Tag Archives: CyberAgent Capital

Startup agritech Semaai mengumumkan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 miliar dalam bentuk ekuitas dan utang, dipimpin oleh CyberAgent Capital

Startup Agritech Semaai Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp73 Miliar

Startup agritech Semaai mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 juta (sekitar Rp73 miliar) dalam bentuk ekuitas dan utang. Putaran ini dipimpin CyberAgent Capital, dengan partisipasi dari investor baru, seperti Sumitomo Corporation Equity Asia, Ruvento, MyAsiaVC, dan Heracles Ventures. Investor lama, yakni Surge bagian dari Peak XV, Accion Venture Lab, dan Beenext, turut serta dalam putaran tersebut.

Total raihan pendanaan yang diperoleh Semaai sejak pertama kali berdiri di Agustus 2021 mencapai $7,6 juta (sekitar Rp118 miliar). Putaran sebelumnya diraih pada Februari 2023.

Semaai akan akan memanfaatkan injeksi untuk memperluas layanan konsultasi pertanian yang menyasar toko tani dan petani, bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan solusi fintech, dan perluasan layanan Semaai di Jawa Tengah yang memiliki lebih dari 8.200 desa. Ditargetkan Semaai akan jangkau 75% desa hingga akhir 2024.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (8/1), Co-founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, “Ini adalah bagian dari target kami untuk menyediakan ekosistem digital terintegrasi dalam mengatasi tantangan rantai pasok pertanian dan mengatasi kesenjangan pengetahuan toko tani dan petani kecil di Indonesia.”

Direktur Kantor CyberAgent Indonesia Kevin Wijaya menuturkan, “[..] Melihat rekam jejak para founder Semaai di sektor pertanian, kami yakin bahwa Semaai dapat merevolusi sektor pertanian Indonesia melalui pendekatan offline-to-online, terutama dalam rantai pasokan bahan baku pertanian.”

Pencapaian Semaai

Aplikasi Semaai / Semaai

Sektor pertanian, bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan, tumbuh 1,46% secara tahunan dan 1,61% secara kuartal. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan sektor pertanian menyumbang Rp397.291,202 miliar terhadap PDB Indonesia, atau 12,71% dari total PDB.

Walaupun merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional, sektor ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya akses pembiayaan, rantai pasokan yang panjang, dan rendahnya adopsi teknologi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Semaai menyediakan tiga layanan utama yang banyak digunakan oleh para petani dan peritel pertanian, yaitu:

  1. Marketplace digital bagi B2B untuk input pertanian seperti benih dan pupuk,
  2. Layanan konsultasi pertanian untuk meningkatkan praktik pertanian, dan
  3. Layanan keuangan melalui kerja sama dengan institusi keuangan dan penyedia fintech tepercaya.

Menurut Yoga, perpaduan unik antara perdagangan dan logistik yang terintegrasi ke dalam layanan konsultasi Semaai akan memberikan nilai dan manfaat yang besar bagi para pedagang eceran pertanian dan petani.

Untuk mendukung ketiga produk di atas, Semaai telah meluncurkan fitur klinik pertanian. Fitur ini berisi konten edukasi yang disusun berdasarkan jenis tanaman, fokus hama dan penyakit yang berhubungan dengan tanaman. Konten yang dirancang dengan jelas dan sederhana ini membantu pengguna untuk memahami secara menyeluruh kompleksitas masalah tanaman.

“Setelah tahap edukasi, pengguna diberikan rekomendasi, membantu mereka untuk mengatasi dan memitigasi masalah tersebut secara efektif di masa depan.”

Diklaim, Semaai berhasil mencetak kenaikan pendapatan bersih (net revenue) hingga 15 kali lipat sepanjang 2023 dan kenaikan pengguna marketplace Toko Tani tumbuh dua kali lipat. Penggunaan fitur konsultasi pertanian naik 8 kali lipat sepanjang enam bulan terakhir dan disebutkan sebagian besar pengguna aktif Semaai memanfaatkan fitur tersebut.

Application Information Will Show Up Here
Yoona

Startup Wellness Perempuan Yoona Mendapatkan Pendanaan Awal

Startup wellness Yoona menutup pendanaan awal yang dipimpin oleh CyberAgent Capital. Sejumlah investor lain yang berpartisipasi antara lain Amanda Cole dan Metha Trisnawati dari Sayurbox, Ardi Setiadharma dari Prasetia Dwidharma, MD Capital, konsorsium sejumlah founder, dan Altira.

Dana putaran awal ini akan dimanfaatkan untuk mendorong Yoona ke posisi yang lebih berpengaruh di industri kesehatan perempuan Indonesia. Pihaknya akan memberdayakan perempuan dengan pengetahuan dan dukungan komprehensif dari para investor untuk membentuk lanskap kesehatan perempuan di area ini.

Yoona didirikan oleh Susanna Angraini, Dina Hermawati, Adrianto Hermawi, dan Benny Sutandio dengan komitmen kuat untuk menetapkan standar baru terhadap kesejahteraan perempuan.

Sejalan dengan pertumbuhan Yoona di sektor D2C, perusahaan mengambil langkah signifikan untuk memperluas jaringan distribusi melalui kemitraan dengan peritel besar. Jaringan distribusi ini dipadukan dengan peluncuran produk barunya untuk mendorong pertumbuhan bisnis Yoona di masa depan.

“Keberhasilan Yoona dalam menutup putaran awal ini menjadi bukti dedikasi kami untuk merevolusi bidang kesehatan perempuan dan memberdayakan perempuan di seluruh Indonesia untuk merangkul kesehatan dan kesejahteraan mereka,” ujar Co-Founder & CEO Susanna Angraini dalam siaran resminya.

Produk debut Yoona adalah pembalut organik yang diklaim terbuat dari material ramah lingkungan dan teknologi untuk menghilangkan bakteri dan jamur. Produk Yoona telah dipasarkan di berbagai online marketplace dan jaringan outlet fisik Sociolla.

Selain Yoona, ada pula startup D2C lokal Filmore yang mengembangkan produk kewanitaan berupa menstrual cup. Produk ini tidak populer di kalangan perempuan Indonesia, dan kebanyakan produk di pasaran berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. 

Penggunaan menstrual cup diharapkan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari penggunaan pembalut. Adapun, riset menyebutkan rata-rata perempuan menghabiskan hampir Rp80 juta sepanjang hidupnya untuk membeli produk kewanitaan saat menstruasi.

Startup direct-to-consumer (D2C) fesyen untuk perempuan Claude mengumumkan pendanaan tahap awal dari CyberAgent Capital dan Prima Fund I

Startup D2C Claude Raih Pendanaan Awal dari CyberAgent Capital dan Prima Fund I

Startup direct-to-consumer (D2C) fesyen untuk perempuan “Claude” mengumumkan pendanaan awal dari investor CyberAgent Capital dan kantor keluarga Prima Fund I. Tidak disebutkan nominal yang diperoleh.

Claude akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk meningkatkan penawaran produk saat ini dan memperkuat pasar yang telah ditembusnya di luar pasar Indonesia, seperti Asia Tenggara, Eropa hingga Amerika Serikat.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan, Co-founder dan CEO Claude Tommy Budihardjo menyampaikan, “Dalam dunia global ini di mana teknologi memungkinkan kita untuk lintas batas real-time, menjadi perusahaan global mampu mendongkrak total addressable market sampai ratusan kali lipat, sekaligus memperkuat merek yang selalu kami pertahankan.”

Christie Johana dan Tommy S Budihardjo / Claude

Dia menjelaskan, Claude menjalankan model bisnis yang terbilang revolusioner karena menggunakan sistem batch mikro untuk setiap desain baru. Kemudian, memproduksi lebih banyak setelah permintaan terbukti melonjak. Langkah tersebut mampu meminimalkan pemborosan sekaligus meningkatkan kecepatan dalam menawarkan desain baru.

Dikombinasikan dengan sistem analisis real-time yang dibangun sendiri, Claude memahami perilaku dan selera pelanggan secara real-time dan karenanya dapat beradaptasi secara instan.

Sejak berdiri di 2018, Claude memfokuskan diri pada fesyen perempuan. Tidak hanya sediakan produknya di platform digital, perusahaan juga masuk ke gerai offline. Kini tersebar di tiga lokasi di Jakarta, dan satu lokasi di Singapura. Selain Tommy, Christie Johana turut bergabung sebagai co-founder.

“Industri pakaian adalah salah satu penyumbang limbah terbesar – terutama karena stok yang tidak terjual – industri ini terlambat untuk perubahan, dan kami senang memimpin dengan model bisnis kami yang berhasil memangkas limbah barang jadi hingga 90% dan memaksimalkan pendapatan dan profitabilitas pada saat yang sama,” imbuhnya.

Managing Director CyberAgent Capital Nobuaki Kitagawa memberikan pernyataannya. Dia bilang, “Indonesia adalah salah satu pasar ritel konsumen terbesar di dunia. Dengan nilai merek Claude yang kuat serta pengalaman yang dibawa oleh tim manajemen, kami percaya bahwa perusahaan dapat membawa proposisi nilai yang unik dan diterima dengan baik oleh pasar pakaian jadi Indonesia dan Asia Tenggara yang besar.”

D2C berkembang pesat di Indonesia

Model bisnis serupa, D2C, memang tengah berkembang pesat di pasar Indonesia dan Asia Tenggara. DailySocial.id mencatat ada lebih dari 40 merek D2C Indonesia dengan mayoritas dari segmen F&B, fashion, dan beauty. Beberapa di antaranya sudah memiliki basis komunitas pembeli yang kuat dan bahkan sudah masuk ke ranah mass retail.

Sejumlah pengembang merek D2C di Indonesia (2021)

Selain fokus pada produk spesifik seperti Claude, sejumlah startup memilih starting point sebagai platform brand aggregator. Mereka fokus mengakuisisi brand untuk diakselerasi melalui penambahan proposisi nilai, investasi, dan digitalisasi. Hypefast, Tjufoo, Open Labs adalah startup lokal yang bermain di ranah tersebut.

Sejumlah investor lokal juga memperdalam hipotesis investasinya ke startup D2C. Terbaru ada Creative Gorilla Capital yang mengumumkan dana kelolaan hingga Rp300 miliar untuk difokuskan pada investasi startup D2C. CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona.

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaikan pendanaan Pra-Seri A senilai $2,2 juta yang dipimpin oleh Intudo Ventures dan BEENEXT

Startup “Coffee Chain” Jago Umumkan Pendanaan Pra-Seri A 34 Miliar Rupiah

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-seri A senilai $2,2 juta (sekitar 34,2 miliar Rupiah) yang dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT, dengan partisipasi CyberAgent Capital dan Arkblu Capital. BEENEXT adalah investor sebelumnya, memimpin pendanaan tahap awal yang diperoleh Jago pada November 2021.

Lewat penggalangan ini, Jago akan memanfaatkan dana untuk perluas armada mobile cafe hingga 200 unit yang mampu menjangkau 20 area di Jakarta. Selanjutnya, memperkuat tim inti di lini operasional dan teknologi.

Jago memosisikan diri bukan sebagai bisnis ritel yang mendukung operasionalnya dengan teknologi, melainkan sebaliknya, memungkinkan siapa saja dan di mana saja memiliki akses ke kopi berkualitas dengan harga terjangkau.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/10), Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, ada beberapa hal yang khas Indonesia daripada kopi. Jago merupakan model baru bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati kopi, mengungguli kafe tradisional dalam hal kenyamanan dan mengalahkan kopi instan dan pre-made dalam hal kualitas.

“Kami yakin dengan tim gabungan pengusaha kopi dan teknologi Jago dan menantikan momentum lanjutan mereka di pasar kopi Indonesia yang sedang booming,” kata Yip.

Partner BEENEXT Faiz Rahman menambahkan, Jago menyeduh sesuatu yang berbeda dari secangkir kopi rata-rata, memberikan pengalaman dan layanan unik kepada konsumen melalui kopi. Perusahaan ini memanfaatkan teknologi sebagai produk intinya dan memanfaatkan infrastrukturnya untuk mendefinisikan ulang ritel last-mile.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan Jago seiring dengan percepatan ekspansi perusahaan di seluruh Jakarta dan sekitarnya,” ucap Faiz.

Model bisnis Jago

Diluncurkan pada Juni 2020, Jago adalah kafe berjalan yang memberdayakan micro mobile  retail (gerobak elektrik)—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dengan armada kafe keliling yang bertenaga elektrik, Jago beroperasi di lokasi-lokasi utama di Jakarta.

Perusahaan menawarkan pendekatan hiperlokal ke konsumer akhir dengan melayani lingkungan sekitar dalam radius 1-2 km untuk menyiapkan dan mengantarkan minuman segar dengan cepat dalam hitungan menit. Gerobak beroperasi di area dengan kepadatan tinggi, dengan permintaan dari area perumahan dan bisnis, dengan populasi kedai kopi yang kurang melimpah meskipun permintaan kopi kuat.

Jago menyediakan minuman kafe berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat, termasuk panas & dingin, kopi & teh, dan minuman khusus lainnya.

Jago Coffee juga menawarkan pemesanan langsung dan pesan-antar, menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu per cangkir. Konsumen dapat menikmati alternatif kopi kualitas yang lebih tinggi untuk kopi instan, tanpa mengurangi kenyamanan dan efektivitas biaya.

Pengguna cukup mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Jago dipimpin oleh tim pengusaha Indonesia yang berpengalaman di bidang kopi dan teknologi, termasuk Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Oentojo (CTO). Selain Jago, Yoshua juga merupakan salah satu pendiri Common Grounds, jaringan kafe premium di Indonesia. Sementara, Christopher sebelumnya adalah Vice President of Product di Gojek, ia pernah memimpin peluncuran GoCar dan inisiatif pemetaan internal perusahaan.

Selain itu, Daniel Sidik baru-baru ini bergabung dengan Jago sebagai COO & CMO. Daniel membawa pengalaman di bisnis makanan & minuman yang luas, bergabung dengan perusahaan setelah mendirikan dan memimpin Reddog, rantai hotdog bergaya Korea yang populer di Indonesia dengan lebih dari 40 gerai ritel setelah dua tahun diluncurkan.

“Model bisnis inovatif kami, menggabungkan kafe seluler dengan aplikasi Jago kami, menciptakan akses kopi yang tak tertandingi kapan saja, di mana saja tanpa harus mengorbankan kualitas, harga, atau kenyamanan. Kami sedang membangun kemungkinan baru untuk ritel last-mile yang berkelanjutan dan memuaskan bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kopi dan penyegaran harian mereka,” kata Co-founder & CEO Jago Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital Indonesia / DailySocial

[Video] Startup Sukses 101: Tips Memperoleh Pendanaan dari Venture Capital

Beberapa perusahaan startups terkadang kesulitan dalam menjalankan proses pitching ke venture capital saat ingin mengembangkan bisnisnya.

Di video kali ini, DailySocial bersama Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital Indonesia mengungkapkan bagaimana cara yang tepat untuk memperoleh pendanaan dari VC.

Untuk video-video seputar startup dan teknologi lainnya, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Bluebird Invests in Social Commerce Startup Dagangan’s Pre Series A Funding

Social commerce startup Dagangan announced a pre-series A funding with an undisclosed amount from a series of investors, including CyberAgent Capital, Spiral Ventures, 500 Startups, and Bluebird Group. This is the beginning round of series A funding that is expected to be closed soon.

According to the company’s official statement today (18/6), the fresh funds will be used to fuel the expansion to 7 thousand villages this year, therefore, more people in rural areas, far from shopping centers can get their daily needs.

CyberAgent Capital’s Managing Director Nobuaki Kitagawa said, “We believe that Dagangan can have a positive impact in helping and improving the economy of the community in tier 3 and 4 regions. “[..] With Dagangan team’s experience and in-depth knowledge of the FMCG industry, we believe that Dagangan will succeed in penetrating underserved local markets where highly inefficient supply chains and a lack of trust from local communities persist,” he said.

Dagangan is a social commerce application that provides various household needs, ranging from basic needs, fresh products, to other daily needs in retail and wholesale. The startup, which was founded in 2019, targets village stall owners who have had to travel 20 km-30 km to shop for daily needs.

“They are usually underserved by principal brands as they are far from urban areas and require help instead of having to close their shops for shopping within 20 km-30 km,” Dagangan’s Co-Founder, Wilson Yanaprasetya explained separately in a virtual press conference.

Dagangan has warehouses in various remote areas on Java Island as a hub and distribution channel in every village, involving local communities to solve distribution access problems in rural areas. Wilson continued, the entire Dagangan’s procurement process is carried out in two ways, taken directly from the principal brand and then stored in hubs, and taken directly from the product owner for products from MSMEs in the surrounding villages.

To date, not only providing household needs, Dagangan platform also sells various MSME products from snacks, kitchen spices, processed ready-to-eat foods, also making their own labels with affordable product prices.

Dagangan targets two types of consumers, shop owners as business actors who usually make large transactions and make purchases on the Dagangan application. Also, retail buyers, who are individuals intend to shop for daily necessities through the Dagangan Mall application. Products ordered by consumers will be delivered within 1×24 hours by its own fleet.

In addition to providing daily needs, Dagangan also partners with local entrepreneurs. Thus, they can improve their life quality through entrepreneurship. There are several hub partners that have joined. Currently, Dagangan operates in more than 4,000 villages spread across Yogyakarta, Central Java, and West Java.

Dagangan’s Co-Founder, Ryan Manafe added, with the current business model, his team is able to attract local community to grow together. “Dagangan is here to provide convenience to local communities in getting on with their daily economic activities. With the spirit of building the local economy, Dagangan offers a one-stop digital service solution to provide various household needs,” he said.

In the future, Dagangan is to expand to other village locations around Java. By the end of this year, it is expectd to be present in 7 thousand villages, 30 hubs, and 40 thousand active consumers.

“We are happy to listen to requests from the community regarding daily needs. If there is a high enough demand for an item, then we will look for them. We expect to become a reliable application for people in rural areas,” Ryan concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Startup social commerce Dagangan mengumumkan pendanaan pra seri A dengan nilai dirahasiakan dari sejumlah investor / Dagangan

Bluebird Ikut Suntik Pendanaan Pra-Seri A Startup Social Commerce Dagangan

Startup social commerce Dagangan mengumumkan pendanaan pra-seri A dengan nilai dirahasiakan dari sejumlah investor, di antaranya CyberAgent Capital, Spiral Ventures, 500 Startups, dan Bluebird Group. Putaran ini merupakan awal menuju pendanaan seri A yang ditargetkan dapat ditutup dalam waktu dekat.

Menurut keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (18/6), dana segar akan dimanfaatkan sebagai amunisi untuk ekspansi ke 7 ribu desa pada tahun ini agar semakin banyak masyarakat di daerah rural mendapatkan kebutuhan harian yang selama ini jauh dari pusat perbelanjaan.

Managing Director CyberAgent Capital Nobuaki Kitagawa menyampaikan, pihaknya yakin Dagangan mampu memberikan dampak positif dalam membantu, serta meningkatkan ekonomi masyarakat di wilayah tier 3 dan 4. “[..] Dengan pengalaman dan pengetahuan mendalam dari tim Dagangan di industri FMCG, kami yakin bahwa Dagangan akan berhasil menembus pasar lokal yang kurang terlayani di mana rantai pasokan yang sangat tidak efisien dan kurangnya kepercayaan dari masyarakat lokal masih ada,” ucapnya.

Dagangan adalah aplikasi social commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, produk segar, hingga kebutuhan harian lainnya secara eceran dan grosir. Startup yang didirikan sejak 2019 ini menyasar pemilik warung di desa yang selama ini harus menempuh jarak 20 km-30 km ke pasar basah untuk belanja kebutuhan.

“Mereka biasanya underserved oleh brand prinsipal karena letaknya yang jauh dari perkotaan dan butuh bantuan daripada harus tutup tokonya untuk belanja dengan jarak 20 km-30 km,” terang Co-Founder Dagangan Wilson Yanaprasetya secara terpisah dalam konferensi pers virtual yang digelar hari ini.

Dagangan memiliki gudang yang tersebar di berbagai pelosok daerah di pulau Jawa sebagai hub dan kanal distribusi di setiap desa, melibatkan komunitas lokal untuk menyelesaikan masalah akses distribusi di pedesaan. Wilson melanjutkan, seluruh proses pengadaan di Dagangan dilakukan dengan dua cara, ada yang diambil langsung dari brand prinsipal lalu disimpan di hub-hub, dan mengambil langsung dari pemilik produk untuk produk dari UMKM di desa sekitar.

Kini, tak hanya menyediakan kebutuhan rumah tangga, platform Dagangan juga menjual beragam produk UMKM, mulai dari snack, bumbu dapur, olahan makanan siap saji, hingga membuat label sendiri dengan harga produk terjangkau.

Dagangan memanfaatkan dua jenis konsumen, yakni pemilik warung sebagai pelaku usaha yang biasa melakukan transaksi dalam jumlah besar dan melakukan pembelanjaan di aplikasi Dagangan. Berikutnya, pembeli eceran yakni perorangan yang ingin belanja kebutuhan sehari-hari melalui aplikasi Dagangan Mall. Produk yang dipesan konsumen akan diantar dalam kurun waktu 1×24 jam oleh armada Dagangan.

Tidak hanya membantu mereka yang kesulitan dalam penyediaan kebutuhan sehari-hari, Dagangan bermitra dengan pengusaha lokal yang menjadi mitra untuk menjadi penyediaan barang. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya lewat berwirausaha. Ada beberapa partner hub yang telah bergabung. Saat ini, Dagangan beroperasi di lebih dari 4 ribu desa yang tersebar di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Co-Founder Dagangan Ryan Manafe menambahkan, dengan model bisnis seperti ini pihaknya mampu menarik tokoh lokal untuk tumbuh bersama. “Dagangan hadir memberikan kemudahan kepada masyarakat lokal dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehari-hari. Dengan semangat membangun ekonomi lokal, Dagangan menawarkan solusi layanan digital satu pintu dalam menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga,” ujarnya.

Ke depannya, Dagangan akan ekspansi ke lokasi desa lainnya di sekitar Jawa. Diharapkan pada akhir tahun ini dapat hadir di 7 ribu desa, 30 hub, dan 40 ribu konsumen aktif.

“Kami senang mendengarkan permintaan dari masyarakat terkait kebutuhan harian. Jika ada permintaan yang cukup tinggi terkait suatu barang, maka kami akan carikan untuk mereka. Harapannya kami bisa menjadi aplikasi yang dapat diandalkan untuk masyarakat di pedesaan,” tutup Ryan.

Application Information Will Show Up Here
Moladin dapatkan suntikan dana segar yang dipimpin East Ventures. Ekspansi dan menuju profit adalah dua rencana besar perusahaan

Fokus Moladin Setelah Amankan Pendanaan Pra-Seri A

Moladin berhasil mengamankan pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin East Ventures. Tidak ada nominal yang disebutkan, dengan CyberAgent Capital bergabung sebagai investor baru bersama beberapa angel investor lainnya. Rencananya pendanaan kali ini akan dimanfaatkan Moladin untuk memperkuat posisinya di industri dengan penguatan bisnis dan ekspansi.

Tahun 2019 kemarin merupakan tahun yang cukup berkesan bagi Moladin. Kepada Dailysocial, CEO Moladin Jovin Hoon menyampaikan mereka berhasil melipat gandakan GMV dari tahun sebelumnya. Mereka juga berhasil menambahkan 8000 listing sepeda motor bekas di sistem mereka, termasuk 8 kali lipat pertumbuhan penggunaan aplikasi.

Moladin juga juga memperkenalan produk baru seperti auto mortgage loan untuk memudahkan pengguna yang membutuhkan pilihan dalam mendapatkan sepeda motor mereka.

“Kami berencana untuk fokus pada pertumbuhan produk seperti penjualan motor baru, motor bekas, dan automotive mortgage loans. [Kami juga berencana] memperluas penjualan motor baru di pulau Jawa, yang untuk saat ini hanya di Jabodetabek. [Kami juga akan] fokus pada peningkatan produk dan teknologi dengan membangun lebih banyak kemitraan dan memperluas tim,” terang Jovin.

Moladin didirikan pada tahun 2017. Berangkat dari semangat untuk memudahkan masyarakat dalam transaksi pembelian motor Moladin mulai mengembangkan bisnisnya, mulai dari memberikan informasi seputar sepeda motor, lokasi bengkel servis terdekat, hingga membuka untuk penjualan sepeda motor bekas.

Pada tahun 2018 silam Moladin juga mendapatkan suntikan dana $1,2 juta atau sekitar Rp17,1 miliar dari East Ventures, Berjaya Group, dan Ethos Partners.

“Kami percaya dengan visi Jovin dan Mario bahwa Moladin dapat menjadi pemimpin industri sepeda motor. Selama 2 tahun perjalanan mereka dan tim telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam mewujudkan visi ini,” terang Partner East Ventures Melisa Irene.

Manfaatkan potensi pasar sepeda motor Indonesia

Penjualan sepeda motor di Indonesia mengalami pertumbuhan tipis di tahun 2019 dari tahun sebelumnya. Kendati demikian kisaran angka penjualannya berada di 6,5 juta unit. Masuknya Moladin ke segmen motor bekas juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan jangkauan pengguna, di mana masih banyak masyarakat yang memilih membeli mobil bekas karena di rasa lebih terjangkau.

Jovin menjelaskan, dengan penjualan lebih dari 6 juta unit per tahunnya Indonesia merupakan pasar yang besar untuk sepeda motor. Hanya saja digitalisasi di industri ini dirasa masih dalam tahap awal dan masih banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengalaman pengguna dalam membeli sepeda motor. Itulah menjadi salah satu alasan mengapa Moladin mencoba memperkuat produk dan teknologi yang mereka miliki saat ini.

Jovin dan tim menatap tahun 2020 dengan optimis. Dengan apa yang mereka dapatkan di tahun 2019 dan dukungan investor di awal tahun ini, Moladin ditargetkan untuk menumbuhkan 3 hingga 4 kali GMV dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspansi ke kota-kota besar di seluruh Indonesia dan optimalisasi operasi menuju profit adalah dua dari serangkaian rencana besar perusahaan tahun ini.

Application Information Will Show Up Here