mendapatkan bunga dari staking. Token disetorkan ke akun staking dengan tingkat persentase tahunan tertentu atau persentase hasil tahunan, dan bebas untuk ditarik kapan saja. APY dapat mengalami fluktuasi tergantung pada berapa banyak token yang dipertaruhkan, atau dapat berupa APY tetap, tergantung tata cara pengaturannya oleh platform. Jasmin tidak memberikan rincian jelas.
BeKind adalah proyek donasi berbasis blockchain pertama di Indonesia. Perusahaan saat ini menjual tokennya melalui saluran penjualan pribadi seharga USD 0,17 per token, sementara perkiraan harga listingnya akan menjadi USD 0,24, menurut situs web. BeKind akan secara resmi meluncurkan dan mendaftarkan tokennya di bursa Tokocrypto pada bulan Desember.
Perusahaan juga berencana untuk menerapkan “sistem pelacak dampak” pada blockchain, yang akan memberikan informasi tentang pengembangan proyek yang didanai dengan K1ND. “Ke depannya, kami akan menyediakan dokumentasi dan laporan donasi dampak yang terkait dengan blockchain untuk memastikan transparansi,” ujar Jasmin.
Blockchain di sektor agrikultur
Pengusaha lain melihat kemungkinan digitalisasi sektor konvensional berkat blockchain. Salah satu contohnya adalah Hara, layanan pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pangan dan pertanian.
Hara diluncurkan pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menerapkan konsep “pertanian presisi” berkat teknologi seperti sensor jauh. Tujuannya adalah untuk mengelola sektor pertanian agar lebih akurat dan meningkatkan hasil. Namun, startup ini mengalihkan bisnisnya menjadi pengumpulan data pada tahun 2017 setelah mengalami kesulitan dalam mengembangkan model bisnis intinya.
Pendiri Hara, Regi Wahyu dan Imron Zuhri, percaya bahwa data tanaman yang dapat dipertanggungjawabkan akan membantu para pelaku di sektor pertanian. Saat ini, perusahaan mengumpulkan, memverifikasi, dan mencatat data pertanian di atas platform blockchain, termasuk data produksi, proses budidaya, kondisi tanah dan tanaman, serangan hama, dan kepemilikan tanah.
“Hara bekerja sama dengan agen yang kami sebut agripreneurs. Mereka memiliki ponsel Android, dan berkat aplikasi kami, mereka dapat bertindak sebagai pengumpul data di komunitas mereka,” ungkap kepala pengembangan bisnis Hara Firnando Sirait kepada KrASIA.
Hara memberi insentif kepada petani, atau “agen lapangan”, untuk menyediakan data dengan menawarkan poin loyalitas yang dapat ditukarkan di platform Hara dengan diskon produk pertanian atau pulsa. Hara kemudian memanfaatkan data tersebut untuk menjalankan beberapa proyek seperti kegiatan crowd planting, dimana petani dapat menggunakan pekarangan atau lahan non produktif untuk bercocok tanam menggunakan polybag. Hara juga memberi para petani prakiraan produksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Petani bisa mendapatkan “berbagai jenis dukungan seperti praktik pertanian terbaik, pinjaman usaha, atau akses ke lebih banyak pembeli,” kata Firnando.
Hara juga menjual data yang dikumpulkan ke perusahaan swasta, lembaga pemerintah, dan lembaga keuangan melalui token utilitas yang disebut HART. Token dibuat di atas Ethereum dan diperdagangkan di bursa Indodax.
Menurut Hara, pembeli memanfaatkan data ini untuk meningkatkan pelayanan mereka di sektor agrikultur. Misalnya, lembaga keuangan dapat melakukan penilaian kredit dan profil risiko untuk memberikan kredit mikro kepada petani. Pada saat yang sama, pemerintah daerah dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalah pertanian berdasarkan data rinci yang dikumpulkan oleh petani.
Perusahaan saat ini sedang mengerjakan lebih banyak kasus penggunaan untuk teknologi blockchain-nya. Hara juga sedang membangun platform NFT yang akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun depan, namun Firnando tidak mengungkapkan detail tentang proyek tersebut.
NFT dan koleksi digital
Karena semakin banyak orang menggunakan teknologi kripto dan blockchain, platform NFT juga menjadi penting bagi kreator dan kolektor seni. Menurut laporan terbaru oleh DappRadar, orang Indonesia hanya mengikuti dunia AS dalam “ketertarikan yang diungkapkan” terhadap teknologi NFT dan pasar NTF. DappRadar adalah toko aplikasi global terkemuka untuk aplikasi terdesentralisasi (dapps) yang digunakan oleh lebih dari 600.000 pengguna bulanan. Perusahaan melacak lebih dari 3.000 dapps di sepuluh blockchain untuk menyajikan laporan tentang tren terkait blockchain.
Meningkatnya minat pengguna di Indonesia pada token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) telah memotivasi berbagai startup untuk ikut serta dalam gelombang NFT. Salah satu contohnya adalah Tokocrypto, yang meluncurkan marketplace NFT, TokoMall, pada bulan September. Platform ini menampung lebih dari 1.403 pedagang dan 1.391 karya seni hanya satu bulan setelah peluncurannya serta berhasil menjual lebih dari 176 NFT, ungkap salah satu pendiri Tokocrypto, Pang Xue Kai kepada KrASIA dalam sebuah sesi wawancara.
Startup lain yang sedang naik daun di ruang blockchain adalah Paras, marketplace NFT untuk koleksi digital, termasuk komik, game, dan item kartu seni digital. Startup ini juga mengelola Paras Comic, sebuah layanan pertukaran di mana pengguna dapat membaca, membeli, dan meminjamkan komik NFT yang dapat dikoleksi.
Perusahaan ini beroperasi di ats blockchain Near. “Semua transaksi menggunakan NEAR, token asli platform, tetapi ke depannya kami akan mendukung cryptocurrency lain,” kata pendiri Paras Rahmat Albariqy kepada KrASIA.
Perusahaan baru-baru ini mengumpulkan pendanaan tahap awal sebesar USD 5 juta dari berbagai investor, termasuk Black Dragon Capital, Digital Renaissance Foundation, dan GFS Ventures. Startup disebut akan menggunakan investasi untuk mengembangkan lebih banyak kekayaan intelektual asli kripto yang berfokus pada game dan komik, sebut Rahmat.
“Kami berharap akan lebih banyak lagi proyek NFT baru dari Indonesia sehingga kami dapat menjadi pemimpin regional dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” tambahnya.
Ketidakpastian serta tantangan teknologi blockchain
Terlepas dari meningkatnya popularitas cryptocurrency dan aset berbasis blockchain, banyak konsumen masih memiliki sedikit pemahaman dan ragu tentang blockchain dan nilainya. Pengusaha menyadari hal ini, tetapi mereka percaya bahwa potensi manfaatnya lebih besar daripada risiko dan skeptisisme tentang hal ini.
Jasmin, misalnya, mengakui bahwa sifat spekulatif cryptocurrency dapat berdampak pada BeKind dan tokennya di masa depan. “Kami menyadari bahwa mungkin ada orang yang menggunakan token BeKind untuk berdagang guna mendapatkan keuntungan cepat. Kami tidak mempromosikannya, tetapi kami tidak dapat mengontrol cara orang menggunakan token mereka. Ini memang menimbulkan risiko, tetapi kami percaya blockchain adalah teknologi penting yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat,” ungkap Jasmin.
Peretasan data yang belum lama terjadi memengaruhi platform kripto serta pandangan konsumen terhadap blockchain. Firnando dari Hara percaya bahwa ketika industri blockchain matang, pihak berwenang akan membuat peraturan yang lebih kuat, yang akan memotivasi pemain yang relevan untuk menerapkan “sistem yang lebih aman pada platform mereka untuk meningkatkan kepercayaan publik pada blockchain dan crypto.”
Rahmat dari Paras mengungkapka bahwa bakat lokal akan banyak diperlukan untuk sektor ini dapat berkembang. “Blockchain dan kontrak pintar adalah teknologi baru yang akan selalu berkembang, serta proyek berbasis NFT membutuhkan tim teknis yang kuat,” katanya.
Terlepas dari kesulitan, ketiga pendiri optimis tentang masa depan blockchain di negara ini. “Indonesia terbuka terhadap inovasi dan cepat dalam mengadopsi teknologi baru untuk menjawab tantangan di masyarakat. Kami memperkirakan pasar yang berkelanjutan untuk blockchain di sini,” sebut Jasmin.
– Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial
After reportedly receiving $6 million series A funding last May, crypto asset marketplace Pintu just announced the series A+ funding of $35 million or equivalent to 503 billion Rupiah. The round was led by Lightspeed Venture Partners, and supported by Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures and Pantera Capital.
Through this funding, Pintu is committed to strengthen market leadership as Indonesia’s top mobile-first crypto investing app. This fresh fund will be used to aggressively hire new talent across all major functions, roll out new products and features, and fuel future expansion.
Lightspeed partner Hemant Mohapatra believes that crypto is at a transition point to become the most important asset class in the world and will give birth to many companies that will become regional leaders.
“Pintu has created the strongest market brand, best user experience, and hands down one of the strongest teams we’ve ever come across in this market. We are excited to back them on their way in becoming the leading brand in crypto—not just in Indonesia but throughout the Southeast Asia region in the coming years,” he said.
Founded in April 2020, Pintu is designed to to meet the needs of Indonesians from all walks of life. With its mobile-driven interface and suite of smart features geared for beginner level traders, Pintu provides more comprehensive and open access for both novice and experienced traders to be able to mitigate risks towards market volatility and various other speculative measures.
Pintu offers a low barrier entry point starting from IDR 11,000 for both novice and experienced investors. There are currently 16 different dynamic cryptocurrencies on the platform and will soon be adding new coins, including NFT tokens and other highly sought-after crypto projects.
Co-founder & CEO of Pintu Jeth Soetoyo said, “We built Pintu with the belief that crypto is not just a technology, but also an asset class and community that will help overcome barriers to financial inclusion in Indonesia. [..] With the support of Pintu investors, we are committed to facilitating financial inclusion for all Indonesians.”
Crypto platform trend in Indonesia
Aside from Pintu, another new player, Coinomo has recently received fresh funds. The company born after the merge of Turn Capital acquired Dapp Pocket (a crypto wallet player from Taiwan) and Cappuu (a yield aggregator service) has released a beta version of its product in May 2021.
Previously, there are also several players has been exploring the crypto asset industry market, such as TokoCrypto and Nobi who focused on maximizing the potential for “passive income” for crypto investors. Tokocrypto alone has developed a hybrid CeDeFi (TKO) token which is claimed to be the first in Indonesia on top of Binance Smart Chain, as the early stage investor.
As one of the assets that is predicted to have great potential, various investment application developers also offer crypto as one of the products on their platform. For example, Pluang, which has managed to secure a pre-series B funding in March worth of around 288.8 billion Rupiah, led by OpenSpace Ventures.
Market potential
Globally, according to a report compiled by Research and Market, the market size for cryptocurrencies has reached $1,812 million in 2020, is projected to increase by $2,150 million this year, and soar to $5,158 million in 2026 with a CAGR of 19.04%.
Meanwhile in Indonesia, based on the Ministry of Trade (Kemendag) data, crypto asset investors as of May 2021 have reached 6.5 million people with a transaction value of IDR 370 trillion. This number is quite fantastic, considering there were 4.8 million people in the previous month with a transaction value of around Rp237.3 trillion (January-April 2021).
With high price volatility, the profile of crypto investors is usually the ones who are willing to take risks. It is important for the public to understand that crypto assets are not the same as each other. CoFTRA has published a list of 229 crypto assets that can be traded in Indonesia.
Reporting from Coinmarketcap.com, the global crypto market capitalization currently stands at $1.76 trillion, accounting for a decline of around 2.82%.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Setelah dikabarkan menerima pendanaan seri A sebesar $6 juta pada bulan Mei lalu, aplikasi marketplace aset kripto Pintu kini mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ sebesar $35 juta atau setara 503 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners, serta didukung oleh Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, dan Pantera Capital.
Melalui pendanaan ini, Pintu berkomitmen untuk memperkuat posisi sebagai aplikasi mobile kripto terdepan di Indonesia. Rencananya, dana segar ini akan digunakan untuk merekrut talenta baru secara masif di seluruh fungsi perusahaan, peluncuran produk dan fitur baru, serta mendorong ekspansi perusahaan di masa depan.
Partner Lightspeed Hemant Mohapatra meyakini bahwa kripto sedang berada di titik peralihan untuk menjadi kelas aset terpenting di dunia dan akan memunculkan banyak perusahaan-perusahaan yang akan menjadi pemimpin regional.
“Pintu telah menciptakan merek dagang terkuat, pengalaman pengguna terbaik, dan tim terkuat yang pernah kami temui selama bergelut di bidang ini. Kami tidak sabar untuk membantu mereka menjadi brand terdepan di dunia kripto — bukan hanya Indonesia, namun dalam beberapa tahun ke depan, juga bisa menjangkau seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.
Didirikan pada bulan April 2020, Pintu dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua kalangan masyarakat. Dengan berfokus pada tampilan mobile dan fitur pintar sebagai penunjang bagi trader pemula, Pintu memberikan akses yang lebih menyeluruh dan terbuka bagi trader awam maupun berpengalaman untuk bisa melakukan mitigasi risiko terhadap volatilitas pasar dan berbagai langkah spekulatif lain.
Pintu menawarkan nilai minimum transaksi yang sangat rendah mulai dari Rp11.000 bagi investor pemula maupun berpengalaman. Saat ini telah tersedia 16 aset kripto yang bisa diperdagangkan dalam platform dan akan segera menambahkan opsi baru, termasuk token NFT dan proyek kripto lainnya yang banyak dicari orang-orang.
Co-founder & CEO Pintu Jeth Soetoyo mengungkapkan, “Kami membangun Pintu dengan kepercayaan bahwa kripto bukanlah hanya sekedar teknologi semata, namun juga termasuk kelas aset dan komunitas yang akan membantu mengatasi penghalang inklusi finansial di Indonesia. [..] Dengan dukungan dari investor-investor Pintu, kami berkomitmen untuk memfasilitasi inklusi finansial ke semua kalangan masyarakat Indonesia.”
Tren platform kripto di Indonesia
Selain Pintu, terdapat pemain baru yang belum lama ini juga mendapat dana segar yaitu Coinomo. Perusahaan yang lahir setelah Turn Capital mengakuisisi Dapp Pocket (pemain dompet kripto asal Taiwan) dan Cappuu (layanan yield aggregator) ini telah merilis versi beta produknya pada bulan Mei 2021.
Sebelumnya, telah ada beberapa pemain yang lebih dulu menjajaki pasar industri aset kripto, seperti TokoCrypto dan Nobi yang fokus maksimalkan potensi “passive income“ bagi para investor kripto. Tokocrypto sendiri telah mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain, yang merupakan investor tahap awal mereka.
Sebagai salah satu aset yang digadang-gadang memiliki potensi besar, berbagai pengembang aplikasi investasi juga turut menawarkan kripto sebagai salah satu produk dalam platformnya. Sebut saja Pluang yang pada bulan Maret lalu berhasil mengantongi pendanaan pra-seri B berkisar 288,8 miliar Rupiah yang dipimpin oleh OpenSpace Ventures.
Potensi pasar
Di kancah global, menurut laporan yang dihimpun Research and Market, ukuran pasar untuk cryptocurrency telah mencapai $1.812 juta per tahun 2020, diproyeksikan meningkat $2.150 juta di tahun ini, dan melambung di angka $5.158 juta tahun 2026 mendatang dengan CAGR 19,04%.
Sementara di Indonesia, menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), investor aset kripto hingga Mei 2021 sudah tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun. Kenaikan ini cukup fantastis, mengingat pada sebulan sebelumnya tercatat 4,8 juta orang dengan nilai transaksi sekitar Rp237,3 triliun (Januari-April 2021).
Dengan volatilitas harga yang tinggi, profil investor kripto biasanya merupakan orang yang berani mengambil risiko. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa aset kripto satu dengan yang lainnya tidak sama. Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.
Dilansir dari Coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar kripto global saat ini mencapai $1,76 triliun, terhitung mengalami penurunan sekitar 2,82%.
Setelah mengumumkan dirilisnya layanan pertukaran cryptocurrency BITBOX di seluruh dunia saat acara LINE Conference 2018, kepada DailySocial LINE Indonesia memberikan konfirmasi bahwa layanan tersebut juga bakal tersedia di Indonesia.
Layanan BITBOX bisa diakses di situs khusus mulai bulan Juli 2018 mendatang dan akan menyediakan lebih dari 30 cryptocurrency populer untuk pengguna di seluruh dunia (kecuali Jepang dan Amerika Serikat).
“Dengan BITBOX, pengguna LINE akan bisa mengakses cryptocurrency dengan mudah, namun juga dilindungi dengan sistem keamanan terkini untuk melindungi aset mereka,” kata CEO LINE Corporation Takeshi Idezawa.
Nantinya BITBOX akan memperdagangkan koin yang populer seperti Bitcoin, Ethereum, Bitcoin Cash, dan Litecoin, dan menawarkan biaya pertukaran rendah 0.1%. Koin yang tersedia telah melalui hasil penyeleksian yang ketat dari tim BITBOX, dipilih oleh panitia internal untuk menawarkan pertukaran cryptocurrency yang terpercaya dan aman untuk para pengguna. Sesuai dengan komitmennya untuk melindungi data penggunanya, LINE membawa sistem keamanannya yang terpercaya untuk pertukaran cryptocurrency.
“Sebagai bagian inti dari layanan financial LINE yang baru, BITBOX berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi akan pilihan layanan finansial yang beragam,” kata Idezawa.
Resmi meluncur Juli 2018
Disinggung apakah nantinya layanan terbaru tersebut akan terintegrasi dengan produk dari LINE, secara khusus layanan baru tersebut memiliki komitmen untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi akan pilihan layanan keuangan yang beragam. Nantinya BITBOX tidak hanya menyediakan akses yang mudah bagi pengguna LINE terhadap cryptocurrency, tetapi juga menyediakan sistem keamanan terbaru agar bisa melindungi aset mereka. Layanan yang dihadirkan sepenuhnya hanya fokus kepada pertukaran cryptocurrency ke cryptocurrency dan tidak menyediakan pertukaran flat currency.
Sebelumnya di acara yang sama. LINE Corp juga mengumumkan bakal merilis LINE Travel, yang merupakan layanan terpadu untuk mencari, membandingkan, dan memesan perjalanan domestik. Pengguna dapat mencari penawaran terbaik lebih dari 250 situs perjalanan populer. Fitur yang akan diluncurkan secara bertahap, dimulai dengan pemesanan akomodasi, diikuti oleh penerbangan dan paket wisata domestik dan internasional pada akhir tahun 2018.
Industri teknologi saat ini diramaikan dengan pembahasan mengenai cryptocurrency, termasuk juga teknologi di belakangnya, blockchain. Teknologi blockchain mendapat banyak sorotan karena dinilai menawarkan sebuah konsep yang mampu mengubah teknologi transaksi dan pertukaran informasi. Sifatnya yang terdesentralisasi secara konsep menawarkan pertukaran informasi yang bisa dengan mudah tersebar dengan keamanan yang diklaim sulit digoyahkan.
Salah satu kabar mengenai blockchain di Indonesia yang cukup ramai adalah turut sertanya salah satu perusahaan plat merah PT POS Indonesia dalam penerapan teknologi ini. Melalui sistem yang dinamai Digiro.in, POS Indonesia ingin memanfaatkan teknologi blockchain untuk banyak hal. Salah satunya adalah untuk layanan multicurrency.
Dalam sebuah pemberitaan Media Indonesia beberapa waktu lalu Direktur Utama PT POS Indonesia Gilarsi Wahju Setijono memaparkan teknologi blockchain bisa diterapkan untuk layanan giro. Hal tersebut diharapkan bisa mengevolusi proses transaksi giro. Dalam pemberitaan tersebut Gilarsi menjelaskan bahwa selama ini POS Indonesia memiliki fungsi dalam pelayanan jasa keuangan, seperti pembayaran, transfer atau pengiriman uang hingga penyaluran pensiunan PNS dan TNI. Nantinya melalui Digiro.in diharapkan pengelolaan aset giro bisa tidak terbatas, lintas mata uang atau multi currency hingga emas dalam bentuk uang.
“Multicurrency dalam aplikasi yang sama bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Bisa juga untuk mengelola aset, seperti digunakan untuk membeli emas yang nantinya tinggal dicairkan di kantor pos. Termasuk sertifikat tanah bisa disimpan di dalamnya,” terangnya.
Selanjutnya sistem Digiro.in juga digadang-gadang bisa menghemat biaya pengiriman uang bagi TKI yang semula 6% sampai 7% menjadi 2%. Sistem tersebut akan melengkapi POS Indonesia tidak hanya sebagai penjualan dan pembelian tetapi juga mengelola dana atau aset nasabah dalam sistem blockchain. Untuk informasi Digiro.in adalah salah satu sistem blockchain yang dikembangkan oleh POS Indonesia hasil kerja sama dengan Corechain.
Belum ada informasi lebih lanjut mengenai sistem Digiro.in dan bagaimana implementasinya di POS Indonesia saat ini. Langkah POS Indonesia dalam implementasi teknologi blockchain dapat diapresiasi sebagai sebuah langkah konkret dalam mencari berinovasi dan mencari solusi berbasis teknologi.