Tag Archives: Dannis Muhammad

CMO Traveloka Dannis Muhammad saat presentasi di konferensi pers antara Traveloka dengan Bank BRI / Traveloka

Traveloka Hadirkan Fitur Pinjaman PayLater

Traveloka semakin melengkapi fitur pembayaran di dalam Traveloka Pay dengan fitur pinjaman untuk travelling “PayLater.” Fitur ini melengkapi ekosistem pembayaran yang sebelumnya sudah hadir, pembayaran dengan e-money (menggandeng Uangku), kartu kredit, dan kartu debit.

“Jadi untuk memberikan best product dan service, kami percaya bagian pembayaran itu harus memudahkan konsumen, biar mereka makin banyak pilihan [untuk bertransaksi di Traveloka],” ujar CMO Traveloka Dannis Muhammad kepada DailySocial.

Dannis menuturkan secara resmi akan ada info khusus terkait PayLater dalam beberapa pekan mendatang. Pembaruan aplikasi versi terbaru soal PayLater juga masih secara bertahap didistribusikan ke sebagian pelanggan Traveloka.

PayLater adalah hasil kerja Traveloka sama dengan startup p2p lending Danamas sebagai mitra penyalur pinjaman dana. Menariknya, sebelum menggandeng Danamas, Traveloka juga menggandeng Uangku untuk mitra dari penyelenggara e-money. Keduanya merupakan bagian Sinar Mas Group.

Pihak Danamas yang sepenuhnya melakukan proses manajemen risiko dalam mengelola PayLater. Mulai dari memverifikasi konsumen, besaran bunga, hingga pembayaran cicilannya.

“Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Kami sebagai marketplace penyedia teknologi terbuka untuk semua partner. Pertimbangannya [saat memilih partner] pasti ada, tapi tidak ada yang khusus. Kebetulan saat itu Danamas yang memiliki komitmen dan kapabilitas dibandingkan pemain lainnya.”

Menurut pengakuan Dannis, metode pembayaran yang paling banyak diminati oleh penggunanya adalah transfer ATM dan kartu kredit. Bila ditotal keduanya menduduki posisi mayoritas dibandingkan metode lainnya. Sayangnya, Dannis enggan memberikan informasi detil mengenai hal tersebut.

Alur pengajuan PayLater

Untuk mengajukan fasilitas pinjaman dari PayLater, proses harus ditempuh lewat aplikasi versi terbaru. Nominal dana yang bisa didapat pengguna antara Rp2 juta sampai Rp10 juta untuk membeli produk di Traveloka, seperti tiket pesawat, kamar hotel, kereta api, dan tiket atraksi.

Pengguna cukup menyertakan KTP, NPWP, KK, BPJS, atau SIM dan berusia 21-55 tahun. Ada empat tahap proses pengisian data yang harus ditempuh, mulai dari identitas diri, keluarga, pekerjaan, dan menggunggah data pribadi. Danamas menjamin dana akan cair dalam waktu satu jam setelah pengajuan selesai dilakukan.

Ketika dana berhasil cair, pengguna bisa langsung memakainya untuk bertransaksi di Traveloka. Untuk pembayarannya, Danamas menjamin tidak ada bunga tambahan apabila pengguna membayarnya untuk tenor 1-3 bulan setelah dana cair sebulan kemudian. Lebih dari itu, akan ada tambahan bunga sebesar Rp5 ribu per bulannya.

Setelah pengguna berhasil melunasi cicilannya, secara otomatis limit PayLater bisa kembali digunakan. Pengguna juga dapat meminta dinaikkan limit PayLater. Mereka bisa mengunggah tambahan dokumen, seperti slip gaji atau rekening koran selama tiga bulan terakhir. Untuk keamanannya, setiap transaksi yang menggunakan PayLater akan menggunakan OTP.

Application Information Will Show Up Here

Terus Berekspansi secara Regional, Aplikasi Traveloka Sudah Memperoleh 7 Juta Unduhan

Sebagai penyedia layanan online travel agent (OTA), posisi Traveloka saat ini cukup cemerlang. Tidak hanya erada pada posisi teratas di pasar akomodasi dan perjalanan wisata, Traveloka dengan ekspansi internasionalnya terbilang cukup diterima dengan baik di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Dalam berita yang dikutip dari Indotelko, Traveloka segera menyambangi Brunei, Laos, dan Myanmar.

“Bagi kami, bisa melebarkan sayap ke luar Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun merupakan sebuah capaian positif karena hal ini membuktikan bahwa perusahaan internet Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar global. Selain di Jakarta, saat ini kami telah memiliki kantor yang berada di Kuala Lumpur, Bangkok, Ho Chi Minh City, Singapura dan Manila dengan fokus untuk melayani pengguna kami di kawasan Asia Tenggara,” kata Head of Marketing Traveloka Dannis Muhammad kepada DailySocial.

“Hingga saat ini kami masih menggunakan strategi yang sama, yakni fokus pada pengembangan produk dan layanan terbaik. Hanya saja, eksekusinya berbeda-beda tergantung dari ekspektasi pengguna di masing masing negara dan juga media bergantung pada apa yang mereka konsumsi,” lanjutnya.

Peningkatan jumlah pengguna aktif di aplikasi

Hal menarik lain yang diungkapkan Dannis kepada DailySocial adalah saat ini aplikasi Traveloka telah diunduh lebih dari 7 juta kali oleh pengguna di kawasan Asia Tenggara. Selain itu diklaim lebih dari 50% pengunduh aplikasi Traveloka tergolong sebagai active user.

“Dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), mobilitas masyarakat akan semakin tinggi karena semakin banyak user yang akan melakukan perjalanan lintas negara sehingga kami optimis bisa menjaga pertumbuhan yang positif hingga akhir tahun 2016,” tutup Dannis.

Application Information Will Show Up Here

Keterbatasan Talenta Masih Dianggap Tantangan Terbesar Ekosistem Teknologi Indonesia Hingga 2025

Dari hasil paparan riset yang dilakukan oleh Google dan Temasek bertajuk ‘E-conomy SEA: Unlocking the $200 billion opportunity in Southeast Asia,” disebutkan pada 2025 Indonesia bakal menjadi market leader untuk pasar online yang mencapai $81 miliar pada 2025. Dari angka tersebut, e-commerce menyumbang $46 miliar atau 56% dari total pasar online, dengan asumsi pertumbuhan 39% per tahunnya dari posisi tahun lalu sebesar $1,7 miliar.

Meskipun demikian, potensi tersebut masih memiliki lima tantangan yang harus secepatnya bisa diselesaikan oleh seluruh stakeholder, yaitu talent, mekanisme pembayaran, infrastruktur internet, infrastruktur logistik, dan kepercayaan konsumen.

[Baca juga: Menyikapi Jurang antara Kebutuhan dan Penyediaan Sumberdaya Manusia di Bidang Teknologi]

Google dan Temasek menghadirkan tiga narasumber untuk memberikan masukan dan pendapatnya mengenai hasil riset tersebut. Ada tiga orang yang dihadirkan, Nadiem Makarim (CEO dan Founder Go-Jek Indonesia), Dannis Muhammad (CMO Traveloka), dan Hadi Wenas (CEO MatahariMall).

Ketiga narasumber menyetujui bahwa Indonesia membutuhkan talent yang lebih banyak lagi untuk siap terjun ke dunia startup. Nadiem mengungkapkan tenaga engineer di Indonesia masih sangat minim. Dia mengklaim meski tenaga engineer yang bekerja di Go-Jek mencapai 70% dari total pekerja, namun secara umum Indonesia supply tenaga engineer masih sangat minim.

Penyebabnya bisa karena kurang sesuainya kurikulum yang diajarkan saat di bangku kuliah. Solusi tercepat, sambungnya, adalah dengan mengirimkan bibit-bibit baru tersebut ke sekolah luar negeri. Untuk itu, perlu ada andil dari pemerintah dengan memberikan insentif-insentif berupa kemudahan beasiswa bagi pelajar yang berpotensi untuk menuntut ilmu di luar negeri.

“Masih banyak persepsi negatif dari orang tua Indonesia mengenai engineering, mereka mengira belajar coding itu seperti main internet. Perlu langkah cepat dari pemerintah dengan memberikan insentif berupa beasiswa,” ujarnya, Kamis (25/8).

Hadi Wenas menambahkan, menurutnya untuk sektor e-commerce perlu talent marketing yang cara bekerjanya sesuai dengan dunia startup. Kebanyakan saat ini pola pikir tenaga pemasaran di Indonesia masih konvensional, di mana ada dana yang masuk dari perusahaan kemudian dibelanjakan ke berbagai lini iklan.

Padahal, sebenarnya di startup teknik pemasaran seperti itu tidak cocok untuk diaplikasikan. Untuk mengatasi hal tersebut, teknik yang ia lakukan adalah dengan mempekerjakan mahasiswa fresh graduate karena dinilai lebih mudah untuk diajarkan.

Sedangkan Traveloka menyiasati talent dengan mempekerjakan tenaga-tenaga lulusan 10 universitas di Asia Tenggara. “Kami menyiasati hal tersebut dengan mempekerjakan talent terbaik dari 10 universitas top di kawasan Asia Tenggara,” ujar Dannis.

Nadiem menambahkan, masalah empat masalah lainnya menurutnya bisa diselesaikan oleh Indonesia. Mengingat, kini sudah banyak startup baru yang fokus ke usaha logistik dan pembayaran bertebaran di Tanah Air. Sehingga, dalam ke depannya seluruh ekosistem startup digital akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat mendukung tingkat kepercayaan konsumen lebih tinggi lagi.

Hasil riset Google dan Temasek

Lebih dalam lagi, dalam riset Google dan Temasek menyebutkan tiga sektor yang berpeluang terbesar dalam ekonomi digital Indonesia adalah e-commerce, online travel, dan online rides. Indonesia diprediksi akan memimpin region Asia Tenggara dalam jumlah pelaku e-commerce menjadi 52% pada 2025 dari sebelumnya 31%.

Secara nilai ekonomi, nilai sektor e-commerce di Indonesia bakal mencapai $46 miliar di 2025 dengan asumsi pertumbuhan 39% per tahunnya, dibandingkan perolehan di 2015 sebesar $1,7 miliar. Untuk online travel diprediksi akan menjadi $24,5 miliar dengan asumsi pertumbuhan bisnis 22% per tahunnya, dibandingkan perolehan sebelumnya $5 miliar.

Ini akan menempatkan Indonesia di urutan pertama di sektor online travel Asia Tenggara dengan porsi 32% dari sebelumnya 26% di 2015.

Hal yang sama juga untuk online rides. Diperkirakan nilainya akan mencapai $5,6 miliar dengan asumsi pertumbuhan 22% per tahun, dibandingkan perolehan sebelumnya sebesar $800 juta. Nilai tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai market leader di Asia Tenggara dengan porsi 43% dibandingkan startup online rides lainnya.

Hal riset lainnya, Indonesia dinilai bakal menjadi negara paling aktif kedua setelah Singapura untuk kegiatan venture capital dalam hal jumlah transaksi. Sekitar 28% dari semua transaksi yang menerima funding Seri A+, serupa dengan di Singapura yang sebesar 29%.

“Peluang Indonesia sangat besar, $81 miliar, dan saya yakin bahwa tantangan yang ada akan dapat diatasi, seperti yang dapat dilihat saat ini dengan adanya sejumlah perusahaan lokal yang berhasil melebarkan usahanya di wilayah ini. Google bertekad untuk membantu bisnis Indonesia, mulai dari pemain startup besar hingga kecil demi mencapai pelanggan baru dan mendunia,” pungkas Tony Keusgen, Managing Director Google Indonesia.