Tag Archives: dickie widjaja

Tantangan yang dihadapi startup saat menjalankan bisnis termasuk persoalan talenta, meyakinkan investor, dan menjual produk yang "long lasting"

Tantangan Startup Menjalankan Bisnis

Persoalan talenta, meyakinkan investor untuk mendapatkan pendanaan, hingga memasarkan produk merupakan masalah yang kerap ditemui oleh startup. Sifatnya yang men-disrupt menjadikan startup cukup sulit untuk mengembangkan bisnis di awal. Meskipun saat ini sudah ada 4 startup Indonesia yang berstatus unicorn, namun masih banyak startup baru yang kesulitan untuk memulai bisnis.

Di sesi diskusi Starthub Connect 2018 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition, BSD, empat narasumber menyampaikan pengalaman dan mengupas permasalahan terkait dengan startup di Indonesia.

Dipandu CEO DailySocial Rama Mamuaya, keempat panelis tersebut adalah CTO EmasDigi Natali Ardianto, CEO Digital Ventures dan Emerging Business Sinar Mas Land Herry Santoso, CTO Investree Dickie Widjaja, dan Co-Founder dan CEO Goers Sammy Ramadhan.

Talenta asing vs lokal

Masih minimnya talenta yang berkualitas saat ini untuk memenuhi kebutuhan tenaga engineer di startup, masih merupakan kendala yang banyak ditemui oleh startup. Salah satu solusi yang mulai banyak dilakukan adalah dengan merekrut tenaga kerja asing yang ternyata banyak memiliki kemampuan di atas rata-rata dibandingkan talenta lokal.

Menurut Natali Ardianto, langkah ini memang menjadi jalan pintas, namun di sisi lain membuktikan bahwa belum banyak talenta Indonesia yang memiliki kemampuan dan kualifikasi yang ideal.

“Sebenarnya sudah banyak effort yang dilakukan oleh pelaku startup dan teknologi di Indonesia untuk mengembangkan talenta yang ideal, namun permasalahan kurikulum dan hal terkait lainnya, menyulitkan universitas untuk mulai memberikan pelajaran tersebut kepada mahasiswanya,” kata Natali.

Sammy Ramadhan menambahkan, saat ini demi mendapatkan talenta yang berkualitas, sudah banyak inkubator hingga lembaga pendidikan yang memberikan edukasi dan pelatihan pemrograman kepada siswa SMK hingga orang umum. Di Goers sendiri, salah satu cara untuk merekrut talenta adalah dengan menjalin kerja sama dengan SMK dan Binar Academy.

Sementara itu menurut Dickie Widjaja, talenta yang ideal tidak hanya mengedepankan latar belakang pendidikan saja, tapi mereka juga harus kreatif. Kebanyakan startup masih terlalu fokus untuk mengembangkan bisnis, masih sulit untuk menemukan talenta yang ideal sesuai dengan kebutuhan.

Menemukan investor yang tepat

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan investor Herry Santoso yang cukup aktif merangkul perusahaan teknologi untuk berkantor di BSD, Tangerang.

Disinggung strategi apa baiknya yang bisa diterapkan startup untuk mendapatkan perhatian dari investor, Herry menyebutkan startup harus memiliki produk yang long lasting yang pada akhirnya bisa meyakinkan investor. Ditambahkan olehnya, pada akhirnya investor hanya ingin mendapatkan return dan profit yang lebih dari startup, usai investasi diberikan.

“Untuk memulai bisnis tidak perlu menyesuaikan investor yang relevan dengan bisnis yang akan dijalankan, misalnya startup yang menyasar healthtech harus mendekati investor yang memiliki latar belakang tersebut, jika produk menarik dan dinilai memiliki potensi, semua investor pasti akan tertarik untuk berinvestasi,” kata Herry.

Menurutnya, pada akhirnya pemilik startup harus bisa menentukan model bisnis dari startup yang didirikan, menemukan value dari tim, hingga menentukan investor yang relevan.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Starthub Connect 2018

Fintech’s POJK Derivative Regulation: “Escrow Account” Is an Issue

In OJK’s Hearing Meeting (RDP) held on (11/22), to get viewpoint from industry related to derivative regulation draft (SE) of POJK No 77/2016 regarding the Implementation of IT-based Money Lending Service (LPMUBTI), one of the interesting point for industry player is the limit of escrow account and virtual account usage for organizers. Industry players propose the extension of p2p lending for escrow account users to 60 days, or a removal.

In POJK’s circular letter, mentioned the user’s maximal fund placement period which can not be used for money lending transaction to escrow account is seven working days.

Escrow account is a bank checking account on organizer’s name which is a deposit for specific purposes of debit and credit transaction from and to the IT-based money lending service users.

The organizer has no right to collect money from users in the form of deposit to escrow account as banking regulation.

Reynold Wijaya, Modalku’s CEO and Co-Founder, said regarding escrow account regulation, it is not beneficial for the p2p lending industry player. Changing it into 60 days will certainly give space for industry players.

For him, if the time extended, regulators are worried about money laundry. However, with that purpose, he’s afraid it is not possible. As no one wants to deposit money on escrow account without any interest.

“For seven days, is not an ideal period. This industry might not be growing,” he said.

As for banking also against the regulation. In seven days, they must divert funds to other banks. It will surely affect bank liquidity.

He added, the p2p lending business is 100% under the banking system. Therefore, he finds the regulator doesn’t need to add industry-burdening rules.

“p2p lending is alive by regulation but we can also drown by regulation. Please notice whether there is any objection”

Dickie Widjaja, Investree’s CIO said similar thing. For him, if there is any concern of inactive lender, a time-limit is necessary. However, whether regulator wants to set a limit, 60 days is enough.

Collecting Opinions

Related to industry player about escrow account, Hendrikus Passagi, OJK’s Organizing, Licensing and Controlling Director said the regulator will accommodate and consider some provisions which potentially burden the industry players.

“We always put transparent regulation of OJK. Every chapter we made always asks for player opinions. The existing draft has gone through a long process” he said.

From POJK fintech, at least six regulation will be included in the circular letter(SE). Regulator expects to complete all regulations no later than the end of this year.

“If the spirit is one [between regulator and industry players], OJK’s circular letter can be finished. If you asking how fast, as soon as possible, yes”

At least two new drafts is being asked for public opinion. First, on LPMUBTI’s implementation. Second, on LPMUBTI’s Registration, Licensing and Institutions.

A few discussed points in the LPMUBTI’s circular letter, among others are borrowing procedures and IT-based money lending service’s contract, risk mitigation, consumer protection and resolution mechanism.

Meanwhile, discussed points in LPMUBTI Registration, Licensing and Institution’s circular letter includes the requirements and procedures for organizer’s permission of registration, licensing as well as revocation of business license and ownership changes.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aturan Turunan POJK Fintech: “Escrow Account” Jadi Isu

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang diadakan OJK, (22/11), untuk meminta masukan dari pelaku industri terkait draf aturan turunan (SE) dari POJK No 77/2016 tentang Penyelenggaraan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis TI (LPMUBTI), salah satu poin yang cukup menyita perhatian pelaku industri adalah batasan penggunaan escrow account dan virtual account bagi penyelenggara. Pelaku industri mengusulkan penggunaan escrow account dalam praktek p2p lending untuk diperpanjang jadi 60 hari atau dihapuskan.

Dalam draf surat edaran POJK, disebutkan jangka waktu maksimal penempatan dana dari pengguna yang tidak digunakan untuk transaksi pemberian pinjaman pada escrow account tidak melebih tujuh hari kerja.

Escrow account merupakan rekening giro di bank atas nama penyelenggara yang merupakan titipan dan digunakan untuk tujuan tertentu yaitu penerimaan dan pengeluaran dana dari dan kepada pengguna jasa penyelenggara pinjam meminjam uang berbasis TI.

Penyelenggara dilarang melakukan penghimpunan dana dari pengguna dalam bentuk simpanan pada escrow account sebagaimana diatur dalam aturan di perbankan.

CEO dan Co-Founder Modalku Reynold Wijaya menuturkan pihaknya merasa aturan escrow account tersebut dinilai kurang menguntungkan bagi pemain industri p2p lending. Setidaknya kalau bisa diubah menjadi 60 hari, tentunya akan memberi kelonggaran bagi pelaku industri.

Sebab menurutnya, jika waktu diperpanjang, regulator memang mengkhawatirkan terjadi risiko pencucian uang. Akan tetapi, jika tujuannya demikian, dia berpandangan itu tidak mungkin dilakukan. Pasalnya, tidak mungkin orang ingin mengendapkan uang di escrow account yang tidak memiliki bunga sama sekali.

“Kalau tetap tujuh hari, menurut saya kurang ideal. Bisa-bisa industri ini tidak bisa tumbuh,” katanya.

Sisi perbankan pun juga kurang setuju mengenai aturan tersebut. Sebab dalam kurun waktu tujuh hari, mereka harus mengalihkan dana ke bank lain. Tentunya hal tersebut akan mempengaruhi likuiditas perbankan.

Dia menambahkan, bisnis p2p lending itu sudah 100% tunduk di bawah sistem perbankan. Sehingga, mau tak mau mereka harus mematuhi aturan perbankan yang berlaku. Oleh karenanya, dia merasa regulator tidak perlu menambah aturan yang dinilai memberatkan industri.

“P2p lending itu hidup karena regulasi, tapi kita juga bisa mati karena regulasi. Kalau ada sesuatu yang menghambat coba diperhatikan lagi.”

Hal senada diungkapkan CIO Investree Dickie Widjaja. Menurutnya, apabila memang ada kekhawatiran lender tidak aktif, memang perlu pembatasan jangka waktu. Namun dia merasa, bila regulator memang ingin memberi batasan, 60 hari adalah jangka waktu yang cukup.

Kumpulkan masukan

Terkait usulan pelaku industri mengenai escrow account, Direktur Pengaturan, Perijinan, dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi menuturkan regulator akan menampung dan mempertimbangkan beberapa ketentuan yang berpotensi memberatkan pelaku industri.

“Dari OJK yang selalu kami kedepankan adalah buat aturan yang transparan. Setiap pasal yang kami buat selalu undang pelaku untuk memintai masukannya. Draf yang ada saat ini sudah melewati hasil diskusi yang panjang,” ujarnya.

Dari POJK fintech, menurutnya setidaknya bakal ada enam aturan turunan yang tertuang dalam bentuk surat edaran (SE). Regulator berharap dapat menyelesaikan seluruh aturan turunan tersebut sesegera mungkin sampai akhir tahun ini.

“Kalau semangatnya sama [antara regulator dan pelaku industri], SE OJK ini bisa selesai tahun ini. Kalau ditanya seberapa cepat, ya sesegera mungkin.”

Setidaknya baru ada dua draf yang sedang dimintai masukan oleh publik. Pertama, mengenai Penyelenggaraan LPMUBTI. Kedua, mengenai Pendaftaran, Perizinan, dan Kelembagaan LPMUBTI.

Poin-poin yang dibahas dalam SE Penyelenggaraan LPMUBTI, antara lain tata cara pinjam meminjam serta kontrak dalam penyelenggaraan layanan pinjam meminjam berbasis TI, mitigasi risiko, perlindungan konsumen, dan mekanisme penyelesaian sengketa.

Sementara, poin yang dibahas dalam SE Pendaftaran, Perizinan, dan Kelembagaan LPMUBTI meliputi persyaratan dan tata cara permohonan pendaftaran, perizinan, persetujuan penyelenggara, serta pencabutan izin usaha dan perubahan kepemilikan.