Tag Archives: Deviana Maria A

Ilustrasi Konsultasi Online / Pexels

Seputar Pemanfaatan Teknologi pada Layanan Kesehatan Gigi

Selama masa pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, layanan kesehatan berbasis online merupakan salah satu dari sejumlah layanan yang banyak diburu masyarakat di Indonesia. Layanan ini dinilai dapat membantu mengurangi penyebaran Covid-19 tanpa perlu bertatap muka.

Sebetulnya, sebelum penyebaran wabah Covid-19, startup di bidang kesehatan berbasis teknologi (healthtech) memang digadang bakal bersinar pada tahun ini.  Healthtech memampukan setiap stakeholder di dalamnya untuk menyediakan layanan kesehatan lebih mudah, cepat, dan terjangkau bagi pasien.

Pemanfaatan teknologi di bidang ini dianggap sangat dinantikan oleh banyak pihak, terutama bagi pasar yang memiliki keterbatasan akses pada layanan kesehatan.

Bicara healthtech, Chief Marketing Officer Rata Deviana Maria berbagi informasi menarik seputar pemanfaatan Artificial Technology (AI) pada jenis layanan ini. Simak selengkapnya pada sesi #SelasaStartup kali ini.

Pemanfaatan AI untuk decision-making

Rata merupakan contoh startup di bidang kesehatan yang memanfaatkan teknologi untuk menyediakan solusi permasalahan estetika gigi. Startup ini memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan sebuah solusi terprediksi bagi pasiennya.

Pada kasus ini, AI dapat dimanfaatkan untuk mengolah dental record dan memperoleh sebuah hasil dari photo scan gigi pasien tentang bagaimana perawatan pasien selanjutnya.

“Teknologi yang kami gunakan bisa menghasilkan sebuah prediksi, misalnya berapa lama gigi pasien bisa rata kembali. Kami kan juga punya video pergerakan gigi pasien. Nah, teknologi ini dapat memudahkan dokter dan pasien untuk mengambil keputusan,” papar Deviana.

AI bantu untuk memilah kasus

Deviana mengakui bahwa implementasi AI di Indonesia belum secanggih di Tiongkok yang sudah diterapkan ke berbagai use case. Pada kesehatan gigi, pemanfaatan AI di Tiongkok sudah bisa digunakan untuk menghasilkan bentuk gigi yang sesuai dengan wajah pasien.

Bagi Deviana, adopsi AI di Indonesia memang masih sangat mendasar. Tak hanya menghasilkan prediksi, AI dinilai sangat membantu para dokter untuk memilah kasus.

Pada contoh berikut, AI dapat memudahkan dokter untuk menentukan apakah kasus pasien terkait dapat ditangani atau tidak. Pada kasus perataan gigi, AI dapat membantu untuk melihat bagaimana prosesnya untuk mencapai bentuk ideal.

“Misalnya, dokter ingin ingin menggerakkan gigi ke posisi ideal. AI akan mengolah data dan menghasilkan output apakah bisa atau tidak. Teknologi AI kan terus belajar dan semua hasilnya pasti memiliki batasan. Sebagai dokter, kami harus mencari cara lain,” tuturnya.

Peluang bisnis healthtech 

Secara umum, Deviana menilai bahwa layanan healthtech di Indonesia saat ini kebanyakan diisi oleh kesehatan umum (general health) yang sangat kuat pada layanan konsultasi online dan pemesanan obat. Misalnya, Halodoc dan Alodokter. Belum banyak yang mengarah yang pada layanan estetika gigi.

Menurutnya, selama lima tahun terakhir melakukan R&D, masyarakat Indonesia belum melek terhadap kesehatan gigi. Terlebih, selama ini masyarakat lebih banyak menggunakan perawatan saat sakit (sick care), bukan perawatan untuk menghindari penyakit (healthcare).

Maka itu, layanan ini dinilai dapat mendorong masyarakat untuk aware terhadap kesehatan karena lebih accessible berkat dukungan teknologi. “Apalagi pada situasi pandemi saat ini. Orang menjadi lebih sadar terhadap kesehatan. Health is something to invest on,” ungkapnya.

Peluang kolaborasi dengan pelaku healthtech lain

Sama halnya dengan startup lain, kolaborasi antar-pelaku bisnis healthtech juga sangat memungkinkan. Terutama bagi startup yang memiliki layanan niche, seperti Rata. Kolaborasi ini dapat saling mengisi dan memperkuat ekosistem layanan.

Layanan kesehatan umum dan pemesanan obat yang didominasi oleh Halodoc dan Alodokter memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan layanan estetika gigi maupun wajah.

“Sejak awal introduce ke investor, kami memang tidak memosisikan diri sebagai penyedia layanan health care, tetapi direct-to-customer product untuk lifestyle and beauty. Dengan tren layanan gaya hidup dan kecantikan, tentu peluangnya juga semakin besar,” ujar Deviana.

Startup Rata melayani kawasan Jabodetabek untuk solusi estetika gigi menggunakan teknologi "artificial intelligence"

Startup “Rata” Masuki Pasar Healthtech, Sediakan Solusi Estetika Gigi

Solusi kesehatan berbasis teknologi mulai merambah segmen mulut dan etetika gigi. Startup Rata didirikan oleh Co-Founder dan CEO drg. Edward Makmur, Co-Founder dan CSO Danny Limanto, Co-Founder dan CFO Jason Wahono, dan Co-Founder dan CMO Drg. Deviana Maria A untuk mengatasi permasalahan estetika gigi yang dibantu teknologi artificial intelligence.

Kepada DailySocial, Deviana mengungkapkan, teknologi estetika gigi yang diciptakan timnya menggunakan solusi clear aligner yang dibantu teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Kami ingin menciptakan clear aligner yang bisa dijangkau semua orang, dan pastinya much better than using braces. Permasalahan seperti kawat gigi yang menusuk, harus datang ke klinik dental secara rutin dan mengganggu penampilan yang pada akhirnya membuat orang menjadikan permasalahan estetika gigi kebutuhan kesekian.”

Rata, startup binaan Alpha JWC Ventures, mengklaim sebagai teknologi clear aligner pertama yang hadir di Indonesia menggunakan teknologi terkini dengan harga yang terjangkau. Rata juga memberikan kesempatan konsultasi online secara gratis dan kesempatan untuk melakukan engagement langsung memanfaatkan media sosial. Sejak hadir di bulan Mei 2019 lalu, perusahaan menyebutkan sudah melayani ratusan pelanggan terutamanya di area Jabodetabek.

CMO Rata Drg. Deviana Maria A dan CEO Rata Drg. Edward Makmur / DailySocial
CMO drg. Deviana Maria A dan CEO drg. Edward Makmur / DailySocial

“Pada sisi medis, kami bersyukur mendapatkan support mentorship dari berbagai figur di bidang kedokteran gigi dan teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” kata Deviana.

Cara kerja Rata

Melalui situs, pelanggan cukup mengisi kuisioner online mengenai kondisi gigi dan histori kesehatan gigi. Setiap kasus yang telah dievaluasi dan diterima tim dokter akan dilanjutkan ke tahap cetak gigi. Tim dokter gigi, dibantu AI, kemudian melakukan simulasi pergerakan gigi pelanggan beserta jumlah set aligner dan lamanya perawatan.

Proses edukasi, pemesanan hingga pembayaran dilakukan langsung di situs. Rata memanfaatkan media sosial untuk melakukan kegiatan pemasaran dan belum memiliki aplikasi.

“Rata menyediakan platform online, terutama melalui fitur chatting bagi pelanggan yang ingin berkonsultasi dengan dokter gigi. Selain itu, Rata telah bermitra dengan beberapa klinik yang tersebar di daerah Jabodetabek bagi pelanggan yang ingin melakukan konsultasi offline atau membutuhkan tindakan-tindakan klinis lainnya,” kata Deviana.

Tantangan terbesar yang ditemui tim adalah mendapatkan kepercayaan pasar, terutama untuk perawatan klinis gigi. Menurut Deviana, saat ini seluruh proses disupervisi dokter gigi untuk memastikan kesesuaian dan keamanan.

“Hingga akhir 2019, Rata akan berfokus untuk terus memperdalam edukasi produk clear aligner di pasar Jabodetabek serta mulai memperkenalkan Rata dan mengembangkan operasional dan layanan klinis di kota-kota lainnya di Indonesia. Rata telah mendapatkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan dari angel investor pada awal tahun ini,” tutup Deviana.