Tag Archives: DIgiro.in

Digiro.in rilis API yang didesain agar pengembang aplikasi dapat membuat sistem pembayarannya sendiri yang didasarkan pada transaksi keuangan berbasis giro.

Digiro.in Rilis API, Mungkinkan Pengembang Buat Layanan Pembayarannya Sendiri

Digiro.in merupakan platform yang memungkinkan siapa saja mengembangkan aplikasi pembayaran. CEO Corechain (pengembang Digiro.in) Adryan Malindra menginfokan layanannya kini telah merilis API yang bisa dimanfaatkan developer.

Mengingat Digiro.in bisa dibilang proyek blockchain yang dikembangkan dengan Pos Indonesia, hal itu pula yang akhirnya membedakannya dengan platform payment gateway yang sudah ada. Setiap kali pengguna mendaftar Digiro.in, maka akan mendapatkan akun giro Pos.

Giro dapat didefinisikan sebagai sebuah “surat perintah” pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening seseorang ke rekening orang lain. Proses bisnis tersebut yang akhirnya coba diterapkan melalui sistem blockchain oleh Digiro.in.

“Sebenarnya perbedaan dengan payment gateway adalah tiap akun akan diberikan akun giro Pos. Kalau pemilik akun ke kantor Pos mereka bisa langsung (mengambil uang dengan) menyebutkan akun gironya,” ujar Adryan.

Saat ini API Digiro.in dapat mengakomodasi berbagai macam transaksi, mulai dari pembuatan token, pendaftaran akun, cash in/out, cek saldo, transfer giro ke giro, histori dan lain-lain. API tersebut dapat diintegrasikan dengan berbagai bahasa pemrograman, mulai dari Node.js, Java, Python, PHP hingga Objective-C.

API Digiro.in
Gambaran API Digiro.in untuk pemrograman PHP

Bagaimana sistem blockchain bekerja?

Teknologi blockchain dimanfaatkan untuk pencatatan transaksi. Dalam blockchain, transaksi dari sebuah platform akan dicatat dalam buku besar yang tersimpan dan didistribusikan di seluruh jaringan.

“Nantinya setiap merchant bisa membuat smart contract dengan merchant lainnya. Sehingga tiap pemilik akun (dengan giro) bisa bertransaksi dengan rekanan ainnya. Secara mendasar platform ini programmable, jadi bisa dibangun servis di atasnya,” lanjut Adryan.

Ia turut menyampaikan, Digiro.in saat ini mencoba menargetkan layanan ke pengembang aplikasi. Tujuannya agar mereka dapat leluasa membangun layanan pembayarannya sendiri, tanpa mengikuti aturan payment provider.

Platform Digiro.in saat ini terbagi ke dalam dua kelas, yakni Early Startups dan Enterprise. Pembedanya pada batasan akses dari fitur-fitur yang disediakan.

“Tahun 2019 kami melakukan test market dan harapannya bisa dilanjutkan dengan pengembangan produk sampai seamless. Kami juga menargetkan punya on-board product yang bisa memudahkan integrasi bisnis ke bisnis,” tutup Adryan.

Application Information Will Show Up Here
Lead UI/UX Designer Digiroin Fayza Firdaus

Memanfaatkan Interaksi Offline untuk Ciptakan Transaksi Online

Sejatinya, teknologi ada untuk memudahkan manusia dalam melakukan berbagai hal. Pada produk digital, sebuah fitur dan layanan dibuat sedemikian rupa agar penggunanya mendapat kenyamanan saat berinteraksi.

Ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi mereka yang bergelut pada pengembangan User Interface (UI) dan User Experience (UX) pada sebuah aplikasi. Bagaimana mereka menyediakan ‘kemudahan’ dan ‘kenyamanan’ bagi para penggunanya.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial.id kedatangan Chief Technology Officer Digiroin Teguh Hadriansyah dan Lead UI/UX Designer Digiroin Fayza Firdaus yang membahas seputar pentingnya fitur offline demi menciptakan transaksi online.

Fayza membuka diskusi dengan menyebutkan bahwa aktivitas offline menjadi pelatuk (trigger) bagi pengguna untuk melakukan aktivitas online. Menurutnya, aktivitas offline menjadi penting karena bagaimana pun juga masih ada segmen pasar yang belum terkoneksi internet.

Ada banyak tools pada aplikasi yang dapat dipakai untuk menciptakan offline interaction, misalnya QR Code dan voice note. Tools ini banyak dipakai untuk menyambungkan interaksi pengguna tanpa koneksi internet.

“Kami ingin menciptakan online interaction seperti offline interation. Online dan offline itu harus berjalan paralel,” ujar Fayza.

Dalam kaitannya dengan design, pengembang menciptakan User Interface (UI) dan User Experience (UX) agar pengguna nyaman saat memakainya. Informasi yang dipaparkan harus cukup untuk membangun kepercayaan.

Bertransaksi online tanpa ubah kebiasaan pengguna

Lalu, apa saja yang dapat dikembangkan untuk menciptakan transaksi online dengan mengandalkan interaksi offline? Chief Technology Officer Digiroin Teguh Hadriansyah mengambil contoh kasus pada fitur yang tengah dikembangkannya di layanan Digiroin. Fitur bernama Sound QR ini memampukan proses verifikasi/autentikasi sebuah transaksi pembayaran secara offline karena berbasis suara pengguna. 

“Inti dari teknologi ini adalah membawa transaksi online kepada pelanggan tanpa memerlukan koneksi internet. Interaksi itu tetap ada tapi meniadakan kebutuhan interaksi di layar smartphone,” tambah Teguh.

Menurutnya, offline interaction tidak bisa diabaikan begitu saja karena banyak sekali ragam segmen pengguna yang dapat disasar, mulai dari mereka yang gagap teknologi, sudah berumur, atau buta warna. Ini dapat membuka peluang besar bagi bisnis dengan merangkul berbagai segmen usia.

Sebetulnya, ungkap Teguh, pengembang memiliki banyak opsi untuk memilih teknologi yang tepat untuk fitur offline interaction, misalnya NFC, inframerah, hingga pemindai wajah. Namun, verifikasi berbasis suara (Sound QR) dinilai lebih tepat karena setidaknya setiap ponsel dibekali dengan mic dan speaker berkualitas standar.

“Tidak semua orang punya perangkat canggih dan kualitas kameranya bagus. Idenya adalah siapapun bisa melakukan autentikasi tanpa layar. Ini yang akan dibawa ke segmen pasar yang gagap teknologi tanpa harus mengubah kebiasaan mereka,” tuturnya.

Digiroin merupakan layanan pembayaran yang berjalan di atas teknologi blockchain. Digiroin juga merupakan sebuah platform terbuka yang memungkinkan siapapun dapat mengembangkan micro app atau aplikasi yang berjalan di platform Digiroin. Saat ini, Digiroin sudah bekerja sama dengan PT POS Indonesia.

Meski demikian, menurut Teguh, membangun offline interaction juga punya barrier tersendiri. Yang paling sulit adalah bagaimana membangun kepercayaan terhadap pengguna bahwa transaksi tanpa pihak ketiga merupakan legal tender. 

“Teknologinya (dalam mengembangkan Sound QR) itu tidak rumit. Bahkan lebih mudah karena berbasis suara. Tapi, sulit untuk membuat pelanggan percaya bahwa transaksi ini sah.”

DIgiroin, open platform yang menggunakan blockchain sebagai teknologi utama

Mengenal Digiroin, Open Platform yang Memanfaatkan Teknologi Blockchain

Teknologi blockchain dalam beberapa tahun belakangan dieksplorasi untuk bisa ditempatkan di banyak sektor. Kemampuannya menyimpan data, faktor keamanan dan kemudahan transaksi menjadi nilai lebih. Kelebihan tersebut coba dimanfaatkan Corechain, pengembang Digiroin untuk menjadikan Digiroin sebagai platform terbuka untuk pembayaran atau wallet.

CEO Corechain Adryan Malindra menjelaskan bahwa Digiroin merupakan sebuah platfrom terbuka yang memungkinkan siapa pun bisa mengembangkan dan menggunakannya. Digiroin akan berfungsi sebagai hyperwallet yang mengakomodir pembayaran untuk semua microapps (aplikasi yang berjalan di di platform Digiroin).

“[Saat ini] kita baru kerja sama dengan anak-anak kampus, karena itu jadi menarik kalau anak-anak kampus aja bisa. Mereka ini banyak bikin game-game. Kita lagi diskusi dengan partner-partner potensial karena kami tidak mau asal masuk kurasi dulu,” jelas Adryan.

Di awal pengembangannya, Digiroin menjalin kerja sama strategis dengan POS Indonesia. Digiroin menerima feedback POS Indonesia untuk menyempurnakan sistem yang dijalankan. Saat ini ada beberapa fitur atau layanan dari microapps yang sudah bisa digunakan, antara lain fitur untuk isi pulsa, main game, mendengarkan musik dan pesan instan.

Fitur penting lain yang ada di Digiroin adalah mengirim uang. Pengguna Digiroin dimungkinkan untuk mendapat kiriman uang dengan mudah, semudah memindai QR code.

Peran penting teknologi

Digiroin didukung teknologi blockchain untuk mengelola transaksi yang ada di sistemnya. Teknologi ini terkenal sebagai teknologi yang aman untuk pencatatan transaksi. Di blockchain semua transaksi tercatat di buku besar dan disimpan ke dalam sebuah blok yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan.

Andryan menjelaskan, blockchain merupakan teknologi yang menarik, namun bisa juga menjadi jebakan. Selain teknologi blockchain, UX (User Experience) dianggap menjadi satu hal yang penting. Dan sejauh ini Digiroin akan masih terus mengembangkan layanannya dan tentu menambah lebih banyak microapps di dalamnya.

“Kita akan rollout use case penting yang sudah kita pikirkan, setidaknya sudah ada puluhan yang sudah kita mapping,” terang Adryan.

Application Information Will Show Up Here

POS Indonesia Applies Blockchain with Digiro.in

Technology industry is currently stuffed with cryptocurrency discussion, including the technology behind it, blockchain. Blockchain gets the spotlight as it offers a concept that capable of changing transaction technology and information exchange. The decentralized nature of the concept offers an information exchange that can spread easily with security claimed to be unshakeable.

One of the massive news about the blockchain in Indonesia is the involvement of a red-plate company, PT POS Indonesia in this technology implementation. Through a system called Digiro.in, POS Indonesia wants to use blockchain technology for many things. One of which is for multicurrency services.

A news in Media Indonesia shows that PT POS Indonesia’s Director, Gilarsi Wahju Setijono, explained the blockchain technology can be applied to giro service. It is expected to evolve the giro transaction process. Setijono explain on the news that until today, POS Indonesia has functioned in the financial services such as payment, transfer or remittance to the distribution of former TNI and civil servants. Later, through Digiro.in, giro asset management can be unlimited, crosscurrency or multicurrency to the gold-form of money.

“Multicurrency in the same application can be used as a means of payment. It can also be used to manage assets, as to be used to buy gold that can be disbursed at the post office. Land certificates can also be stored there,” he explained.

Furthermore, Digiro.in system is predicted to reduce transfer cost for TKI from 6%-7% to only 2%. The system will complete POS Indonesia, not only on sales and purchases, but also to manage funding or customer’s assets in blockchain system. For further information, Digiro.in is a blockchain system developed by POS Indonesia by cooperating with Corechain.

There is no further information regarding Digiro.in system and the implementation in POS Indonesia. POS Indonesia’s step in the blockchain technology can be appreciated as a concrete step in seeking technology-based solution.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

POS Indonesia Terapkan Blockchain Melalui Digiro.in

Industri teknologi saat ini diramaikan dengan pembahasan mengenai cryptocurrency, termasuk juga teknologi di belakangnya, blockchain. Teknologi blockchain mendapat banyak sorotan karena dinilai menawarkan sebuah konsep yang mampu mengubah teknologi transaksi dan pertukaran informasi. Sifatnya yang terdesentralisasi secara konsep menawarkan pertukaran informasi yang bisa dengan mudah tersebar dengan keamanan yang diklaim sulit digoyahkan.

Salah satu kabar mengenai blockchain di Indonesia yang cukup ramai adalah turut sertanya salah satu perusahaan plat merah PT POS Indonesia dalam penerapan teknologi ini. Melalui sistem yang dinamai Digiro.in, POS Indonesia ingin memanfaatkan teknologi blockchain untuk banyak hal. Salah satunya adalah untuk layanan multicurrency.

Dalam sebuah pemberitaan Media Indonesia beberapa waktu lalu Direktur Utama PT POS Indonesia Gilarsi Wahju Setijono memaparkan teknologi blockchain bisa diterapkan untuk layanan giro. Hal tersebut diharapkan bisa mengevolusi proses transaksi giro. Dalam pemberitaan tersebut Gilarsi menjelaskan bahwa selama ini POS Indonesia memiliki fungsi dalam pelayanan jasa keuangan, seperti pembayaran, transfer atau pengiriman uang hingga penyaluran pensiunan PNS dan TNI. Nantinya melalui Digiro.in diharapkan pengelolaan aset giro bisa tidak terbatas, lintas mata uang atau multi currency hingga emas dalam bentuk uang.

“Multicurrency dalam aplikasi yang sama bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Bisa juga untuk mengelola aset, seperti digunakan untuk membeli emas yang nantinya tinggal dicairkan di kantor pos. Termasuk sertifikat tanah bisa disimpan di dalamnya,” terangnya.

Selanjutnya sistem Digiro.in juga digadang-gadang bisa menghemat biaya pengiriman uang bagi TKI yang semula 6% sampai 7% menjadi 2%. Sistem tersebut akan melengkapi POS Indonesia tidak hanya sebagai penjualan dan pembelian tetapi juga mengelola dana atau aset nasabah dalam sistem blockchain. Untuk informasi Digiro.in adalah salah satu sistem blockchain yang dikembangkan oleh POS Indonesia hasil kerja sama dengan Corechain.

Belum ada informasi lebih lanjut mengenai sistem Digiro.in dan bagaimana implementasinya di POS Indonesia saat ini. Langkah POS Indonesia dalam implementasi teknologi blockchain dapat diapresiasi sebagai sebuah langkah konkret dalam mencari berinovasi dan mencari solusi berbasis teknologi.