Tag Archives: Datanest

Accelerating Asia mengubah cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura melalui instrumen pendanaan SAFE note

Accelerating Asia Naikkan Nilai Investasi hingga 2 Miliar Rupiah untuk Startup Binaannya

Perusahaan modal ventura tahap awal Accelerating Asia mengumumkan perubahan dalam cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (lebih dari 2 miliar Rupiah), melalui instrumen pendanaan SAFE note, sekitar 7%-10% ekuitas per startup yang akan mengikuti program akselerator batch ke-3.

Bila dirinci, startup akan menerima investasi maksimal 200 ribu dolar Singapura, termasuk dana dukungan 25 ribu dolar Singapura untuk membangun bisnisnya, akses ke program akselerator, dan program tambahan senilai 225 ribu dolar Singapura. Kenaikan ini, membuat Accelerating Asia percaya diri berada dalam posisi yang kuat dalam pertaruhan startup yang berasal dari program akseleratornya.

“Sambil terus menjalankan hubungan baik dengan pendiri startup untuk meningkatkan pertumbuhan mereka, menerima pendanaan, dan meningkatkan bisnis mereka ke tingkat selanjutnya,” ucap Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo dalam keterangan resmi.

Dibandingkan dua batch sebelumnya, Accelerating Asia berinvestasi sebesar 100 ribu dolar Singapura, juga berbentuk SAFE note. Ini adalah akronim dari Simple Agreement for Future Equity yang diperkenalkan pertama kali oleh Y Combinator pada 2013.

Silicon Valley memilih SAFE sebagai dokumen de facto yang digunakan untuk investasi tahap awal karena modelnya lebih ramping, lebih murah untuk dieksekusi, dan lebih mudah untuk melakukan uji tuntas (due diligence) daripada opsi lainnya.

“Di Accelerating Asia, kami setuju untuk juga menggunakan SAFE untuk investasi awal kami. Kami juga memfasilitasi investasi lain di perusahaan portofolio kami melalui SAFE. Kami percaya bahwa SAFE punya keuntungan baik bagi founder, investor, maupun ekosistem startup secara umum,” terang Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon secara terpisah kepada DailySocial.

Program akseleratornya itu sendiri sudah berjalan sejak dua tahun dan telah berkembang menjadi komunitas dengan lebih dari 39 founder startup dari 19 startup yang tersebar di 9 negara. 40% di antaranya dipimpin perempuan atau mitra pendiri ventura. Saat berpartisipasi dalam program flagship-nya tersebut, seluruh startup binaannya berhasil memperoleh investasi kolektif senilai lebih dari 55 juta dolar Singapura.

Akselerator batch ke-3

Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia
Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia

Dixon melanjutkan dalam batch ke-3 pendaftaran sudah dibuka hingga Mei 2020. Seluruh proses akan berlangsung secara online, sehingga gangguan pandemi tidak menyurutkan ambisi perusahaan untuk menggelar program akseleratornya.

“Program kami dirancang untuk memberikan nilai tinggi dari para ahli pemula, investor dan mentor dalam format yang fleksibel, di mana pun mereka berada. Sebab mengumpulkan semua founder dalam satu tempat yang sama adalah pekerjaan yang sulit.”

Mereka juga tidak secara spesifik menyasar tema tertentu untuk tiap batch-nya. Dixon menyebut, Accelerating Asia adalah VC dan program akselerator yang agnostik vertikal, artinya terbuka untuk startup dari sektor manapun. Untuk dua batch sebelumnya, startup binaannya terdiri dari startup B2B dan B2G. Kendati demikian, mereka juga terbuka untuk startup B2C.

Dalam batch ke-2, ada sembilan startup yang bergerak di bisnis B2B, seperti logistik, big data, edutech, agritech, dan e-commerce. Seluruh startup memperoleh pendanaan yang tinggi dari angel investor, modal ventura, dan perusahaan keluarga dalam pendanaan gabungan sekitar 2,5 juta dolar Singapura. Delapan startup diantaranya memperoleh pendanaan eksternal, seperti iFarmer, Numu, IZY.ai, dan Privoshop, dalam program 100 hari.

“Untuk tahap pendanaan, kami fokus ke startup pra-seri A yang memiliki traksi, produknya berasal dari pengalaman pengguna, dan punya model bisnis yang kuat. Jika Anda tidak yakin apakah Anda cocok untuk ikut program ini, kami mendorong para pemula untuk mendaftar untuk melalui prosesnya, agar dapat pemahaman tentang apa yang dicari investor dan akselerator.”

Dari 19 startup binaan dari batch sebelumnya, 10% di antaranya datang dari Indonesia. Nama-namanya adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. “Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, kami selalu mencari kesempatan bermitra dengan startup dan mitra.”

Di luar program, Accelerating Asia bekerja sama dengan jaringan angel investor lokal ANGIN untuk membangun jaringan, entah berbentuk webinar, event untuk membangun portofolio, negosiasi kesepakatan dengan angel investor yang tertarik menjadi LP atau berinvestasi bersama. Pihak ANGIN juga memfasilitasi koneksi startup, dan berkomitmen untuk terlibat dengan founder lokal melalui berbagai program.

“Kami juga bekerja erat dengan investor di berbagai tingkatan dalam ekosistem startup Indonesia, seperti family offices, VC, angel investor. Beberapa dari mereka telah berinvestasi ke Fund kami dan/atau co-invest bersama Accelerating Asia di startup portofolio kami,” tutupnya.

gringgo

Gringgo Partners with Datanest to Develop AI Technology for Waste Management

A company focused on becoming a leading platform to handle city waste crisis and plastic waste in the sea Gringgo plans to expand service coverage to two cities in Indonesia.

The Bali based startup has partnered up with some private collectors. Using the current technology, Gringgo can get feedback from them to to improve services. In addition, they also have plan to raise funding this year.

“We form partnership with local waste collector and some privates. We’ll offer them our system to improve their work in exchange to the recycle products they serve, then sell it to the factory or bigger processor,” Gringgo’s CTO, Febriadi Pratama said to DailySocial.

Gringgo is a web-based app to facilitate waste management. Users can ask for their garbage to be taken and managed through this service. They target B2B segment, they use secondhand product sales and waste management consultation to monetize business. The company is currently has 10 clients in its platform.

Partnership with Datanest

Gringgo is just selected as one of the startup with opportunity from Google.org through Google AI Impact Challenge and granted with $500,000.

Gringgo is to be partnered with Datanest.io, a startup providing Data Science-as-a-Services working on Machine Learning & Artificial Intelligence industry, to implement AI system in objective to improve recycle capacity, decrease plastic waste at sea, and fix the waste management in society with minimum resources in real time.

As one of startup under accelerator program of GK-Plug and Play Indonesia, Gringgo had an opportunity to visit San Fransisco to prepare the event with Google. Both Gringgo and Datanest are graduates of the second batch.

“It’s an honor to receive Google’s grant. We’re so glad to see on how far we’ve come and capable to give better impact through our partnership with Google and Datanest. As the one with the grant in Southeast Asia, we’ll contribute positive values in Indonesian area,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gringgo mendapatkan hibah dari Google senilai $500.000 untuk mengembangkan teknologi AI untuk pengelolaan sampah. Berencana berekspansi ke dua kota

Gandeng Datanest, Gringgo Kembangkan Teknologi AI untuk Pengelolaan Sampah

Fokus ke misi awalnya menjadi platform pilihan untuk menanggulangi krisis limbah perkotaan dan permasalahan limbah plastik di lautan, Gringgo dalam waktu dekat berencana untuk melebarkan wilayah layanan ke dua kota besar di Indonesia.

Startup yang memilih Bali sebagai kantor pusat ini telah menjalin kemitraan dengan beberapa private collector. Memanfaatkan teknologi yang dimiliki, Gringgo bisa mendapatkan feedback dari mereka agar bisa meningkatkan layanan. Selain menambah dua lokasi, tahun ini mereka memiliki rencana melakukan penggalangan dana.

“Jadi kita melakukan kerja sama dengan waste collector di desa dan beberapa private collector. Kita minta mereka menggunakan sistem kita untuk improve apa yang mereka, lakukan in exchange kita bisa beli barang daur ulang yang mereka kumpulkan kemudian kita jual langsung ke pabrik atau processor yang lebih besar,” kata CTO Gringgo Febriadi Pratama kepada DailySocial.

Gringgo adalah aplikasi berbasis web yang bisa dipakai memfasilitasi sistem pengolahan sampah. Melalui layanan ini, pengguna bisa meminta agar sampahnya dapat diangkut dan diolah. Menyasar segmen B2B, strategi monetisasi yang diterapkan Gringgo berbasis jual-beli barang bekas dan jasa konsultasi pengelolaan sampah. Saat ini perusahaan telah memiliki sekitar 10 klien yang memanfaatkan platform-nya.

Kemitraan dengan Datanest

Gringgo baru saja terpilih sebagai salah satu startup yang mendapatkan kesempatan dari Google.org melalui Google AI Impact Challenge dan berhak mendapatkan hibah senilai $500.000.

Nantinya Gringgo akan bermitra dengan Datanest.io, startup penyedia platform Data Science-as-a-Services yang bergerak pada industri Machine Learning & Artificial Intelligence, untuk menerapkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang bertujuan meningkatkan kapasitas daur ulang, mengurangi polusi plastik di laut, dan memperbaiki pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat dengan sumber daya yang minim secara real time.

Sebagai salah satu startup binaan program akselerator GK-Plug and Play Indonesia, Gringgo mendapatkan kesempatan mengunjungi San Francisco untuk mempersiapkan pelaksanaan hal tersebut dengan Google. Baik Gringgo maupun Datanest merupakan kedua startup lulusan akselerator program GK-Plug and Play Indonesia pada angkatan ke-2.

“Merupakan suatu kehormatan untuk terpilih sebagai salah satu penerima hibah Google AI Impact Challenge. Kami merasa sangat gembira melihat sejauh mana kami dapat melangkah dan memberikan dampak yang lebih besar melalui kerjasama kami dengan Google dan Datanest. Dan sebagai satu-satunya penerima hibah dari Asia Tenggara, kami akan menyumbangkan nilai yang positif bagi kawasan serta Indonesia,” kata Febriadi.

Application Information Will Show Up Here

Datanest Hadirkan Platform Data-Science-as-a-Services

Mencoba menghadirkan layanan bisnis yang mengedepankan pendekatan berbasis data-drive, startup bernama Datanest dihadirkan. Di debut awalnya, startup ini melakukan proses bisnis melalui dua pendekatan, pengembangan produk dan menjual layanan berbasis data. Datanest ingin menjadikan dirinya sebagai platform Data-Science-as-a-Services yang dapat diterapkan bisnis untuk memberikan dampak pada penggunaan data. Solusi yang ditawarkan mencakup dari hulu ke hilir, mulai dari pengelolaan data hingga penyelarasan data untuk analisis prediktif.

Di awal debutnya, Datanest tengah mematangkan produk berbasis lending fintech agregator MisterPinjaman. Untuk merealisasikan sistem tersebut, pihaknya bersinergi dengan beberapa marketplace dan data partners untuk menjembatani merchant atau pengguna personal mendapatkan komparasi produk finansial berbasis pinjaman. Di MisterPinjaman, sistem mengolah dan menganalisis perilaku transaksi untuk menghasilkan merchant score, default prediction, dan business forecast. Tujuannya termasuk menghasilkan penilaian terhadap kemampuan peminjam untuk melunasi komitmen hutangnya.

Untuk layanan pengembangan Datanest menyediakan tiga opsi, yakni Data Acquisition, Data Visualization dan Audience Targeting. Layanan pertama ditujukan untuk membantu perusahaan dalam membangun jembatan dari sumber data yang dimiliki, termasuk mengupayakan data tersebut menjadi lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami. Layanan kedua mengupayakan teknik visualisasi, untuk mentransformasikan data sehingga menjadi informasi yang berguna untuk bisnis. Untuk layanan ketiga memfokuskan pada pemanfaatan data secara lebih riil, membantu bisnis menargetkan analisis target konsumen berdasarkan data karakteristik pengguna yang dimiliki.

Lahan bisnis startup berbasis data cerah

Banyak yang mengatakan bahwa “Data is the New Currency” atau “Today’s Gold is Data”, pun demikian transformasi digital yang banyak dilakukan oleh bisnis, salah satunya mengarahkan pada optimasi data untuk analisis yang lebih baik. Menurut Co-Founder dan CEO Datanes Manggala D. Ratulangie, proses tersebut belum sematang yang dibayangkan.

“Sebagian besar pelaku bisnis saat ini berlomba-lomba untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin. Tetapi, tidak banyak yang bisa memanfaatkan ataupun meramu data yang tepat untuk berbagai kebutuhannya. Kalau dianalogikan menambang emas, diperlukan keahlian khusus melalui berbagai proses pemurnian, sampai akhirnya bisa menjadi emas. Begitu pula yang terjadi dengan data,” ujar Manggala.

Manggala melanjutkan, “Dalam suatu bisnis, yang mengetahui data terbaik mana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan seseorang pastinya orang yang berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sehingga kami percaya bahwa mengolah data bukan hanya ranah para Data Analyst/Scientist, tetapi pekerjaan semua orang yang terlibat di dalamnya.”

Datanes menyediakan custom solution bagi bisnis untuk memulai transformasi berbasis data. Manggala menceritakan dari proses yang pernah dijalani. Umumnya akan dimulai dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi dan hasil seperti apa yang diinginkan. Dari uraian tersebut, tim Datanest akan melakukan analisis kebutuhan dan mempersiapkan proses integrasi secara bisnis dan teknis.

Di proses integrasi, sebuah tunnel khusus akan dibuat dan disambungkan ke infrastruktur klien, hal ini dilakukan agar biaya integrasi dapat ditekan dan hampir tidak ada perubahan di sisi klien. Datanest Engine sendiri menggunakan teknologi cloud sehingga lebih fleksibel dan lebih fokus ke kebutuhan bisnis.

Setelah proses di atas berhasil dijalankan, tim Data Scientist Datanest akan mengembangkan pemodelan berbasis Machine Learning sesuai spesifikasi masalah yang dibutuhkan klien. Lalu penyajian data akan disiapkan melalui dasbor internal yang didesain khusus untuk klien dilengkapi dengan fitur berbasis Business Intelligence. Hasil data tersebut dapat dihubungkan ke aplikasi bisnis melalui API yang disediakan oleh Datanest.

Di sisi lain, solusi seperti ini rentan dengan keamanan data dan privasi. Manggala menangkap kekhawatiran tersebut. Ia menjelaskan, “Privasi data merupakan bagian terpenting yang menjadi perhatian kami. Untuk itu data yang masuk ke data pool kami sudah pasti dalam bentuk anonim dan terenkripsi, sehingga privasi dan kerahasiaan data klien akan terjamin. Sistem kami juga dapat diintegrasikan secara hybrid, data pool ini juga dapat diimplementasikan di internal sistem milik klien untuk meyakinkan bahwa akses terhadap data hanya berasal dari engine yang dimiliki Datanest.”

Fokus ke MasterPinjaman, memaksimalkan momentum fintech

Startup ini didirikan oleh dua orang Co-Founder, yakni Manggala dan rekannya Thibaud Plaquet (Chief Business Officer). Manggala sendiri sebelumnya seorang data analis profesional yang memfokuskan keahliannya dalam sistem ERP, Big Data dan analisis bisnis perusahaan. Sedangkan Thibaud merupakan mantan seorang engineer, sebelumnya menjalani karier profesional di beberapa perusahaan termasuk Philips Healthcare dan Sony Professional Solution.

Operasional Datanest saat ini didukung oleh suntikan data angel investor. Tahun ini pihaknya juga tengah mempersiapkan untuk seed funding melalui kegiatan akselerasi Plug and Play Indonesia. Rencananya pendanaan tersebut akan mendukung objektif binsis Datanest di tahun 2018, yakni meningkatkan kemampuan produk MasterPinjam dari sisi teknologi, model machine learning, dan targeting engine. Upaya ini turut memaksimalkan momentum fintech yang masih terus bertumbuh di Indonesia.