Tag Archives: danu wicaksono

LinkAja Partners with the Government of Banyuwangi

LinkAja is making another penetration to increase its user growth. It is an e-money product supported by some state-owned enterprises, partnered up with the Government of Banyuwangi for SME’s regional income payment. LinkAja as a payment method is expected to improve the quality of public services.

The partnership of LinkAja with the Government of Banyuwangi happened at the same time with the launch of Micro Credit Program (KPR) of State-owned Banks (Himbara) in Banyuwangi. From now on, Banyuwangi’s regional income can be paid through LiankAja.

To date, LinkAja has acquired 100 agents in Banyuwangi and will keep counting along with the plan to acquire local SMEs, such as stall owners, phone counters, and others.

“A partnership for payment digitization with the government of Banyuwangi is a real deal on our mission to provide financial service for everyone in order to increase financial inclusion and the work of  National Non-Cash Movement (GNNT),” LinkAja’s CEO, Danu Wicaksana.

He added, “We expect the strategic partnership can help the merchants to start the digital economy innovation to meet the Banyuwangi people needs and preference for shifting through e-money service in daily transaction.”

LinkAja targets 40 million users this year. In the effort to achieve the target, they’re preparing new plans, including a pilot project for some basic needs, such as train ticket, toll, remittance, and gas bill.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pemerintah Banyuwangi dan UMKM Banyuwangi bisa memanfatkan LinkAja sebagai alat pembayaran

LinkAja Jalin Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

LinkAJa kembali melakukan penetrasi guna meningkatkan pertumbuhan penggunanya. Kali ini produk e-money yang didukung beberapa BUMN tersebut menggandeng Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk pembayaran pendapatan daerah dan juga pembayaran untuk merchant UKM. Masuknya LinkAJa sebagai salah satu metode pembayaran juga diharapkan mampu meningkatan kualitas pelayanan publik.

Peresmian kerja sama LinkAja dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bertepatan dengan acara penyaluran Kredit Usaha Kredit (KUR) Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di Kabupaten Banyuwangi. Dengan kerja sama ini pembayaran pendapatan daerah di Kabupaten Banyuwangi dan  pembayaran di merchant/UKM akan didukung LinkAja.

Sejauh ini LinkAJa sudah memiliki 100 agen pelayanan di Kabupaten Banyuwangi dan akan terus bertambah seiring dengan rencana untuk menggandeng UKM lokal seperti pedagang kelontong, outlet pulsa, dan semacamnya.

“Kerja sama digitalisasi pembayaran dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi merupakan bentuk nyata dari misi kami untuk memberikan akses layanan keuangan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam rangka mendorong peningkatan inklusi keuangan dan suksesnya GNNT (Gerakan Nasional NonTunai),” terang CEO LinkAja Danu Wicaksana.

Lebih lanjut Danu mengatakan, “Kami harap kerja sama strategis ini dapat membantu mitra usaha untuk menerapkan inovasi ekonomi digital, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi masyarakat Banyuwangi untuk berpindah menggunakan layanan uang elektronik dalam bertransaksi sehari-hari.”

Tahun ini LinkAja menargetkan 40 juta pengguna. Dalam upaya memenuhi targetnya mereka sedang menyiapkan beberapa rencana, termasuk pilot project untuk sejumlah layanan dasar mulai dari kereta api, jalan tol, remitansi, hingga SPBU.

Application Information Will Show Up Here

Berrybenka Berencana Dirikan Toko Permanen di Beberapa Kota Awal Tahun 2017

Penjualan poduk private label, buatan sendiri, milik Berrybenka diklaim telah memberikan kontribusi untuk pendapatan sebesar 50%, artinya apa yang telah dilakukan oleh Berrybenka sejak bulan Maret diterima dengan baik oleh konsumen lama dan baru. Hal tersebut diungkapkan Managing Director Berrybenka Danu Wicaksana kepada DailySocial.

Alasan lain kenapa Berrybenka lebih banyak mempromosikan private label dibandingkan brand lainnya adalah sebagai strategi diferensiasi dengan pemain fashion e-commerce lainnya di Indonesia seperti Zalora, Sale Stock dan lainnya. Saat ini layanan e-commerce umum, seperti Tokopedia dan Lazada, juga telah memiliki vertikal layanan fashion yang membuat persaingan menjadi lebih berat.

“Kami sangat yakin dengan kualitas produk dan harga yang dimiliki oleh private label Berrybenka mampu bersaing dengan produk lokal hingga asing khususnya untuk busana, aksesoris dan lainnya. Diharapkan ke depannya private label kami bisa menjadi brand terdepan dari Berrybenka,” kata Danu.

Strategi lain yang tengah difokuskan oleh Berrybenka yaitu dengan menggelar pop-up store, yaitu toko offline Berrybenka. Kegiatan yang telah digelar selama 8 kali ini terbilang sukses dan mampu mendongkrak penjualan produk secara online dengan jumlah yang cukup besar.

“Ketika kami menggelar kegiatan pop up store, kami banyak menerima pembeli baru yang sebelumnya tidak familiar dengan Berrybenka. Setelah melihat produk kami di pop-up store secara langsung mereka mulai melihat situs kami di desktop dan aplikasi,” kata Danu.

Kota Jakarta menjadi kota ke-8 yang disambangi Berrybenka untuk menggelar kegiatan pop-up store. Terletak di Mall Taman Anggrek, pop up store kali ini akan berlangsung selama 6 bulan dan menjual semua produk Berrybenka, termasuk private label.

Pop up store kami memiliki keunikan tersendiri baik dari sisi ruangan, pengalaman hingga layananan. Di pop-up store pembeli yang ingin melakukan penukaran barang bisa langsung datang dan menitipkan barang tersebut. Demikian juga jika pembeli yang datang langsung kesulitan menemukan produk yang diinginkan, bisa mengambil langsung produknya setelah staf kami mengambilnya dari warehouse Berrybenka,” kata Danu.

Hingga akhir tahun 2017 ditargetkan akan digelar sekitar 20 kegiatan pop-up store di seluruh Indonesia. Sebelumnya pop up store Berrybenka sudah hadir di Medan, Tangerang, Makassar, Bekasi, Semarang, Bandung, Cibubur.

Berrybenka mengklaim strategi online to offline (O2O) mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan dan pelanggan mencapai 300% di masing-masing kota.

“Di tahun 2017, kuartal pertama, kami juga berencana untuk mendirikan toko permanen di Jakarta, Medan dan kota-kota lain yang kami nilai memiliki potensi, masih menempel di mall. Toko permanen tersebut diharapkan bisa menarik lebih banyak pengguna baru Berrybenka,” kata Danu.

Rencana Berrybenka pasca pengurangan pegawai

Setelah sebelumnya Berrybenka melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi, Danu mengungkapkan pengurangan pegawai tersebut merupakan kali pertama dilakukan oleh Berrybenka sejak berdiri. Alasannya cukup sederhana, yaitu menekan biaya operasional yang ternyata kebanyakan berasal dari kegiatan pemasaran dan gaji pegawai.

Tekanan dari investor untuk segera mendapatkan profit juga menjadi alasan utama, mengapa pengurangan pegawai tersebut wajib dilakukan.

“Kami menyadari agar bisnis bisa berjalan secara sustainable perusahaan wajib untuk mempertimbangkan hal-hal yang prioritas, salah satunya adalah melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi. Dari sisi bisnis Berrybenka masih tetap berjalan dengan baik dan tidak ada perubahan secara drastis, hanya pengurangan tersebut memang harus kita lakukan,” kata Danu.

Application Information Will Show Up Here