Tag Archives: Diablo IV

Semua Pengumuman Penting dari BlizzConline 2021

Ada yang berbeda dari perhelatan BlizzCon tahun ini. Yang pertama karena acaranya digelar sepenuhnya secara online, sehingga namanya pun dipelesetkan menjadi BlizzConline. Kedua, berhubung online, siapapun bisa mengikuti acaranya tanpa dipungut biaya. Ketiga, event ini diadakan setelah Blizzard merayakan ulang tahunnya yang ke-30.

Otomatis Blizzard punya cukup banyak kejutan buat kita, baik untuk para veteran yang sudah mengikuti perkembangan Blizzard sejak zaman franchise Warcraft belum eksis, maupun para gamer modern yang mungkin baru mengenal Blizzard setelah Hearthstone dirilis di tahun 2014.

Diablo II: Resurrected

Kita mulai dari yang mungkin terdengar paling mengejutkan, yakni versi remaster dari Diablo II, salah satu action RPG terbaik yang dirilis di tahun 2000. Sebagai sebuah remaster, Diablo II: Resurrected membawa penyempurnaan yang signifikan dari sisi visual, tidak ketinggalan pula dukungan terhadap resolusi 4K dan refresh rate 144 Hz.

Semua aset grafik 2D milik Diablo II, mulai dari model karakter sampai icon barang di inventory, telah diperbarui menjadi 3D di sini, dan seluruh efek pencahayaannya pun juga tampak jauh lebih realistis. Di samping visual, Blizzard turut menyempurnakan aspek audionya dengan memberikan dukungan 7.1 surround sound.

Blizzard memastikan gameplay yang disajikan bakal identik dengan versi aslinya, akan tetapi mereka juga telah menerapkan sejumlah quality-of-life update macam shared stash antar karakter, global server untuk mode multiplayer, auto gold loot (opsional), maupun user interface yang lebih rapi, termasuk halnya panel ekstra untuk menampilkan informasi stat karakter secara merinci.

Diablo 2 Resurrected

Diablo II: Resurrected turut mencakup expansion Lord of Destruction, yang berarti pemain bisa membuat karakter dengan class Assassin maupun Druid dari awal. Namun bagian yang paling menarik adalah, Blizzard ingin semua orang bisa memainkan Diablo II: Resurrected dengan cara merilisnya di semua platform modern: PC, PlayStation, Xbox, sampai Nintendo Switch.

Diablo II: Resurrected digarap oleh Vicarious Visions (masih bagian dari Blizzard Entertainment), tim developer yang sama yang mengerjakan remake dari Tony Hawk’s Pro Skater. Belum diketahui kapan game ini akan dirilis, tapi Blizzard menargetkan tahun ini juga. Bagi yang sudah tidak sabar, Anda bisa mendaftar di situsnya untuk mengikuti fase pengujian technical alpha.

Class baru di Diablo IV

Diablo IV memang masih jauh dari perilisan, tapi itu tidak mencegah Blizzard membeberkan kian banyak detail mengenainya. Salah satu yang terbaru adalah pengumuman class anyar untuk Diablo IV, yakni Rogue. Well, bukan sepenuhnya baru, sebab Rogue sebenarnya merupakan salah satu class yang tersedia di game Diablo pertama, yang dirilis di tahun 1996.

Selain mengumumkan class baru, Blizzard juga memberikan sedikit detail mengenai mode PvP di Diablo IV. Sederhananya, akan ada beberapa area spesifik di dunia open-world Diablo IV di mana pemain bisa saling menyerang satu sama lain. Usai mengalahkan seseorang, pemain bisa memotong dan mengambil telinganya, persis seperti di Diablo II dulu.

Sistem open-world di Diablo IV juga akan melibatkan lokasi-lokasi yang bisa pemain ubah secara permanen. Contohnya, pada area yang sebelumnya merupakan desa kecil, pemain bisa membasmi musuh yang menguasainya, lalu setelahnya para penduduk desa akan kembali menghuni area tersebut, memberikan pemain akses ke vendor yang tidak akan ada seandainya mereka tidak mengambil tindakan.

Detail baru soal Overwatch 2

Usai mengumumkan Overwatch 2 di BlizzCon 2019, Blizzard akhirnya punya lebih banyak detail untuk diungkap, termasuk detail mengenai hero terbarunya, Sojourn. Berdasarkan video teaser yang dirilis, Sojourn kemungkinan akan masuk di role DPS. Senjatanya merupakan semacam railgun dengan dua mode menembak: full-auto ala assault rifle, atau precision-shot yang dapat di-charge. Sayang belum ada info mengenai deretan skill yang dimilikinya.

Juga menarik adalah rencana Blizzard untuk merombak karakter yang masuk dalam kategori tank. Mereka bahkan punya niatan untuk mengubah nama role-nya menjadi brawler, dengan tujuan bisa menerapkan gaya bermain yang lebih fleksibel.

Blizzard menggunakan Reinhardt sebagai contoh. Ketimbang sebatas menjadi tameng untuk tim, Reinhardt versi brawler nanti bisa menjadi lebih ofensif berkat opsi serangan range yang bisa diaktifkan dua kali per cooldown, serta skill Charge yang bisa dihentikan.

Lebih lanjut, Blizzard juga akan mempertimbangkan ide mengenai skill pasif untuk masing-masing role. Beberapa contoh skill pasifnya adalah knockback reduction untuk tank, bonus movement speed untuk DPS, dan auto heal untuk support (setelah beberapa detik tidak menerima damage).

Terlepas dari semua itu, sayang sekali Overwatch 2 hingga kini masih belum punya jadwal rilis sama sekali.

Expansion untuk World of Warcraft dan World of Warcraft Classic

Expansion Shadowlands yang dirilis di bulan November 2020 mungkin sudah mulai terasa membosankan bagi sebagian pemain di titik ini. Kabar baiknya, Blizzard sudah menyiapkan update berjudul Chains of Domination untuknya, dan di situ akan ada satu kota baru bernama Korthia, satu ten-boss raid, dan satu eight-boss mega-dungeon untuk dijelajahi. Begitu besarnya update ini, Blizzard masih belum punya jadwal rilis untuknya.

Beralih ke WoW Classic, game terpisah yang dirilis di tahun 2019 ini rupanya bakal menerima expansion pertamanya, The Burning Crusade. Menariknya, ketimbang memaksa semua pemain WoW Classic untuk menerima expansion tersebut, Burning Crusade justru akan dirilis sebagai server terpisah. Itu berarti pemain bebas memilih untuk memindahkan karakter-karakternya ke server Burning Crusade dan menerima konten baru, atau tetap bertualang di Azeroth versi orisinal.

Expansion terbaru Hearthstone

Forged in the Barrens adalah judul expansion terbaru Hearthstone yang akan dirilis di musim semi tahun ini. Lore yang diangkat adalah dari Warcraft, dengan banyak karakter dan makhluk dari ras Orc. Total ada 135 kartu anyar yang dapat dikoleksi, dan keyword anyar di expansion ini adalah “Frenzy”. Minion yang membawa keyword ini memiliki ability yang mematikan, yang akan aktif dengan sendirinya setelah menerima damage.

Blizzard turut mengumumkan mode baru bernama Mercenaries, yang pada dasarnya mengangkat banyak elemen dari genre permainan roguelike. Ketimbang menggunakan koleksi kartu masing-masing, pemain harus memakai pilihan karakter Warcraft yang tersedia, lalu menjalani beragam tantangan acak sebelum melawan final boss. Selama perjalanan menuju musuh terakhir itu, progression yang dilalui semua sifatnya permanen.

Blizzard Arcade Collection

Terakhir, sebagai bagian dari cara Blizzard merayakan tiga dekade mereka berdiri, mereka merilis ulang tiga karya klasik mereka: The Lost Vikings, Rock N Roll Racing, dan Blackthorne. Ketiganya dikemas menjadi Blizzard Arcade Collection dan telah dirilis di PC, PS, Xbox, maupun Switch.

Masing-masing game dapat dimainkan dalam mode aslinya, atau mode anyar yang menghadirkan sejumlah upgrade macam fitur local multiplayer untuk The Lost Vikings dan Rock N Roll Racing, satu level baru untuk Blackthorne, dan tentu saja fitur saving. Kalaupun tidak tertarik memainkan game-nya, bundel ini bisa dibeli bagi yang ingin mendapatkan akses ke material-material ekstra macam game artwork, development asset, interview dan lain sebagainya.

Blizzard: Tidak Ada Diablo IV dan Overwatch 2 Tahun Ini

Di industri video game, nama Blizzard jelas sudah bisa dikategorikan sangat senior. Namun meski sudah berdiri selama tiga dekade, jumlah game yang digarap dan dirilisnya boleh dibilang masih bisa dihitung jari. Tentu saja, segelintir game itu terbukti sukses besar.

Sejarah menunjukkan kalau Blizzard memang tidak pernah mau terburu-buru dalam berkarya. Ambil contoh franchise StarCraft. Game StarCraft pertama dirilis di tahun 1998, dan sekuelnya, StarCraft II: Wings of Liberty, baru tiba sekitar 12 tahun setelahnya. Contoh lain adalah Diablo II dan Diablo III, yang jaraknya juga terpaut 12 tahun.

IP terbaru mereka, Overwatch, dirilis di tahun 2016. Game tersebut digarap menggunakan aset dari proyek berjudul Titan yang batal dirilis. Titan sendiri mulai dikembangkan sekitar tahun 2007, sebelum akhirnya pengembangannya dihentikan pada tahun 2013. Maka dari itu, bisa dibilang cikal-bakal Overwatch sudah terbentuk sejak sembilan tahun sebelum perilisannya.

Diablo IV

Jadi jangan heran kalau ke depannya Blizzard masih menerapkan filosofi yang sama. Dua game anyar yang sedang dikerjakannya, Diablo IV dan Overwatch 2, hingga kini masih belum punya jadwal rilis sama sekali, padahal keduanya sama-sama sudah diumumkan sejak tahun 2019 lalu. Dalam laporan finansial terbarunya, Blizzard bahkan memastikan bahwa mereka tidak akan merilis Diablo IV dan Overwatch 2 tahun ini.

Kedengarannya memang mengecewakan, tapi sebagai penggemar kedua franchise tersebut, saya pribadi sama sekali tidak keberatan menunggu lebih lama. Saya lebih memilih developer memanfaatkan waktunya sebaik mungkin guna menciptakan game yang benar-benar matang daripada terburu-buru dan hasilnya mengecewakan seperti Cyberpunk 2077.

Dalam kasus Diablo IV, meski Blizzard sendiri pernah bilang bahwa perilisannya masih lama, mereka rupanya cukup rajin membagikan update mengenai pengerjaannya. Update terakhirnya di bulan Desember 2020 kemarin membahas banyak detail mengenai penyempurnaan substansial yang mereka terapkan pada aspek itemization, aspek yang bisa dibilang menjadi kekuatan utama seri Diablo selama ini. Sebelumnya lagi, Blizzard juga sempat membahas secara merinci mengenai sistem skill dan talent pada Diablo IV.

Overwatch 2

Untuk Overwatch 2, Blizzard memang belum berbicara banyak. Namun kita tahu bahwa game ini pada dasarnya adalah Overwatch yang sama yang selama ini kita kenal, tapi yang digarap menggunakan engine baru, dan yang menaruh fokus ekstra pada konten PvE. Kalau butuh gambaran lebih jelas, Anda bisa tonton demonstrasi gameplay-nya dari dua tahun lalu.

Dua game tersebut adalah yang paling dinanti dari Blizzard, tapi penggemar sejatinya pasti tahu bahwa Blizzard juga sedang menggarap Diablo untuk perangkat mobile. Kabar baiknya, ada kemungkinan game berjudul Diablo Immortal itu bakal dirilis di tahun 2021 ini. Pastinya kapan belum diketahui, tapi semestinya Blizzard bakal membahasnya lebih jauh di event BlizzConline pada tanggal 19 – 20 Februari mendatang.

Sumber: PC Gamer.

HGC 2018 - Gen.G

Mantan Karyawan Blizzard Ungkap Alasan Kegagalan Esports Heroes of the Storm

Nama Heroes of the Storm di tahun 2019 ini boleh jadi sudah seperti lenyap ditelan bumi. Tapi satu tahun yang lalu, Heroes of the Storm alias HotS masih menyandang posisi sebagai cabang esports prestisius yang didukung oleh perusahaan raksasa, Activision Blizzard. BlizzCon 2018 yang digelar di Anaheim Convention Center menghadirkan kompetisi Heroes Global Championship (HGC), dengan partisipasi tim-tim ternama seperti Gen.G, Team Liquid, dan Dignitas, serta hadiah senilai US$1.000.000.

Ekosistem esports Heroes of the Storm kala itu terlihat hidup dan sehat-sehat saja, tapi satu bulan kemudian, hal mengejutkan terjadi. Blizzard mengumumkan bahwa sebagian developer HotS akan dipindahkan ke tim lain, dan bahwa sirkuit esports resminya—Heroes Global Championship dan Heroes of the Dorm—tidak akan digelar lagi di tahun 2019. Ekosistem HotS kompetitif otomatis mati, sesuatu yang membuat sejumlah pemain profesional HotS sedih dan marah.

Meski demikian, penutupan esports HotS secara umum tidak disertai dengan terlalu banyak drama. Pihak-pihak terkait jelas kecewa (atau kehilangan pekerjaan), tapi Blizzard adalah perusahaan, bukan badan amal. Perubahan strategi bisnis bukan hal aneh, dan para developer HotS yang tersisa masih terus memberi update konten baru. Yang lalu biarlah berlalu, tak ada pilihan selain hanya move on.

Tapi benarkah ceritanya sedamai itu? Mungkin tidak. Menurut informasi yang didapat oleh Inven Global dari sejumlah mantan karyawan Blizzard, penutupan esports HotS adalah keputusan yang mengejutkan, bahkan bagi pegawai Blizzard sendiri. Hanya sedikit yang tahu bahwa keputusan ini akan diambil, dan banyak karyawan merasa para pengambil keputusan itu bukanlah orang-orang yang terlibat dekat dengan HotS dan tidak paham pentingnya HotS bagi perusahaan maupun komunitas penggemar Blizzard.

Banyak karyawan yang saat itu mengira bahwa esports HotS masih akan berjalan seperti biasa, bahwa HGC akan digelar lagi setidaknya hingga 2019 atau 2020. Kemudian pengumuman penutupan tiba, dan mereka langsung dibanjiri oleh pesan dari komunitas yang bertanya sebenarnya ada apa. Mereka pun sama bingungnya, dan hanya bisa mengutarakan rasa frustrasinya kepada pihak manajemen.

Wajar bila mereka frustrasi, karena tim developer HotS di dalam Blizzard adalah tim yang terbilang cukup spesial. Mereka adalah tim yang sangat erat dan passionate terhadap proyeknya, serta berkomitmen tinggi untuk menjadikan HotS game terbaik. Tapi menurut pengakuan para mantan karyawan Blizzard, sebenarnya tim HotS punya masalah yang sudah cukup lama berjalan: beban kerja mereka terlalu berat.

HotS adalah salah satu dari sedikit proyek di Blizzard yang menuntut pengembangan terus-menerus dalam waktu cepat. Game ini harus terus mendapat patch dan perbaikan balance, juga terus mendapatkan konten baru. Tuntutan dari komunitas penggemar begitu besar, dan ini akhirnya menciptakan kultur kerja yang “extremely unsustainable”.

“Orang yang mengerjakan game itu (HotS) berada di bawah tekanan sepanjang waktu dan super stres. Kalau di franchise lain, mereka punya patch besar tiap tiga bulan sekali sehingga mereka punya waktu untuk bersantai dan bermain video game di kantor. Tapi semua yang mengerjakan Heroes (of the Storm) terus-menerus bekerja, terus-menerus lembur untuk mewujudkan semuanya,” ujar salah satu sumber yang dihubungi Inven Global. Bagi sebagian anggota tim HotS, keputusan Blizzard adalah sebuah kabar gembira.

Ada satu faktor lain yang berperan besar terhadap pemindahan SDM dari tim HotS, yaitu sebuah game bernama Diablo IV. Atau lebih tepatnya, tuntutan para penggemar agar Blizzard cepat-cepat mengumumkan/merilis Diablo IV. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Bila Anda ingat, BlizzCon 2018 telah menjadi catatan buruk dalam sejarah Blizzard gara-gara pengumuman game mobile baru mereka, Diablo Immortal. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan Diablo Immortal itu sendiri. Hanya saja, para penggemar tidak menyangka bahwa ajang sebesar BlizzCon ternyata “cuma” jadi ajang pengumuman game mobile.

Para fans kecewa dan marah, desainer Diablo Immortal dicemooh di atas panggung, bahkan salah satu penggemar terang-terangan bertanya, “Apakah ini lelucon April Mop?” Seluruh kanal media sosial panas oleh cacian, dan hasilnya, manajemen Blizzard panik. Mereka tahu bahwa hanya ada satu solusi untuk mengembalikan kepercayaan fans, mengumumkan Diablo IV secepat mungkin.

Dan dimulailah reshuffle tim besar-besaran di Blizzard. Karyawan-karyawan paling senior di tim HotS pindah mengerjakan Diablo IV, sementara sisanya pindah mengerjakan World of Warcraft. Diablo IV harus muncul di BlizzCon 2019. Lagi pula, potensi keuntungan jangka panjang yang akan didapat oleh Diablo IV dirasa lebih besar daripada HotS.

“Mereka perlu mengumumkan Diablo IV di BlizzCon (2019), kan? Itulah rencananya dan mereka harus memastikan rencana itu terwujud. Sejujurnya, sebagian besar talenta dari tim developer Heroes yang pecah pindah ke tim Diablo IV. Sebagian mereka pindah ke [World of Warcraft] karena game itu masih hidup dan bernafas dan juga membutuhkan banyak dukungan. Menarik orang-orang yang pernah mengerjakan live game seperti Heroes adalah hal yang masuk akal,” ujar sumber lainnya.

Dua hal besar di atas adalah penyebab utama HotS mengalami nasib mengenaskan di akhir 2018. Saat ini HotS masih terus berjalan, namun dengan tim developer yang lebih kecil dan update konten yang lebih lambat. Di usianya yang sudah hampir lima tahun, HotS masih menghadirkan hiburan bagi kalangan tertentu, namun perjalanannya di dunia esports telah tutup buku.

Bagi mereka yang berada di Blizzard, momen “matinya HotS” itu menyisakan sebuah ketakutan yang sesekali datang menghantui. “Jika esports Heroes tidak menghasilkan (keuntungan) sebanyak yang mereka inginkan, apa gunanya melanjutkannya, iya kan? Melihat ke belakang, hal yang sama bisa dikatakan untuk pekerjaan saya. Oh, kita punya 800 karyawan, bisakah kita mengontrakkan pekerjaan mereka ke pihak luar dengan setengah harga dan menghemat uang di sejumlah tempat? Ya, mereka (Blizzard) bisa melakukannya, jadi itulah yang terjadi,” kata seorang sumber.

Sebuah tim yang solid, franchise game yang populer, serta ekosistem esports yang melibatkan uang berjuta-juta dolar, ternyata bisa mati hanya dalam semalam. Kalau keputusan sebesar itu saja bisa muncul sedemikian mendadak, mungkin sekali nasib para karyawan bisa berubah 180 derajat dalam waktu yang sama singkatnya.

Ini Activision Blizzard. Kalau perusahaan lain, bagaimana?

Sumber: Inven Global

Diablo IV Tidak Mempunyai Mode Offline, Harus Selalu Online

Judul-judul seperti remake Resident Evil 2, Sekiro, Devil May Cry 5, Disco Elysium dan The Outer Worlds memperlihatkan kita bahwa permainan single-player masih jadi favorit para gamer di tahun 2019. Itu berarti, jalan cerita dan gameplay merupakan faktor pertimbangan penting banyak orang dalam memilih game ketimbang aspek lain, misalnya kehadiran komponen online dan multiplayer.

Namun bagi sejumlah developer serta publisher, komponen online ialah bagian yang tak lagi bisa dipisahkan dari platform atau layanan mereka. Ambil contohnya Blizzard Entertainment. Sejak StarCraft II meluncur, kita harus terdaftar dan log-in di Battle.net untuk dapat menikmati game RTS tersebut. Kewajiban untuk selalu online menjadi hal yang paling dikritik gamer dan media di permainan Diablo III. Dan Blizzard sepertinya tidak berniat untuk menghadirkan dukungan mode offline di sekuelnya, Diablo IV.

Di sesi diskusi panel BlizzCon 2019 kemarin, lead designer Angela Del Priore mengonfirmasi ketiadaan mode offline di Diablo IV. Alasannya adalah karena developer mencoba membangun dunia permainan berukuran besar yang tersambung dan ‘terbagi’; sehingga transisi saat Anda pergi menelusuri ruang-ruang bawah tanah, bertualang bersama kawan, menikmati PvP dan berdagang dapat berlangsung mulus. Artinya mau tak mau, sistem online dibutuhkan.

Metode shared open world yang diusung Diablo IV sejatinya membuat permainan jadi menyerupai MMO. Dengannya, game siap menyajikan fitur world events, social hub dan zona kompetitif PvP. Di dunia permainan, tak jarang kita bertemu pemain lain, kecuali jika Anda (dan kawan co-op) memasuki area campaign atau dungeon. Intinya, Diablo IV memperkenankan kita bermain sendiri tapi tidak secara offline.

Berdasarkan info yang dirangkum oleh PC Gamer, Diablo IV tidak mempunyai pilihan tingkat kesulitan. Level musuh akan disesuaikan dengan kemampuan karakter Anda, sehingga kita bisa selalu bermain bersama kawan meski berbeda level. Meski demikian, terdapat area-area yang lebih berbahaya dari lokasi lain, cocok jika Anda menginginkan tantangan lebih besar. Kabarnya, Diablo IV turut dibekali mode Hardcore beserta sistem permadeath (kematian bersifat permanen).

Absennya mode offline di Diablo IV akan mengingatkan pemain veteran pada insiden memalukan yang menimpa Diablo III di momen peluncurannya. Saat itu, banyak gamer sama sekali tidak bisa mengakses game hingga berhari-hari. Ketika mencoba masuk, mereka hanya mendapatkan pesan ‘Error 37’. Kemudian mungkin Anda masih ingat dengan kontroversi real money auction house yang akhirnya dihapus Blizzard di tahun 2014.

Waktu peluncuran Diablo IV juga masih sangat jauh. Saya menduga Blizzard baru akan melepasnya setelah merilis Diablo Immortal di perangkat bergerak.

Via Gamespot.

Diablo IV, Overwatch 2 dan Semua Game Baru yang Diumumkan di BlizzCon 2019

BlizzCon ialah acara gaming tahunan yang Blizzard langsungkan dalam rangka mempromosikan produk-produk baru mereka. Namun sebuah langkah tidak biasa mereka ambil tahun lalu. Di tengah kerumunan gamer PC, mereka malah menawarkan permainan mobile. Ditambah insiden dengan jawara Hearthstone Blitzchung, perusahaan tampak kehilangan sentuhan soal bagaimana seharusnya memperlakukan pemain.

Banyak orang skeptis dengan BlizzCon tahun ini, dan sesuai agenda, acara tersebut turut diwarnai aksi unjuk rasa membela Hong Kong (kemitraan Activision-Blizzard dengan NetEase dan Tencent dianggap sebagai penyebab dijatuhkannya hukuman keras terhadap Blitzchung karena menyuarakan dukungan terhadap pembebasan Hong Kong). Di sisi lain, fans sangat menanti penyingkapan game baru Blizzard yang sudah lama dirumorkan.

BlizzCon 2019 akhirnya dibuka beberapa jam lalu di tanggal 1 November waktu setempat, digelar di Anaheim Convention Center, Kalifornia. Melewatkan seremoni pembukaannya? Jangan cemas, saya sudah merangkum seluruh permainan anyar yang Blizzard umumkan. Ini dia:

 

Diablo IV

Menyusul desas-desus yang beredar lebih dari satu tahun, Blizzard akhirnya resmi mengungkap Diablo IV lewat dua trailer: sinematik dan gameplay. Arahan desain visual Diablo IV tampak berbeda dari Diablo III yang ‘cukup cerah’ terlepas dari tema dark fantasy-nya. Diablo IV mencoba meneruskan kelamnya dunia Diablo II, sembari kembali menyuguhkan gameplay action-RPG dengan perspektif kamera isometrik.

Trailer sinematik Diablo IV berlangsung selama sembilan menit lebih, dan kontennya malah menyerupai film horor. Seperti game-nya, video ini tidak cocok dikonsumsi oleh mereka yang masih berada di bawah umur – karena penuh kekerasan, darah dan twist mengejutkan. Untuk trailer gameplay, saya melihat eksistensi dari mode kooperatif serta PvP. Hampir bisa dipastikan, Diablo IV akan kembali menggunakan sistem always online seperti Diablo III.

 

Overwatch 2

Overwatch adalah permainan brilian, tapi sejatinya, ia hanyalah first-person shooter multiplayer berbasis hero. Overwatch tidak mempunyai narasi in-game, kecuali lewat dialog antar karakter. Kita baru dapat memahami apa yang terjadi di dunianya lewat film-film animasi singkat serta komik yang Blizzard publikasikan secara terpisah. Overwatch 2 didesain untuk melengkapi pengalaman bermain lewat kehadiran Story Missions dan Hero Missions. Gameplay kini lebhi difokuskan pada konten PvE dan co-op, sembari tetap mempertahankan PvP.

Seluruh hero favorit Anda akan kembali, tapi kini permainan dibangun dengan engine anyar sehingga aspek visualnya jadi lebih baik dan developer bisa menyajikan peta berukuran lebih luas. Uniknya, Blizzard tak mau meninggalkan Overwatch pertama begitu saja dan mencoba ‘menyambungkan’ kedua game. Tiap kali Overwatch 2 memperoleh peta baru, map tersebut juga tersaji buat permainan sebelumnya. Lalu koleksi item kosmetik yang telah susah payah Anda kumpulkan di Overwatch dapat digunakan lagi di Overwatch 2.

 

World of Warcraft: Shadowlands

Dahulu sempat jadi penggemar berat WoW, kini pemahaman saya terhadap cerita game sudah tertinggal jauh. Trailer sinematik Shadowlands difokuskan pada Lady Sylvanas Windrunner. Ia datang kembali ke Icecrown Citadel, kemudian mengajak Bolvar (sang Lich King pengganti Arthas Menethil) berduel. Sylvanas berhasil mengalahkan Bolvar, kemudian merebut mahkota Lich King. Ketika kita mengira ia akan mengenakannya, Sylvanas malah menghancurkan mahkota tersebut.

Aksi itu mengoyak realita, mengekspos Shadowlands di alam normal. Pemain WoW kemungkinan besar familier dengan ‘Shadowlands’, ia adalah tempat singgah ketika karakter Anda tewas. Selain menyuguhkan lokasi-lokasi baru dan memperkenalkan musuh-musuh mematikan (satu contohnya Void Lord), fitur andalan di Shadowlands ialah menghidangkan pemain empat pilihan Covenant: Kyrian, Necrolord, Night Fae, dan Venthyr.

 

Hearthstone: Descent of Dragons

Descent of Dragons akan menjadi expansion pack terakhir dari event Year of the Dragon. Update ini menghadirkan sejumlah mekanisme baru. Saya bukan pemain Hearthstone, namun berdasarkan penjelasan developer Alec Dawson di video, Descent of Dragons memperkenalkan hero card Galakrond, nenek moyang dari segala spesies naga. Ia sangat kuat dan bisa di-upgrade ke tiga wujud berbeda selama ada di deck Anda.

Semua pemain akan mendapatkan Galakrond saat Descent of Dragons meluncur, namun hanya ‘kelas jahat’ yang bisa menggunakannya (Priest, Rogue, Shaman, Warlock, Warrior). Masing-masing orang kemungkinan memperoleh versi berbeda dari Galakrond (Azeroth’s End, The Apocalypse, The Wretched. Sementara itu, ‘kelas baik’ (Mage, Hunter, Druid, Paladin) diperkenankan untuk bermain-main dengan kartu yang tak kalah ampuh, yaitu Side Quest. Cara kerjanya mirip Quest Cards.

Ya itu dia empat game andalan Blizzard Entertainment di BlizzCon 2019. Judul apa yang jadi favorit Anda? Saya pribadi berharap agar Overwatch 2 mampu memberikan pengalaman bermain yang lebih menyeluruh. Namun di antara keempat judul ini, perhatian saya terkunci pada Diablo IV. Saya berharap (walaupun tahu kesempatannya sangat kecil), Blizzard membiarkan gamer bermain secara offline. Dari impresi awal, ARPG dark fantasy ini terlihat begitu mengesankan.