Tag Archives: DAP

Astell & Kern Kann Alpha Adalah Partner Ideal untuk Headphone Berharga Ribuan Dolar

Populer di kalangan penikmat audio, Astell & Kern menawarkan deretan pemutar musik portabel yang amat bervariasi. Salah satu yang kerap menjadi favorit datang dari seri Astell & Kern Kann, yang sejauh ini sudah terdiri dari tiga model, yakni Kann, Kann Cube, dan yang terbaru, Kann Alpha.

Baru-baru ini, Astell & Kern menyingkap varian warna baru untuk Kann Alpha. Jadi selain warna Onyx Black yang terkesan amat sleek, sasis aluminium Kann Alpha kini turut tersedia dalam varian warna Urbanely Blue yang tak kalah memukau. Kalau melihat tren terkini, jenis warna biru metalik seperti ini belakangan memang cukup sering diasosiasikan dengan kemewahan; lihat saja iPhone 12 Pro.

Di samping itu, Kann Alpha juga kedatangan dukungan atas platform musik Roon. Jadi selama sudah menjadi pelanggan Roon, semua pengguna Kann Alpha dapat menikmati koleksi musik lossless-nya secara wireless dari layanan-layanan seperti Tidal, Qobuz, atau langsung dari koleksi pribadi mereka yang disimpan di dalam perangkat NAS. Format audio hi-res yang didukung tentu melimpah. Kann Alpha siap memutar file PCM 32-bit/384Hz, DSD256, atau file MQA (Master Quality Authenticated) yang diunduh dari Tidal.

Sebagai perangkat generasi ketiga, sudah sewajarnya Kann Alpha menyajikan performa yang lebih superior daripada dua pendahulunya. Komponen headphone amplifier yang tertanam di dalamnya punya output yang sangat besar, membuatnya mampu menenagai headphone dari kelas apapun tanpa memerlukan bantuan amplifier terpisah. Meski begitu, desainnya tetap tergolong ringkas, dengan tebal hanya 25 mm dan bobot 316 gram.

Astell & Kern mengklaim Kann Alpha sebagai produk pertamanya yang mengusung balanced output 4,4 mm yang bebas noise. Di saat yang sama, ia juga dibekali konektivitas Bluetooth 5.0 dengan dukungan atas codec LDAC maupun aptX HD, membuatnya makin fleksibel dalam hal skenario penggunaan. Dalam sekali pengisian, baterainya diperkirakan mampu bertahan selama 14,5 jam nonstop.

Di Singapura, Astell & Kern Kann Alpha saat ini sudah dijual dengan harga S$1.699, atau kurang lebih sekitar 18,2 jutaan rupiah.

Astell & Kern Luncurkan A&futura SE200, Pemutar Musik Portable dengan Dua Jenis DAC yang Berbeda

Dual DAC, Quad DAC, teknologi multi DAC (digital-to-analogue converter) sebenarnya sudah bukan barang baru di industri perangkat audio. Teknologi ini bahkan sempat merambah kategori smartphone berkat LG, meski gaungnya sekarang tergolong mereda karena LG sendiri sudah tidak seagresif dulu.

Yang belum eksis adalah bagaimana dua DAC dari dua pabrikan yang berbeda dapat dijejalkan ke dalam satu perangkat pemutar audio demi memberikan konsumen kontrol penuh atas karakteristik suara perangkat yang digunakannya. Itulah tantangan yang hendak dijegal Astell & Kern selama mengembangkan portable music player (PMP) terbarunya, A&futura SE200.

Pada kenyataannya, audio memang merupakan topik yang sangat subjektif. Apa yang terdengar enak di telinga saya belum tentu enak di telinga Anda, demikian pula sebaliknya. Di saat saya cocok dengan karakteristik suara yang dihasilkan model DAC tertentu, Anda belum tentu cocok dengannya.

Solusinya, kalau menurut A&K, adalah dua model DAC yang berbeda dalam satu perangkat. Satu datang dari AKM (AK4499EQ), satu lagi dari ESS (ES9068AS) dalam konfigurasi ganda. Keduanya tentu dilengkapi unit amplifier-nya masing-masing demi memastikan karakteristik tiap DAC tidak tercampur. Usai memilih DAC yang ingin dipakai, pengguna dapat menambahkan sejumlah filter untuk menerapkan kustomisasi lebih lanjut pada karakteristik suaranya.

Astell & Kern A&futura SE200

A&futura SE200 merupakan penerus langsung dari A&futura SE100 yang dirilis dua tahun silam. Desain fisiknya sepintas mirip, namun kelihatan lebih elegan berkat perpaduan apik antara sudut-sudut yang lancip dengan garis-garis melengkung. Kenop volume khas A&K di sini dibekali lampu LED yang bisa berganti-ganti warna tergantung tipe file audio yang diputar.

Secara teknis, SE200 tidak akan kesulitan memutar file audio Hi-Res 32-bit/384kHz atau DSD256 sekalipun. Ia juga mendukung format MQA, format berkualitas tinggi yang dipakai oleh layanan streaming Tidal pada paket termahalnya (HiFi). File audionya sendiri dapat diputar langsung dari penyimpanan internal perangkat sebesar 256 GB atau lewat kartu microSD (maksimum yang berkapasitas 1 TB).

Pengoperasiannya mengandalkan layar sentuh 5 inci beresolusi 720p. Di samping Wi-Fi, perangkat turut mengemas konektivitas Bluetooth aptX HD, dan baterainya diklaim mampu bertahan sampai 14 jam pemakaian. Satu hal yang cukup menarik, port USB-C miliknya tak hanya berfungsi untuk charging, tapi juga untuk disambungkan ke komputer atau laptop sehingga perangkat bisa difungsikan sebagai DAC eksternal.

Seperti halnya produk Astell & Kern lain maupun perangkat-perangkat di segmen audiophile secara umum, banderol A&futura SE200 tidak murah. Di Amerika Serikat, ia ditawarkan seharga $1.799, atau $100 lebih mahal daripada pendahulunya.

Sumber: The Verge dan Astell & Kern.

[Review] Astell&Kern AK70, Digital Audio Player Portable Fenomenal Pemuas Dahaga Audiophile

Kehadiran perangkat bergerak mengubah cara kita menikmati hiburan digital, dan kepopularitasannya turut menggerus produk-produk dedicated seperti music player. Tapi ada dampak positif dari hal itu: konsumen kini lebih mudah memilih dan produsen semakin serius menggarapnya. Di tahun 2013, Irivier asal Korea Selatan mulai masuk ke segmen ini, memperkenalkan brand Astell&Kern.

Setelah melakukan debutnya dengan media player AK100, Astell&Kern terus memperluas deretan produk audionya ke ranah in-ear monitor, headphone, CD player sampai network audio system. Di tahun ini, Astell&Kern merilis AK70, dijanjikan sebagai digital audio player hi-res canggih yang bisa Anda miliki diharga masuk akal. Klaim ini tampaknya punya landasan cukup kuat, buktinya, banyak audiophile menyukai Astell&Kern AK70.

AK70 7

Meski musik sudah jadi hal wajib untuk menemani saya dalam beraktivitas sehari-hari, perlu Anda tahu bahwa saya bukanlah individu bertelinga emas. Terlepas dari itu, Orion Kreatif Elektronik selaku distributor produk Astell&Kern di indonesia sangat dermawan memberi saya kesempatan menguji kecanggihan music player portable ini di era ‘paska-iPod’. Betulkah ia secanggih kata orang? Silakan simak ulasannya.

Design

Dari sisi penampilan, AK70 memanfaatkan arahan desain khas perangkat media Astell&Kern sebelumnya. Wujudnya non-ergonomis, memiliki tubuh balok dengan penempatan panel dan tombol asimetris. AK70 memiliki layar sentuh 3,3-inci di depan; tiga tombol navigasi (prev, pause, next) dan slot kartu microSD di sisi kiri; tombol power/screen-off, port output 3,5mm dan 2,55mm di atas; kenop pengaturan volume di kanan; dan port microUSB untuk charging dan transfer file di bawah.

AK70 9

AK70 mempunyai dimensi 60,3×96,8×13-milimeter dan bobot 132-gram. Case-nya memanfaatkan material aluminium, ada lapisan plastik transparan berpola di bagian punggung, lalu layar dibingkai oleh area berwarna hitam.

Ukuran AK70 sengaja diminimalisir agar music player ini bisa mudah dibawa-bawa, dan seperti sewaktu menggunakan iPod classic, saya lebih nyaman menyimpan AK70 di kantong celana ketimbang jaket/baju. Beratnya lebih ringan dari asumsi saya, namun bagian tepi yang menyudut dan tajam berpotensi merusak celana Anda, terutama jika ukurannya ketat.

AK70 14

AK70 11

Walaupun begitu, saya menyukai arahan desain konservatif dan industrial tersebut. Secara tidak langsung, AK70 mempresentasikan dirinya sebagai perangkat pencinta musik serius, bukan sekedar produk lifestyle biasa. Kemudian, warna hijau-biru ‘Misty Mint’ di sana memberi kesan playful.

AK70 3

AK70 2

Interface, content & navigation

Astell&Kern AK70 beroperasi di atas versi modifikasi platform Google Android. Tentu saja tak seperti smartphone, UI-nya jauh lebih sederhana agar pemakaiannya sederhana. Resolusi 800x480p di layar sentuh TFT cukup lapang dalam memberikan Anda keleluasan navigasi. Tombol-tombol di sana cukup besar buat mengakomodasi semua ukuran jari. Dan layaknya perangkat Android, segala fungsi dan fiturnya (DAC, Bluetooth, sampai mengatur kecerahan) bisa diakses cukup dengan menarik dashboard.

AK70 1

Produsen juga tidak melupakan pernak-pernik kecil yang berportensi memengaruhi kenyamanan pemakaian. Contohnya saat fungsi shuffle diaktifkan, AK70 tetap mengingat tampilan terakhir yang Anda buka, sehingga Anda dapat melanjutkan browsing musik dari lokasi tersebut.

AK70 10

Saya menyukai sensasi dari resistansi kenop volume. Dengannya, pengaturan bisa dilakukan saat layar tidak aktif. Kendalanya ialah, menyelipkan AK70 ke kantong berpeluang mengubah volume secara tidak sengaja.

AK70 17

AK70 13

Features & connectivity

Salah satu selling point terbesar AK70 adalah chip DAC Cirrus Logic, menyajikan performa suara di atas level smartphone. Menariknya, Anda bisa menyambungkan media player ini ke DAC eksternal melalui port USB – mem-bypass DAC internalnya. Anda juga dapat menghubungkan AK70 ke PC dan mengaktifkan mode DAC, mendongkrak kinerja output audionya. Dan bukan itu saja, tersedia mode Line Out yang dapat mengubah device jadi jembatan antara PC dengan speaker.

AK70 8

DAC Cirrus Logic mendukung audio 24-bit/192KHz PCM, lebih tinggi dari kualitas maksimal iPhone di ‘level CD’, yakni 16-bit/44.1kHz.

AK70 6

Sentuhan fitur audiophile lain terdapat pada jack audio 2,5mm, memungkinkan Anda memasang balanced headphone untuk memperoleh kontras volume yang lebih tinggi. Jika sudah memilikinya, Anda sangat disarankan memanfaatkannya. Untuk sambungan Bluetooth, AK70 telah ditopang aptX, namun selama uji coba ini, saya menggunakan earphone/headphone kabel standar. Kemudian terdapat pula Wi-Fi demi mengakomodasi update software.

Performance & using experience

Jangan remehkan tubuh kecil AK70, music player ini sanggup menghidangkan output membahana – mampu menangani file terkompresi seperti MP3 (16-bit/44,1KHz.) secara optimal tapi performa sesungguhnya baru terasa ketika ia menyajikan musik-musik beresolusi tinggi (24-bit/192KHz atau DSD 2,8MHz, beberapa sampel-nya sudah dibundel di dalam).

Unit review ini sudah diisi lagu-lagu hi-res, beberapa contohnya ialah Tears in Heaven-nya Ayako Hosakawa, Storms Are on the Ocean oleh Amber Rubarth, This Year’s Kisses-nya Ella Fitzgerald atau Nightingale oleh Norah Jones. Karakteristik suaranya adalah energik, jernih serta dinamis, dan sanggup mensimulasi ruang.

AK70 4

AK70 sangat andal menangani berbagai genre lagu, dari mulai rock seperti Mastodon (Asleep In the Deep) dan One OK Rock (Mighty Long Fall) sampai rentetan kreasi Fourplay. Suara Benjamin Burnley di Ashes of Eden terdengar penuh, lalu gebukan drum Ben Thatcher dari Royal Blood di Out of the Black terasa lengkap dan bertekstur. Ada ruang antara gitar elektrik, shaker dan vokal tanpa mengorbankan keutuhan ritmenya. Mid-range-nya lapang sehingga lirik tidak termakan oleh ramainya suara instrumen.

AK70 17

Media player ini membuat banyak lagu yang sudah sering saya dengar kembali menyegarkan, entah apakah itu playlist Michael Bublé ataupun Metallica. Awalnya hanya sekedar untuk menguji performa AK70, mendengarkan lagu-lagu lawas David Bowie – khususnya Starman, Ziggy Stardust dan Moonage Daydream – kini jadi ritual saya sebelum tidur.

Astell&Kern AK70 dibekali baterai 2.200mAh, dan dengan mematikan sambungan wireless, digital audio player tersebut dapat menyuguhkan playback berdurasi 12 sampai 13 jam. Sewaktu di-charge, AK70 tetap bisa beroperasi, tapi dengan begitu temperatur jadi naik dan saya ragu apakah hal ini diperbolehkan atau tidak.

AK70 12

Untuk edit dan transfer file, AK70 tidak membutuhkan software khusus. Itu berarti, penyajiannya tidak ‘semewah’ iDevice dengan iTunes-nya, namun saya menyukai kesederhanaan ini. Saat tersambung ke PC, AK70 akan terbaca sebagai device eksternal biasa, dan selanjutnya Anda tinggal melakukan drag-and-drop file audio. Kemudian buat belanja lagu, tinggal aktifkan Wi-Fi lalu buka menu Store.

AK70 15

Satu hal lagi: AK70 dilengkapi penyimpanan internal 64GB, cukup besar, tapi seandainya belum puas, Anda bisa menambahkan kartu microSD maksimal sebesar 256GB.

Verdict

Untuk sebuah music player kelas audiophile, Astell&Kern AK70 dijajakan di harga yang logis. Ia mengasikkan sewaktu digunakan bahkan saat sekedar dibawa-bawa. Memang ada alternatif lebih murah dalam menikmati audio beresolusi tinggi, namun daya tahan baterai dan luasnya flash memory memastikan AK70 unggul dibanding produk rival, misalnya Sony NW-A10. Jika kualitas musik merupakan hal utama bagi Anda, maka Anda tidak perlu melirik ke mana-mana lagi.

Kekurangannya? Seperti yang sempat saya bahas, penggunaan kenop buat pengaturan volume punya efek samping sewaktu Anda mengantongi AK70. Lalu, AK70 juga belum dibekali dukungan layanan streaming musik.

Tentu anggapan ‘ekonomis’ bagi kalangan audiophile cukup berbeda dari khalayak awam. Segala kecanggihan Astell&Kern AK70 harus Anda bayarkan di harga yang cenderung tinggi buat sebagian orang. Di Indonesia, AK70 ditawarkan seharga Rp 9 juta.

Salah satu situs ecommerce di Indonesia memajang perangkat ini di etalase mereka, Anda bisa melihatnya lewat tautan ini.