Tag Archives: digital book

Cipika Bookmate Beri Peluang Penulis Terbitkan Buku Cetak

Meski sektor digital sudah menunjukkan geliat yang cukup pesat di Indonesia, namun hal ini masih belum dianggap sebagai disruptive innovation oleh berbagai pihak termasuk penerbit buku. Oleh karenanya, transformasi buku digital di Indonesia masih belum terlalu massive. Baru beberapa penerbit kelas kakap yang sudah melakukannya.

Perlu diketahui, buku digital di Tanah Air memiliki peluang yang besar ke depannya. Kontribusi buku digital baru 2% terhadap total buku, sedangkan indeks literasi digital yang baru mencapai 0,06 membuat Indonesia ada di menengah bawah soal literasi digital.

Carlos D Karo Karo, Division Head of E-Commerce Cipika Bookmate, menjelaskan belum masifnya transformasi buku digital berbeda halnya dengan apa yang sudah terjadi pada koran dan majalah. Kedua sektor tersebut sudah mengganggap skema digital sebagai disruptive innovation sehingga banyak pihak mulai mengalihkannya ke sana.

Hal ini terlihat dari masih banyaknya toko buku offline di mall dan memberikan banyak diskon untuk menarik pembaca untuk membelinya.

“Menerbitkan buku secara cetak itu masih dianggap pride. Makanya kami memberikan peluang itu untuk orang-orang yang ingin melakukan debutnya sebagai penulis agar dapat menerbitkan bukunya secara cetak,” ujarnya, Jumat (7/10).

Cipika Bookmate dapat menjadi jembatan antara penulis dalam menemukan penerbit yang berminat untuk menerbitkan bukunya. Penulis pun juga bisa mendapatkan royalti bila menerbitkan hasil tulisannya di platform ini.

Ada dua cara publikasi yang bisa dipilih oleh penulis, yaitu publikasi secara gratis atau menjadi konten berbayar.

Penulis yang baru memulai debut bisa mengukur kualitas tulisannya lewat Cipika. Ada fitur-fitur social engagement yang transparan dan mudah terdeteksi, misalnya fitur komentar, quote, impresi, dan translate.

Hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi penulis untuk menyesuaikan gaya tulisannya dengan pembaca. Ada karakteristik unik yang membedakan antara pembaca buku digital dengan buku cetak, salah satunya mereka lebih menyukai buku digital dengan konten yang ringan dan mudah dicerna.

“Penulis yang melakukan self publishing di Cipika, dapat mengetahui profil pembacanya terlihat dari berapa persen halaman yang sudah dibaca, seberapa sering pembaca melakukan social engagement, dan lainnya. Hal ini menjadi tolak ukur penulis untuk aktualisasi diri sebelum mengajukan diri ke penerbit.”

Sejauh ini, Cipika Bookmate memiliki 650.000 judul buku, yang terdiri dari 5.000 buku lokal dan sisanya dari internasional. Cipika Bookmate juga sudah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 penerbit internasional, seperti Harper Collins, Harlequin, Disney, Viacom, dan lainnya.

Mereka juga telah bermitra dengan 10 penerbit lokal, yaitu Mizan, Noura, Bentang Pustaka, Yayasan Obor Pustaka, Elhamedia, Tempo, Zikrul Bestari, Nulisbuku.com, Agromedia Grup, Trimuvi, dan Rosdakarya.

Ada beragam genre yang tersedia di platform ini, mulai dari New York Times Best Seller hingga buku bestseller dari Indonesia.

Pembaca Cipika Bookmate didominasi oleh millennial

Dalam laporannya setahun setelah berdiri, pengguna aktif Cipika Bookmate menyentuh angka 80.000 pengguna. Dari total pengguna, 82% di antaranya mengakses platform ini secara mobile, pada hari Kamis hingga Minggu dengan kisaran waktu sore hari. Untuk segi umur kisarannya 16-35 tahun, 65% pengguna adalah perempuan.

Adapun genre yang paling diminati adalah fiksi, religi dan bisnis. Rerata secara per pengguna, jumlah buku yang masuk ke dalam rak buku per bulannya mencapai enam buku. Namun hanya sekitar satu buku yang berhasil selesai dibaca oleh per pengguna dalam sebulan.

Warih Satyarini selaku Product Manager Cipika Bookmate menambahkan pada faktanya pengguna Cipika di Indonesia merupakan paling aktif menggunakan fitur social engagement di aplikasi, dibandingkan 19 negara lainnya di mana Bookmate beroperasi.

“Artinya, pembaca Cipika didominasi oleh kaum millennial. Dari situ kami melihat, genre kesukaan mereka tergolong bacaan yang ringan, tidak memiliki halaman yang tebal dan bahasa yang mudah dicerna.”

Warih melanjutkan, untuk mendorong literasi pihaknya mendorong dari kedua sisi penulis dan pembaca. Untuk penulis, Cipika mengadakan pelatihan menulis dengan Institut Penulis Indonesia. Kemudian membangun komunitas tersendiri dengan bloggers dan pembaca yang aktif mengulas buku.

Selain itu, melakukan talkshow mengenai buku digital sekaligus mengadakan roadshow pelatihan menulis di enam kota, yakni Yogyakarta, Pekanbaru, Sukabumi, Surabaya, Makassar dan Jakarta.

“Kami ingin mendorong kualitas penulis agar makin mumpuni karena untuk meraih pembaca dari millennial butuh gaya bahasa yang catchy dan tidak ruwet,” pungkas Warih.