Dalam waktu dekat VALORANT akan membuka mode terbarunya yaitu free-for-all deathmatch. Sejak peluncurannya, game VALORANT sudah berhasil menarik peminat dalam jumlah yang tidak sedikit dari komunitas penggemar game FPS maupun generasi gamers yang baru.
Kehadiran mode free-for-all deathmatch adalaah salah satu feedback yang datang dari komunitas gamer VALORANT. Terlepas dari beberapa mode yang sudah tersedia, mode free-for-all deathmatch akan memberikan pengalaman yang sama sekali berbeda.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aim skill dan refleks adalah faktor penentu dari kemenangan dalam game bergenre FPS. Dalam mode free-for-all deathmatch, VALORANT akan menawarkan kesempatan mengasah kedua hal tersebut. Fitur skill pada Agent akan dinonaktifkan dan player harus benar-benar bisa mengandalkan weapon yang ada.
Dalam mode free-for-all deathmatch 1 game akan berlangsung selama 6 menit. 10 player akan saling bertempur untuk mengumpulkan kill point terbanyak. Game yang berlangsung juga akan usai jika waktu habis atau salah 1 player berhasil mengumpulkan 30 kill point.
Kapanpun dan dimanapun kita bisa mengganti weapon dengan bekal uang yang tidak terbatas. Sekalipun terbunuh, kita hanya perlu menunggu selama 3 detik sebelum respawn dan memiliki invulnerability selama 8 detik selama tidak bergerak maupun menembak.
Lebih jauh lagi Riot Games mendesain mode free-for-all deathmatch menjadi lebih dinamis dengan menghilangkan hiding spot dan menunjukkan posisi setiap player di map setiap 5 detik sekali. Tidak sampai di situ saja, setelah sukses menjatuhkan lawan, selama 10 detik akan ada health pack yang dengan instan merecharge kembali health points.
Adapun mode free-for-all deathmatch sangat cocok untuk dijadikan game pemanasan sebelum melanjutkan ke mode ranked match ataupun mode lainnya. Dikembangkannya mode di atas bisa menjadi salah satu faktor yang bisa mendukung keberlangsungan game VALORANT karena cukup aktif mendengarkan respon dari komunitas gamernya. Bersamaan dengan ACT 2 VALORANT juga merilis Agent terbaru bernama Killjoy dengan gawai canggih yang dimilikinya.
Segala keseruan mode free-for-all deathmatch akan bisa dimainka beberapa saat lagi setela update ACT 2 dari VALORANT diterapkan di 5 Agustus 2020. Jika sudah dirasa cukup player bisa langsnug meninggalkan mode free-for-all deathmatch tanpa penalty sama sekali. Hanya saja pada mode free-for-all deathmatch pun akan ada reward berupa experience point jika dimainkan sampai selesai.
Sesuai janji, id Software membuka gerbang open beta Doom hari Jumat silam. Animo gamer tampaknya cukup tinggi, mendorong publisher Bethesda memperpanjang periode uji coba sampai tanggal 18 April pukul 23:59 (atau 19 April 10:59 WIB). Di sana, developer menyajikan potongan porsi multiplayer yang bisa dinikmati gamer PC, PlayStation 4 serta Xbox One.
Untuk open beta ini, saya menggunakan versi Windows via Steam. Varian game di PC membutuhkan banyak ruang di hard disk, mencapai 22GB. Anda bisa menjajal dua mode multiplayer, yaitu deathmatch klasik dan Warpath; dalam dua map: Heatwave serta Infernal. Game bisa diakses gratis, jadi akan lebih baik jika Anda mencobanya sendiri. Tidak sempat? Tak masalah, silakan simak ulasannya:
Graphics
Teknologi engine id Tech 6 melakukan debutnya di Doom, memastikan game tampil prima. Gamer PC direkomendasikan buat menyiapkan sistem mumpuni ber-hardware high-end untuk menjalankan Doom (GeForce GTX 970 atau Radeon R9 290), namun mengejutkannya, permainan tetap bisa dinikmati dari notebook kelas menengah. MSI Prestige PX60 yang saya pakai hanya dibekali GTX 950M, tapi Doom bisa berjalan di kisaran 30 frame rate per detik di resolusi 720p – tentu dengan sedikit konfigurasi menu grafis.
Di PC, FPS maksimal Doom versi beta dikunci di level 60. Tempo permainan sangat cepat, dan kinerja PC sangat memengaruhi respons Anda. Buat sebuah game yang mengusung tema ‘kelam’ (map Infernal di-setting di neraka), Doom terlihat penuh warna. Keleluasaan kustomisasi mendorong pemain menggunakan kostum warna-warni untuk karakter mereka (akan dibahas lengkap di bawah).
Doom bukanlah konsumsi pemain di bawah usia 18 tahun, bahkan gamer dewasa-pun mungkin tidak menyukai tema kekerasan yang berlebihan di dalam permainan. Hal ini, ditambah cepatnya irama game boleh jadi membuat Anda mual. Buat meminimalisir efek tersebut, pastikan level field of view sesuai sudah Anda sesuaikan – tak terlalu jauh dan tidak terlampau dekat.
Gameplay
Kendala yang segera saya temui adalah sulitnya menemukan pemain lain di jam-jam sepi. Beberapa kali saya harus menghabiskan bermenit-menit hanya untuk menunggu satu dua pemain masuk ke multiplayer lobby, lalu mereka pergi begitu saja karena match tidak kunjung dimulai. Namun waktu luang ini memberikan saya kesempatan cukup lama buat mengutak-atik menu kustomisasi karakter.
Basis gameplaymultiplayer Doom baru ini lebih menyerupai Quake dan Unreal Tournament ketimbang seri Doom sesungguhnya. Setelah naik beberapa level, Anda bisa menyeleksi sendiri dua senjata favorit plus satu tool (granat atau alat teleport), selain dari preset yang sudah disediakan. Tiap persenjataan mempunyai karakteristik berbeda, dan seiring bermain, Anda akan menemukan set favorit.
Tiap senjata terasa mematikan, dan semuanya berpotensi menjadi alat pembunuh efektif di tangan yang tepat. Saya menyarankan Anda agar tidak terpaku pada beberapa jenis saja, jangan ragu mencoba senjata lainnya.
Tak seperti game shooter modern, id Software kembali mengusung sistem armor dan health bar klasik. Sewaktu health berada di level kritis setelah baku tembak, Anda sebaiknya mundur dan mengumpulkan power-up, item-item-nya ditandai warna biru (health) dan hijau (armor). Ada pula power-up lain seperti pendongkrak kecepatan dan sebagainya. Bagi saya, stok amunisi kurang banyak berguna, karena lebih besar peluang Anda untuk tewas ketimbang kehabisan peluru.
Terdapat power-up pentagram yang bisa mengubah pemain jadi iblis (hanya Revenant di versi beta). Begitu Anda ‘kerasukan’, efeknya sangat mematikan bagi lawan, dan saya merasa power-up ini terlalu kuat dan tidak seimbang. Begitu ampuhnya demon possession, ia bahkan menjadi rebutan antar sesama kawan.
Dari dua mode, peminat Warpath sangat sedikit. Selama open beta, saya hanya bermain satu match. Karena biasanya pemain langsung meninggalkan lobby Warpath begitu pertandingan usai, sisa waktunya saya habiskan dalam team deathmatch. Tapi apapun modenya, formula Doom kurang mendorong pemain bekerjasama. Hasil pertempuran umumnya ditentukan oleh refleks, bukan taktik, serta tim mana yang paling bergerombol.
Character customization
Untuk sebuah versi beta, komponen konfigurasi karakter cukup detail dan luas. Dengan meningkatnya level, kian banyak pilihan yang terbuka. Anda bisa mengganti model helm serta pelindung tubuh lain, memadukan warna armor dan senjata, serta memilih taunt – buat ‘mengejek’ lawan saat Anda menang. Anda juga dapat menentukan Hack Modules, yaitu item disposable yang berguna membantu Anda dalam kacaunya pertempuran – misalnya melihat sisa health musuh, dan lain-lain.
Verdict
Terlepas dari usaha id Software mengemas formula shooter klasik dalam teknologi engine mutakhir, dua mode multiplayer Doom di open beta belum mampu memperlihatkan keunikan permainan, jadi cepat membosankan setelah beberapa saat. Mungkin ini alasannya server seringkali kosong. Dari sisi gameplay, multiplayer di Doom tidak lebih istimewa dari Call of Duty dan sejenisnya. Lalu sistem power-up dan health bar tak banyak memberi rasa baru ke genre first-person shooter.
Tetapi penggemar setia Doom pasti menyadari bahwa multiplayer hanyalah pelengkap. Franchise ini terkenal akan mode singleplayer yang epik, cepat serta brutal (kecuali Doom 3), dan saya harap id Software betul-betul meramu mode ini dengan segenap kemampuan mereka.
Doom rencananya akan dirilis pada tanggal 13 Mei 2016.