Desain produk merupakan proses perencanaan dan pembuatan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna dan memberikan nilai ke pasar.
Oleh karena itu, desain produk merupakan komponen penting dalam pembuatan suatu produk, termasuk produk digital.
Desain produk kamu yang akan menentukan apakah pengguna suka dan senang menggunakannya. Desain dapat membuat produk yang bagus menjadi hebat, tetapi desain yang buruk dapat merusak ide yang paling menjanjikan sekalipun.
Tujuan dari desain produk adalah untuk menciptakan sesuatu yang membuat orang tertarik untuk menggunakannya dan ingin membelinya.
Simak penjelasan berikut ini mengenai desain produk secara detail.
Definisi Desain Produk
Desain produk adalah proses membuat konsep, menentukan, danjenis mendokumentasikan suatu produk. Hal ini juga melibatkan penelitian pasar, menentukan target audiens yang tepat dan kemudian menciptakan produk yang bermanfaat, dapat digunakan, dan diinginkan.
Desain produk juga dapat dilakukan dengan brainstorming. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan ide dan konsep hingga akhirnya mengembangkan produk fisik akhir yang memenuhi kebutuhan spesifik dan berkomunikasi melalui desainnya.
Desain yang baik harus tampil stabil dan tahan lama tetapi juga terjangkau untuk produksi massal baik dari segi biaya produksi maupun memberikan pengembalian investasi yang positif bagi perusahaan yang memproduksinya.
Lantas, apa tujuan-tujuan desain produk secara spesifik?
Tujuan Desain Produk
Tujuan utama desain produk adalah untuk menciptakan sesuatu yang diinginkan orang. Kamu harus mempertimbangkan pengguna, tujuan mereka, dan konteks mereka, lalu merancang produk agar berfungsi dengan baik untuk mereka.
Desain produk juga memastikan penampilan yang lebih cantik, sehingga kamu bisa menggandakan atau bahkan melipatgandakan harga produk dan bisa meningkatkan keuntungan mereka.
Desain produk juga memiliki berbagai jenis yang perlu diketahui, apa saja jenisnya?
Jenis Desain Produk
Dalam dunia desain produk, ada tiga jenis desain yang berbeda, yaitu system design, process design, dan interface design.
Ketiga jenis desain ini membantu memastikan bahwa produk kamu aman digunakan dan semua orang yang menggunakannya akan memahami cara kerjanya.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang jenis-jenis desain produk:
System Design
System Design berarti berfokus pada sistem dalam produk kamu. Jenis ini termasuk memilih bahan yang digunakan dan bagaimana bahan tersebut bekerja sama dalam sistem untuk menghasilkan kinerja dan karakteristik estetika yang unik.
Ini sangat ideal untuk desainer yang ingin memikirkan produk mereka dalam konteks dan merencanakan cara kerjanya dengan lingkungan sekitarnya.
Process Design
Process Design adalah serangkaian langkah yang diikuti perusahaan saat menciptakan sebuah produk.
Langkah ini memberi perusahaan cara untuk mengelola proses pengembangan dan meningkatkan kemungkinan produknya memenuhi kebutuhan pelanggan.
Interface Design
Interface Design mengacu pada cara kamu berinteraksi dengan produk. Sebagai seorang desainer, kamu perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum menyelesaikan desain.
Salah satunya adalah Interface Design, yang menentukan kemampuan dan efisiensi setiap antarmuka pengguna.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai desain produk, semoga bermanfaat.
Untuk membangun sebuah bisnis kamu perlu tahu cara branding produk karena sekeren apapun produk bisnis yang kamu miliki, jika tidak diperkenalkan secara luas akan sulit terjual dan menambah keuntungan.
Apalagi di zaman serba teknologi ini, cara branding produk di media menjadi satu hal wajib yang kamu ketahui, karena media sosial menjadi salah satu channel pemasaran yang sering digunakan selain karena memiliki massa yang banyak, biaya pemasaran di media sosial juga akan jauh lebih mudah.
Nah, bagi kamu yang memiliki sebuah bisnis berikut ringkasan cara branding di sosial media yang bisa membuat produk kamu cepat terkenal.
Apa itu branding?
Sebelum masuk ke cara branding produk di sosial media, kamu harus tahu apa yang dimaksud dengan branding.
Branding adalah cara menyampaikan sesuatu segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan, produk, atau layanan sebuah bisnis maupun perusahaan.
Sementara branding produk adalah cara perusahaan mengidentifikasikan produknya kepada khalayak. Ada banyak cara untuk melakukan branding produk, hal ini dibedakan sesuai dengan produk dan channel pemasaran yang digunakan.
Cara branding produk di media sosial
Dikutip dari Orbelo, berikut adalah cara branding produk yang benar:
1. Identifikasi Audience
Cara branding produk yang pertama adalah menentukan audience dari produk yang akan dipasarkan. Contoh branding produk snack diet, maka kamu harus menetapkan audience atau calon konsumen yang ingin melakukan diet sebagai target audience
Menentukan audience bisa membantu kamu untuk membuat kamu menemukan dengan mudah brand voice, desain hingga strategi pemasaran yang menghubungkan dengan pembeli yang potensial.
2. Mengembangkan brand positioning
Ketika akan membuat produk baru, coba tentukan brand positioning yang tepat yang tentunya bisa membedakan produk kamu dengan produk perusahaan kompetitif. Brand positioning akan berguna untuk menciptakan persepsi pelanggan terhadap brand kamu.
Contoh branding produk makanan minuman susu steril seperti Bear Brand memiliki citra positioning sebagai produk yang dapat diminum saat sedang sakit , hal ini membuat konsumen memilih Bear Brand sebagai produk susu yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Memilih nama bisnis yang tepat
Untuk melakukan branding produk dengan sukses adalah menggunakan nama bisnis yang lebih mudah diingat dan diucapkan oleh konsumen. Sehingga, ketika konsumen melihat produk dari bisnis kamu, mereka akan dengan mudah mengingat nama bisnis kamu.
4. Cerita dibalik brand
Terkadang konsumen tidak hanya mengingat bentuk dari brand saja, tetapi mereka akan bisa tersentuh dengan cerita di balik pembuatan sebuah brand. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah brand bisa memberikan impact yang positifdalam kehidupan konsumen.
5. Konsisten dalam tampilan brand
Dengan mengidentifikasi tampilan brand kamu di media sosial membuat audience bisa dengan mudah mengidentifikasi perusahaan kamu secara sekilas. Contohnya dalam pembuatan kemasan, cara branding produk makanan adalah dengan menggunakan kemasan yang berbeda dari merek lain. Misalnya, kamu membuat kemasan yang dapat didaur ulang atau menggunakan warna yang cukup mencolok. Jadi, warna, font, dan citra brand harus konsisten dalam tampilan brand di media sosial.
6. Logo
Tentunya logo menjadi hal yang penting ketika melakukan branding produk di media sosial karena disamping nama perusahaan, logo juga menjadi hal pertama yang dikenali oleh konsumen. Kamu juga harus membuat logo yang cukup ikonik dan mudah dikenali oleh konsumen, contoh logo yang menarik dan mudah dikenali oleh konsumen adalah lagu dari merek Apple.
7. Membuat iklan
Cara branding produk di media sosial yang cukup penting adalah memasang iklan atau ads, karena dengan memasang ads, produk kamu bisa dikenali oleh banyak orang yang sesuai dengan target audience produk yang akan kamu branding.
Iklan digital juga termasuk jenis pemasaran yang cukup murah dan bisa disesuaikan dengan budget pemasaran yang kamu miliki.
8. Interaksi dengan konsumen di media sosial
Media sosial tidak hanya bisa dijadikan sebagai bentuk channel pemasaran atau penjualan produk saja, media sosial bisa digunakan untuk melakukan komunikasi dengan konsumen. Hal ini juga bisa menambah nilai dari brand kamu, karena perusahaan yang ramah dan dekat dengan konsumennya bisa meningkatkan loyalitas dari konsumen yang berujung dengan peningkatan penjualan.
Nah, itu adalah 8 cara brandingproduk di media sosial. Selain cara di atas, kamu juga perlu melakukannya secara konsisten agar audience tidak mudah lupa dengan brand atau perusahaan milik kamu.
27 Juni 2019 adalah hari bersejarah bagi Apple, bukan karena mereka meluncurkan produk baru yang fenomenal, melainkan karena salah satu karyawan paling berpengaruhnya memutuskan untuk hengkang. Sosok yang dimaksud adalah Jony Ive, penggawa desain di balik hampir semua produk Apple dalam lebih dari dua dekade terakhir.
Selepasnya dari Apple nanti, Jony bakal berfokus membangun firma desainnya sendiri, LoveFrom, yang dia dirikan bersama seorang desainer kawakan lain, yaitu Marc Newson. Meski tak lagi berstatus karyawan, Jony masih akan berkontribusi besar terhadap proses desain produk-produk Apple ke depannya, sebab disebutkan bahwa Apple bakal menjadi salah satu klien utama LoveFrom.
Kepergian seseorang dari suatu perusahaan semestinya tidak perlu terlalu dibesar-besarkan. Namun yang kita bicarakan di sini adalah Jony Ive, yang tak bisa dipungkiri memiliki pengaruh sangat besar di bidang desain produk. Dan lagi kita juga harus ingat bahwa Apple selama ini memang memasarkan beragam produknya selagi menitikberatkan pada aspek desainnya.
Jony Ive bisa dibilang berhasil membuka mata dunia bahwa konsep minimalisme bukanlah hal buruk di dunia teknologi. Bagaimanapun juga yang terpenting dari suatu produk teknologi adalah fungsinya, dan bentuknya tinggal mengadaptasikan dengan fungsinya, seperti yang sudah lama diajarkan lewat prinsip “form follows function” sekaligus “less is more” cetusan sekolah desain asal Jerman, Bauhaus.
Di bawah pimpinan Jony, tim desain Apple berhasil menelurkan sederet produk yang memukau secara estetika sekaligus efisien kinerjanya. Seperti dijelaskan di video “Designed by Apple in California”, Jony beserta timnya memiliki studio desain dengan akses ke peralatan yang sangat lengkap, dan terkadang alat untuk menciptakan suatu bagian dari produk harus mereka buat sendiri lebih dulu.
Singkat cerita, kata “desain” dalam kamus Apple dan Jony Ive tidak terbatas pada proses sketsa atau molding saja, tapi juga mencakup proses engineering dan manufacturing sekaligus. Berikut adalah deretan karya Jony Ive yang paling ikonik, sekaligus yang dapat menggambarkan perjalanan karirnya di Apple.
iMac G3 (1998)
Komputer all-in-one dengan rangka transparan nan warna-warni ini merupakan produk pertama Apple di bawah kepemimpinan Steve Jobs yang kedua (beliau sempat dipecat di tahun 1985, sebelum akhirnya kembali lagi pada tahun 1996). Jony Ive sendiri resmi bergabung dengan Apple di tahun 1992, namun selama empat tahun pertamanya dia sempat beberapa kali berniat hengkang, seperti yang diceritakan lewat wawancaranya bersama Time.
Kedatangan Steve Jobs tak lama kemudian berbuah pada pengangkatan Jony Ive sebagai Vice President of Industrial Design, dan dari situlah dia mulai menunjukkan tajinya sebagai maestro desain. Produk pertamanya tak lain dari iMac G3 ini, yang tak hanya terlihat eksentrik, tetapi juga sangat fungsional di sejumlah aspek.
Eksentrik karena konsumen dapat melihat sebagian jeroannya, dan lagi Jony Ive dengan beraninya mengeliminasi floppy drive dari sebuah komputer (yang terbukti sudah benar-benar ditinggalkan beberapa tahun setelahnya). Sebagai gantinya, Jony menyematkan port USB untuk pertama kalinya pada sebuah komputer bikinan Apple, dan ini terbukti fungsional bahkan sampai sekarang.
iBook G3 (1999)
Setahun setelahnya, tema transparan sekaligus warna-warni masih menjadi fokus Jony beserta timnya dalam mendesain laptop anyar Apple, iBook G3. Komponen desain yang sangat unik dari laptop ini adalah bagian engselnya yang juga menjadi rumah untuk sebuah handle, sehingga iBook G3 dapat dibawa-bawa layaknya sebuah tas jinjing.
Dari segi fungsionalitas, iBook G3 tercatat sebagai laptop versi consumer pertama yang mengemas konektivitas wireless terintegrasi. Ya, meskipun sepintas kelihatannya konyol, laptop ini setidaknya berhasil mempengaruhi pabrikan laptop lain untuk ikut menanamkan konektivitas wireless sebagai fitur standar.
iPod (2001)
Selain iPhone, iPod mungkin bisa dianggap sebagai produk paling fenomenal pada masanya. Dunia kala itu sudah cukup mengenal portable CD player maupun MP3 player, akan tetapi iPod sebagai pendatang baru berhasil merebut hype-nya secara menyeluruh.
Secara estetika, desain iPod banyak terinspirasi oleh radio Braun T3 rancangan Dieter Rams. Di tangan Jony Ive dan Tony Fadell, porsi atasnya digantikan oleh layar, sedangkan lebih dari separuh sisa porsi bawahnya digantikan oleh komponen click wheel yang terdiri dari lima tombol dan satu area lingkaran untuk memudahkan scrolling ratusan lagu yang tersimpan.
iPod generasi pertama pada dasarnya juga bisa dilihat sebagai buah pertama dari kecintaan Jony Ive terhadap konsep minimalisme, dan ini terus berlanjut sekaligus bertambah matang di tahun-tahun selanjutnya.
iMac G4 (2001)
iMac G4 bisa dibilang mempunyai desain yang paling berbeda dibanding iMac generasi lainnya, termasuk yang baru-baru. Ini dikarenakan nyaris semua komponen elektroniknya (termasuk halnya sebuah optical drive) tertanam di semacam kubah mini yang menjadi dudukan atas layar beserta lengannya.
Lengan penyambung layarnya ini pun dapat ditolehkan ke kiri-kanan atau dinaik-turunkan sudutnya. Berhubung sasis layarnya hanya perlu mengemas komponen-komponen terkait display, dimensinya pun jadi terlihat sangat tipis pada masanya.
Awal tahun 2000-an ini juga merupakan pertama kalinya Jony Ive diberi kantor pribadi oleh Apple, dan yang boleh masuk ke ruangan tersebut hanyalah tim desain utamanya beserta sejumlah petinggi Apple, sebab semua konsep sekaligus prototipe produk yang sedang dikerjakan disimpan di sana.
iMac G5 (2004)
Inilah versi iMac yang menjadi acuan desain hingga sekarang. Berbanding terbalik dari iMac G4, di sini semua komponen elektroniknya disematkan di balik layar, dan dudukannya benar-benar hanya berfungsi sebagai penopang saja.
Walaupun desain bagian layarnya sangat berbeda dibanding versi iMac terkini, bisa kita lihat bahwa dudukannya yang berbentuk seperti huruf L tidak berubah banyak. iMac G5 juga dapat dianggap memulai preferensi Jony Ive terhadap material aluminium dalam berkarya, meski di sini baru bagian dudukannya saja yang terbuat dari logam ringan tersebut.
iPhone (2007)
Sampailah kita pada produk paling berpengaruh yang pernah Jony rancang. Pada masanya, mayoritas konsumen melihat sebuah smartphone sebagai ponsel yang dilengkapi keyboard QWERTY berkat popularitas BlackBerry. iPhone dengan beraninya tampil sangat minimalis; wajahnya didominasi oleh layar sentuh 3,5 inci, yang kala itu sudah tergolong masif.
Di titik ini, kecintaan Jony terhadap material aluminium sudah mencapai titik paling matangnya, dan itu dia curahkan lewat desain iPhone generasi pertama yang tampak dan terasa logam dari ujung ke ujung.
MacBook Air (2008)
Istilah “ultrabook” sama sekali belum digunakan di tahun 2008. Dua jenis laptop yang konsumen kenal kala itu adalah workstation yang berperforma kencang tapi berbodi tebal, atau netbook berukuran mini yang sangat portable, namun juga amat terbatas daya komputasinya.
MacBook Air pada dasarnya mengisi celah di antara kedua kategori tersebut. Performanya tidak tertinggal begitu jauh dari MacBook standar, akan tetapi tubuhnya yang super-tipis dan ringan membuat perangkat ini begitu portable. Untuk memberi kesan dramatis, Steve Jobs bahkan mengeluarkannya dari sebuah amplop coklat besar saat menyingkapnya ke publik untuk pertama kalinya.
Di samping memulai tren laptop super-tipis, MacBook Air juga memulai tren desain unibody, setidaknya secara internal di Apple terlebih dulu sebelum akhirnya juga diikuti oleh pabrikan-pabrikan lain.
iPad (2010)
Saat generasi pertama iPad diluncurkan, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai sebatas iPhone versi besar. Sejarah telah menunjukkan bahwa anggapan itu salah, apalagi dengan diungkapnya iPadOS baru-baru ini.
Satu hal yang saya suka dari iPad adalah pertimbangan Jony beserta timnya mengenai aspect ratio layar yang cocok untuknya. Rasio yang dipilih adalah 4:3, dan ini membuat menggenggam iPad terasa seperti memegang sebuah majalah tebal. Bezel kiri dan kanannya yang tebal kala itu malah membantu meningkatkan ergonomi; konsumen dapat dengan mudah mengistirahatkan ibu jarinya di sana selama menggenggam perangkat.
Apple Watch (2014)
Apple Watch merupakan salah satu produk paling monumental yang pernah Jony Ive rancang. Alasannya simpel: yang namanya jam tangan selalu dikaitkan dengan fashion, dan itu saja sudah bisa menggambarkan betapa pentingnya aspek desain buat produk seperti Apple Watch.
Rumor mengenai smartwatch bikinan Apple sebenarnya sudah beredar jauh sebelum 2014, dan Jony beserta timnya seakan ingin memberikan realisasi yang cukup istimewa. Apple Watch generasi pertama hadir dalam tiga varian yang masing-masing dibungkus dengan material yang berbeda: alunium, stainless steel, dan emas 18 karat.
Meski menitikberatkan pada faktor estetika, Jony dan timnya sama sekali tidak melupakan aspek fungsionalitas. Ini bisa kita lihat dari komponen digital crown milik Apple Watch, yang tak hanya memantapkan karakternya sebagai jam tangan, tapi juga berfungsi sebagai medium input yang intuitif di samping layar sentuh.
Contoh lain adalah strap dengan mekanisme lepas-pasang yang sangat mudah sekaligus presisi. Bukan cuma itu, beragam jenis gespernya juga didesain agar praktis untuk diakses selagi masih kelihatan elegan.
iPhone X (2017)
Dalam rangka memperingati ulang tahun iPhone yang ke-10, Jony yang di titik ini telah menjabat sebagai Chief Design Officer dipercaya untuk merancang ponsel generasi baru yang benar-benar banyak meninggalkan elemen-elemen khas para pendahulunya. Tentu saja itu turut didukung oleh kemajuan teknologi dibandingkan saat iPhone generasi pertama diluncurkan, dan dari situ terlahir iPhone pertama yang tidak mengemas tombol Home.
Keistimewaan lain iPhone X dari sudut pandang desain adalah, ia bisa dikatakan tidak memiliki bezel bawah. Semua ponsel lain yang mengadopsi tren bezel-less kala itu (bahkan hingga sekarang) masih memiliki ‘dagu’.
Jony beserta timnya berhasil merancang ponsel tanpa dagu berkat penggunaan panel OLED fleksibel yang bagian bawahnya dapat ditekuk ke belakang, sehingga komponen yang menyambungkan panel layar ke logic board pun bisa diposisikan di belakang layar. Di ponsel lain, area dagu ini dibutuhkan untuk mengakomodasi konektor layar dan logic board tersebut.
Menerapkan growth hacking bukan hanya berlaku untuk melakukan kegiatan pemasaran secara organik dalam startup, melainkan juga berlaku ketika desain sebuah produk akan dibuat. Idealnya produk desain yang menarik dan berfungsi dengan baik bakal menjadi favorit bagi target pasar yang diincar.
Artikel berikut akan mengupas tujuh hal yang wajib diperhatikan saat startup bersiap untuk meluncurkan desain produk.
Mendefinisikan metrik
Metrik ini tidak selalu harus rinci, tetapi kuncinya adalah untuk memberikan konteks untuk angka atau jumlah. Apakah orang benar-benar menggunakan produk Anda? Itulah pertanyaan yang perlu dijawab. Alasannya adalah agar tim produk dapat menggunakannya untuk mencari cara untuk benar-benar membantu, menambah nilai, dan memberikan manfaat bagi orang-orang membeli dan menggunakan produk.
Coba berikan definisi yang jelas kepada Product Manager (PM) agar dapat menginformasikan untuk desain jangka pendek dan tujuan desain jangka panjang. Mengetahui hal tersebut dapat membantu untuk memperjelas tujuan dan keputusan desain yang telah ditentukan. Setidaknya, dengan melakukan percakapan tersebut dengan PM dapat membantu untuk mengungkap dan mengevaluasi asumsi yang sudah ada.
Buatlah desain untuk Minimum Viable Personality (MVP)
Desain yang dibuat harus bisa menjadi sesuatu. Untuk mewujudkan hal tersebut harus didukung dengan visi dan misi yang jelas. Salah satunya memberikan alasan yang kuat agar pelanggan bersedia untuk mencoba dan setia dengan produk yang ada.
Contoh kasus yang ada misalnya Tesla. Meskipun produknya sangat kontroversial namun faktanya masih banyak pelanggan setia yang bersedia untuk setia dan menunggu dengan sabar. Hal selanjutnya yang wajib diperhatikan adalah produk harus memiliki prinsip dan yang terakhir produk harus mendapatkan cukup rincian yang tepat.
Buatlah cerita
Ketika saatnya membuat desain produk, cerita yang menarik dapat membuat informasi mudah dimengerti dan tentunya sulit untuk dilupakan. Gunakan bahasa sederhana untuk bercerita tentang produk Anda. Dalam lima kata atau kurang, orang harus segera mendapatkan tujuan di dunia.
Contoh berikut bisa menjadi inspirasi.
Unforgettable trips start here – Airbnb
Stories that move with you – Medium
Inti bisnis Airbnb adalah tentang kepercayaan, sehingga menjadi masuk akal jika Airbnb tidak hanya menggunakan desain yang bersih, namun juga desain yang memiliki estetika indah untuk menciptakan kepercayaan, tapi menggunakan cerita pengguna sebenarnya untuk menyampaikan pesan dalam format (testimonial) dan di konten.
Menyediakan cukup pilihan
Jika memungkinkan, produk harus bisa menemukan jalan yang tepat untuk pengguna, bukan membuat mereka memilih. Jika pada akhirnya produk yang ada terkesan menyulitkan dan membuat pengguna harus memilih, coba untuk meminimalkan jumlah pilihan dan berikan solusi yang direkomendasikan untuk pengguna. Desain produk yang sederhana, namun mampu memberikan penjelasan dan pilihan yang tepat, akan lebih mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna dibandingkan dengan desain yang terkesan ‘sophisticated’ dan sulit dipahami.
Lebih progresif mengungkapkan informasi
Informasi yang diberikan secara jelas dan lengkap dapat membantu tampilan aplikasi atau mobile site lebih baik. Yang perlu dicermati adalah fokuslah kepada setiap informasi yang ditampilkan, buatlah langkah yang teratur untuk pertanyaan yang akan diberikan kepada pertanyaan selanjutnya.
Tampilkan proses dan status
Desain aplikasi yang baik adalah ketika proses, perkembangan, dan status terkini ditampilkan secara jelas dalam produk. Hal ini penting dilakukan, karena pengguna biasanya menyukai laporan hingga status terkini terhadap layanan atau produk yang telah diakses. Contoh sederhana adalah layanan peta transportasi on-demand dan posisi barang dari logistik layanan e-commerce.
Lakukan uji coba dengan 5 pengguna
Jika Anda ingin melihat kinerja atau melakukan uji coba terhadap produk yang telah dibuat dan siap diluncurkan, cobalah lakukan uji coba dengan 5 orang pengguna terlebih dahulu. Cara mudah yang bisa dilakukan adalah dengan membuat prototipe terlebih dahulu, kemudian lakukan uji coba kepada 5 orang pengguna selama 15 menit dan kumpulkan semua feedback serta masukan dari mereka.
Tampung semua masukan dan pertanyaan yang ada, posisikan diri Anda (PM) sebagai pendengar yang baik dan upayakan untuk tidak memberikan penjelasan terkait pertanyaan serta feedback yang datang dari pengguna. Tugas Anda adalah menampung semua feedback, bukan memberikan penjelasan atau jawaban.
Proses penciptaan karya adalah satu hal, namun memberikan manfaat melalui karya tersebut adalah hal lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, produk-produk inovatif nan solutif hasil buah pikir anak bangsa semakin muncul ke permukaan industri dan terus meroket. Bersamaan dengan momentum ini, BlackInnovation kembali terselenggara di tahun ini, dan, tidak terasa, penutupan pendaftarannya tinggal menghitung hari.
Setelah melakukan meetuproadshow ke Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Bandung, semakin terlihat jelas antusiasme dari kreator-kreator Indonesia dalam membuat karya inovasi yang memberi nilai lebih kepada masyarakat, seperti tagline yang diusung BlackInnovation 2016 “Convert Your Ideas Into Values.”
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, tahun ini adalah tahun pertama BlackInnovation dibuka untuk dua bidang, desain produk dan Internet of Things.
Untuk kategori ide inovasi desain produk, para peserta BlackInnovation 2016 ditantang untuk mengembangkan produk-produk yang bisa memberikan lebih dalam keseharian masyarakat, entah itu pengembangan orisinal yang belum pernah dibuat sebelumnya maupun karya modifikasi.
Selain itu, ada pula pendaftaran ide inovasi bidang Internet of Things, yakni bidang inovasi yang membuka kesempatan bagi inovator untuk menciptakan produk yang mengintegrasikan konektivitas internet dengan benda-benda untuk memudahkan kehidupan manusia.
Mereka yang mengalungi gelar “The Innovator” nantinya berhak mendapatkan total hadiah uang tunai lebih dari 100 juta rupiah, serta hadiah tiket perjalanan ke industri kreatif luar negeri.
Nah, tunggu apa lagi? Kurang dari tiga hari lagi, pendaftaran ide inovasi BlackInnovation 2016 ditutup lho! Ayo, buktikan kalau kamu inovator sejati yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menyandang gelar “The Innovator”! Daftar sekarang juga di sini!
Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016
Kemampuan anak-anak muda Indonesia untuk urusan daya cipta rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi. Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saja, industri kreatif tumbuh sebesar 7% per tahun. Tak cukup dalam proses penciptaan, kreasi anak bangsa ini seringkali inovatif dan ‘mendobrak’ di masyarakat. Namun, apakah inovasi itu berdaya guna bagi hidup manusia?
Inilah ide awal terselenggaranya BlackInnovation 2016. Mengambil tema “Convert your ideas into Values”, BIackInnovation 2016 mengajak para kreator dan inovator Tanah Air untuk merealisasikan ide inovasi yang bernilai bagi kehidupan masyarakat sehari-hari; tak hanya produk yang bersifat nyata dan bisa disentuh wujudnya, para inovator kini juga bisa menciptakan karya digital.
Ya, acara tahunan gelaran Blackexperience.com ini sekarang membuka ruang apresiasi terhadap kreasi inovatif di bidang desain produk dan Internet of Things (IoT).
Dalam aspek desain produk, para peserta BlackInnovation 2016 diharapkan bisa mengembangkan benda yang dapat bernilai lebih untuk kegiatan sehari-hari, baik itu pengembangan yang autentik belum pernah dibuat sebelumnya maupun karya modifikasi. Sedangkan untuk bidang IoT, inovasi yang diinginkan adalah pengembangan yang memanfaatkan konektivitas internet untuk memudahkan kehidupan manusia.
BlackInnovation 2016 telah menyediakan total hadiah uang tunai lebih dari 100 juta rupiah bagi mereka yang berhasil mendapat gelar “The Innovator”. Tak hanya itu, BlackInnovation 2016 juga akan mengajak “The Innovator” untuk mengikuti Innovation Journey, sebuah perjalanan seru ke industri kreatif di luar negeri.
Seperti yang diketahui, sampai saat ini, BlackInnovation adalah ajang kompetisi inovasi terbesar di Indonesia, yang sangat sayang untuk dilewatkan para pekarya Tanah Air.
Jadi, jangan sampai kamu menyesal karena ide brilianmu hanya tertuang di atas kertas! Wujudkan sekarang di BlackInnovation 2016! Pendaftaran dibuka dari 16 Agustus 2016 hingga 12 November 2016. Info lengkap, klik di sini!
Jadilah inovator sesungguhnya lewat ide inovasi yang bermanfaat bagi manusia!
– Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016
Produk digital yang baik tidak lahir begitu saja. Ada tahapan yang harus dilalui dalam melakukan desain produk. Co-founder Gibbon Wouter de Bres dalam laman blog miliknya menceritakan prinsip dasar desain produk yang ia dan timnya gunakan. Prinsip yang mungkin juga bisa Anda pakai untuk mendesain produk Anda. Di bawah ini dua belas prinsip desain produk dari Wouter.
Tentukan masalah
Desai digital selalu dibuat untuk memecahkan sebuah masalah. Memahami masalah secara menyeluruh sangat penting untuk merancang solusi yang baik. Ketika membahas produk dan desain secara internal usahakan selalu mendefinisikan masalah terlebih dahulu sebelum mengusulkan sebuah solusi. Pastikan Anda benar-benar melakukan penelitian terkait masalah sebelum Anda memutuskan untuk membuat solusi.
Hasilkan nilai lebih dari sebuah kesederhanaan
Kesederhanaan adalah kunci untuk sebuah pengalaman pengguna yang luar biasa. Buatlah fitur lebih sedikit dan membuat mereka bekerja dengan baik. Tampilkan beberapa elemen lebih sedikit dengan menggunakan tampilan yang sederhana untuk mengurangi beban kognitif. Berani mengatakan tidak untuk mencegah memudarnya fungsi utama.
Performa desain
Desain yang baik adalah mampu membantu perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya. Sebuah desain dikatakan berhasil ketika konversi dan keterlibatan semakin terukur baik. Pengetahuan kinerja produk adalah kunci, mereka harus mudah diakses untuk semua orang di perusahaan untuk membuat semua orang memahami masalah mana yang layak untuk dipecahkan.
Upayakan untuk selalu konsisten
Konsisten di sini terkait dengan tata letak, elemen desain, typografi dan interaksi untuk mengurangi beban kognitif bagi pengguna. Kekonsistenan Anda bisa memberikan dampak pada kekonsistenan pengalaman pengguna. Jadi itu mengapa konsisten sangat diperlukan.
Fokus pada pengguna, pada satu tindakan utama pada suatu waktu
Anda harus membuat produk Anda benar-benar mudah digunakan pengguna sesuai dengan kebutuhan utama mereka. Anda harus membantu melindungi fungsi utama produk Anda dengan tidak membuat pengguna terbebani dengan elemen-elemen “pengganggu”. Ingat bahwa antarmuka pengguna diproses oleh otak pengguna, semakin banyak elemen itu artinya semakin tinggi beban kognitif pengguna untuk memproses antarmuka tersebut.
Meminimalkan proses input yang dilakukan pengguna
Proses memasukan data atau input membutuhkan banyak waktu. Selalu berusaha untuk mengurangi proses ini dalam produk Anda. Karena mereka semua pasti menginginkan kesederhanaan dan kemudahan. Semua demi pengalaman pengguna yang lebih baik.
Gunakan bahasa yang pas untuk pengguna Anda
Pemilihan bahasa dari pengguna bisa membantu untuk memperjelas dan memudahkan pengguna, termasuk dengan pemilihan kata. Mendeskripsikan sesuatu bisa lebih mudah dimengerti jika kita menggunakan bahasa sehari-hari dari pengguna.
Membuat keputusan bagi pengguna
Ini lebih ke konsep rekomendasi. Jangan terlalu takut untuk membuat keputusan bagi pengguna Anda. Ingat semakin sederhana langkah yang diambil pengguna itu berarti sebuah kemudahan yang diberikan. Terlalu banyak memberikan pilihan bagi pengguna itu hal yang tidak baik. Bantu mereka dengan memilihkannya.
Desain hirarki visual yang kuat
Ada banyak cara untuk membuat hirarki visual dalam desain, posisi, ukuran, warna, dan ruang. Tentukan hirarki visual yang ketat dalam setiap desain. Jangan biarkan elemen, aksi, atau fitur untuk bersaing mendapatkan perhatian dari pengguna, Anda harus tentukan.
Tata letak elemen
Cara termudah untuk mencapai keseimbangan visual adalah dengan menyelaraskan elemen dan desain struktur dengan grid yang jelas. Ini akan lebih mudah bagi pengguna untuk memproses antarmuka.
Jangan kejar efek “WOW”
Desain produk yang berhasil adalah yang mampu memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pengguna. Usahakan tidak untuk mengejar efek “WOW”. Desain produk yang efektif dan menyenangkan adalah desain yang menimbulkan reaksi semacam “Tentu saja, ini sangat jelas”.
Desain untuk selalu berubah
Tidak ada desain produk yang selesai, akan selalu ada perkembangan. Baik itu dari pembaruan atau peningkatan maupun masukan dari pengguna. Fitur secara dinamis akan selalu berkembang seiring dengan iterasi evaluasi kinerja. Jadi persiapkan untuk selalu berubah.