Tag Archives: dating app

aplikasi cari jodoh online terbaik di android

5 Aplikasi Cari Jodoh Online Terbaik di HP Android

Bagi kamu yang single dan sedang mencari pasangan, tidak ada salahnya untuk mencoba cara yang lebih modern untuk menemukan jodohmu. Pasalnya, saat ini ada beragam aplikasi cari jodoh online yang bisa kamu coba untuk menemukan calon pasangan idealmu.

Lantas, apa saja daftarnya? Berikut adalah beberapa aplikasi cari jodoh online terbaik di HP android yang telah dirangkum oleh Daily Social.

Tinder

tinder
©GooglePlayStore

Siapa yang tidak mengenal aplikasi yang satu ini? Tinder merupakan salah satu dating app yang paling populer digunakan oleh orang-orang. Pasalnya, aplikasi ini cenderung mudah digunakan dan memiliki fitur yang beragam.

Beberapa fitur unggulan yang dimiliki oleh Tinder, seperti vibes, explore hingga verifikasi foto. Fitur-fitur tersebut dapat membantu kamu untuk mencari ‘jodoh’ yang cocok denganmu. Selain itu, Tinder juga memiliki fitur populer Trust & Safety yang memungkinkanmu untuk mencari jodoh yang lebih real dengan bantuan teknologi AI.

Bumble

bumble
©GooglePlayStore

Belakangan ini, Bumble menjadi aplikasi cari jodoh yang sering dibicarakan. Pasalnya, aplikasi ini memiliki cara kerja yang unik, yakni seseorang harus mengirimkan pesan kepada orang lain yang berstatus match. Uniknya, jika pesan tersebut tidak dibalas dalam waktu 24 jam, maka status match akan hilang dan kamu akan gagal dalam menjalin hubungan dengannya.

Meski cukup unik, namun aplikasi ini mungkin akan kurang cocok bagi kamu yang memiliki banyak kesibukan. Walaupun begitu, kamu tidak hanya bisa menggunakan Bumble untuk cari jodoh saja, tetapi juga cari BFF juga.

Badoo

badoo
©GooglePlayStore

Aplikasi biro jodoh lainnya adalah Badoo yang cukup populer digunakan oleh orang-orang. Bahkan, kini Badoo sudah digunakan oleh lebih dari 300 juta pengguna di seluruh dunia.

Aplikasi ini memiliki fitur unggulan People Nearby, yang memungkinkanmu untuk melakukan pencarian jodoh yang berada di area sekitarmu. Selain itu, karena memiliki basis pengguna yang cukup besar di dunia, Badoo adalah aplikasi yang paling pas digunakan jika kamu ingin berkenalan dengan banyak orang saat berpergian ke negara lain.

Happn

happn
©GooglePlayStore

Bagi kamu yang ingin bertemu langsung dengan orang yang kamu kenal di dating app, maka Happn adalah aplikasi yang paling pas untukmu. Pasalnya, aplikasi ini memungkinkanmu untuk bertemu orang-orang yang berada di sekitarmu dengan fitur-fitur unggulannya.

Happn memiliki fitur map yang dapat kamu gunakan untuk melihat berapa kali dan di mana saja kamu pernah bertemu dengan match potensialmu.

Hinge

hinge
©hinge

Kebanyakan dating app memang digunakan hanya sekadar untuk seru-seruan saja. Nah, bagi kamu yang memiliki niat untuk mencari pasangan yang serius, kamu bisa mencoba aplikasi Hinge. Pasalnya, aplikasi ini memang bertujuan untuk mempertemukan penggunanya dengan jodoh idamannya.

Aplikasi ini memiliki fitur unggulan yang akan mencocokkan profil penggunanya dengan selera yang sama. Dengan profil tersebut, kamu bisa memilih kriteria apa yang kamu inginkan sebagai pasangan, mulai dari keberpihakan politik hingga keinginan memiliki anak. Sayangnya, aplikasi ini belum diluncurkan di Indonesia.

Nah, itulah beberapa aplikasi cari jodoh terbaik di HP android yang layak untuk kamu coba. Jadi, tertarik untuk mencobanya?

Pandemi memaksa terjadinya perubahan perilaku pengguna aplikasi kencan di seluruh dunia. Salah satu indikatornya adalah kian umumnya "video dating"

Pandemi Dorong Perubahan Adopsi Aplikasi Kencan

“Pandemi membawaku ke sini” atau “bagaimana dengan hari-hari karantinamu” mungkin adalah dua jenis pembuka paling sering ditemui di layar aplikasi kencan hampir satu tahun belakangan ini. Jauh dari hiruk-pikuk isu kesehatan, bisnis jodoh ternyata melambung pesat akibat pandemi.

Semua berubah ketika wabah menghantam berkepanjangan seperti sekarang ini. Mengisolasi diri tanpa teman dan hilangnya kesempatan meraih intimasi karena terpaksa membatasi diri berinteraksi dengan seseorang adalah dua hal yang sulit dikompromikan. Keberadaan aplikasi kencan tak pernah sepenting sekarang.

“Saat ini sulit untuk menyangkal bahwa ‘kehidupan nyata’ bersifat fisik dan digital. Social distancing membantu semua orang memahami apa yang sudah kami ketahui di Tinder bahwa koneksi yang terbentuk sepenuhnya melalui sarana digital juga sama bermakna seperti yang terbentuk secara fisik,” ucap juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial.

Melambung pesat

Bukti eksistensi aplikasi kencan kian kuat terbukti dari angka penggunaan selama pandemi. Apptopia mencatat jumlah pengguna aktif harian (DAU) Tinder melonjak menjadi 5 juta dan Bumble menjadi 4,2 juta pengguna. Hitungan mereka, pada November 2020, sekitar 20 aplikasi kencan di AS memperoleh rata-rata gabungan 17 juta pengguna harian atau 2 juta lebih banyak dari DAU November tahun sebelumnya.

Riset lebih dekat dengan pengguna aplikasi kencan di Indonesia dilakukan Lunch Actually. Lewat metode survei yang dilakukan ke 3500 lajang di Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, dan Jakarta, Lunch Actually mendapati 41% responden menjawab tidak ingin sendirian selamanya. Sebanyak 31% lainnya mengaku pandemi menyadarkan mereka pentingnya memiliki pasangan hidup.

Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.
Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.

Video dating mulai diterima

Jika ada satu perubahan perilaku pengguna paling signifikan dalam aplikasi kencan itu adalah percakapan video yang mulai populer. Banyak penyedia layanan kencan daring beralih fokus menyajikan fitur video selama pandemi.

Di masa normal, mengajak teman kencan untuk bertatap muka melalui panggilan video bukan sesuatu yang umum. Lagi-lagi efek wabah yang berkepanjangan mengubah itu semua. Pengguna makin mewajarkan berbincang dengan teman kencannya via video. Para penyedia pun menangkap perubahan perilaku itu dengan meluncurkan fitur video chat di dalam aplikasi mereka.

Tinder menguji coba fitur panggilan video mereka yang bernama Face to Face sejak Juni dan akhirnya resmi meluncur secara global pada Oktober kemarin. Lunch Actually yang belum lama merilis aplikasi kencannya juga menjadikan video chat sebagai fitur utama yang dapat menarik pengguna.

CEO dan Co-Founder Lunch Actually Violet Lim menyebut dalam survei mereka sekitar 56% lajang yang menjadi responden telah mencoba video dating dan bersedia berkencan dengan metode tersebut. Responden dalam survei itu juga menyatakan fitur video call itu membantu mereka dalam menyaring orang-orang yang pada akhirnya ingin mereka temui di kehidupan nyata.

“Alternatif ini mungkin tidak bisa menggantikan kencan tatap muka namun dengan berbagai keunggulan yang dimiliki mampu memperkuat posisi video dating sebagai sebuah babak baru dalam hubungan berpacaran sehingga memungkinkan lajang menghemat waktu dan mengenal satu sama lain secara lebih baik sebelum menghabiskan lebih banyak waktu untuk bertemu secara langsung tanpa memperhitungkan jarak,” ungkap Violet.

Tinder menyebut faktor keamanan juga jadi pertimbangan hadirnya fitur Face to Face. Juru bicara Tinder Asia Pasifik mengatakan fitur itu dapat membantu pengguna dalam melaporkan kejadian tak mengenakkan yang mereka alami.

“Setiap kali pengguna kami merasa tidak nyaman saat menggunakan Face to Face Video, mereka selalu dapat mematikan panggilan [dan] melaporkan akun tersebut. Kemudian tim trust & safety kami akan menyelidikinya.”

Mencari hubungan lebih serius

Rasa kesepian selama berbulan-bulan kala pandemi cukup untuk mengubah cara pandang seseorang dalam mencari pasangan hidup. Jika sebelumnya layanan biro jodoh daring mendapati mayoritas penggunanya mencari hubungan yang bersifat kasual, saat ini mereka yang mencari hubungan yang lebih serius justru meningkat.

Survei Lunch Actually memperoleh fakta tersebut dari para respodennya. Sekitar 74% pengguna mengakui pandemi membuat mereka menginginkan hubungan yang serius. Sebanyak 54% responden merasa lebih jujur dalam berinteraksi dengan lawan bicaranya selama pagebluk ini. Terakhir, 53% responden membaca profile match mereka dengan lebih hati-hati dan saksama.

“Hasil survei kami menunjukkan bahwa pandemi telah meningkatkan keinginan mereka dalam menemukan cinta karena kondisi ini membuat mereka menyadari pentingnya memiliki pasangan hidup,” jelas Violet.

Sejurus dengan temuan Lunch Actually, survei yang dibuat Match, layanan biro jodoh daring asal AS, menunjukkan hal serupa. Dari 5.000 orang yang mereka survei, 58% di antaranya mengaku lebih bertujuan dalam mencari teman kencan, 63% menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengenal lebih baik pasangan potensial mereka, dan hampir 70% merasa lebih jujur dalam interaksinya.

Mengutip, Mashable, CEO Match Hesam Hosseini mengatakan perubahan tersebut menggeser orientasi pengguna mereka, yang sebelumnya cenderung ke hubungan yang lebih singkat seperti cinta satu malam, menuju hubungan yang lebih bertujuan.

Penyedia layanan kencan lokal masih kalah bersaing di dalam negeri. Perlu ada penyesuaian dalam memahami karakter pengguna

Melawan Dominasi Platform Biro Jodoh Asing

Pernah terpikir tak satu pun aplikasi kencan yang populer di Indonesia saat ini yang buatan anak bangsa? Sebagai pemain lokal, mereka seharusnya punya keuntungan mengenal lebih dalam karakter konsumen di sini.

Kenyataan berkata sebaliknya. Tinder, OKCupid, Bumble, dan Coffee Meets Bagel merupakan contoh aplikasi kencan yang, berdasarkan survei kecil-kecilan kami, paling disukai pengguna dalam negeri.

Kami berbicara dengan Love Actually, Tinder, dan beberapa pengguna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dipertimbangkan pengguna saat menggunakan jasa aplikasi kencan.

Belum tertarik buatan lokal

Anya (bukan nama sebenarnya) adalah perempuan yang sudah cukup lama menggunakan aplikasi kencan. Anya mencoba Tinder yang pada 2014 silam cukup booming.

Dari semua aplikasi kencan, Anya merasa paling nyaman dengan Bumble. Ia menitikberatkan pada “kualitas basis penggunanya”. Bumble, menurut Anya, punya basis pengguna yang relatif lebih kecil dibanding aplikasi kencan lain yang lazim digunakan banyak orang, seperti Tinder dan OKCupid.

“Jadi faktor gue pake terus atau enggak sebenarnya lebih yang mana yang lebih banyak orang yang satu frekuensi atau enggak,” terang Anya.

Jordi Farhansyah (27 tahun) mengaku lebih menyukai OKCupid untuk mencari teman kencan. Sama seperti Anya, Jordi sudah mencoba sejumlah aplikasi kencan lain. Pada akhirnya dia memilih OKCupid karena aplikasi tersebut kaya akan fitur yang mempermudah para lajang mengenal satu sama lain, seperti preferensi hiburan, orientasi seksual, politik, hingga jenis hubungan yang dicari.

“Kita juga bisa kirim komentar langsung ke detail informasi yang mereka share, seperti musisi favorit, film, hingga hal-hal random lain sehingga memudahkan orang untuk mencari sesuatu yang bikin relate dengan orang itu,” sambung Jordi.

Anya dan Jordi belum melihat ada aplikasi kencan lokal yang bisa menawarkan hal serupa. Satu-satunya aplikasi lokal yang pernah mereka dengar adalah Setipe yang telah diakusisi platform Singapura Lunch Actually 3 tahun lalu.

Yang tak dimiliki pemain lokal

Co-Founder dan CEO Lunch Actually Violet Lim menjelaskan, tiap populasi suatu negara memang memiliki preferensi berbeda dalam memilih aplikasi kencan lokal favoritnya. Lim memberi contoh mereka yang mencari pasangan untuk menjalin hubungan yang lebih kasual kemungkinan akan memilih Tinder, sementara mereka yang ingin hubungan lebih serius akan memakai platform yang sesuai untuk tujuan itu, seperti Coffee Meets Bagel atau Setipe.

Lunch Actually adalah salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara dalam membantu orang-orang mencari jodoh. Mereka mengakuisisi Setipe pada 2017 silam. Meskipun demikian, hasil akuisisi tersebut tampaknya tidak berjalan baik. Lunch Actually kemudian merilis aplikasi kencannya sendiri untuk memperkuat keberadaan mereka di peta kompetisi aplikasi kencan Indonesia.

Berdasarkan pengalamannya, Lim mengatakan pada dasarnya layanan kencan bukan industri yang mudah untuk ditembus. Selain itu, kerap kali penyedia layanan kencan kesulitan memonetisasi layanannya.

“Industri kencan bukanlah industri yang mudah untuk dimasuki, karena semakin baik Anda melakukan pekerjaan Anda, semakin cepat klien akan meninggalkan Anda,” tukas Lim.

Apa yang dimiliki penyedia lain yang lebih populer, seperti Tinder, OKCupid, dan Bumble, adalah faktor branding yang sangat kuat. Lim menyadari hal itu karena ketika perusahaan-perusahaan tersebut memasuki pasar Indonesia, calon pengguna langsung tertarik mencobanya ketimbang nama-nama yang kurang akrab di telinga.

Tinder memasuki pasar Indonesia selayaknya badai yang menerjang cepat. Ketika mereka masuk, demam mencari pasangan instan via aplikasi menyebar di mana-mana. Karakter layanan Tinder yang sederhana lewat fitur swipe mereka jadi tren. Kini Tinder beroperasi di 190 negara dengan unduhan 600 juta kali dan 6,6 juta pengguna berbayar.

Juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial mengatakan, mereka menciptakan layanan dengan keyakinan manusia butuh untuk terhubung satu sama lain. Mereka juga mengklaim cepat beradaptasi dengan penggunanya yang lebih dari 50% di antaranya adalah Gen Z.

“Di Indonesia kami memiliki kampanye brand #BisaBareng yang terinspirasi oleh Gen Z saat mencari teman,” ujar juru bicara perusahaan lewat pernyataan tertulis.

Terus bersaing

Personalisasi layanan dengan karakter target pengguna itu disadari Ajeng (27 tahun). Sebagai pengguna layanan aplikasi kencan lokal yang sudah cukup lama, ia menilai hal itu tidak tampak dari layanan-layanan kencan buatan lokal. Dia mengonfirmasi keraguannya itu dari lingkaran pertemanannya dan teman-teman kencan terdahulu yang sama sekali tidak pernah mencoba aplikasi kencan lokal.

“Mungkin sebenarnya dating app lokal sama bagusnya. Hanya saja mereka tidak mampu menarik pengguna semasif dating app dari luar yang sudah lebih dulu ada,” jelas Ajeng.

Lim menilai tantangan utama industri layanan kencan ini adalah mereka yang puas justru tak akan kembali. Semakin cepat mereka menjodohkan para lajang, semakin mereka ditinggal pengguna. Belajar dari Setipe dan kompetisi di pasar lokal saat ini, ia yakin paduan branding yang kuat, inovasi teknologi, dan riset pasar yang cermat dapat mendorong mereka menandingi layanan kencan yang sudah populer.

“Selain memanfaatkan iklan [di mesin pencari dan media sosial] untuk mendapatkan pengguna baru, kami merasa kekuatan terbesar sebenarnya dari strategi mouth to mouth dan kehumasaan,” pungkas Lim.

Tantan Dating App Strategy in Indonesia

Tantan, China based dating app, launched last July 2018, has claimed user increase. They offer a platform that guarantees user’s personal data. In 2019, it is said to available in 87 countries with more than 213 million total users, although, it’s not specific of how many in Indonesia.

In order to make the interaction easier in app, Tantan has launched an Indonesian language feature. To DailySocial, Tantan’s Marketing Director, Jack Wu revealed, they see billions of swipes by Indonesian users everyday.

The company also see the increase of VIP members. It is to increase opportunity for users to find match, using access to special features, such as super Likes, unlimited Rewind, cross-location availability, and unlimited Likes.

“Aside from the feature, the most popular is security in platform. Through technology and integrated security system, we are to provide a safe environtment (on the platform) for Tantan users. Our AI technology filters fraud and fake profiles, and the ongoing moderation system enables us to avoid inappropriate interaction among users that can cause criminal acts on the platform,” he said.

Tantan business plan in Indonesia

This year, Tantan has plan to maintain and increase user’s acquisition. One of the engagement examples is to collaborate with young celebrity, Verrel Bramasta.

“We want to promote better product using dating app. It includes opportunity to build a healthy friendship, and help one’s journey to discover true identity through the opportunity to explore various matches in life; hobbies, similar experiences, soulmate, to be found from interaction and introduction with new friends in Tantan,” he said.

As a dating app, Tantan finds out the biggest fears of the dating app use among women in Indonesia are security and fake profile, as mentioned on the latest survey. Therefore, Tantan is said to improve security system on the platform to filter fake profile, along with providing moderate system and support to minimize criminal acts on the platform.

“Security for all our members, especially women, is a top priority, this is our advantage. We offer an integrated security system to filter fake profiles and moderate interaction on platform to keep members away from inappropriate and potential criminal interactions,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi kencan Tantan berasal dari Tiongkok dan telah menghadirkan fitur bahasa Indonesia, Ingin menambah pengguna dengan fitur keamanan yang lebih baik

Strategi Aplikasi Kencan “Tantan” di Indonesia

Hadir di Indonesia sejak bulan Juli 2018 lalu, aplikasi kencan Tiongkok, Tantan, mengklaim telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna. Tantan menawarkan platform yang menjamin data diri dari pengguna. Di tahun 2019 ini, Tantan mengklaim telah tersedia di 87 negara dengan total pengguna mencapai lebih dari 213 juta, meskipun tidak menyebutkan berapa jumlah penggunanya di sini.

Untuk memudahkan pengguna berinteraksi di aplikasi, Tantan telah  meluncurkan fitur bahasa Indonesia. Kepada DailySocial, Marketing Director Tantan Jack Wu mengungkapkan, setiap harinya Tantan melihat hingga miliaran swipe dilakukan para penggunanya di Indonesia.

Perusahaan juga melihat keanggotaan VIP semakin populer. Akses VIP dapat meningkatkan kesempatan bagi pengguna untuk menemukan match, dengan akses ke fitur-fitur khusus seperti super Likes, Rewind yang tidak terbatas, kemampuan untuk pindah lokasi, dan jumlah Likes yang tidak terbatas.

“Terlepas dari fitur tersebut, fitur utama yang paling disukai oleh para pengguna Tantan adalah fitur keamanan di platform. Melalui teknologi dan sistem keamanan terpadu, kami berusaha menghadirkan lingkungan yang aman (di dalam platform) kepada para pengguna Tantan. Teknologi AI kami memfilter fraud dan profil palsu, dan Sistem moderasi yang selalu berjalan juga memampukan kami untuk menghindarkan para pengguna dari berbagai interaksi yang tidak pantas dan bisa menjurus ke tindak kriminal di dalam platform,” kata Jack.

Rencana Tantan di Indonesia

Tantan tahun ini memiliki rencana mempertahankan dan menambah jumlah pengguna. Salah satu contoh engagement yang dilakukan perusahaan adalah menggandeng selebritas muda Verrell Bramasta.

“Kami ingin mempromosikan hal-hal baik yang bisa didapatkan dengan penggunaan dating app. Hal baik seperti kesempatan untuk membangun pertemanan yang sehat, dan membantu perjalanan seseorang untuk mengetahui jati dirinya melalui kesempatan eksplorasi berbagai kecocokan dalam hidup; hobi, ketertarikan pengalaman, hingga jodoh, yang bisa didapat dari interaksi dan berkenalan dengan teman baru di Tantan,” kata Jack.

Sebagai dating app, Tantan melihat ketakutan terbesar akan pemanfaatan dating app di kalangan perempuan Indonesia yaitu keamanan dan profil palsu, seperti yang diungkap dalam survei terbaru. Oleh karena itu Tantan disebut berusaha meningkatkan sistem keamanan di dalam platform untuk memfilter profil palsu, seraya menyediakan sistem moderasi dan dukungan untuk meminimalisir potensi tindak kejahatan di dalam platform.

“Keamanan bagi seluruh anggota kami, terutama perempuan, adalah prioritas utama dan ini menjadi kelebihan kami. Kami menawarkan sistem keamanan terintegrasi yang mampu menyaring profil palsu, dan memoderasi interaksi di platform guna menjauhkan anggota dari interaksi yang tidak pantas dan berpotensi bahaya,” tutup Jack.

Application Information Will Show Up Here
Tinder menggandeng Ogilvy untuk mematangkan strategi peluncurannya di Indonesia.

Tinder Gandeng Ogilvy untuk Debut di Indonesia

Kabar mengenai rencana kehadiran Tinder di Indonesia makin terang pasca perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menjalin kerja sama strategis dengan Ogilvy Indonesia. Kerja sama dimaksudkan untuk membantu saat proses peluncuran. Ogilvy akan berperan menyusun strategi publikasi dan komunikasi publik.

Kami sudah mencoba menghubungi Ogilvy Indonesia untuk mengetahui tanggal pasti peluncuran. Untuk saat ini mereka belum bisa memberikan kepastian tentang waktu karena tengah dirumuskan. Mengenai kerja sama, pihak Ogilvy Indonesia sudah mengonfirmasi melalui General Manager Ogilvy Indonesia Yuliani Setiadi.

Dalam sebuah pemberitaan, Yuliani mengatakan bahwa digandengnya Ogilvy untuk mengubah pandangan masyarakat akan aplikasi Tinder. Sebelumnya Tinder dikenal sebagai aplikasi untuk mencari teman kencan online. Namun seiring dengan transformasi yang sudah dijalani, Tinder kini menjadi aplikasi yang coba menghubungkan dua orang secara online dan mendorong untuk bertemu langsung.

“Go-to app to meet other people with similar interests,” definisi singkat yang ingin diangkat pihak Ogilvy Indonesia dalam memasarkan Tinder. Pesan ini dinilai turut menyesuaikan dengan kultur budaya di Indonesia, bahwa sebuah hubungan perlu diperjelas dengan pertemuan tatap muka, tidak hanya di virtual saja.

Kerja sama ini  dikonfirmasi Lyla Seo, Country Manager Korea, Japan, Indonesia of Tinder. Menurutnya ide yang dipaparkan pihak Ogilvy Indonesia sangat relevan dengan strategi dan pesan yang ingin disampaikan. Harapannya kerja sama ini akan mengakselerasi peluncuran dan penerimaan Tinder oleh masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Tinder in Indonesia

Tinder is Getting Serious to Build Business in Indonesia

Tinder, a dating app, is getting serious to expand business in Indonesia. It’s discovered that the company open job vacancies for local business people. It’s said Tinder is in Indonesia as part of the global expansion. Moreover, Tinder is now providing premium subscription service.

Tinder is currently used in over 190 countries with millions of user bases. With business developer teams in each country, the company expects local support for business and user community bases. This is considered as an important step because the online dating landscape is even more challenging.

The competition for similar services in Indonesia is quite crowded. Aside from Tinder, there are also other online dating apps, such as Setipe (is now under Lunch Actually Group), Paktor (fully supported by MNC Group), Flutter Asia, and Yogrt. They’re indirectly in competition with social media. In terms of business, each company has a different approach. Paktor, for example, trying to elaborate online dating service with social entertainment platform (sending gifts, etc).

DailySocial has released a research regarding the dating app’s popularity entitled “Dating Apps in Indonesia” in 2017. There are 1019 respondents involved, 51.91% among them believed that dating apps can help to solve the matchmaking problems. The other 38.57% have heard the successful case of their close acquaintance taking advantage of the dating app. The data acquired from the research has shown public’s acceptance of the dating apps usage in general.

As for Tinder business, Indonesia’s situation is currently becoming a momentum. Demographic bonus brings Indonesia’s digital market segment and smartphone usage are dominated by millennials. Supported by the rapid penetration of internet and smartphone usage, digital services are becoming a lifestyle which inseparable from daily activity. In terms of online dating, we’re still in the awareness stage. It’s a steady development and the regulation hasn’t reached the core business.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Joseph Phua dan Jeffrey Huang, pemimpin M17 Group

M17 Tunda IPO di Bursa Saham New York

M17, perusahaan hasil merger layanan kencan online Paktor dan layanan live streaming 17, menunda IPO-nya di Bursa Saham New York (NYSE). Belum jelas alasan mengapa IPO-nya ditunda, tetapi hingga tulisan ini diturunkan belum ada pergerakan saham YQ yang ditetapkan dengan harga awal $8 per lembar.

Di Indonesia Paktor menjadi salah satu layanan kencan online terdepan sebagai alternatif Tinder. Menurut data Oktober 2017, dari hampir 20 juta pengguna Paktor, sekitar 3,5 juta di antaranya adalah pengguna di Indonesia dengan rasio pengguna laki-laki dan perempuan yang relatif seimbang.

Untuk layanan live streaming dan hiburan, 17 mendapatkan persaingan keras dari Bigo dan Tik Tok.

Tahun 2018 menjadi tahun yang bergejolak bagi bisnis M17. Di satu sisi mereka mencatatkan pertumbuhan penerimaan yang baik. Meskipun demikian, nilainya belum bisa menutupi kerugian perusahaan yang besar. Kedua perusahaan, sebelum merger, telah memperoleh pendanaan puluhan juta dollar dari para investor, termasuk MNC Group Indonesia. Saat ini valuasi pasar M17 disebut mencapai $608 juta.

Meskipun pendapatan terus naik, tapi kerugian terus bertambah. Sumber: Simply Wall St
Meskipun pendapatan terus naik, tapi kerugian terus bertambah. Sumber: Simply Wall St

Dilansir dari TechCrunch, di tiga bulan pertama 2018 M17 telah mencatat kerugian $24,8 juta, padahal menurut keterbukaannya perusahaan hanya memiliki $31,4 juta dalam bentuk tunai atau ekuivalennya.

Tanpa IPO, yang berharap meraup dana segar $115 juta, sulit membayangkan kelangsungan hidup M17 hingga akhir tahun. Roadshow yang dilakukan untuk mempromosikan penggalangan dana melalui IPO ini disebutkan hanya berhasil mengamankan sekitar $60 juta yang berarti sekitar separuh dari target awal.

Mencari dana segar

IPO menjadi salah satu cara perusahaan, termasuk startup teknologi, untuk mencari dana segar, baik untuk ekspansi perusahaan maupun exit para investor awal. Di Indonesia tahun lalu sudah ada kisah dua startup teknologi yang berhasil melakukan IPO, yaitu Kioson dan MCash. Sampai hari ini, saham keduanya masih diperdagangkan di atas harga penetapan awal, artinya kepercayaan investor masih cukup baik. Tahun ini diperkirakan akan ada beberapa startup teknologi yang mencoba peruntungannya di lantai bursa.

Tentu saja go public tidak selalu berujung manis. Kisah Zynga dan Groupon, yang bahkan hingga hari ini belum bisa kembali ke harga awal saat listing, bisa menjadi pelajaran bagaimana hype sesaat tidak menjamin kesuksesan terus-menerus bisa tidak dibarengi dengan fundamental model bisnis yang solid.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Flutter Asia Fokus Ke Keamanan Data Pengguna

Setelah mengakuisisi situs kencan Perfect Match pada bulan Mei 2017 lalu, Aplikasi kencan (dating app) Flutter Asia hari ini meresmikan rebranding aplikasi mereka di Jakarta. Kepada media, Co-founder Flutter Asia dan President DataOn yang merupakan pengembang aplikasi Flutter Asia Gordon Enns mengungkapkan beberapa fitur baru dan teknologi terkini yang mengedepankan keamanan dan verifikasi data pengguna.

“Pasca akuisisi dilakukan kami ingin lebih serius lagi menghadirkan aplikasi pencarian jodoh untuk pengguna berusia 30 ke atas di Indonesia.”

Masalah keamanan saat ini masih menjadi kendala bagi aplikasi dan situs kencan hingga pencari jodoh di Indonesia. Masih banyaknya pengguna yang menyalahgunakan platform tersebut, membuat Flutter Asia tampil lebih serius dalam hal safety dan identifikasi dari pengguna.

“Sebelum mendaftarkan ke aplikasi Flutter Asia, pengguna kami wajibkan untuk melengkapi informasi sekaligus mengunggah foto identitas, SIM hingga paspor ke dalam aplikasi. Semua verifikasi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pencarian jodoh dalam aplikasi,” kata Gordon.

Semakin banyak pengguna melengkapi persyaratan yang ada, diklaim semakin baik lagi profil dari pengguna tersebut tampil di aplikasi. Tidak berbeda jauh dengan aplikasi serupa lainnya, Flutter Asia juga dilengkapi fitur nearby dan usia yang diinginkan oleh pengguna. Untuk memberikan pilihan berbeda, Flutter Asia memberikan pilihan kebiasaan dalam filter atau penyaringan, mulai dari kebiasaan merokok hingga minuman alkohol.

“Sistem verifikasi Flutter Asia ini sebagai bentuk pengamanan kepada para penggunanya agar merasa aman berkencan dengan pengguna yang tidak memakai identitas palsu seperti yang pada umumnya terjadi secara online.”

Menambah jumlah pengguna dan mengembangkan fitur terkini

Saat ini Flutter Asia belum menyediakan pilihan berbayar kepada pengguna. Semua masih bisa diakses di platform Android dan iOS secara gratis. Ke depannya tidak menutup kemungkinan Flutter Asia akan mengenakan pilihan berbayar atau premium kepada pengguna.

Flutter Asia berharap bisa menambah lebih banyak lagi pengguna aktif aplikasi. Rencana lain yang juga dimiliki oleh Flutter Asia adalah menambah jangkauan wilayah layanan, bukan hanya di Jakarta namun di seluruh Indonesia bahkan ekspansi ke negara lainnya.

“Kami ingin membuktikan bahwa aplikasi kami adalah aplikasi kencan yang paling aman digunakan oleh semua pengguna,” tutup Gordon.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Perjodohan di Indonesia 2017

Laporan DailySocial: Survei Aplikasi Perjodohan 2017

Ketika aplikasi Setipe diakuisisi Lunch Actually Group bulan Mei tahun ini, muncul pertanyaan bagaimana prospek layanan Aplikasi Perjodohan (Dating Apps) di Indonesia. Asumsi umum bahwa pasar Indonesia cenderung kurang progresif, bila segan disebutkan cenderung konservatif; menjadi pertanyaan apakah ini berdampak terhadap penerimaan pasar digital Indonesia terhadap layanan perjodohan digital.

Survei dilakukan DailySocial.id bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform terhadap 1019 responden, yang diambil sampel dari populasi pengguna smartphone se-Indonesia.

Beberapa temuan survei antara lain:

  • 59,76% responden belum pernah mendengar satupun aplikasi perjodohan yang ditanyakan di dalam survei
  • 35,33% responden belum pernah menggunakan salah satupun dari berbagai aplikasi perjodohan
  • 51.91% responden setuju aplikasi perjodohan dapat membantu memperbaiki sebagian berbagai masalah sosial di Indonesia
  • 42,79% responden tidak setuju aplikasi perjodohan menarik tarif langsung kepada individu pengguna dating apps, namun tidak menutup kemungkinan aplikasi perjodohan mendapatkan revenue/pendapatan dari sumber pendapatan lainnya.

Untuk selengkapnya, Anda bisa unduh gratis laporan “Dating Apps in Indonesia Survey 2017”.