Tag Archives: cs go

Valve Bakal Terapkan Sistem Overwatch di Dota 2. Efektifkah?

Semakin tinggi pohon, semakin lebat buahnya, dan semakin kencang pula angin yang menerpanya. Pepatah ini tampaknya juga berlaku di industri game. Semakin populer sebuah game, semakin banyak pula jumlah pemainnya, dan semakin banyak juga masalah yang akan dihadapi oleh sang developer/publisher.

Masalah yang biasanya muncul di game multiplayer online adalah pemain yang berbuat curang atau pemain yang berlaku toxic. Sebagai publisher dari Dota 2 dan Counter-Strike: Global Offensive, Valve familier dengan masalah-masalah tersebut. Untuk mengurangi jumlah cheaters di CS:GO, Valve lalu menerapkan sistem Overwatch. Sekarang, mereka berencana untuk menerapkan sistem serupa di Dota 2.

 

Apa Itu Sistem Overwatch?

Valve meluncurkan update baru untuk Dota 2 pada 27 Januari 2021. Salah satu hal baru yang Valve perkenalkan dalam update itu adalah sistem Overwatch, yang memungkinkan komunitas untuk meninjau laporan sesama pemain Dota 2. Memang, sebelum Valve memperkenalkan sistem Overwatch sekalipun, Dota 2 sudah dilengkapi dengan sistem reporting. Pada akhir sebuah game, para pemain bisa melaporkan pemain lain yang melakukan tindakan bermasalah.

Ada tiga alasan mengapa seorang pemain dilaporkan. Pertama, jika seorang pemain berkata kasar, baik via suara maupun teks. Kedua, ketika seseorang secara sengaja mempersulit timnya sendiri. Terakhir, saat seorang pemain menjadi feeder dengan sengaja. Pemain yang sering dilaporkan oleh pemain lain akan terkena hukuman berupa communications ban atau dimasukkan dalam low priority game.

Satu hal yang harus diingat, sistem reporting Dota 2 sepenuhnya terotomatisasi. Hal itu berarti, Valve akan secara otomatis menghukum seorang pemain yang dilaporkan bermasalah beberapa kali. Untuk memastikan para pemain Dota 2 tidak sembarangan melaporkan pemain lain, Valve membatasi jumlah communication reports yang bisa dibuat oleh seorang pemain.

Tiga alasan pemain Dota 2 dilaporkan. | Sumber: Gamepedia
Tiga alasan pemain Dota 2 dilaporkan. | Sumber: Gamepedia

Sistem Overwatch memungkinkan komunitas untuk meregulasi diri mereka sendiri. Setelah Valve mengaktifkan sistem Overwatch, para pemain Dota 2 yang memiliki reputasi bagus akan terpilih sebagai reviewer. Sebagai reviewer, seseorang bisa meninjau laporan dari pemain lain dan menentukan apakah pemain yang dilaporkan memang bersalah atau tidak.

Saat ini, masih belum diketahui kriteria apa saja yang harus dimiliki seseorang untuk bisa menjadi reviewer dalam sistem Overwatch di Dota 2. Di CS:GO, kriteria untuk menjadi seorang investigator — sebutan untuk pemain yang menilai apakah seseorang berbuat curang — adalah jumlah wins, umur akun, total hours played, jarang dilaporkan, dan lain sebagainya.

Cara kerja sistem Overwatch di Dota 2 cukup sederhana. Jika Anda menemukan pemain toxic ketika bermain Dota 2, Anda bisa melaporkannya dengan mengklik ikon flag di hero portrait dari pemain yang bermasalah atau melaporkannya langsung via scoreboard. Anda juga bisa memberikan marker saat game berlangsung. Tujuannya, untuk menandai kapan perilaku bermasalah terjadi dan memudahkan para reviewer dalam meninjau kasus yang dilaporkan. Anda bisa melaporkan seorang pemain  lebih dari satu kali. Hanya saja, sama seperti communication reports, Valve juga membatasi jumlah Overwatch report yang bisa Anda lakukan.

Valve juga akan menerapkan sistem Overwatch di Dota 2.
Valve juga akan menerapkan sistem Overwatch di Dota 2.

Sementara itu, para pemain yang dianggap pantas untuk menjadi reviewer akan mendapatkan notifikasi ketika ada video laporan yang bisa mereka tinjau. Seorang reviewer tidak diwajibkan untuk meninjau kasus yang mereka dapatkan. Ketika seorang reviewer memutuskan untuk menilai video yang dilaporkan, mereka bisa melihat bagian yang ditandai oleh pelapor. Setelah itu, reviewer bisa memutuskan apakah pemain yang dilaporkan memang bermasalah atau tidak. Seorang reviewer juga bisa menetapkan, bukti tidak cukup untuk menentukan apakah pemain yang dilaporkan bersalah atau tidak.

Untuk memastikan para reviewer tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka, Valve juga akan meninjau performa dari para reviewers. Semakin sering seorang reviewer memberikan keputusan yang tepat, maka semakin tinggi pula nilai akurasi mereka. Begitu juga sebaliknya. Jika nilai akurasi seorang reviewer terus turun, mereka bisa kehilangan hak sebagai rewiever.

 

Seberapa Efektif Sistem Overwatch?

Valve tidak hanya menerapkan sistem Overwatch di Dota 2. Faktanya, mereka telah menggunakan sistem Overwatch di CS:GO sejak 2013. Secara garis besar, sistem Overwatch yang diterapkan di Dota 2 serupa dengan apa yang Valve gunakan di CS:GO. Hanya saja, tujuan Valve untuk menerapkan sistem Overwatch di kedua game itu tampaknya agak berbeda. Di Dota 2, Valve kelihatannya ingin untuk meminimalisir perilaku toxic dari para pemainnya. Sementara di CS:GO, tujuan utama sistem Overwatch adalah untuk mengurangi orang-orang yang berbuat curang.

Ketika Valve pertama kali memperkenalkan sistem Overwatch di CS:GO, tanggapan komunitas beragam. Sebagian orang menyambut keberadaan sistem itu dengan antusias. Mereka bahkan mencari tahu tentang bagaimana cara menjadi investigator. Sementara itu, sebagian pemain CS:GO lain mengaku tak terlalu tertarik untuk meninjau laporan dari para pemain lain meskipun mereka ditunjuk sebagai investigator. Sampai sekarang, sistem Overwatch di CS:GO tetap berjalan, walau sebagian investigator mengeluhkan bahwa laporan Overwatch kini dipenuhi dengan orang-orang yang menggunakan spinbot.

Sistem Overwatch di CS:GO masih berjalan hingga sekarang.
Sistem Overwatch di CS:GO masih berjalan hingga sekarang. | Sumber: DailyEsports

Sebelum Valve menerapkan sistem Overwatch, Riot Games sebenarnya telah menggunakan sistem serupa di game MOBA mereka, League of Legends. Sistem yang dinamai The Tribunal ini diperkenalkan pada Mei 2011. Meskipun mirip, The Tribunal memiliki mekanisme yang agak berbeda dari sistem Overwatch yang Valve terapkan di CS:GO dan Dota 2.

Salah satu hal yang membedakan The Tribunal dengan Overwatch adalah kriteria dari pemain yang bisa meninjau laporan dari pemain lain. Valve menentukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk pemain CS:GO sebelum dia bisa menjadi investigator. Sementara itu, satu-satunya syarat yang Riot tetapkan adalah level pemain. Pada awalnya, Riot menetapkan bahwa semua pemain yang setidaknya telah mencapai level 30 boleh ikut serta dalam The Tribunal. Level persyaratan ini kemudian diturunkan menjadi level 20.

Setiap hari, seorang pemain LOL bisa meninjau hingga 20 kasus. Sama seperti sistem Overwatch, The Tribunal juga punya skor untuk menentukan tingkat akurasi dari para pemain yang aktif dalam The Tribunal. Skor ini Riot namai Justice Rating. Hanya saja, Justice Rating seseorang ditentukan berdasarkan apakah keputusannya sesuai dengan keputusan mayoritas pemain di The Tribunal.

Hal lain yang membedakan The Tribunal dengan sistem Overwatch adalah data yang dapat diakses oleh para peninjau. Dalam sistem Overwatch, seorang investigator/reviewer bisa mengakses video dari pertandingan pemain yang dilaporkan. Sementara Riot memberikan chat logs, statistik game, serta laporan mendetail terkait sebuah kasus.

The Tribunal juga dilengkapi dengan Justice Rating. | Sumber: Wiki
The Tribunal juga dilengkapi dengan Justice Rating. | Sumber: Wiki

Tanggapan komunitas LOL akan sistem The Tribunal juga terpolarisasi. Sebagian pemain menganggap, The Tribunal berjalan dengan baik. Sementara sebagian yang lain merasa, sistem The Tribunal pantas untuk dihapuskan. Satu hal yang pasti, Riot memang berhenti menggunakan sistem The Tribunal pada 2014.

Sayangnya, Riot tidak menjelaskan alasan mengapa mereka berhenti menerapkan sistem The Tribunal. Di kalangan pemain League of Legends, muncul sejumlah teori terkait hal ini. Sebagian pemain merasa, The Tribunal tidak berjalan dengan baik karena setiap pemain punya anggapan yang berbeda tentang perilaku toxic. Sementara sebagian pemain lainnya percaya, The Tribunal tidak berjalan dengan baik karena para pemain bisa menyalahgunakan sistem ini untuk melaporkan pemain yang tak bersalah hanya karena mereka kalah atau tidak senang dengan gaya bermain mereka.

Sumber: blog Dota 2, blog League of Legends, blog CS:GO

astralis group umumkan laporan keuangan

Astralis Group Umumkan Laporan Keuangan, Hasilnya “Memuaskan”

Organisasi esports asal Denmark, Astralis Group, mengumumkan laporan hasil keuangan pertamanya. Dalam laporannya, mereka menyebutkan bahwa pendapatan mereka mencapai €6,5 juta (sekitar Rp105,6 miliar), 11,5 persen lebih tinggi dari perkiraan mereka. Meskipun begitu, mereka masih mengalami kerugian sebesar €4,6 juta (sekitar Rp74,8 miliar). Sementara EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mereka adalah -€3,06 juta (sekitar Rp49,7 miliar). Ini semua masih sesuai dengan perkiraan laporan keuangan yang dibuat oleh Astralis Group sebelumnya.

“Secara keseluruhan, laporan keuangan kami sesuai perkiraan. Itu berarti, laporan keuangan kami memuaskan. Astralis baru berdiri sebagai perusahaan sejak Agustus 2019, jadi seharusnya, tidak banyak kejutan dalam laporan keuangan tahunan kami. Kecuali pendapatan kami yang lebih tinggi, yang disebabkan karena total uang hadiah yang dimenangkan oleh tim Astralis, laporan keuangan kami sesuai dengan proyeksi kami yang cukup ambisius,” kata Anders Horsholt, CEO Astralis Group, dikutip dari Esports Insider.

Lebih lanjut, dia berkata, “Saya melihat ini sebagai tanda bahwa bisnis kami sehat. Sejak menjadi perusahaan pada Agustus 2019, kami telah menandatangani dan memperpanjang sejumlah kerja sama penting dengan beberapa sponsor dan rekan media. Kami juga telah menjalin kerja sama strategis dengan ESL Pro League.”

Menurut laporan Gaming Street, sejak IPO pada Desember 2019 lalu, banyak pihak yang tertarik untuk mengamati Astralis Group, ingin tahu apakah organisasi esports itu akan bisa menjustifikasi valuasi perusahaan mereka. Fakta bahwa laporan keuangan mereka sejalan dengan perkiraan mereka adalah kabar baik. Sebagai perusahaan yang fokus pada tim esports, jika Astralis Group bisa menemukan cara untuk sukses, organisasi esports lain akan bisa meniru apa mereka lakukan.

Astralis group umumkan laporan keuangan
Tim-tim yang ada di bawah Astralis Group. | Sumber: The Esports Observer

“Sejak awal, kami sudah sangat ambisius dan awal tahun 2020 menjadi validasi dari strategi kami. Kami akan terus mencari rekan kerja sama dan memperbesar tim kami. Sekarang, kami menjadi salah satu pemilik dari ESL Pro League dan telah menandantangani kontrak dengan BLAST Premier untuk season 2020,” kata Horsholt.

Horsholt juga membahas tentang performa tim-tim Astralis Group yang sangat baik. Tim Counter-Strike: Global Offensive mereka kini menjadi nomor satu di dunia, sementara Origen, tim League of Legends mereka juga sukses di League of Legends European Championship. Selain itu, Astralis Group juga memiliki tim FIFA yang disebut Future FC. Pada tahun 2020, dia mengungkap, Astralis juga berencana untuk masuk ke competitive scene dari satu game baru.

“Tahun 2019 adalah tahun yang sangat menggairahkan bagi Astralis Group dan saya sangat bangga akan pencapaian kami selama ini,” ujar Horsholt. “Kami percaya, kami masih memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih besar. Dan kami akan mengumumkan rencana kami terkait media channels dan hubungan kerja sama baru dalam beberapa bulan ke depan.”

Tak Mau Kalah dari Audi-Astralis, Mercedes-Benz Sponsori SK Gaming

Industri esports di barat sana mungkin bisa dibilang sudah hampir sama besar dengan industri olahraga. Hal tersebut terlihat salah satunya dari banyaknya brand besar yang sudah berinvestasi ke klub esports. Sebelumnya, Puma bekerjasama dengan Cloud9 sedangkan OnePlus dengan Fnatic yang menjadi sponsor utama dan muncul sebagai logo di dada.

Ternyata gelombang dukungan brand terhadap industri esports tidak berhenti sampai situ saja. Baru-baru ini ada tim esports lain yang mendapat kepercayaan tersebut. Ia adalah organisasi SK Gaming yang bekerja sama dengan salah satu merek mobil mewah Mercedes-Benz. Bukan hanya itu saja, SK Gaming juga bekerja sama dengan salah satu klub sepakbola Jerman, yaitu FC Koln.

Sumber: dexerto.com
Sumber: SK Gaming

Kerjasama ini muncul dalam bentuk investasi. Menurut Esports Insider, SK Gaming dikatakan melepas 67% saham mereka kepada dua brand tersebut. Sebagai bentuk dari kerjasama yang terjadi, logo dari Mercedes-Benz akan muncul di bagian depan jersey SK-Gaming sebagai logo dada dan ada tagar #effzeh sebagai logo lengan yang merupakan bentuk promosi branding dari tim FC Koln.

Terkait hal tersebut, Bettina Fetzer, VP Marketing Mercedes-Benz mengatakan kepada Esports Observer “Kami kagum dengan antusiasme generasi muda terhadap professional gaming. Kami juga kagum terhadap minat dari media baru ini (esports), serta bentuk komunikasi antar fans di dalam komunitas”

Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL Dota 2 Sumber: vpesports.com
Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL One Katowice 2018. Sumber: VPEsports

Ini bukan kali pertama Mercedes-Benz turut mendukung industri esports. Mereka sendiri pertama kali masuk industri esports dengan melakukan rekanan dengan salah satu penyelenggara esports terbesar di dunia yaitu ESL, tahun 2017. Sejak saat itu Mercedes-Benz selalu muncul di berbagai kompetisi ESL, bahkan menjadi salah satu hadiah bagi MVP dalam kompetisi Dota 2 dari ESL.

SK Gaming sendiri merupakan salah satu organisasi esports tertua di dunia. Pertama kali berdiri di Jerman pada tahun 1997, SK Gaming selama ini terkenal sebagai organisasi esport terkuat di CS:GO.

Sedangkan untuk pemain raksasa dari industri otomotif lainnya yang telah masuk ke esports adalah Audi yang sudah lebih dulu meminang salah satu tim terkuat di CS:GO lainnya asal Denmark, Astralis.