Tag Archives: dimas mukhlis

Brainly Luncurkan Fitur “Live Answer” untuk Tingkatkan Keterlibatan Pengguna

Tingginya perkembangan pengguna harus disikapi dengan bijak oleh para startup. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengeksplorasi dan menginovasi fitur-fitur yang ada untuk membuat pengguna semakin ‘lengket’ dengan produk dan layanan yang diberikan. Brainly, sebuah startup yang menyediakan solusi belajar siswa dengan konsep tanya jawab mencoba menjawab tantangan meningkatnya pengguna mereka dengan fitur baru, yakni fitur Live Answer. Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna berinteraksi secara langsung. Dengan hadirnya fitur ini Brainly berharap bisa semakin meningkatkan minat berinteraksi para pengguna karena dengan konsep utama tanya-jawab interaksi merupakan hal penting dalam sistem Brainly.

Market Manager Brainly Dimas Mukhlas kepada Dailysocial mengungkapkan bahwa saat ini Brainly memiliki kunjungan lebih dari 10 juta pengguna setiap bulannya dengan jumlah pertanyaan yang masuk ke database mencapai 15.000 pertanyaan tiap harinya. Meski demikian Brainly masih mendapat tantangan untuk membuat bagaimana mayoritas pengguna Brainly menjadi lebih aktif dan terlibat proses belajar-mengajar (tanya-jawab) yang ada. Atas dasar itulah fitur Live Answer ini dimunculkan.

Fitur Live Answer dari Brainly / Brainly

Sesuai degan namanya fitur Live Answer ini memungkinkan para pengguna Brainly untuk berinteraksi secara langsung, seperti proses tanya-jawab dan interaksi lain seperti memberikan ucapan terima kasih, berkomentar, dan lainnya. Harapannya dengan fitur baru ini pengguna bisa terbantu untuk proses belajar mata pelajaran yang membutuhkan langkah-langkah detil seperti Fisika, Matematika, atau Kimia.

Brainly yang belum lama ini mendapatkan pendanaan Seri B hampir sebesar $15 juta sebelumnya telah mencoba fitur ini selama tiga bulan. Selama tiga bulan tersebut tim analis Brainly menemukan bahwa dengan ada Live Answer ini pengguna menjadi lebih aktif, terutama ketika pengguna melihat ada seseorang yang sedang menjawab, pengguna yang sebelumnya hanya melihat dan menunggu menjadi tertarik untuk terlibat dalam diskusi.

Kelebihan yang ditemukan tim Brainly lainnya adalah pengguna menjadi lebih sering mengakses Brainly dan lebih terikat dengan aplikasi mobile, terutama saat mereka melihat dan memantau pertanyaan terjawab secara langsung. Menurut pihak Brainly dengan adanya fitur Live Answer ini bisa memberikan kesan yang lebih mendalam daripada mendapatkan jawaban yang tanpa melihat proses langsung.

Hal ini mungkin disebabkan karena pengguna (yang membuat pertanyaan) dapat berinteraksi dengan pengguna lain (yang juga menunggu jawaban untuk pertanyaan yang sama) sekaligus menanyakan detil tambahan atau jawaban lanjutan mengenai jawaban yang ada. Semacam mengedepankan keterlibatan pengguna satu dengan yang lain secara langsung.

Application Information Will Show Up Here

TESSY Berupaya Jadi Solusi Isu Plagiarisme untuk Cegah Pencurian Karya Literatur

Menyadari kebutuhan untuk mendeteksi plagiarisme di Indonesia cukup tinggi, pihak di balik pengembangan TESSY (Test of Literatures Similiarities) ingin mengembangkan platform yang bisa digunakan oleh seluruh lembaga yang membutuhkannya di Indonesia. TESSY didesain sebagai solusi yang mampu mendeteksi kemiripan frase dan menghitungnya dalam satuan persentase.

Perkembangan Internet dewasa ini membuat peraturan yang membatasi seseorang untuk tidak menjiplak sebuah skripsi dengan memberikan akses terbatas di perpustakaan tentunya sudah tidak relevan lagi.

Banyak orang bisa mengakses skripsi orang lain dari mana pun, terlebih lagi mereka dapat menjiplak dan mengklaim bahwa skripsi tersebut merupakan hasil karyanya.

Berangkat dari alasan itu, Didi Achjari yang kebetulan juga dosen di salah satu universitas di Yogyakarta beserta dengan dua mahasiswanya, yaitu Aman Rohiman dan Dimas Mukhlas, mencoba untuk membuat aplikasi yang mampu mendeteksi kemiripan dua karya ilmiah pada tahun 2008 silam.

“Aplikasi tersebut bernama TESSY, namun kali ini TESSY bukan berarti pelawak Srimulat yang terkenal saat itu. TESSY di sini adalah singkatan dari Test of Literatures Similarity. Tes yang digunakan untuk mendeteksi plagiarisme ini dibagi menjadi tiga, yaitu one-on-one test antara dua karya tulis, tes berdasarkan kemiripan judul, dan yang terakhir adalah one-to-all-libraries,” kata Dimas yang merupakan salah satu pendirinya.

Saat ini TESSY sudah diadopsi oleh sistem akademik di beberapa universitas di Indonesia, salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam kasus UGM, aplikasi TESSY rebranding menjadi gtPlagiarism dan dioperasikan oleh Gamatechno, sebuah usaha ristek milik UGM. Model bisnisnya adalah model kontrak kerja sama berlangganan dan pihak pengembang akan menyiapkan infrastruktur dalam hal integrasi di sistem akademik institut tersebut.

“Sejauh ini Universitas Gadjah Mada sudah menerapkan sistem TESSY sebagai bagian dari proses penulisan karya ilmiah atau tugas akhir. Kami baru akan memulai menghitung metric untuk user, session, dan lainnya pada bulan ini,” ucapnya berkorespondensi dengan DailySocial.

Skema yang dijalankan oleh Dimas untuk memperluas basisdata ialah dengan imengintegrasikan seluruh karya ilmiah yang dimiliki oleh institusi di seluruh Indonesia. TESSY ingin lebih spesifik ke karya ilmiah berbahasa Indonesia. Karena saat ini belum ada aplikasi pendeteksi plagiarisme yang memiliki basisdata pembanding besar dalam karya-karya berbahasa Indonesia.

Ke depannya, data yang dibandingkan tidak hanya terbatas pada skripsi saja, karena ide nya adalah melindungi karya ilmiah sehingga dapat juga masuk ke karya non ilmiah ataupun karya populer.

Bagi yang tertarik mencoba silakan akses tessy.garudatekno.com dengan login username: “superadmin”, dan password “superadmin” (tanpa tanda kutip). Fitur publik yang ditawarkan saat ini hanya terbatas pada one-on-one article saja.

https://www.youtube.com/watch?v=e4TTt5lxp9s