Tag Archives: crypto asset

Para Seniman Digital di Asia Tenggara Membangun Komunitas Online untuk Mendorong Adopsi NFT

Ruanth Chrisley Thyssen terus mengikuti berita setelah mengetahui bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 Angkatan Laut Indonesia ditemukan hilang pada pagi hari tanggal 22 April. Perancang suara nominasi Oscar dan BAFTA yang berbasis di Bali ini, yang anggota keluarganya melayani di angkatan laut, kemudian mengetahui bahwa kapal selam itu ditemukan tenggelam dan hancur berkeping-keping membawa 53 awaknya yang dipastikan tewas.

“Saya berempati terhadap seluruh anggota kru,” ucap Thyssen. “Ketika beritanya menyebar di berbagai platform media sosial, saya melihat video di mana seorang anak laki-laki mengamuk untuk mencegah ayah pelautnya berangkat kerja. Video itu sangat menyentuh,” tambahnya.

Insiden itu memotivasi Thyssen untuk membuat karya seni bernilai NFT untuk mengumpulkan dana guna mendukung keluarga yang terkena dampak tragedi itu. Bersama istrinya, Cindy Thyssen, keduanya menciptakan sebuah karya seni bernama 53 Never Forgotten, sebuah loop animasi 53 detik dari kapal selam yang mengambang di antara gelombang animasi, diisi dengan 53 lapisan suara.

Penggalangan dana yang dimulai pada akhir Mei itu terjadi ketika NFT sedang naik daun karena Beeple dengan karyanya Everydays: The First 5,000 Days yang terjual seharga USD 69 juta pada bulan Maret. Karya lainnya, seperti Stay Free, karya aktivis Edward Snowden, terjual seharga USD 5,4 juta pada April. Replikator, karya seniman Mad Dog Jones, terjual seharga USD 4,1 juta di bulan yang sama.

Proyek penggalangan dana NFT Thyssen, bagaimanapun, hanya mengumpulkan sekitar USD 2.000 pada 8 November, jauh dari target minimum USD 3.000. “Penjualan tidak terlalu bagus. Sebagian besar pembeli dan kolektor di ruang NFT berasal dari Barat. Kebanyakan donatur di Asia atau bahkan Indonesia belum masuk ke ruang NFT, dan mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk berkontribusi,” ujar Thyssen.

Meskipun volume perdagangan NFT di seluruh dunia meroket menjadi USD 10,7 miliar pada Q3 tahun ini, menanjak 704% dari kuartal sebelumnya di Asia Tenggara, menurut Thyssen, hambatan bahasa, biaya transaksi yang mahal, serta kurangnya komunitas NFT lokal telah memperlambat adopsi.

Terlepas dari tantangan-tantangannya, seniman lokal melihat NFT sebagai sumber pendapatan baru yang potensial. Beberapa dari mereka, seperti Thyssen, bahkan membuat komunitas online seperti MetaRupa untuk mendorong pendidikan tentang ruang NFT. Diluncurkan pada bulan Juni, platform ini juga berfungsi sebagai ruang pameran NFT. Sejak ditayangkan, ia telah mengumpulkan lebih dari 400 anggota di saluran Discord-nya.

“Masalah terbesar yang dihadapi seniman Asia Tenggara adalah mereka tidak tahu harus memulai dari mana. Sebagian besar informasi dan sumber daya orientasi tidak tersedia dalam bahasa lokal, dan tidak semua orang fasih berbahasa Inggris,” katanya. Anggota MetaRupa membantu orang lain dengan menerjemahkan informasi yang relevan ke dalam bahasa Indonesia, tambah Thyssen.

Karya seni 53 Never Forgotten memberi penghormatan kepada 53 keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai. Dokumentasi Ruanth Thyssen

Mendobrak hambatan

Seniman Malaysia, Munira Hamzah, selalu bersemangat dalam menciptakan seni piksel (pixel art). Dia juga penggemar berat band rock Linkin Park. Pada bulan Februari, Munira terjun ke dunia NFT dengan kreasi bernama Mike Doge Twerke, yang menggambarkan vokalis utama Linkin Park, Mike Shinoda, dan istrinya Anna, menari dengan kostum binatang. Seni ini terinspirasi oleh adegan dari Twitch tentang rekaman kolaboratif Shinoda, “Dropped Frames.” Dia terkejut mengetahui bahwa Shinoda yang sama adalah pembeli pertama karya seninya seharga MYR 7.400 (USD 1.780) segera setelah dirilis.

Saat ia mulai membuat lebih banyak karya berbasis NFT, Munira menyadari bahwa hanya beberapa seniman Malaysia yang hadir di ruang tersebut. “Sebagian besar seniman Malaysia terisolasi. Mereka tidak saling kenal sama sekali,” kata Munira, yang juga dikenal secara online dengan nama Mumu The Stan, kepada KrASIA.

Navigasi pembayaran crypto menjadi salah satu kesulitan signifikan bagi artis baru, belum lagi “gas fee” untuk mencetak NFT, atau pembayaran yang diperlukan sebagai kompensasi energi komputasi untuk membuat blok informasi baru atau kontrak pada blockchain, seperti Ethereum atau Tezos. OpenSea, salah satu pasar NFT paling populer, membebankan gas fee dari artis saat mereka membuat akun baru, ditambah biaya pencetakan atau minting fee yang ditanggung artis atau pembeli, tergantung pada transaksi saat NFT dijual. Biaya pencetakan pada blockchain Ethereum berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan untuk kekuatan pemrosesan, mulai dari USD 10 hingga USD 100. Platform ini juga membebankan 2,5% dari transaksi akhir sebagai biaya layanan.

Untuk mendorong lebih banyak artis terjun ke ruang NFT, pada bulan Maret, Munira mendirikan Malaysia NFT, sebuah komunitas digital yang menghubungkan pembuat konten lokal di media sosial dan Discord. Platform ini membantu seniman lokal dengan menutupi biaya pencetakan NFT pertama mereka di blockchain Tezos, sementara itu juga menjadi tuan rumah “pesta mentor” untuk menghubungkan dan mendidik orang-orang yang ingin membuat karya berbasis NFT pertama mereka. Pembuatan karya seni baru di Tezos Blockchain saat ini berharga sekitar 0,08 tez (XTZ), atau USD 0,50 dengan nilai tukar saat ini. NFT Malaysia mampu menutupi biaya tersebut berkat sumbangan, penggalangan dana, dan penjualan NFT asli, sebut Munira.

Sementara komunitas lokal seperti NFT Malaysia dan MetaRupa telah membantu mendobrak hambatan, membangun komunitas yang solid dan aktif bukanlah proses yang mudah. Clara Che Wei Peh, pendiri NFT Asia, salah satu komunitas terbesar dari jenisnya di wilayah tersebut, mengatakan kepada KrASIA bahwa kelompok tersebut menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan anggota dan mengembangkan budaya komunitas.

“Pada awalnya, sangat sulit untuk mencari artis NFT yang berbeda di Asia dan terhubung dengan mereka. Pada bulan Februari, saya merasa bahwa ruang itu sebagian besar terfokus pada Barat,” katanya. “Ketika saya berbicara dengan beberapa seniman, terutama yang berbasis di Singapura, kami menyadari bahwa orang mencari ruang untuk menumbuhkan rasa memiliki. Sebuah komunitas untuk berbagi sumber daya dan pembelajaran, dan untuk tetap berhubungan dengan semua hal yang terjadi. Kami kemudian membuat komunitas itu di Discord.”

NFT Asia telah mengumpulkan lebih dari 2.700 anggota. “Kami selalu mendorong anggota kami untuk menjadikan proyek mereka, menghadiri dan menyelenggarakan berbagai acara, dan terhubung dengan pemain lain. Setiap hari Senin, kami akan menyelenggarakan game night yang tidak harus terkait dengan NFT. Ini hanya untuk menumbuhkan rasa kebersamaan,” ujar Peh yang juga seorang peneliti seni dan kurator.

Perkembangan adopsi NFT di Asia Tenggara

Meskipun pasar NFT masih belum matang di Asia Tenggara, kawasan ini tengah menjadi pusat kripto. Vietnam, Filipina, dan Thailand masing-masing berada di peringkat kedua, ketiga, dan kelima dalam hal adopsi crypto di 55 negara pada tahun 2020, menurut data dari Statista.

Thyssen percaya bahwa adopsi crypto akan membantu mendorong pasar NFT “segera.” Dia juga menyebutkan bagaimana pesatnya pertumbuhan game play-to-earn seperti Axie Infinity di wilayah tersebut juga dapat memengaruhi lebih banyak orang untuk bergabung di ruang NFT.

Serangkaian acara seni kripto juga telah muncul di seluruh Asia Tenggara dalam kemitraan dengan komunitas NFT lokal, termasuk Art Moments Jakarta, Art Fair Philippines, dan CryptoArt Week Asia (CAWA). Malaysia NFT bermitra dengan CAWA pada bulan Juli untuk meluncurkan galeri seni kripto pertama di Malaysia, sementara 53 Never Forgotten menjadi karya seni NFT pertama yang ditampilkan di Art Moments Jakarta 2020.

“Gaya artistik yang berasal dari komunitas kreatif Asia Tenggara sangat berbeda dari apa yang kita lihat di Barat. Sejauh ini, kita telah melihat karya seni yang sangat spesifik, minimalis, dan abstrak. Tetapi ketika menemukan beberapa karya seniman lokal, Anda dapat langsung mengetahui bahwa itu adalah karya seniman Asia Tenggara,” kata Thyssen.

“Pengaruh budaya yang unik” dari seniman Asia Tenggara akan membawa lebih banyak warna ke ruang NFT, yang sejauh ini sebagian besar berfokus pada Barat, tambah Munira.

“Semakin banyak seniman Asia membawa pengaruh dan perspektif budaya mereka ke ruang NFT, akan ada lebih banyak keragaman, tidak hanya di [latar belakang] seniman tetapi dalam konten seni itu sendiri,” tambahnya.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Meskipun kondisi sedang "bearish", bursa aset kripto baru terus bermunculan di Indonesia

Dinamika Bursa Aset Kripto di Indonesia

Akhir tahun 2018 lalu harga mata uang kripto atau cryptocurrency terus mengalami tren penurunan. Mantan CEO Paypal Bill Harris kepada CNBC berpendapat bahwa nilai bitcoin akan terus turun karena tidak ada “nilai” yang terkandung di dalamnya.

Bitcoin pernah naik lebih dari 1.300% pada 2017 menjadi hampir US$20.000, kemudian kehilangan hampir setengah nilainya dalam tiga bulan pertama tahun 2018. Bitcoin merosot di bawah US$6.000 pada bulan November 2018.

“Harus ada sesuatu yang mendukungnya. Bitcoin tidak menghasilkan pendapatan, tidak ada profitabilitas,” kata Harris.

Menurut sejumlah pemain industri di Indonesia, cryptocurrency seperti bitcoin adalah teknologi yang masih tergolong baru dan lifecycle teknologi baru tidak selalu linier atau selalu naik.

“Kita semua bisa melihat harganya yang kadang naik, kadang turun. Dengan perubahan harga yang begitu cepat, sebenarnya ini daya tarik dari cryptocurrency sendiri. Harga turun jadi momentum untuk membeli bitcoin. Lalu, bitcoin disimpan untuk jangka panjang hingga momen harganya naik untuk dijual kembali,” kata Community & Event Luno Debora Ginting kepada DailySocial.

Jaminan pemerintah

Meskipun sudah ada tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa bitcoin secara global mengalami penurunan yang menyebabkan banyak aksi penjualan secara besar-besaran (sell-off) pada bulan November 2018, di awal tahun ini Indonesia banyak disambangi marketplace cryptocurrency asing. Mulai dari Upbit dan GoPax, keduanya dari Korea Selatan, serta Liqnet yang berbasis di Singapura.

Menurut CEO Upbit APAC Alex Kim, kedatangan Upbit ke Indonesia karena adanya potensi bisnis blockchain dan kejelasan hukum terkait dengan aset kripto yang menarik perhatian pemain asing. Indonesia juga disebutkan telah melahirkan startup unicorn dan memiliki pasar yang dinilai sangat antusias.

“Saya melihat bisnis tradisional juga dapat mengambil manfaat dengan mengeksplorasi teknologi blockchain untuk mengubah bisnis mereka, seperti yang mereka lakukan dengan teknologi internet. Blockchain tidak akan menjadi alat yang cocok untuk semua. Tetapi kepercayaan dan efisiensi yang diberikannya bisa menjadi bagian yang hilang dalam menyelesaikan banyak masalah bisnis.”

Secara khusus ada tiga faktor mengapa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pasar cryptocurrency. Mulai dari besarnya populasi hingga penetrasi pasar terhadap penggunaan smartphone yang juga tinggi, di mana lebih dari 50% orang Indonesia sudah menggunakan internet dan smartphone dalam kehidupan sehari-hari. Sementara dari sisi regulasi, para regulator juga mendukung transaksi jual-beli ini dan sepenuhnya diawasi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (Bappebti).

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (Bappebti) di awal tahun ini menelurkan Peraturan No 5 Tahun 2019 yang mengatur ketentuan penyelenggaraan pasar aset kripto di bursa berjangka.

Peraturan ini merupakan tindak lanjut Peraturan Menteri Perdagangan No. 99 Tahun 2018 tentang perdagangan aset kripto yang menjadi pegangan exchange besar yang tertarik menjajaki bisnis di Indonesia.

“Negara kita yang sudah mulai mengulik mengenai regulasi yang sebenarnya membuat para crypto exchanger lebih berani untuk masuk. Namun, mungkin dengan regulasi yang ada, para crypto exchanger asing akan terkendala dengan besarnya minimum kapital yang diterapkan untuk mendapatkan izin beroperasi di Indonesia nantinya,” kata Debora.

Dengan keluarnya peraturan tersebut, semua pedagang aset kripto diwajibkan melengkapi dokumen yang diminta regulator. Jika sudah sesuai dengan persyaratan yang diminta, legalitas mereka sebagai platform bursa aset kripto menjadi lebih terjamin.

“Dengan memberikan kejelasan hukum tentang aset kripto sebagai komoditas, dengan jelas menetapkan standar untuk integritas pasar, perlindungan investor, dan pencegahan pencucian uang atau pendanaan teroris. Saya percaya bahwa regulator akan sangat mempercepat inovasi yang sehat ke arah yang lebih matang,” kata Alex.

Selain nama-nama yang sudah disebut di atas, setidaknya sudah ada 20 marketplace aset kripto yang beroperasi di Indonesia, seperti Indodax, Luno, Triv, Tokocrypto, NUCEX, NUSAX, Coinone, Huobi Pro, Rekeningku, UDAX, BITRADX, BITOCTO, Bitsten, Biido, Tokenomy, Pintu, Latoken, Liquid, dan Marketcrypto.

Demografi pengguna

Meskipun sebagian marketplace aset kripto melakukan edukasi ke pasar guna menarik lebih banyak pengguna, saat ini belum banyak pengguna yang melakukan transaksi jual-beli aset kripto di Indonesia.

“Sebagai operator pasar sekunder, kami memiliki dua jenis pengguna, investor dan emiten. Di sisi investor, pengguna target saat ini adalah generasi yang mengerti teknologi. Mereka terbuka untuk teknologi baru dan mengikuti tren global terbaru dengan rasa ingin tahu yang besar. Meski demikian, jumlah investor crypto-asset sangat kecil saat ini,” kata Alex.

Menurut CEO Indodax Oscar Darmawan, populasi Indonesia saat ini paling banyak berada di usia produktif.

“Kaum muda atau milenial punya perhatian dan ketertarikan terhadap sebuah inovasi, utamanya teknologi. Sebab mereka pada umumnya menginginkan sesuatu yang serba cepat, mudah dan aman. Teknologi menjawab aspirasi mereka, salah satunya melalui Blockchain yang mendukung eksistensi Bitcoin sebagai aset digital yang perlu dimiliki dan telah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda masa kini.”

Jika diurai lebih lanjut, di Indonesia sendiri terdapat beberapa target pasar yang diincar pemain bursa aset kripto di Indonesia, pertama adalah rentang usia produktif 23-44 tahun.

Berikutnya adalah pengkategorian berdasarkan interest dan background. Para penggiat dan pelaku investasi digolongkan ke dalam beberapa subgrup berdasarkan jenis investasi yang mereka lakukan, di antaranya adalah penggemar aset kripto, stocks, dan forex investor/trader, dan wealth atau fund manager.

Kategori yang terakhir diklaim merupakan pengguna bursa aset kripto terbanyak saat ini. Mereka sudah mengetahui dan terbiasa melakukan transaksi jual-beli, di luar aset kripto.

Salah satu investor, sebut saja Cak Uding, mengatakan kebanyakan investor Indonesia saat ini cenderung sekadar “main-main” di bursa kripto. Meskipun ia tidak menampik ada trader yang berani bertransaksi dengan jumlah besar, kebanyakan tidak berbasiskan pertimbangan matang. Hal ini berbeda dengan investor di pasar saham konvensional.

“Saya melihat masih banyak yang prematur [sebagai produk investasi] dan volatilitas transaksi kebanyakan didorong oleh rumor atau gosip. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah persoalan jaminan hukum,” ujarnya.

Seorang investor lain, sebut saja Andre, melihat kebanyakan bertransaksi di aset kripto karena ikutan-ikutan.

“Sebagai trader, saya melihat di Indonesia sepertinya banyak yang ‘ikut-ikutan’. Trading setelah terjadi booming bitcoin di tahun 2017. Banyak orang berbondong-bondong mencari keuntungan dari bertransaksi jual beli di kripto waktu itu. Tapi kalau melihat tren sekarang, saat harga kripto merosot tajam, banyak yang melakukan withdrawal untuk mengamankan asetnya atau bahkan mengalihkannya ke investasi lain,” katanya.

Fase awal

CCO Tokocrypto Teguh Harmanda kepada DailySocial mengakui bursa aset kripto saat ini masih berada di fase awal. Sampai saat ini secara demografi belum bisa diketahui secara jelas siapa trader bursa mata uang digital di Indonesia.

“Terus terang untuk old trader [yang sudah cukup lama berkecimpung di produk ini -Red] mereka tidak menemukan masalah, karena masih tetap bisa menemukan profit saat ini. Tapi bagi trader baru yang melihat sentimen harga kripto yang luar biasa, saya rasa mentalnya belum cukup mampu untuk melihat pasar yang sedang bearish ini.”

Teguh sendiri masih percaya jika suatu saat kripto akan memberikan keuntungan positif, ketika teknologi yang melandasinya berbasis blockchain, sudah diadopsi secara masif.

Sementara menurut Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Steven Suhadi, meskipun mengalami penurunan secara besar-besaran sepanjang tahun 2018, namun ia melihat untuk beberapa tahun ke depan tren bursa aset kripto akan makin meningkat. Bukan hanya digunakan oleh existing user tapi pengguna baru.

“Jika kita lihat di Amerika Serikat dan negara lain, trennya makin meningkat. Dan dengan adanya regulasi serta aturan yang mengatur soal crypto asset exchange paling tidak bisa membantu meyakinkan masyarakat untuk menggunakan bursa aset kripto lokal dan asing di Indonesia,” kata Steven.

Indodax's CEO, Oscar Darmawan

Indodax to Comply with Bappebti’s New Regulation for License

Indodax, the biggest crypto asset market platform in Indonesia, announced its main focus to comply with the new regulations issued by the Commodity Futures Trading Commission (Bappebti) on February, 12th.

Oscar Darmawan, Indodax’s CEO said the team wants the crypto asset market platform to acquire official license. Currently, Indodax is a company under PT Indodax Nasional Indonesia.

He admits some points to highlight as an issue. In his opinion, the required capital for business players to register as crypto asset sellers is quite high.

In the Bappebti’s Law No. 5 in 2019 of Technical Rules to Organize Crypto Asset Physical Market in the future market include (1) Capital for futures company of Rp1.5 trillion, (2) Capital for crypto asset storage of Rp1.2 trillion, and (3) Capital for crypto asset trading of Rp1 trillion.

“We’re running those three points, therefore we (need) three licenses. Our focus this year is to be a crypto asset market platform with license,” he said in the Indodax’s Badai Hadiah Pers Conference last time.

Darmawan said he’ll keep discussing with some parties including Bappebti to explore the new regulation. “We’re indeed trying to get permission. However [in terms of regulation] we let Bappebti to take control, we’ll try to comply and discuss,” he added.

Currently, Indodax have more than 30 digital assets to trade with 1.5 million members in Southeast Asia per December 2018. Last year’s income is claimed to have increased by two times from the previous year. He aims for an additional 500 thousand new users this year.

Meanwhile, Indodax’ Chief Technology Officer, William Sutanto said the team is trying to comply with the new regulation in terms of technology. One is to obtain ISO certification.

Included in the regulation, some required ISO certifications, such as ISO 27001 (Information Security Management System), ISO 27017 (cloud security), and 27018 (cloud privacy) if the crypto asset physical sellers are using cloud.

“This year, [certification] must be obtained. There will be further discussion,” he added.

Tokenized Economy Phenomenon

One of the concrete implication of cryptocurrency is tokenized economy realization in the future. All physical assets to financial can be converted to token in real time.

Rahmat Waluyanto, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia’s (KSEI) Chief Commissioner has predicted the tokenized economy to be a big phenomenon worldwide, at least in 5-10 years ahead.

He said the cryptocurrency market capitalization has reached $211 billion worldwide per 2018. The fundraising of Initial Coin Offerings (ICO) has exceeded $15 billion.

Currently, cryptocurrency is indeed illegitimate in Indonesia because it’s considered a commodity. Unless the other countries where crypto has been traded in the Securities and Exchange Commission (SEC) capital market.

“The token system is not very impactful, yet raises opportunities and implications, to build up financial system. In addition, to make advance access to financial inclusion,” he mentioned at the event.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indodax Aturan Bappebti

Indodax Bakal Penuhi Syarat Aturan Baru Bappebti Demi Kantongi Izin

Indodax, platform perdagangan aset kripto terbesar di Indonesia, mengaku akan fokus memenuhi segala persyaratan dalam aturan baru yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) pada 12 Februari lalu.

Menurut CEO Indodax Oscar Darmawan, pihaknya ingin platform perdagangan aset kripto miliknya mengantongi izin resmi. Diketahui, saat ini Indodax masih berstatus sebagai perusahaan umum biasa di bawah nama PT Indodax Nasional Indonesia.

Ia mengakui ada poin yang dianggap memberatkan dalam aturan tersebut. Menurutnya, modal yang diminta bagi pelaku usaha yang ingin mendaftar sebagai pedagang fisik aset kripto masih terlalu besar.

Dalam Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka disebutkan (1) Modal untuk perusahaan berjangka Rp1,5 triliun, (2) Modal untuk penyimpanan aset kripto Rp1,2 triliun, dan (3) Modal untuk perdagangan aset kripto Rp 1 triliun.

“Nah kita menjalankan ketiga poin tersebut makanya kami [harus punya] tiga izin. Fokus kami tahun ini menjadi platform perdagangan aset kripto yang punya izin resmi,” ujarnya ditemui di Konferensi Pers Badai Hadiah Indodax beberapa waktu lalu.

Oscar mengaku masih akan terus berdialog dengan sejumlah pihak termasuk Bappebti untuk mempelajari aturan baru tersebut. “Kami memang sedang berusaha untuk memperoleh izin. Tapi [soal aturan] kami serahkan ke Bappebti, kami akan coba comply dan terus berdiskusi,” katanya.

Saat ini, Indodax memperdagangkan lebih dari 30 aset digital, dengan 1,5 juta member di Asia Tenggara per Desember 2018. Pendapatannya di 2018 diklaim naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Oscar membidik tambahan 500 ribu pengguna baru tahun ini.

Sementara itu Chief Technology Officer Indodax William Sutanto mengungkap bahwa pihaknya juga berupaya untuk comply dengan aturan baru ini dari sisi teknologi. Salah satunya adalah memenuhi sertifikasi ISO.

Dalam aturan tersebut, sejumlah sertifikasi ISO yang wajib dipenuhi antara lain ISO 27001 (Information Security Management System), serta ISO 27017 (cloud security) dan 27018 (cloud privacy) apabila pedagang fisik aset kripto menggunakan cloud.

“Tahun ini [sertifikasi] harus dipenuhi. Nanti bakal ada diskusi lebih lanjut,” kata William.

Fenomena tokenized economy

Salah satu implikasi konkret terhadap mata uang kripto (cryptocurrency) adalah terwujudnya tokenized economy di masa depan. Segala macam aset fisik hingga keuangan dapat dikonversi dalam bentuk token dalam dunia yang sesungguhnya.

Komisaris Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Rahmat Waluyanto bahkan memprediksi tokenized economy bakal menjadi fenomena besar di dunia setidaknya dalam kurun 5-10 tahun lagi.

Ia menyebut kapitalisasi pasar mata uang kripto telah mencapai $211 miliar di dunia per 2018. Pengumpulan dana dari hasil Initial Coin Offerings (ICO) juga telah menembus angka $15 miliar

Memang saat ini kripto memang belum menjadi mata uang yang sah di Indonesia karena masih dianggap sebagai komoditi. Berbeda dengan di luar negeri di mana kripto telah diperdagangkan di pasar modal Securities and Exchange Comission (SEC).

“Sistem token sebetulnya tidak memberikan dampak banyak, tetapi memunculkan peluang dan implikasi, yakni memperkuat sistem keuangan. Selain itu, mendorong akses ke inklusi keuangan,” tuturnya yang turut hadir di acara.

Upbit adalah bursa "crypto asset" yang memperdagangkan transaksi berbasis Rupiah secara "real time"

Marketplace Kripto Korea Selatan Upbit Fokus Kembangkan Ekosistem di Indonesia

Salah satu bursa crypto asset asal Korea Selatan yang meresmikan kehadirannya di Indonesia adalah Upbit. Didirikan oleh Dunamu Inc. pada tahun 2017, Upbit mengklaim sebagai bursa pertukaran crypto asset terbesar di Korea Selatan dengan teknologi blockchain kelas dunia dan bisa diakses melalui melalui situs dan aplikasi Android dan iOS.

“Selama ini perusahaan Korea Selatan selalu mencari pasar baru untuk mengembangkan bisnis. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi besar untuk berkembangnya crypto asset, menjadi ideal untuk ekspansi bisnis kami,” kata CEO Upbit APAC Alex Kim.

Upbit muncul sebagai salah satu bursa crypto asset yang memperdagangkan transaksi berbasis IDR secara real time untuk lebih dari 150 crypto asset.

“Saat ini Upbit merupakan satu-satunya platform crypto asset digital yang meluncurkan aplikasi dalam versi iOS. Di Korea Selatan sendiri hampir 80% transaksi dilakukan melalui aplikasi,” klaim Alex.

Berkonsultasi dengan BAPPEBTI

Di Indonesia industri blockchain dan cryptocurrency sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah. BAPPEBTI menyatakan bahwa bitcoin merupakan sebuah komoditas digital dan bukan sebagai alat pembayaran. BAPPEBTI bertugas untuk mengawasi, namun belum ada aturan yang pasti terkait dengan bursa kripto dan hal-hal terkait di dalamnya.

Selain Upbit, pelaku usaha crypto asset asing mulai berdatangan ke Indonesia, termasuk GoPax dan Liqnet. Dengan jaringan yang dimilikinya, kehadiran Upbit di Indonesia diharapkan bisa menjembatani pemain kripto di Indonesia untuk berkiprah secara global.

Disinggung tentang target pengguna platform-nya, Alex menegaskan Upbit menerima semua kalangan masyarakat.

“Memang jika dilihat industri kripto saat ini masih dalam early stage. Namun saya melihat ke depannya bursa pertukaran crypto asset akan menjadi relevan di kalangan mainstream sehingga pengguna dan industrinya bisa tumbuh bersama,” kata Alex.

Application Information Will Show Up Here