Tag Archives: danabijak

CareNow Hadirkan Layanan “PayLater” Fokus pada Perawatan Kesehatan

Memiliki akses ke perawatan kesehatan berkualitas tinggi menjadi kebutuhan yang esensial dalam upaya pencegahan penyakit, menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Pada kenyataannya, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan.

Di Indonesia, penetrasi asuransi masih rendah dan tidak semua layanan ditanggung oleh asuransi pemerintah atau swasta. Data OJK menunjukkan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2021 baru mencapai 3,18%, yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial (1,45%), asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), dan sisanya asuransi wajib.

Hal ini menginspirasi Andrew Soebagijo, Co-Founder dan COO CareNow untuk mengembangkan layanan CareNow yang dapat mengurangi kekhawatiran pembayaran, sembari menerima perawatan terbaik. Dalam wawancara bersama DailySocial, Andrew mengaku percaya bahwa industri kesehatan di Indonesia memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan.

“Masalah keuangan kerap mengganggu pasien dan penyedia layanan kesehatan, dan saat ini tidak ada solusi yang dapat mengatasi masalah mereka. Sebagai contoh, inflasi medis 3-8x lebih tinggi dari inflasi umum. Kami ingin memastikan masyarakat Indonesia dapat memiliki akses yang sama terhadap perawatan berkualitas tinggi,” ungkapnya.

CareNow merupakan perusahaan teknologi di Indonesia yang mengembangkan platform teknologi solusi bisnis untuk layanan medis. Layanan ini membantu pasien mendapatkan keperluan pembiayaan, dengan menyediakan cicilan perawatan/pengobatan yang terjangkau dari penyedia terpercaya.

Didirikan pada Juni 2022, CareNow memulai operasionalnya dengan tim yang beranggotakan tiga orang, yaitu Stefanie Juergens (CEO), Alexander Anggada (CTO), dan Andrew Soebagijo (COO).

Dalam menyediakan layanan pembiayaan ini, CareNow bekerjasama dengan PT Digital Micro Indonesia (DanaBijak) untuk mengoperasikan fitur PayLater yang sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor KEP-92/D.05/2021. Kerjasama ini memastikan transaksi di CareNow aman dan terpercaya, dilakukan melalui mekanisme yang diatur dan diawasi oleh OJK.

Layanan ini menawarkan cicilan dengan tenor 2 hingga 6 kali. Untuk saat ini, pembiayaan yang ditawarkan melalui CareNow fokus pada perawatan yang tidak dikover oleh asuransi baik swasta maupun publik. Pengguna bisa memilih perawatan yang diperlukan dengan mendaftar di situs dan mengisi data diri. Pembayaran saat ini dapat dilakukan melalui transfer virtual account.

“Saat ini, kami telah membangun tim yang solid beranggotakan sepuluh orang yang semuanya bersemangat untuk memberikan dampak dalam perawatan kesehatan,” terangnya.

Di masa awalnya, perusahaan sempat menghadapi tantangan dalam menerapkan metode pembayaran baru ini. Pasien terbiasa dengan cara pembayaran yang konvesional/biasa untuk perawatan dan enggan mencoba sistem baru perawatan dulu, bayar kemudian.

Timnya melakukan upaya berkelanjutan untuk mengedukasi pasien dan penyedia layanan kesehatan tentang metode pembayaran baru ini dan membantu mereka melihat manfaatnya. Seiring waktu berlalu, tingkat adopsi kini semakin tinggi dan resistensi semakin menurun.

Rencana ke depan

Sistem pembayaran PayLater atau “Beli Dulu Bayar Nanti” saat ini sudah banyak ditawarkan oleh para pemain e-commerce dengan fokus untuk kebutuhan konsumtif atau perbelanjaan. CareNow ingin menciptakan peluang yang sama dalam usaha ingin mewujudkan aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap perawatan kesehatan berkualitas tinggi untuk semua orang.

CareNow saat ini fokus pada pembiayaan kesehatan karena banyaknya perawatan kesehatan yang tersedia di Indonesia namun opsi pembayarannya terbatas. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien untuk membayar pengobatan, menunda perawatan kesehatan mereka, dan menurunkan kualitas hidup mereka.

“Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk membantu pasien mendapatkan perawatan yang mereka inginkan dan mendukung penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan pasien,” tegas Andrew.

Belum lama ini, perusahaan telah menyelesaikan Demo-Day bersama Antler. “Di sinilah dr. Nani (Stefanie Juergens) dan saya bertemu, menyatukan kekuatan, dan mendirikan CareNow. Selama program, saya bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama yang bersemangat membangun startup/membangun solusi untuk komunitas, belajar dari para pendiri yang terhormat, dan mengenal dunia startup,” lanjutnya.

Sebelumnya, mereka juga sempat mengikuti program pelatihan dari Iterative. Setelah menjalani program selama 4 minggu, mereka didorong untuk bergabung dengan gelombang W23. “Iterative sangat membantu kami dalam melakukan banyak hiper-eksperimen dan memastikan bahwa permintaan produk ada sebelum mengkhawatirkan aspek bisnis lainnya,” ungkap Andrew.

Menurut Andrew, bergabung dengan program akselerator memungkinkan timnya terhubung dengan mentor berpengalaman yang dapat memberi saran tentang pengembangan produk, strategi, dan penggalangan dana. Ini juga bisa menjadi medium bertukar ide tentang strategi pertumbuhan dan bereksperimen dengan strategi aktivasi, memberi akses ke investor, yang membantu dalam meningkatkan skala dengan cepat.

Dari sisi pendanaan, CareNow telah menutup putaran pra-awal pada bulan Januari lalu. Saat ini, perusahaan mulai fokus untuk penggalangan dana tahap awal. Andrew mengungkapkan bahwa timnya sangat terbuka bagi modal ventura yang tertarik untuk berinvestasi ke platform yang menghubungkan  perawatan kesehatan dan fintech.

Selain itu, Andrew juga mengungkap misi perusahaan untuk membuka akses seluas-luasnya untuk perawatan kesehatan berkualitas tinggi agar dapat terjangkau bagi semua orang. “Dan untuk melakukan itu, kami ingin memperluas kehadiran kami ke lebih banyak penyedia layanan kesehatan di seluruh Indonesia.”

Startup fintech-as-a-service (FaaS) Finfra memanfaatkan lisensi lending Danabijak untuk mempermudah klien meluncurkan produk pinjaman digital

Finfra Jadi Strategi Danabijak Garap Potensi Fintech-as-a-Service

Inovasi yang terus berjalan membuka kesempatan baru dalam menawarkan solusi yang lebih tepat guna. Kondisi inilah yang terjadi dengan industri fintech yang kini mulai memperkenalkan teknologi baru fintech-as-a-service (FaaS), dan didalami oleh startup fintech lending Danabijak melalui kehadiran Finfra sejak Mei 2022.

Sebagai gambaran, mengutip dari Tech Funnel, penyedia teknologi FaaS ini sepenuhnya bertanggung jawab atas pengembangan, pemeliharaan, pembaruan platform, kepatuhan terhadap persyaratan keamanan, dan lainnya. Sementara, pengguna (penyedia layanan lain) cukup menyematkan fitur fintech tersebut ke dalam platform mereka melalui API. Mereka membayar biaya berlangganan bulanan untuk API tanpa berinvestasi dalam infrastruktur.

“API memungkinkan banyak program komputer untuk berinteraksi satu sama lain. Ini adalah jenis perangkat lunak antarmuka yang menyediakan layanan (FaaS) ke aplikasi perangkat lunak lain (yaitu, platform yang menyematkan fintech/embedding fintech),” tulis Tech Funnel.

Produk yang dihasilkan dari FaaS, seperti e-wallet label privat, penerbitan kartu, penerimaan pembayaran, pembayaran atau remitansi, verifikasi identitas, perlindungan penipuan, akun virtual serta layanan digital untuk merchant, yakni penyediaan, administrasi, dan solusi pelaporan.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder dan CEO Danabijak dan Finfra Markus Prommik menyampaikan pendirian Finfra ini mengkuhkan keseriusannya dalam menggarap FaaS atau bisa disebut dengan embedded lending, sekaligus bentuk responsnya terhadap permintaan pasar. Selama beberapa tahun terakhir, ia dan tim telah mengembangkan tech stack yang kuat di pasar, yang memungkinkan pihaknya mengukur produk p2p lending dan operasionalnya secara efektif.

“Klien pertama kami adalah Aspire, dan pernah bekerja sama dengan BNI, yang selanjutnya meningkatkan pengembangan layanan embedded lending kami. Melihat kebutuhan pasar, dan keterampilan serta pengetahuan tim kami yang relevan, kami sangat bersemangat untuk dapat mewujudkannya,” kata Prommik.

Solusi FaaS yang ditawarkan oleh Finfra mulai dari produk pinjaman privat untuk klien, dengan memanfaatkan lisensi fintech p2p lending yang sudah dikantongi Danabijak. Produk-produknya sebagian besar untuk platform digital yang memungkinkan klien untuk meluncurkan produk berbasis pinjaman.

“Prospek dari embedded lending ini sangat bagus, dengan beberapa perusahaan unicorn [dari sektor ini] muncul di seluruh dunia. Model ini mendapatkan daya tarik yang besar di pasar negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, dan kami yakin ini lebih cocok untuk Indonesia dan Asia Tenggara.”

Menurut data yang ia kutip dari Research and Markets, di Asia Pasifik, pangsa pasar embedded finance diperkirakan akan mencapai $358 miliar pada 2029, dengan proyeksi CAGR 24,4% dari 2022 hingga 2029. “Embedded lending diharapkan menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat, dan kami berencana untuk menjadi yang terdepan.”

Sejak dirilis hingga kini, diklaim Finfra telah dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan lintas industri, kebanyakan bergerak di industri logistik, pendukung UMKM, dan platform eCommerce untuk merchant. Salah satu kliennya adalah CareNow, startup yang mengembangkan platform teknologi solusi bisnis untuk layanan medis.

CareNow memanfaatkan solusi FaaS ini untuk menyediakan alternatif pembayaran tagihan kesehatan dengan metode cicilan. Solusi ini membantu dua sisi, baik dari pasien maupun rumah sakit. Bagi rumah sakit, mereka bisa memberi akses pembiayaan bagi rumah sakit unutk membeli peralatan, perlengkapan, dan membantu arus kas. Tentu saja dari pasien, bisa diringankan beban mereka saat berobat dengan mencicil tagihan.

Ke depannya, Finfra akan fokus menyediakan produk pinjaman berbasis FaaS yang berfokus pada invoice financing, payroll financing, dan term loan. “Kami berencana untuk fokus pada area ini.”

Meski Finfra baru dirilis pada Mei 2022, namun Prommik mengungkapkan kontribusi bisnisnya terhadap keseluruhan (digabung dengan Danabijak) sudah menyamai posisi, alias 50:50 pada kuartal I 2023. Prospek yang cerah untuk solusi FaaS ini membuatnya ia meyakini kontribusinya bahkan bisa menyaingi Danabijak, dengan prediksi 70%-80% dari total volume bisnis sampai akhir tahun ini.

Perkembangan Danabijak

Prommik memastikan Danabijak akan tetap menjadi perusahaan terpisah dari Finfra, bahkan ada strategi tersendiri yang sudah disiapkan. Diklaim, sejak Danabijak beroperasi di 2016, kini produknya telah digunakan oleh 20 ribu pengguna aktif dan bisnis ini beroperasi dengan margin kontribusi yang positif. Total pinjaman yang disalurkan sepanjang Desember 2022 hingga Februari 2023 diklaim sudah berlipat ganda.

Danabijak menerima investasi dari GK Plug & Play setahun setelah diluncurkan. Kemudian, di pertengahan 2021, kembali peroleh pendanaan dari beberapa investor, di antaranya Kristjan Kangro (CEO dari Change Invest), serta investor baru, yakni Walter Marke de Oude (Founder & Chairman Singlife).

“Kami berencana untuk terus menjalankan portofolio ini dan melayani pengguna setia dan berkualitas tinggi kami. Pemberi pinjaman (lender) kami sebagian besar adalah perusahaan, dan saat ini sedang berdiskusi dengan lebih dari setengah lusin bank dan lembaga keuangan untuk menjadikan mereka sebagai pemberi pinjaman di platform kami. Model bisnis kami telah menghasilkan banyak minat di antara klien (platform digital) dan pemberi pinjaman.”

Demi mendukung bisnis, Prommik mengungkapkan saat ini pihaknya sedang menuntaskan putaran pendanaan dana baru dan diharapkan dapat diumumkan segera. “Mudah-mudahan, kami dapat segera membagikan kabar baik ini, mempertimbangkan sulitnya mengumpulkan dana di situasi saat ini. Sekarang adalah saat-saat yang menyenangkan bagi kami dan kami berterima kasih atas dukungan para investor kami,” ujarnya.

Disclosure: DS/X Ventures (bagian DailySocial Group) merupakan salah satu investor Finfra

Fintech Lending DanaBijak

Fokus danabijak Setelah Perolehan Lisensi dan Pendanaan External

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat menyebutkan bahwa fintech lending termasuk industri yang tergolong cepat pulih di masa pandemi ini. Studi yang dilakukan Bank Dunia pada tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan volume transaksi sebesar 11% dan jumlah transaksi sebesar 13% pada perusahaan fintech global secara agregat.

Dalam rilis yang dikeluarkan Kominfo terkait industri fintech lending di Indonesia bulan Agustus lalu, disampaikan distribusi pinjaman yang diberikan sampai dengan Juni 2021 sudah menjangkau 25,3 juta masyarakat dengan total penyaluran dana sebesar Rp14.793 triliun.

Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum dapat pendanaan dari bank (unbanked) dan potensial untuk digarap perusahaan fintech. Salah satunya, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang belum terintegrasi dengan ekosistem digital.

Di Indonesia, sudah ada beberapa pemain yang menyasar pasar mikro seperti ini, sebut saja Modalku, Investree, Akseleran, juga danabijak yang pada tanggal 8 September 2021 lalu resmi mengantongi lisensi dari OJK.

Lisensi OJK

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, menurut pihak danabijak, OJK sedang berupaya keras untuk membangun industri jasa keuangan yang terukur (scalable) dan berkelanjutan.

Dalam upaya mereka baru-baru ini, OJK memberi tekanan lebih untuk menutup platform pinjaman fintech ilegal yang menyebabkan banyak masalah untuk pengguna dan industri, dan mereka terus mengatur batas suku bunga maksimum (interest rate cap) untuk menawarkan layanan yang lebih baik kepada para pengguna.

Sepanjang tahun 2021, sudah ada 42 fintech lending yang mengembalikan tanda terdaftarnya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini membuat jumlah pemain fintech di tanah air tinggal 107 pemain per 8 September 2021.

CEO danabijak Markus Prommik mengungkapkan, “Dengan maraknya kehadiran pinjaman online yang ilegal, lisensi resmi dari OJK yang sudah didapat ini tentunya akan memperkuat posisi danabijak sebagai perusahaan fintech yang legal, kredibel dan dapat dipercaya oleh masyarakat luas.”

Dengan ini, perusahaan melihat bahwa pasar fintech sedang mengalami perubahan dan akan menyesuaikan bisnis untuk terus memenuhi kebutuhan pengguna seperti membangun produk-produk keuangan digital yang disesuaikan dengan setiap segmen pengguna sebagai bentuk komitmen terhadap inklusi keuangan di Indonesia.

Pertumbuhan bisnis

Setelah tiga tahun beroperasi, startup lending yang fokus pada pinjaman yang bersifat mikro ini berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 4,5 kali untuk angka disbursement bulanan dalam waktu kurang dari setahun di tengah pandemi. Secara keseluruhan, perusahaan telah menyalurkan lebih dari 300,000 pinjaman ke lebih kurang 100,000 peminjam konsumtif dan produktif di Indonesia dan mempertahankan TKB90 di angka 95,55%.

Perusahaan mengakui, sumber dana yang digunakan kebanyakan datang dari institutional lender baik dari Indonesia maupun luar negeri. Namun, perusahaan belum bisa mempublikasikan informasi terkait jumlah dan institusi apa saja yang telah menyalurkan dana melalui platformnya.

Terkait penyaluran bulanan, saat ini danabijak telah menyalurkan lebih dari US$ 2,000,000 setiap bulannya “Target kami selanjutnya adalah mencapai US$ 10,000,000 penyaluran bulanan pada 2022.” tambah Markus

Terdapat berbagai metode pencairan dan pelunasan pinjaman dalam model bisnis fintech lending. Platform danabijak mengizinkan para penggunanya untuk melakukan pelunasan lebih awal tanpa biaya penalti guna menawarkan fleksibilitas serta menjadikan pinjaman sesuai dengan kebutuhan setiap pengguna.

Semua proses ini dijalankan secara aman sesuai dengan standar industri serta jaminan keamanan data pengguna yang ketat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Perusahaan juga menyediakan berbagai opsi seperti perpanjangan, restrukturisasi atau perubahan pada jadwal angsuran sehingga masyarakat dapat memahami kemampuan dalam membayar angsuran, mengatur pengeluaran bulanan mereka serta menerapkan literasi keuangan yang baik.

Selain itu, salah satu proposisi nilai yang ditawarkan danabijak yang membedakan dari perusahaan P2P lainnya adalah fokus kepada kesejahteraan finansial (financial well-being) dari seluruh pelanggan. Perusahaan saat ini masih fokus untuk menggarap kelompok underbanked dan pelaku UMKM.

Markus turut menyampaikan, “Kami juga selalu membagikan ilmu finansial dan memberikan pendidikan kepada setiap peminjam mengenai manajemen keuangan yang baik. Melalui produk digital finance, kami menemani pelanggan membangun sejarah kredit yang baik agar mereka dapat meningkatkan kehidupan mereka.”

Target ke depan

Ketika disinggung mengenai rencana ke depan, timnya mengungkapkan bahwa visi dan tujuan utama perusahaan adalah untuk mempercepat akses kredit bagi 5 juta orang dan bisnis di Indonesia pada tahun 2025.

Dari sisi pendanaan, danabijak telah mengamankan pendanaan dari GK Plug and Play, buah dari program akselerator yang diikuti pada tahun 2018. Di pertengahan tahun 2021, perusahaan disebut telah membukukan pendanaan dari beberapa investor, di antaranya adalah Kristjan Kangro (CEO dari Change Invest), serta investor baru seperti Walter Marke de Oude (Founder & Chairman dari Singlife).

“Kami menginvestasikan dana dari hasil fundraising untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan produk, dan peningkatan data science untuk menunjang kredit skoring. Sebagai contoh, saat ini kami sudah meluncurkan beberapa produk baru (contoh: Pinjaman cicilan 3-12 bulan) dan meningkatkan kapabilitas kredit skoring.”

Mengenai rencana masa depan, danabijak mengaku akan terus membentuk kemitraan, dalam hal layanan teknologi, dengan berbagai lembaga keuangan, bank, perusahaan pembiayaan (multi-finance), dan perusahaan teknologi. “Kami percaya bahwa kolaborasi dan upaya membangun sebuah ekosistem yang menguntungkan semua orang merupakan kunci untuk pertumbuhan dan perkembangan Indonesia,” tutup Markus.

Application Information Will Show Up Here
Tim Dana Bijak / Dana Bijak

Misi Startup “Lending” DanaBijak Salurkan Pinjaman ke Nasabah Mikro

Masih besarnya potensi masyarakat Indonesia yang belum terlayani dan tidak mendapatkan pinjaman dari bank, menjadi peluang bisnis bagi DanaBijak. Startup lending ini fokus pada pinjaman yang bersifat mikro, sebab perusahaan meyakini ada ceruk yang sebenarnya paling dibutuhkan masyarakat ketimbang harus melalui KTA.

“Banyak masyarakat Indonesia yang hanya membutuhkan pinjaman dalam jumlah kecil untuk kebutuhan sehari-hari seperti membayar listrik, modal bisnis, pendidikan, atau travelling. D isinilah Dana Bijak hadir sebagai solusi bagi masyarakat Indonesia dalam menyelesaikan masalah keuangannya,” ucap CEO DanaBijak Markus Prommik kepada DailySocial.

DanaBijak, sambung Markus, memiliki diferensiasi dibandingkan pemain on balance sheet lending lainnya, di antaranya sistem poin (Poin Bijak) yang akan membuat nasabah mendapatkan bunga lebih rendah, limit pinjaman lebih tinggi (hingga Rp10 juta), dan tenor lebih panjang (hingga 90 hari).

Perusahaan juga memberlakukan sistem bayar lebih cepat, bunga lebih rendah. Artinya jika nasabah membayar pinjaman lebih cepat dari tenor, maka sisa bunga tidak perlu dibayarkan. Sebagai contoh, tenor pinjaman 30 hari namun jika di hari ke-20 nasabah sudah membayarkan pinjamannya, bunga di sisa hari tidak perlu dibayarkan.

Poin Bijak adalah sistem reward yang disediakan perusahaan bagi nasabah yang sering mengajukan pinjaman dan memiliki riwayat kredit yang baik. Tak hanya itu, nasabah yang menggunakan referral code, memberikan ulasan tentang perusahaan di media sosial, dan berpartisipasi dalam edukasi akan mendapat poin tambahan.

Markus mencontohkan, untuk nasabah yang baru pertama kali meminjam di DanaBijak, batas maksimum pinjaman di angka Rp3 juta, bunga 1% per hari, dan tenor maksimal 30 hari. Namun dengan sistem Poin Bijak, nasabah bisa pinjam hingga Rp10 juta, bunga 0,4% per hari, dan tenor maksimal 30 hari.

“DanaBijak bertujuan memberikan edukasi finansial untuk menyelesaikan isu finansial yang dihadapi nasabah setiap harinya. Untuk itu rencana berikutnya dari kami adalah membuat offline workshop untuk nasabah dan nasabah potensial.”

Sayangnya ia enggan membeberkan lebih detil soal sumber dana yang dipakai perusahaan untuk penyaluran pembiayaannya. Markus hanya menuturkan mayoritas sumber dana DanaBijak masih berasal dari investor individu dari luar negeri dan institusi.

“Meskipun begitu, saat ini kami sedang fokus dalam mencari lender yang berasal dari Indonesia.”

Manajemen risiko dua arah

Dalam memberikan pinjaman, perusahaan melakukan verifikasi automated by system yang digabungkan dengan verifikasi secara manual. Setiap pinjaman yang lolos verifikasi by system akan masuk ke tim Dana Bijak untuk selanjutkan dilakukan pengecekan data untuk memastikan semua informasi yang diinput benar dan valid.

“Cara ini dilakukan untuk bantu nasabah membangun credit worthiness supaya mereka bisa mendapatkan bunga lebih rendah, limit lebih tinggi, serta tenor lebih panjang.”

Dia melanjutkan, sistem penilaian kredit juga berdasarkan smart data. Lebih dari 85% nasabah DanaBijak mengakes layanannya lewat smartphone mereka, artinya DanaBijak dapat menganalisis setiap digital footprint konsumen.

Langkah tersebut diklaim terdepan dibandingkan institusi keuangan lain, seperti bank dan multifinance, yang masih fokus pada dokumen kertas dan credit point yang tradisional.

“Memungkinkan kami untuk membuat keputusan kredit yang lebih baik dan membantu jutaan masyarakat Indonesia dalam membangun kelayakan kredit. Tim teknologi kami secara berkelanjutan terus berusaha untuk menyempurnakan algoritma credit scoring dengan mensupervisinya bersama tim analis kredit.”

Pengajuan pinjaman dapat dilakukan lewat akses situs DanaBijak dengan mengisi formulir secara online. Nasabah harus berusia di atas 21 tahun, WNI, minimum pendapatan Rp2,5 juta, dan memiliki akun bank terverifikasi.

Tujuan pinjaman dapat diarahkan untuk kebutuhan menutupi biaya yang tidak terduga, seperti perbaikan motor, biaya pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Dengan penerapan manajemen seperti itu, perusahaan yakin untuk terus ekspansi ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sejak berdiri di Desember 2016 hingga kini, Dana Bijak telah menyalurkan sekitar Rp35 miliar dengan total 25 ribu nasabah yang telah mendapat pinjaman.

Bila dilihat dari yoy April 2017- 2018, kenaikannya mencapai 15 kali lipat dengan realisasi angka $500 ribu (sekitar Rp7 miliar) dari sebelumnya US$40 ribu (sekitar Rp560 juta). Cakupan layanan DanaBijak sementara ini masih tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Rencana ke depan

Perusahaan berencana menambah lokasi lainnya di Semarang, Yogyakarta, Makassar, dan Bali. Tak hanya itu, mereka bakal meluncurkan aplikasi native demi permudah akuisisi nasabah baru, mendapatkan informasi lebih terkait Poin Bijak, dan membantu scoring model agar lebih baik pada pertengahan tahun ini

Seluruh rencana tersebut diharapkan membantu ambisi perusahaan yang ingin menargetkan penyaluran pinjaman sebesar$2 juta per bulan (sekitar Rp28 miliar).

Tak hanya itu, keikutsertaan DanaBijak sebagai salah satu lulusan Plug and Play bersama Gan Kapital (GK-PnP) batch kedua, dapat menjadi senjata pemicu faktor top of mind bagi calon nasabah yang membutuhkan pinjaman.

“Ditambah pula kami dapat menjadi salah satu media bagi masyarakat Indonesia mendapatkan finansial edukasi,” pungkas Markus.