Setelah melewati proses seleksi selama dua bulan, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menetapkan 11 startup yang akan menjadi delegasi Indonesia untuk ajang kompetisi dan konferensi Startup Istanbul di Turki pada 6-10 Oktober 2016 mendatang. Dari total delegasi, enam startup di antaranya akan mengikuti kompetisi dengan 489 startup lainnya dari Eropa dan Asia untuk memperebutkan hadiah berupa uang tunai, peluang bisnis dan investasi global.
Fadjar Hutomo selaku Deputi Akses Permodalan Bekraf mengatakan acara ini adalah salah satu acara yang bergengsi di dunia startup. Sekaligus menjadi salah satu bentuk komitmen yang nyata dari Bekraf dengan menciptakan platform yang mempertemukan startup dengan investor.
Pasalnya salah satu kendala yang masih dihadapi oleh startup lokal adalah terbatasnya sumber pendanaan. Mayoritas penyaluran pinjaman berasal dari industri perbankan. Hal ini menyebabkan terjadinya mismatch dengan startup. Sementara itu startup tergolong industri kreatif, jaminannya adalah kekayaan intelektual sehingga tidak berbentuk fisik.
Beda konsepnya dengan aturan main di bank yang harus memiliki fixed asset untuk dijadikan jaminan. “Kami inginkan seluruh delegasi bisa memanfaatkan dengan baik dari ajang internasional ini sebagai lahan untuk belajar, menambah pengalaman, relasi bisnis, dan bertemu dengan calon investor yang potensial,” ujarnya, Jumat (30/9).
CEO KlikTukang Astrid Wibisono menambahkan, lewat kesempatan ini pihaknya semakin termotivasi untuk terus inovasi mengembangkan produk dan layanan KlikTukang. Sekaligus dalam menghadapi persaingan bisnis dengan kompetitor. “Dari ajang ini kami ingin banyak belajar menjaga service quality sebagai medium penghubung pengguna dengan pemberi jasa KlikTUkang.”
Senada dengan Astrid, CEO Urbanhire Benson Kawengian mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi dukungan Bekraf terhadap pengembangan ekosistem startup di Indonesia. Menurutnya, tim Urbanhire akan mendapatkan mentoring dan mengikuti kompetisi startup bertaraf internasional. “Kami percaya bahwa ekosistem startup di Indonesia akan terus berkembang dengan upaya dan dukungan seperti ini.”
Bekraf menjadi pihak sponsor dari Indonesia yang pertama kalinya memboyong pelaku startup ke Istanbul. Di tahun sebelumnya, startup pertanian asal Indonesia iGrow terpilih menjadi juara kedua dalam ajang ini. Lewat kesempatan itu, iGrow berhak mengikuti program akselerator dari 500 Startups di San Francisco.
Internet of Things (IoT) akhir-akhir ini sering kali menjadi pembahasan utama di berbagai forum atau pagelaran berbasis teknologi. Kiprahnya dalam memberikan daya guna berbagai aktivitas di kehidupan memang sudah tak diragukan lagi. Menyadari besarnya potensi tersebut, di dalam negeri, startup pengembang IoT pun terus berlomba menghasilkan kreasi terbaiknya. Baru-baru ini kabar datang dari startup IoT asal Surabaya bernama Cubeacon atas prestasinya menjadi finalis ASEAN ICT Award (AICTA) 2016 untuk kategori Private Sector.
Produk teknologi yang diusung Cubeacon awalnya memudahkan para pedagang untuk dapat memantau aktivitas para pelanggan mereka melalui smartphone. Dengan perangkat tersebut, para pedagang dapat memantau pergerakan dari para pelanggan mereka melalui aplikasi yang terpasang pada smartphone sang pelanggan. Perangkat Cubeacon tersebut memiliki bentuk menyerupai sebuah kubus kecil dan memanfaatkan konektivitas bluetooth untuk dapat tersambung dengan beragam perangkat elektronik. Setiap satu paket pembelian produk Cubeacon ini berisi tiga buah Beacon dan sebuah baterai terpisah. Saat ini produk Cubeacon sudah berkembang sangat pesat untuk berbagai keperluan.
Pembaruan terkini dari produk dan pengembangan Cubeacon
Dalam sebuah kesempatan interview dengan Tiyo Avianto selaku CEO PT Eyro Digital Teknologi (pengusung Cubeacon) dipaparkan terkait produk Cubeaconcard, varian terbaru dari produk Cubeacon. Secara prinsip menurut Tiyo inovasi teranyar startupnya ini masih sama seperti Cubeacon yang dulu, bedanya pada sisi casing yang lebih tipis, seukuran kartu ATM standar. Pengembangan produk ini dikatakan sebagai salah satu strategi untuk memperkuat market Cubeacon.
Di akhir bulan ini Cubeacon juga akan memperkenalkan versi reader untuk Cubeaconcard. Card-reader ini akan didesain sebagai sebuah perangkat stand-alone dan mampu bekerja secara 24 jam non-stop. Konsep produk ini sedikit berbeda dengan produk iBeacon yang sebelumnya sudah meluncur, yakni menggunakan mekanisme scan dengan smartphone.
Sementara itu untuk informasi layanan Backend as a Services (BaaS) Cubeacon, dari data statistik yang terhimpun tercatat telah digunakan lebih dari 1.300 pengembang. Di dalamnya juga sudah bertanggar hampir 200 Apps untuk iOS dan hampir 600 Apps untuk Android yang dikelola. Pembenahan terhadap layanan ini juga akan menjadi prioritas Cubeacon sehingga bisa menjadi layanan BaaS yang lebih general dan bisa digunakan untuk keperluan di luar iBeacon juga.
Cubeacon di tahun 2016
Secara umum Cubeacon tahun ini masih akan fokus pada perluasan pangsa pasar mereka. Dari sisi pengguna iBeacon, Tiyo mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya akan lebih banyak mengarah ke sektor industri, ketimbang untuk segmentasi lifestyle dan ritel. Namun demikian pihaknya mengungkapkan bahwa untuk lifestyle dan ritel tidak sepenuhnya dibatasi, hanya membutuhkan timing yang tepat untuk memaksimalkan penetrasinya. Sementara di pasar industri saat ini penerimaannya lebih kencang.
Dari data statistik penjualan Cubeacon, hampir 80 persen produk terserap di sektor industri dengan berbagai kategori, di antaranya fleet, warehouse, management access, security dan tracking.
“Awalnya market Indonesia sedikit demam ketika tahu Cubeacon mulai di kenal sebagai produk lokal, tapi dengan layanan dan kualitas produk, akhirnya mereka churn sendiri dari brand sebelumnya,” ujar Tiyo.
Selain itu BaaS juga akan menjadi perhatian utama dalam daftar inovasi Cubeacon tahun ini. Diprediksikan awal Oktober akan ada rilis ulang untuk layanan BaaS. Selain itu akan ada satu produk hardware lagi yang akan segera dirilis. Harapannya awal tahun depan produk tersebut siap tersedia di pasar.
Tantangan produksi startup hardware di Indonesia
Menjelaskan seputar tantangan untuk proses produksi Cubeacon, Tiyo memaparkan tentang tiga proses yang menjadi fase produksi sebuah startup hardware, yakni Material, Process dan Design.
“Fase ini adalah kitab kami untuk menghitung cost-efficient dalam fase produksi hardware. Saya paham kawan-kawan sudah tahu juga tiga fase lean startup. Tiga fase di atas wajib dilakoni oleh Product Manager di startup hardware,” ungkap Tiyo.
Ia juga urut memaparkan detail ketiga proses tersebut.
“Jika diketahui harga materialnya mahal, berarti ktia harus menghemat pada siklus proses (cara mencetak, memotong, jumlah cetakan dan potongan, jenis mesin dll). Jika siklus kedua (proses) belum mampu menekan harga, lakukan di fase ketiga (desain). Jangan buat desain yang susah, menghabiskan banyak bahan, dan prosesnya sulit. Buat packing dengan banyak lipatan, dilem, dipanasi, dicetak dll. Desain bagus itu belum tentu mahal,” jelas Tiyo.
Studi kasus proses produksi produk di Cubeacon
Tiyo menyimpulkan bahwa pada setiap fase pengembang perlu menanyakan terkait beberapa hal berikut: (1) Materialnya menggunakan apa? (2) Caranya memprosesnya bagaimana? (2) Desainnya seperti apa? Lalu putar tiga siklus itu untuk mendapatkan fase harga yang pas dengan dana produksi.
Berikut studi kasus yang dituliskan Tiyo membandingkan antara proses produksi di dalam dan di luar negeri (dalam hal ini di Tiongkok):
Di batch awal kami memproduksi Cubeacon Reader AR25, kami kerjakan di Indonesia, kami menghitung total justru mahal di Tiongkok kalau hanya mencetak antara 100 – 1.000 pcs. Memang nantinya di fase produksi selanjutnya kalau dihitung jatuhnya akan mahal di Indonesia saat angka produksinya 2.000 – 5.000 pcs ke atas. Namun kita perhatikan dulu pertimbangan penting di bawah ini:
Kasus Material. Menentukan dan memilih PCB Multi-layer atau Single-layer, dan proses finishing PCB.
Kasus Proses. Produksi di Tiongkok minimal membutuhkan dana $1.000-10.000 untuk setup lini produksi. Estimasi saya adalah per 1.000-10.000 pcs kita butuh 8-10 operator manual untuk mengerjakan hand-tool, selain proses lainnya dikerjakan dengan mesin. Ketika blueprint salah dan proses produksi gagal, proses produksi harus setup ulang, termasuk mesin yang dipakai.
Di Surabaya kami hanya membayar Rp 300 ribu setiap kali gagal membuat film/desain PCB, rusak 3 – 4 kali pun tidak masalah. Operator masih bisa dinego borongan, artinya bayar yang sudah benar saja. Komunikasi masih nyaman karena sama-sama orang Indonesia, di Tiongkok jangan harap mereka (para rekanan) lancar berbahasa Inggris. Timing koordinasi pun semakin panjang dan itu menghabiskan waktu.
Sayangnya penghematan di atas (produksi di Indonesia) berbanding terbalik dengan tenaga yang kami keluarkan. Kami harus bantu workshop dan pemilik mesin untuk setup awal, kami harus bolak balik ke kantor dan ke workshop untuk memastikan kembali prosesnya benar, materialnya benar, proses pemotongannya benar. Sekilas masih murah dalam proses produksi, tapi secara effort kita harus berdarah darah. Namun meskipun kita masih berdarah-darah ternyata kita bisa menghemat pengeluaran.
Kasus Desain. Ketika designer hardware menyodorkan kertas RAB dan BOQ-nya, saya tercengang dengan harga PCB Board (termasuk proses coating dan labeling), harga di Indonesia untuk PCB Multi-layer luar biasa sekali. Nilai yang tidak masuk akal ini berbanding terbalik dengan target harga kami, akhirnya saya paksa designer hardware untuk mengubah PCB Multi-layer dengan PCB Single-layer, walhasil semua pada sakit kepala. Jalurnya semakin padat dan sudah tidak ada ruang karena terbatasnya ukuran board. Jalan satu-satunya adalah menambah “jumper” atau komponen resistor dengan nilai 0 ohm (untuk melewatkan jalur agar bisa tetap di buat di PCB Single-layer).
Big wow-nya adalah 50 persen pengeluaran bisa diredam, ibarat kalau harga cetak PCB Multi-layer Rp 100 juta, kita bisa menghemat Rp 50 juta. Desainnya berubah, kita bisa menekan harga produksi luar biasa. Pastinya berbanding terbalik dengan proses. Jalur PCB semakin rumit proses soldering makin padat, tapi 50 persen penghematan tadi tidak sebanding dengan effort di fase proses.
Tren Internet of Things (IoT) secara perlahan makin diminati oleh pengembang di Indonesia untuk mengusung berbagai jenis layanan. Mulai dari perusahaan (khususnya Telco) hingga pengembang di universitas mulai merumuskan berbagai ide penerapan teknologi IoT dalam berbagai kebutuhan. Beberapa produk bahkan saat ini sudah siap pakai dan diujikan.
Berikut ini adalah daftar inisiatif pengembangan produk IoT di Indonesia yang mulai meramaikan pangsa pasar teknologi dan bisnis.
Cubeacon
Produk teknologi yang diusung Cubeacon memudahkan para pedagang untuk dapat memantau aktivitas para pelanggan mereka melalui smartphone. Dengan perangkat tersebut, para pedagang dapat memantau pergerakan dari para pelanggan mereka melalui aplikasi yang terpasang pada smartphone sang pelanggan.
Perangkat Cubeacon tersebut memiliki bentuk menyerupai sebuah kubus kecil dan memanfaatkan konektivitas bluetooth untuk dapat tersambung dengan beragam perangkat elektronik. Setiap satu paket pembelian produk Cubeacon ini berisi tiga buah Beacon dan sebuah baterai terpisah.
Application Information Will Show Up Here
DycodeX
DycodeX merupakan inisiatif berupa anak perusahaan dari pengembang software kenamaan asal Bandung DyCode untuk menyambut tren positif IoT di Indonesia. Menurut CEO DyCode dan DycodeX Andri Yadi langkah ini merupakan momen terbaik untuk mulai mengikuti arus tren IoT yang kini mulai hangat diperbincangkan. Diakui ekosistem itu sendiri masih muda, berdasarkan pengalaman mobile app bubble beberapa tahun silam DyCode justru ingin kembali menjadi pionir kali ini.
Layanan photo editing dan cetak bernama “Jepret” yang dimiliki DyCode akhirnya bermigrasi ke DycCodeX dengan nama Allegra. Intinya Allegra merupakan penyempurnaan dari segi kenyamanan dan mobilitas yang lebih baik dari keseluruhan layanan Jepret. Tak hanya itu, sejak peresmian DycodeX pada bulan April lalu mereka berhasil membangun tiga prototipe produk lainnya, seperti project name Button, Gallon dan Lamp.
eFishery
eFishery adalah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun . Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.
eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.
eMagic
eMagic (Enhance Managed IoT Connectivity), sebuah solusi M2M (Machine-to-Machine) besutan Indosat Ooredoo. Sistem ini dirancang untuk memudahkan pelanggan dalam menghubungkan dan mengelola perangkat dengan layanan full managed. Layanan full managed sendiri memungkinkan pengguna tidak direpotkan dengan aktivitas instalasi, operasi dan pemeliharaan. Biaya lebih efisien dan perangkat dapat beroperasi optimal menjadikan pelanggan dapat lebih fokus pada bisnis.
eMagic dapat diterapkan pada berbagai industri seperti ATM, EDC pada perbankan, gateway untuk sensor pada perusahaan oil and gas, broadcasting, ritel dengan live streaming, advertising dan small branches office, dan industri lain yang membutuhkan komunikasi data yang handal dan aman.
Fox Logger
Fox Logger GPS merupakan sebuah platform yang berfungsi sebagai sistem manajemen transportasi yang memungkinkan pengguna memantau aktivitas kendaraan. Pantauan tersebut meliputi jarak tempuh setiap harinya, lokasi parkir, cepat laju kendaraan, lama kendaraan menyala, pemakaian bahan bakar hingga mendeteksi keberadaan kendaraan berdasarkan letak geografis tertentu.
Dikembangkan oleh startup pimpinan Alamsyah Cheung, solusi yang ditawarkan merupakan sesuatu yang dibutuhkan para pengusaha di bidang logistik. Dengan Fox Logger GPS Technology mereka bisa dengan mudah memantau armada mereka hanya menggunakan gawai atau komputer. Di awal peluncurannya, Fox Logger berhasil menjalin kerja sama dengan Pemprov DKI. Sistemnya berhasil menjawab kebutuhan Pemprov DKI atas alat monitoring truk sampah yang dimiliki Jakarta.
Application Information Will Show Up Here
Konekthing
Berdiri pada tahun 2012, startup yang bermarkas di Depok ini memiliki impian agar manusia tidak hanya mampu terhubung antar sesamanya saja, tetapi juga terhubung kepada seluruh benda di sekitarnya. Menurut mereka membangun konektivitas berarti turut membangun jembatan ke teknologi masa depan yang mampu mempermudah manusia melakukan segala aktivitasnya. Sejumlah produk yang dihasilkan oleh Konekthing, dana beberapa terkait dengan teknologi IoT adalah Xlogistik, Edu Tablet, Xchat, Xnething SmartHome, dan Xpajak.
Konekthing juga menyediakan application programming interface (API) yang disediakan untuk para pengembang aplikasi Android pihak ketiga yang ingin memanfaatkannya untuk menerapkan konsep rumah pintar. Teknologi yang dikembangkan ialah Wireless Sensor Network yang mengizinkan pengguna untuk memantau dan mengatur suatu area tertentu yang telah memiliki sensor jaringan agar mendapatkan atau membuat suatu kondisi di area tersebut.
Parkirin
Parkirin mengkombinasikan konsep aplikasi, IoT, dan penggunaan mobile payment Tcash di sektor transportasi. Saat ini Parkirin sudah diuji coba di Kuningan City dan menyusul di fX akhir Mei 2016. Ide pengembangan Parkirin hadir karena Telkomsel (penggagas Parkirin) ingin mengembangkan konsep IoT di Indonesia. Menurut penilaiannya, saat ini yang siap dengan solusi IoT dan potensi bisnisnya besar adalah sektor transportasi. Oleh karena itu Telkomsel mencoba menginkubasi layanan ini.
Secara umum, cara kerja Parkirin adalah konsumen menggunakan aplikasi Parkirin, saat ini baru tersedia di Google Play dan iOS, untuk mengecek fasilitas gedung, promo merchant, dan ketersediaan tempat parkir. Khusus untuk reservasi tempat parkir dan pembayarannya saat ini baru bisa dilakukan oleh pelanggan Telkomsel, meskipun tidak menutup kemungkinan bakal dibuka untuk umum. Pelanggan Telkomsel bisa melanjutkan proses hingga reservasi dan pembayaran menggunakan Tcash.
Application Information Will Show Up Here
Qlue
Salah satu cita-cita startup pengembang layanan yang menghubungkan antara pemerintah dengan masyarakat yaitu ingin berinovasi mengembangkan produk smart city berbasis IoT, khususnya untuk diterapkan di wilayah perkotaan. Disampaikan oleh CEO Qlue Rama Raditya, bahwa saat ini sudah mulai terdesain beberapa inisiatif IoT untuk smart city, misalnya pengembangan traffic lamp yang terhubung ke sebuah command center, kotak sampah pintar, dan juga air polution detector. Berbagai otomatisasi ini dinilai akan menjadi makin “viral” ketika smart city menjadi sebuah kebutuhan di perkotaan.
Siramin
Di Yogyakarta sekumpulan mahasiswa UGM mengimplementasikan konsep otomatis ke dalam perangkat penyiraman. Mengusung teknologi dan konsep IoT, layanan yang diberi nama Siramin ini bisa menggerakkan alat penyiraman dengan kontrol menggunakan aplikasi mobile, baik Windows Phone, Android, maupun via website.
Siramin yang dikembangkan pada pertengahan tahun 2015 silam ini awalnya dirancang untuk bisa mengendalikan alat penyiraman menggunakan layanan pesan singkat atau sms. Namun seiring dengan perkembangan teknologi akhirnya tim Siramin mengembangkannya sehingga saat ini perangkat penyiraman bisa dikontrol melalui perangkat mobile maupun situs.
T-Bike
T-Bike merupakan salah satu solusi M2M (machine to machine) besutan Telkomsel yang dapat dipasangkan pada sepeda motor. T-Bike sendiri dikenal sebagai sebuah layanan yang dilengkapi dengan beberapa fitur unggulan seperti Find My Bike, Tracking, Engine On/Off, dan juga Geo Fence.Find My Bike, salah satu fitur yang ada dalam layanan T-BIKE ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian lokasi sepeda motor, sedangkan fitur tracking dirancang untuk memungkinkan melacak lokasi kendaraan lengkap dengan alamat dan titik koordinat.
Dua fitur unggulan lainnya yakni Engine On/Off dan Geo Fence didesain untuk memberikan keamanan ekstra. Geo Fence misalnya, bekerja untuk memberikan peringatan batas aman kecepatan maksimum pada saat berkendara. Selain beberapa fitur unggulan di atas, T-Bike juga diklaim memiliki kelebihan dari segi pemasangannya yang cepat. Bahkan atas performanya ini T-Bike diganjar beberapa penghargaan dari beberapa lembaga seperti, MURI, Motor Plus, dan Forwot (Forum Wartawan Otomotif).
YuBox
YuBox merupakan sebuah solusi terintegrasi berbasis Wi-Fi dari XL Axiata yang bisa menjadi media penyebaran berbagai jenis informasi, seperti iklan, konten aplikasi, video atau musik. YuBox bekerja dengan memanfaatkan jaringan data XL dan platform aplikasi yang terhubung dengan perangkat WiFi Router. Saat YuBox diaktifkan di lokasi yang telah ditetapkan, pengguna mobile dapat mengakses browser atau Internet secara otomatis tanpa memerlukan proses otentikasi. Selanjutnya landing page, konten berita, promo dan hiburan lainnya dapat diakses oleh pengguna secara online maupun offline.
Sejak dua atau tiga tahun yang lalu di Amerika Serikat dan juga beberapa belahan bumi lain sebenarnya ada satu tren yang menjadi perhatian di sektor teknologi selain startup di bidang perangkat lunak, yaitu startup hardware. Beberapa di antaranya malah sudah menjadi pemain yang dikenal di Indonesia, seperti Pebble atau perangkat temperatur ruangan Nest. Lalu bagaimana keadaannya di Indonesia sendiri? Apakah sudah ada pemain-pemain teknologi yang menggeluti bidang hardware ini? Seperti apa juga kondisinya? Continue reading Dilema Penggiat Startup Hardware di Indonesia→
Bayangkan skenario seperti berikut: Anda berkunjung ke suatu supermarket. Setibanya di pintu masuk, smartphone Anda berdering singkat, lalu tampak notifikasi yang yang berbunyi “Khusus hari ini, durian monthong diskon 50%!” Continue reading Cubeacon, Kubus Bluetooth Mini dengan Segudang Potensi→
Tiap kali saya bertemu dengan orang dari negara lain, mereka pasti selalu bertanya tentang apa sajakah yang menarik dari dunia startup di Indonesia belakangan ini. Menjawab pertanyaan seperti ini tentunya tidak mudah, karena saya sendiri tidak mengetahui apa yang membuat sebuah startup bisa dikatakan “bagus” atau “menarik”. Saat ini ada 6 startup Indonesia yang saya kira cukup layak untuk dimasukkan ke dalam kelompok tersebut, dalam artian bahwa keenam startup tersebut tidak boleh dilewatkan oleh para investor maupun pengusaha begitu saja.
Whenever I meet people who is not from Indonesia, I am constantly being asked what are the exciting Indonesian startups these days. It’s a tough question, since I don’t know what classifies as “exciting” or “good” for a startup. But I’ve gathered 6 startups that I think qualifies as both “exciting” and “good” in the sense that if you’re an investor, you should definitely take a look; if you’re an entrepreneur, you should check it out anyway.
iBeacon adalah teknologi yang menggunakan koneksi bluetooth berdaya rendah untuk menyiarkan dan menerima informasi di area terbatas. Teknologi ini dikenalkan oleh Apple berbarengan dengan iOS 7 tahun lalu. Cubeacon yang memiliki basis di Jepang memproduksi perangkat yang mengimplementasikan teknologi dan memiliki produksi perakitan di kota Surabaya.