Tag Archives: development kit

Menjelma Jadi Perangkat Bertenaga Cloud, Microsoft Singkap Azure Kinect di MWC 2019

Kehadiran Kinect boleh dikatakan sebagai respons Microsoft terhadap tren pemanfaatan input motion sensing di ranah gaming yang sebelumnya dipopulerkan oleh Wii (via remote dan Nunchuk-nya). Kinect meluncur di era Xbox 360 dan awalnya dibundel dalam paket penjualan Xbox One. Tak semua orang setuju dengan langkah ini, namun dukungan dari sisi konten malah berkurang signifikan begitu Kinect dijual terpisah.

Tanpa konten mencukupi, Microsoft akhirnya memutuskan buat menghentikan produksi Kinect versi konsumen di bulan Oktotober 2017. Meski demikian, sang produsen menekankan bahwa mereka akan terus mengembangkan teknologi di belakang produk ini. Lalu pada bulan Mei 2018, perusahaan mengungkap rencana untuk mengadopsi Kinect ke ranah cloud computing. Dan bersamaan dengan pengumuman HoloLens baru di MWC 2019, Microsoft memamerkan reinkarnasi dari Kinect.

Dalam pameran teknologi di kota Barcelona itu, Microsoft memperkenalkan periferal Azure Kinect versi development kit untuk PC. Hilang sudah wujud balok memanjangnya, Azure Kinect mempunyai ukuran sebesar telapak tangan. Di sana produsen membekalinya bersama kamera RGB 12MP, sebuah kamera depth 1MP (beresolusi 1024x1024p yang juga dikembangkan buat HoloLens 2), serta tujuh buah microphone sehingga memungkinkannya mendengar input suara.

Di presentasinya, Julia White selaku corporate vice president Microsoft Azure menjelaskan bahwa Azure Kinect merupakan perangkat intelligent edge yang tak hanya dapat mendengar dan melihat, tetapi juga bisa memahami tingkah laku manusia, serta keadaan lingkungan danobjek-objek di sana dengan tingkat akurasi sangat tinggi. Versi anyar ini ditenagai oleh teknologi cloud dan dapat dimanfaatkan buat kebutuhan terkait penerapan kecerdasan buatan.

Dengan Azure Kinect, kebutuhan terhadap dukungan hardware berperforma tinggi jadi lebih kecil. Kemudian developer akan jadi lebih mudah mengimplementasikan algoritma artificial intelligence dalam jaringan berskala kecil. Satu unit Azure Kinect bisa bekerja secara mandiri atau dipasangkan ke unit untuk memetakan ruang secara tiga dimensi. Beberapa partner Microsoft yang sudah menggunakannya meliputi Datamesh, Ocuvera serta Ava.

Pada dasarnya, Azure Kinect sendiri merupakan hardware pelengkap untuk headset mixed reality HoloLens 2. Dibanding pendahulunya, versi kedua tersebut lebih canggih di hampir segala hal. Ia lebih nyaman saat dikenakan, punya field of view lebih luas dan lebih baik dalam mengidentifikasi objek di dunia nyata.

Microsoft sudah membuka gerbang pre-order Azure Kinect DK mulai hari ini melalui website resminya. Perangkat dibenderol seharga US$ 400, disediakan terlebih dahulu di kawasan Amerika dan Tiongkok.

Via TechCrunch.

Perangkat Wearable Ctrl-Kit Memungkinkan Kita Mengendalikan Komputer Dengan Pikiran

Sejumlah film fiksi ilmiah seperti Back to the Future, Minority Report, hingga Avatar mendemonstrasikan mudahnya berinteraksi dengan konten menggunakan teknologi hologram interaktif. Namun sebelum sampai di sana, para inventor harus lebih dulu mengembangkan sistem input yang bisa merespons tindakan pengguna secara tanggap dan intuitif.

Ctrl-Labs, yaitu sebuah startup asal New York, saat ini tengah sibuk menggarap sistem kendali eksperimental yang berpeluang merombak industri aksesori PC. Perangkat bernama Ctrl-Kit ini punya kemampuan untuk menerjemahkan gelombang listrik di otot menjadi sinyal digital, yang kemudian dimanfaatkan buat menggerakkan dan memanipulasi objek digital. Proyek pengerjaannya masih berlangsung, dan dalam waktu dekat, Ctrl-Labs akan melepas versi development kit-nya.

Penampilan versi developer Ctrl-Kit cukup berbeda dari model purwarupa yang Ctrl-Labs sempat perlihatkan tahun lalu. Perangkat tidak lagi terpasang ke unit Raspberry Pi. Di inkarnasi terkininya, Ctrl-Kit terbagi jadi dua komponen: bagian radio dengan wujud dan pemakaian mirip arloji berukuran raksasa, disambung ke unit elektroda di dekatnya – diposisikan di lengan mendekati siku.

Dalam presentasi acara Slush 2018 di kota Helsinki, Finlandia, CEO Thomas Reardon menyampaikan bahwa Ctrl-Kit didesain untuk mentransformasi pengguna menjadi controller, karena perangkat mampu menafsirkan langsung gerakan Anda. Lewat cara ini, manusia dapat mendominasi ‘sel saraf yang ada di alat komputasi’ dengan neuron mereka sendiri. Kapabilitas ini dipercaya berpotensi mendorong pengembangan ranah machine learning.

Ctrl-Kit bekerja dengan basis teknologi electromyography. EMG bertugas untuk mengubah keinginan mental menjadi aksi. Lebih spesifiknya, ia mampu mengukur pontesi arus listrik yang diperoleh dari aliran gelombang otak ke otot tangan. Perangkat ini dibekali tidak kurang dari 16 elektroda buat memonitor sinyal neuron, yang kemudian diperkuat dan diukur oleh ‘unit motor’. Proses pembacaan tersebut dibantu oleh algoritma Google TensorFlow, sehingga perangkat bisa membedakan denyutan individu di masing-masing saraf.

Berdasarkan pengakuan Ctrl-Labs, metode electromyography lebih detail dan efektif menangkap gelombang otak dibanding perangkat-perangkat wearable berbasis electroencephalography. EGG baru dapat membaca aktivitas elektrik otak dengan sensor yang ditempelkan di kulit kepala. EMG sendiri sanggup mendeteksi sinyal motorik sel saraf secara lebih jernih. Hal yang perlu produsen perhatian adalah memastikan software-nya bisa mengukur secara akurat.

Lewat versi developer ini, pertama-tama Ctrl-Labs berkeinginan untuk mengembangkan Ctrl-Kit sebagai alat pendukung gaming – terutama permainan-permainan berbasis virtual reality. Teknologi EMG dapat mempermudah dan menyederhanakan pengendalian. Bayangkan, Anda hanya perlu menggerakkan tangan buat mengambil objek digital atau bahkan mengendalikan pesawat jet hanya dengan pikiran.

Sumber: VentureBeat.

Seperti Inilah Penampakan Project Scorpio Versi Developer

Momen pengumuman resmi console yang Microsoft siapkan untuk menangani konten-konten next-gen semakin dekat. Belakangan, Microsoft sudah mengizinkan beberapa jurnalis dari media ternama buat mencoba dan membeberkan spesifikasi lengkap Project Scorpio. Dan setelah penantian panjang, wujud dari console ‘4K ready’ itu akhirnya terungkap.

Langkah ini berkaitan dengan upaya sang console maker memantapkan ekosistem Scorpio lewat pemberian akses pada developer buat mencoba dan menguji kemampuannya. Dan dari sana, tersingkaplah penampakan dari Project Scorpio. Satu hal paling menarik dari platform ini adalah Microsoft berhasil memampatkan hardware berperforma tinggi dalam perangkat yang tidak terlalu besar.

Arahan desain Scorpio tak jauh berbeda dari Xbox One standar maupun One S. Console mempunyai tubuh balok dengan warna putih di atas dan hitam di bawah. Di bagian depan area putih, berjejer lima lingkaran seperti tombol, lalu sepertinya ada sebuah tombol lebih kecil di dekat logo Xbox. Di bawahnya, saya melihat ada tiga port USB dan satu lagi tombol (power?). Di sana, tersaji pula layar OLED buat menunjukkan data performa seperti FPS.

Project Scorpio Developer Kit

Foto komparasi Scorpio dengan console Xbox One lain itu dipublikasikan oleh Gamasutra. Untuk sekarang, sulit menguliknya lebih jauh karena foto tersebut diambil dari sisi depan dan resolusinya tidak begitu besar. Eurogamer sendiri menjelaskan bahwa meskipun device ini merupakan versi ‘belum jadi’, cukup besar kemungkinan penampilan varian retail-nya tak jauh berbeda – melihat dari pengalaman Microsoft menyuguhkan dev-kit Xbox One dan Xbox One S.

Menariknya lagi, versi developer tersebut sengaja dibekali hardware yang lebih canggih dari versi konsumen. Group program manager Kevin Gammill menjelaskan alasannya pada Gamasutra: proses pengembangan game oleh developer akan lebih mudah dilakukan di perangkat berspesifikasi tinggi, baru kemudian di-downgrade, ketimbang diramu dari device berspesifikasi rendah lalu baru di-upgrade.

Gammill kembali mengungkap hal yang jadi target mereka, yaitu menyajikan gaming di resolusi UHD sejati, tekstur 4K, framerate stabil, color gamut yang luas, dan audio ‘spasial’. Microsoft sebelumnya juga sempat mengonfirmasi akan membekali Scorpio dengan konektivitas HDMI ‘next-gen‘ 2.1 dan dukungan AMD FreeSync.

Lalu seberapa berbeda hardware Project Scorpio versi development kit dan retail? Jangan kaget, dev-kit menyimpan RAM DDR5 24GB (dua kali Scorpio standar), tambahan penyimpanan SSD 1TB, dengan GPU 44-compute unit – bukan lagi 40CU.

Project Scorpio kabarnya akan meluncur di kuartal empat tahun 2017.

Razer Umumkan Headset OSVR Hacker Dev Kit Generasi Kedua

Tingginya harga Rift dan Vive membuat kedua headset itu berada di luar jangkauan ekonomi banyak orang, dan di sanalah OSVR mempunyai keunggulan. Diprakarasi oleh Razer dan Sensics, device alternatif ini menawarkan pengalaman VR di harga yang lebih terjangkau, ditambah lagi premis dari ekosistem open-source, dan potensi kompatibilitas ke periferal lain.

Belum lama, CEO Razer Min-Liang Tan mengungkap agenda untuk mendorong OSVR sebagai platform virtual reality standar di Tiongkok. Di negeri itulah headset dikabarkan akan pertama kali mendarat. Namun meski jendela rilis mulai tampak, upaya pengembangannya tidak melambat. Di momen E3 2016, Razer mengumumkan generasi kedua versi developer dari Open Source Virtual Reality, alias Hacker Development Kit 2.

Via PC Gamer, Christopher Mitchel dari Razer menjelaskan bahwa OSVR HDK 2 memungkinkan developer memenuhi kebutuhan fans dan gamer, serta menyediakan developer hardware open-source inovatif yang terjangkau. Kinerjanya diklaim tidak kalah dari pemain besar di industri itu, disiapkan untuk segmen konsumen yang lebih luas dan kontennya tidak tersekat-sekat.

Pendekatan desain OSVR sedikit berbeda dibanding headset high-end kompetitor. Teorinya, konsumen dibebaskan mengonfigurasi modul sesuai kebutuhan serta spesifikasi komputer mereka. Tapi sebelum versi retail-nya tersedia, satu-satunya varian OSVR paling canggih adalah HDK 2 ini. Menariknya lagi, Anda bisa memiliki device dengan mengeluarkan uang separuh dari bundel HTC Vive.

OSVR HDK 2

OSVR HDK 2 menyajikan resolusi 2160×1200-pixel, artinya tiap mata mendapatkan display full-HD, menghidangkan refresh rate 90Hz dan field of view 110-derajat. Melihat sisi teknis ini, device tampak setara dengan Rift serta Vive. Bedanya, area tracking OSVR sedikit lebih sempit, yaitu 243,8×274,3-meter (Vive: 457x457cm). Developer membubuhkan accelerometer, gyroscope, magnetometer, dan tracker 360 derajat – mirip Rift.

Di versi ini, OSVR kompatibel ke segala macam hardware serta gamepad PC, mendukung penuh Unreal Engine, Cry Engine, serta platform SteamVR. Agar bisa beroperasi, perangkat harus tersambung ke PC lewat kabel. Wujudnya memang belum secantik Vive, mempunyai bobot 650-gram. Selain itu, Anda perlu melengkapinya dengan headset ber-microphone.

Daftar kebutuhan sistem OSVR HDK 2 hampir identik dengan headset rival: kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon R9 280, prosesior Intel Core i5-4590, RAM minimal 8GB, port HDMI 1.3 serta dua buah port USB 2.0.

OSVR HDK 2 akan mulai didistribusikan bulan Juli 2016, dijual seharga US$ 400. HDK 1.4 sendiri juga masih dijajakan, harganya US$ 300.

Sumber: OSVR.org.

Meta 2 Diklaim Sebagai Headset Augmented Reality Paling ‘Immersive’

Augmented reality memiliki kisah perjalanan berbeda dari produk-produk VR yang segera tiba sebentar lagi. Pemain besar seperti Google (Glass) dan Microsoft (HoloLens) malah memutuskan untuk mengembangkannya secara lebih tertutup. Namun membahas headset AR, device terbaru racikan tim Meta memiliki potensi buat menjadi perangkat tercanggih saat ini.

Pada tanggal 2 Maret 2016 kemarin, developer asal Redwood City Kalifornia itu membuka gerbang pre-order Meta 2 Development Kit. Mereka mendeskripsikannya sebagai produk AR pertama yang mampu menyuguhkan pengalaman paling immersive, berbeda dari perangkat-perangkat sejenis. Meta 2 memungkinkan kita berinteraksi dengan konten dunia maya, sebuah terobosan di bidang augmented reality.

Menurut CEO Meron Gribetz, Meta 2 Development Kit merupakan ‘produk baru paling penting semenjak Macintosh diperkenalkan’. Ketika Microsoft HoloLens menyajikan area hologram berukuran kecil, Meta 2 menyuguhkan field of view diagonal seluas 90 derajat serta display 2560×1440, dipantulkan dari LCD di visor ke mata. Melalui teknik itu, terciptalah gambar-gambar 3D stereoscopic beresolusi tinggi di 20ppd (pixels per degree), memastikan teks-teks mudah terbaca.

Meta 2 DK 01

Hebatnya lagi, Meta 2 sanggup melacak posisi tanpa menggunakan sensor eksternal. Perangkat memanfaatkan algoritma mutakhir yang mampu menggabungkan gambar-gambar di sekitarnya dengan arah gerakan serta kecepatan pengguna, melalui kamera 720p dan IMU (inertial measurement unit). Tak sama seperti headset AR lain, Meta 2 tidak memerlukan proses kalibrasi atau pemetaan ruang. Ketika dikenakan, device segera mengetahui posisi Anda.

Sebagai fitur primadonya, headset memberikan kita keleluasaan untuk memanipulasi objek maya secara langsung menggunakan kedua tangan. Lalu kita juga bisa berkreasi serta saling berbagi konten digital dengan teman di satu ruangan, atau rekan yang terpisah jarak ribuan kilometer; sehingga pengguna dapat saling berinteraksi dan berkolaborasi.

Meta 2 DK 03

Meta 2 DK merupakan jelmaan kedua dari device augmented reality mereka, didesain berbekal masukan-masukan dari hampir 1.000 perusahaan (developer, tester, sampai para akademisi). Headset diramu agar fungsinya fleksibel, dapat digunakan di beragam industri, dari mulai edukasi, pengobatan, sampai manufaktur.

Agar berjalan optimal, headset memerlukan sistem PC yang cukup mumpuni, antara lain prosesor Intel i7-3610MQ; kartu grafis Intel Iris Pro, Nvidia GT 650M, atau Radeon HD7970 (rekomendasi GTX 960 atau AMD 280); RAM 8GB, ouput HDMI 1.4, port USB 3.0 serta sistem operasi minimal Windows 8.1.

Meta 2 Development Kit dapat di-pre-order di situs MetaVision.com, ia dijajakan di harga US$ 950.

Sumber: Business Wire & MetaVision.

Bocoran Gambar Perlihatkan Wujud Versi Konsumen HTC Vive dan Unit Controller?

Sayang sekali HTC dan Valve terpaksa menunda peluncuran head-mounted display Vive dari 2015 ke tahun 2016. Jika tidak, ia akan mengungguli Oculus Rift dalam hal ketersediaan, apalagi banyak developer serta tester mengakui sejumlah kecanggihan Vive dibanding rival besarnya itu. Wujud development kit Vive memang sudah diperlihatkan, tapi bagaimana dengan versi konsumennya?

Sekali lagi kita harus berterimakasih pada para pengguna Reddit. Para user di sana saling sharing dua buah gambar yang memperlihatkan revisi rancangan HTC Vive. Mereka ‘memungutnya’ dari kebocoran di website HTC sebelumnya. Gambar-gambar tersebut menunjukkan foto headset serta sepasang unit controller. Melihat lebih detail, ilustrasi boleh jadi dimaksudkan sebagai bagian dari profile produk atau iklan.

HTC Vive DK2 01

User bernama Heaney555 bilang bahwa foto kemungkinan merupakan versi development kit 2 (varian developer generasi pertama sudah didistribusikan berbulan-bulan silam) atau malah penampakan unit retail. Bentuknya tidak banyak berbeda dibanding tipe terdahulu, masih ada lingkaran-lingkaran cekung berisi tracker mememuhi bagian luar head-mounted display, tapi HTC membuatnya tidak lagi terlalu menonjol.

Ketika unit DK1 memiliki dua kamera di depan, model baru ini cuma mengusung sebuah kamera. HTC juga menurunkan posisinya. Tak ada lagi kabel mencuat dari strap atas ke display. Logo HTC turut dihilangkan, dan dimunculkan di pangkal strap. Meskipun foto hanya menunjukkan Vive dari sisi depan saja, saya melihat tampaknya headband telah dilengkapi lapisan bantalan supaya lebih nyaman dikenakan.

HTC Vive DK2 02

Beralih ke controller, unit ini jauh lebih representatif dan matang ketimbang tipe purwarupanya. Dahulu, periferal terdiri dari gagang dan pelat sensor berbentuk segi enam. Sekarang desainnya jauh lebih ergonomis, mengikuti kontur tangan. Bagian pelatnya melingkar (posisi sensor ditandai dengan lingkaran-lingkaran kecil), terdapat tombol trigger di balik pad, ditambah sepasang tombol di sisi atas, dan satu tombol lagi di samping.

Engadget juga melaporkan bahwa HTC dan Valve mengumumkan mereka baru saja membuat sebuah terobosan besar dalam sistem virtual reality. Begitu signifikannya, kedua perusahaan memutuskan untuk mengambil lebih banyak waktu buat menyempurnakan sistem tersebut meskipun memberi dampak pada dimundurkannya jadwal rilis dari agenda awal.

CEO Cher Wang tidak menjelaskan lebih rinci seperti apa terobosannya, namun inovasi tersebut kabarnya akan dipamerkan di ajang Consumer Electronics Show 2016.

Via PC Gamer. Sumber: dua sub-Reddit.