Tag Archives: Digital Health

Platform “Nona” Resmi Meluncur, Permudah Akses Informasi Seputar Femcare

Masih rendahnya pengetahuan di kalangan perempuan Indonesia tentang informasi dan akses untuk mendapatkan produk kebutuhan femcare yang relevan atau yang dikenal period poverty, menjadi alasan yang kuat platform Nona diluncurkan. Didirikan oleh Nicole Jizhar dan Monica Pranatajaya, salah satu tujuannya ingin menjadi aplikasi kalender siklus menstruasi atau period tracker pertama di Indonesia.

Aplikasi yang diberi nama “Nona Woman” sudah dapat diunduh oleh pengguna iOS dan Android. Melalui aplikasi ini, Nona ingin para penggunanya dapat kembali selaras dengan perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi dan mendengarkan apa yang tubuh mereka butuhkan. Pengguna dapat memantau siklus menstruasi, mengidentifikasi pola-pola yang terjadi dalam tubuh, memahami dan memelihara tubuh serta berbagi cerita juga pengalaman dengan sesama perempuan di Indonesia.

“Yang mengejutkan bagi kami adalah sebagian besar perempuan Indonesia dari kelas ekonomi yang berbeda belum memahami benar edukasi serta pentingnya menggunakan produk femcare yang tepat. Sejak dulu memang tidak ada informasi secara formal yang diajarkan kepada perempuan tentang menstruasi, Nona ingin menjembatani kebutuhan tersebut,” kata Nicole.

Nona ingin menjadi lifestyle app yang digunakan setiap harinya oleh pengguna. Dengan demikian fungsinya juga bisa menjadi femtech untuk perempuan Indonesia. Saat ini Nona telah menjalin kolaborasi dengan universitas hingga yayasan untuk kegiatan edukasi. Demikian juga dengan memanfaatkan influencer untuk kegiatan pemasaran di media sosial.

“Dengan memanfaatkan influencer yang memiliki pengikut dalam jumlah yang besar di media sosial, kami lihat cukup efektif untuk kegiatan pemasaran. Dengan demikian pengguna atau pengikut dari influencer tersebut bisa lebih mudah mengetahui tentang Nona,” imbuh Monica.

Ke depannya Nona sudah mempersiapkan inovasi dalam bentuk produk-produk femcare yang dibuat untuk mendukung visi dan misi mereka dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya edukasi dan informasi tentang kesehatan perempuan.

Rencana luncurkan produk

Aplikasi Nona Woman

Selain hadir sebagai aplikasi kalender siklus menstruasi, ke depannya Nona memiliki rencana untuk menjadi platform terpadu yang bisa membantu kebutuhan  perempuan Indonesia. Mulai dari info seputar menstruasi/kesehatan hingga menawarkan produk femcare. Salah satunya adalah meluncurkan produk femcare buatan sendiri. Menyasar segmen premium, nantinya produk tersebut akan memiliki kualitas terbaik untuk para pengguna.

“Untuk produk ke depannya akan premium karena kita ingin memberikan produk berkualitas tapi kita juga ingin social impact focus. Jadi kita ingin memastikan memiliki margin yang cukup untuk give back ke lingkungan,” kata Nicole.

Meskipun saat ini belum ada platform yang menawarkan layanan seperti Nona, namun brand besar yang saat ini mendominasi pasar merupakan kompetitor bagi mereka.

Namun demikian kebanyakan dari brand besar tersebut belum menawarkan solusi terbaik dari sisi kualitas dan layanan yang personal kepada pengguna. Pada akhirnya produk femcare tersebut banyak yang menimbulkan iritasi dan kurang nyaman untuk digunakan oleh perempuan. Nona mencatat dari sisi kualitas produk buatan luar negeri memiliki kualitas lebih baik.

“Kami memiliki fitur Nona Tries yang merupakan kanal ulasan produk femcare yang bisa dibagikan langsung oleh pengguna. Dengan demikian bisa memberikan rekomendasi dan feedback dari pengguna, terkait kualitas masing-masing produk femcare yang telah mereka gunakan,” kata Nicole.

Tahun 2022 mendatang ada beberapa target yang dimiliki oleh Nona, di antaranya adalah mengembangkan teknologi, menambah jumlah pengguna hingga melakukan penggalangan dana. Saat ini Nona masih menjalankan bisnis secara bootstrap.

Memanfaatkan hadiah berupa uang yang mereka terima saat mengikuti berbagai kompetisi, diklaim sudah cukup bisa menjalankan bisnis. Masih dijalankan oleh dua orang Co-founder dan belum memiliki tim, sebagian besar informasi yang dikelola dan teknologi yang dihadirkan merupakan inisiatif dari mereka berdua.

“Saat ini aplikasi kita sudah cukup sempurna, namun kami juga ingin mengembangkan produk dan fitur baru ke depannya untuk memberikan kemudahan pengguna. Namun untuk saat ini semua bisa diakses secara gratis,” kata Monica.

Application Information Will Show Up Here

Manfaatkan Artificial Intelligence dan Machine Learning, CekMata.com Bantu Masyarakat Deteksi Katarak

Permasalahan seputar kesehatan di Indonesia masih sangat banyak. Salah satunya ialah tingginya angka kebutaan yang diakibatkan oleh mata katarak, ditambah jumlah dokter mata yang tidak sebanding dengan sebaran penduduk di seluruh penjuru Indonesia. WHO menyatakan bahwa pada 2020 setiap menitnya akan ada 1 orang di Indonesia buta karena katarak. Ini bisa terjadi pada siapa saja. Namun di tangan seorang inovator keterbatasan tersebut justru melahirkan sebuah pemikiran cemerlang, salah satunya yang dilakukan oleh para founder CekMata.com.

CekMata.com merupakan sebuah platform berbasis web yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk membantu masyarakat mendeteksi dini kemungkinan katarak di matanya. Prosesnya cukup sederhana, pengguna hanya cukup mengunjungi situs lalu mengunggah foto matanya secara close-up. Dari pigmen yang ada, sistem akan melakukan deteksi membedakan mata normal dan katarak. Kemudian jika ditemukan adanya katarak, sistem akan mengarahkan pengguna ke dokter mata atau rumah sakit terdekat.

Secara lebih detail, Co-Founder dan CEO CekMata.com Caesar Lagaliggo Givani menceritakan bagaimana AI dan ML berperan dalam proses deteksi tersebut.

“Menggunakan teknologi AI dan ML, CekMata.com dapat membedakan secara dini apakah mata seseorang terkena katarak atau tidak hanya dengan melakukan foto. Hal ini menjadi mungkin karena sama halnya seperti saat mengajari anak kecil membedakan zebra dengan kuda, kami mengajari CekMata.com bagaimana membedakan mata normal dan katarak. Kalau mengajari anak kecil bagaimana membedakan zebra dengan kuda, orang tua biasanya memberi gambar kuda dan di sebelahnya memberi gambar zebra. Semakin banyak gambar yang diberikan lama kelamaan anak itu semakin pintar, bahkan dapat membedakan mana zebra mana kuda meskipun posisi zebra atau kuda tersebut sedang tidur, berdiri, sembunyi di pohon, dll. Mekanisme seperti itulah yang kami tiru. Ribuan gambar kami ajarkan sehingga CekMata.com dapat menjadi sangat pintar untuk membedakan antara mata normal dan katarak.”

Caesar menyampaikan, digital health adalah masa depan yang pasti, cepat atau lambat penggunaannya akan semakin masif di kalangan masyarakat. Peran serta inovator digital sangat diperlukan, karena ada begitu banyak masalah di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan di Indonesia yang perlu diselesaikan dengan cara yang efisien, teknologi harusnya dapat berperan banyak di situ. Ia pun meyakinkan, bahwa tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan inovasi digital, justru sebaliknya akan banyak manfaat yang diberikan.

“Ada begitu banyak masalah kesehatan di Indonesia yang menunggu digital health untuk mengatasinya, dan tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan ini, malah sangat diuntungkan. Sebagai contoh, dengan CekMata.com akan semakin banyak pasien katarak akan kami arahkan ke para dokter spesialis mata untuk ditangani. Pasien terselamatkan, para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya pun dapat menjalankan perannya dengan semakin optimal,” lanjut Caesar yang juga berprofesi sebagai seorang dokter.

Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017
Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017

Beberapa waktu lalu CekMata.com juga berhasil memenangkan ajang kompetisi inovasi digital TheNextDev 2017. Tanggal 11-20 Februari 2018 nanti, mereka akan berangkat ke Silicon Valley untuk menjalani beberapa acara intensif untuk mengakselerasi bisnisnya melalui Startup Grind’s Global Conference dan Silicon Valley Immersion Program. Startup asal Surabaya tersebut diinisiasi oleh tiga orang co-founder, yakni Caesar Givani (CEO), Sylvester Albert Samadhi (CTO), Ivan Sinarso (CMO). Caesar bukan dokter spesialis mata, melainkan dokter residen spesialis penyakit dalam. Albert ialah seorang programmer (Machine Learning Specialist), dan Ivan adalah seorang serial entrepreneur.

“Bidang medis ialah hidup saya, dan saya tertarik dengan apa pun di bidang medis yang memerlukan pemecahan atau solusi segera. Karena setiap orang berhak untuk bisa merasakan kesehatan yang merupakan anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada kita,” sambung Caesar.

Tahun 2018 diharapkan menjadi debut awal yang mengesankan bagi CekMata.com. Ditargetkan tahun ini akurasi plaftorm tersebut terus meningkat, sehingga dapat mendeteksi katarak secara dini dengan lebih baik (akurasi di atas 95%). Selain itu Caesar dan timnya juga berharap adanya peningkatan jumlah pengguna yang signifikan di tahun ini, salah satunya dengan memperluas kerja sama dengan lebih banyak pihak yang berkecimpung di dalam kesehatan mata. Saat ini juga sedang dikembangkan platform konsultasi dokter mata secara online sehingga pengguna yang berada di daerah yang jauh dari dokter mata tetap mendapatkan pelayanan terbaik.