Tag Archives: dji mavic air

DJI Mavic Air 2 Usung Peningkatan Kamera dan Kemampuan Mengudara yang Signifikan

Dua tahun setelah Mavic Air dirilis, DJI kini sudah siap meluncurkan penerusnya, Mavic Air 2. Drone lipat ini membawa sederet pembaruan yang signifikan, terutama terkait kapabilitas fotografi dan videografinya.

Secara fisik, Mavic Air 2 rupanya sedikit lebih besar ketimbang pendahulunya, tapi dengan bobot 570 gram, ia masih lebih ringkas ketimbang Mavic 2. Kabar baiknya, jeroan Mavic Air 2 jauh lebih superior daripada sebelumnya.

Sensor yang diusung bukan cuma lebih besar (1/2 inci), tapi juga beresolusi lebih tinggi (48 megapixel). Menariknya, sensor ini merupakan tipe Quad Bayer yang secara default akan mengambil gambar beresolusi 12 megapixel, persis seperti di sebagian besar smartphone terkini.

Sensor itu hadir bersama lensa f/2.8 dengan sudut pandang 84°, dan semuanya duduk di atas gimbal 3-axis seperti biasanya. Urusan video, Mavic Air 2 siap merekam dalam resolusi maksimum 4K 60 fps dan bitrate 120 Mbps, atau 1080p 240 fps saat hendak menciptakan video slow-motion.

Fitur-fitur pelengkap, seperti pemotretan dan perekaman video dalam format HDR, juga tersedia. Demikian pula fitur Hyperlapse yang mendukung resolusi maksimum 8K.

DJI Mavic Air 2

Tidak kalah mencengangkan adalah kemampuan mengudara Mavic Air 2. Dalam sekali pengisian, Mavic Air 2 mampu terbang sampai 34 menit nonstop, bahkan lebih lama ketimbang Mavic 2. DJI tak lupa membekali Mavic Air 2 dengan sederet sensor di sisi depan dan belakang supaya ia dapat mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya.

Sensor beserta lampu di bagian bawahnya ditujukan untuk memuluskan proses pendaratan Mavic Air 2, bahkan di tempat gelap sekalipun. Selagi mengudara, Mavic Air 2 sanggup meneruskan video 1080p 30 fps dari jarak sampai sejauh 10 kilometer. Bandingkan dengan pendahulunya yang cuma bisa meneruskan video 720p dari jarak 4 kilometer.

DJI Mavic Air 2

Juga baru pada Mavic Air 2 adalah controller-nya. Tidak ada lagi sepasang antena yang menjulur di sisi atasnya, digantikan oleh penjepit smartphone yang fleksibel. Controller baru ini diklaim punya daya tahan baterai yang lebih panjang, mampu berfungsi sampai 4 jam dalam sekali pengisian.

Fitur pintar seperti ActiveTrack tentu tetap ada, dan versi terbarunya (ActiveTrack 3.0) di Mavic Air 2 bahkan lebih cekatan lagi dalam mengunci fokus pada subjek. Tidak kalah menarik adalah fitur Spotlight 2.0 yang diwariskan dari lini drone profesional DJI. Berkat fitur ini, pengguna bisa menavigasikan Mavic Air 2 dengan bebas selagi kameranya terus mengunci fokus pada subjek yang dipilih.

Secara keseluruhan, DJI Mavic Air 2 merupakan upgrade yang sangat signifikan terhadap pendahulunya. Kendati demikian, banderol harganya dipatok sama: $799, atau bundel Fly More yang mencakup 2 baterai cadangan, ND filter dan sejumlah aksesori lainnya seharga $988. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai pertengahan Mei.

Sumber: DJI.

Yuneec Mantis Q Adalah Rival DJI Mavic Air yang Dapat Dioperasikan dengan Suara

Dua bulan lalu, Parrot membuktikan bahwa kompetitor DJI masih mampu menghadirkan pesaing yang pantas untuk Mavic Air. Dinamai Anafi, keunikan utama drone terbaru Parrot itu terletak pada kemampuan kameranya untuk zooming, meski sayang ia tidak sanggup menghindari rintangan dengan sendirinya.

Sekarang, Yuneec rupanya juga tidak mau ketinggalan dalam upaya membendung dominasi DJI. Mereka memperkenalkan Mantis Q, drone berwujud ringkas yang juga menganut desain foldable, di mana keempat lengannya dapat dilipat ke dalam ketika perangkat sedang tidak digunakan. Selagi terlipat, dimensinya cuma 16,8 x 9,7 x 5,6 cm, sedangkan bobotnya berkisar 480 gram.

Yuneec Mantis Q

Moncongnya dibekali dengan kamera yang sanggup merekam video dalam resolusi maksimum 4K 30 fps. Image stabilization 3-axis (elektronik) juga tersedia, sayangnya hanya untuk perekaman dalam resolusi 1080p saja. Kamera ini bisa diatur tingkat kemiringannya ke atas atau bawah, sedangkan sudut pandang lensanya mencapai angka 117º.

Oke, lalu apa yang istimewa dari Mantis Q yang membuatnya unik jika dibandingkan rival terkuatnya, Mavic Air? Yang paling utama adalah kemampuannya untuk dioperasikan menggunakan perintah suara. Untuk mengambil selfie, cukup ucapkan “take a selfie”, lalu untuk memanggil drone pulang dan mendaratkannya secara otomatis, cukup dengan frasa “return home”, plus masih banyak frasa lainnya.

Selanjutnya, Mantis Q juga unggul perihal performa. Saat pengguna mengaktifkan Sport Mode, drone dapat melesat hingga secepat 70 km/jam. Dalam satu kali pengisian, Mantis Q siap mengudara sampai selama 33 menit, dan ia pun juga mudah diterbangkan di dalam ruangan berkat kehadiran sepasang sensor sonar dan infra-merah.

Yuneec Mantis Q

Mode semi-otomatis yang sudah menjadi standar drone di kelas ini pun juga tersedia, termasuk halnya fitur face detection yang memungkinkan drone untuk mengambil gambar dari jarak sampai sejauh 4 meter ketika diberi aba-aba lambaian tangan. Sayang sekali, sama seperti Parrot Anafi, Mantis Q juga tidak bisa menghindari rintangan secara otomatis.

Di Amerika Serikat, Yuneec Mantis Q saat ini telah dipasarkan seharga $500, sudah termasuk aksesori seperti controller dan baling-baling ekstra. Dibandingkan penawaran sekelas dari DJI dan Parrot, Mantis Q adalah yang paling terjangkau harganya.

Sumber: SlashGear dan PR Newswire.

Kecil, Bisa Dilipat dan Dibekali Kamera 4K, Parrot Anafi Siap Tantang DJI Mavic Air

Dua tahun terakhir pabrikan drone lain seperti dibuat bungkam oleh DJI, apalagi setelah pabrikan asal Tiongkok itu mengungkap Mavic Air yang begitu komplet tetapi amat ringkas. Namun ternyata salah besar jika kita beranggapan pabrikan lain sudah menyerah. Coba lihat Parrot, yang baru saja mengumumkan drone anyar bernama Anafi.

Dari segi fisik dan spesifikasi, kelihatan jelas bahwa Anafi dirancang untuk menjadi penantang langsung Mavic Air. Wujudnya mungil, dengan bobot total sekitar 318 gram, dan ketika sedang tidak digunakan, keempat kakinya bisa dilipat ke dalam layaknya Mavic Air.

Parrot Anafi

Tidak seperti drone buatan Parrot sebelumnya, Bebop 2, Anafi mengemas kamera yang terpasang pada gimbal, memungkinkan kameranya untuk berotasi 180° (90° ke atas atau 90° ke bawah). Image stabilization 3-axis yang merupakan perpaduan sistem mekanis dan digital memastikan hasil rekamannya tetap mulus selagi drone bermanuver.

Kameranya sendiri mengusung sensor Sony IMX230 21 megapixel, dan ditemani oleh prosesor buatan Ambarella, sanggup merekam video 4K HDR 30 fps atau 1080 60 fps. Juga unik adalah kemampuan kameranya untuk zooming: hingga 1,4x dalam resolusi 4K, atau 2,8x dalam resolusi 1080p.

Parrot Anafi

Terkait performa, Anafi dapat melesat sampai secepat 53 km/jam dalam mode Sport, serta mampu menahan hembusan angin yang cukup keras (50 km/jam). Dalam satu kali pengisian baterai, Anafi bisa mengudara selama 25 menit. Selain mengisi ulang baterai via USB-C, pengguna juga bisa melepas baterai Anafi dan menggantinya dengan baterai cadangan jika perlu.

Anafi datang bersama controller berbentuk ala gamepad Xbox yang bisa dipasangi smartphone di atasnya. Sayangnya, ponsel harus disambungkan via kabel USB ke controller demi menjaga berlangsungnya streaming video dalam resolusi tinggi secara konstan.

Parrot Anafi

Yang cukup cerdas adalah penempatan antena dual-band (2,4 GHz dan 5 GHz) di masing-masing kaki Anafi, yang bermaksud untuk mengoptimalkan koneksi antara drone dan controller, tidak peduli drone-nya sedang menghadap ke mana. Dua frekuensi ini otomatis digunakan secara bergantian tergantung kondisi di sekitar, dan jarak terjauh antara drone dan controller mencapai angka 4 km (sama seperti DJI Mavic Air).

Sejauh ini Parrot Anafi terdengar sebagai rival potensial bagi Mavic Air, terutama di telinga konsumen yang tidak terlalu mementingkan kemampuan drone untuk menghindari rintangan dengan sendirinya (Mavic Air punya, Anafi tidak). Harga jualnya pun juga lebih kompetitif: $699 saat mulai dipasarkan pada tanggal 1 Juli mendatang.

Sumber: PR Newswire dan The Verge.

PolarPro Luncurkan Mount Handheld untuk DJI Mavic Air Beserta Sejumlah Aksesori Lainnya

DJI boleh dianggap sebagai Apple-nya industri drone. Setiap produk baru yang dirilisnya tak hanya menerima sorotan dari banyak pihak, tapi juga membuka peluang bagi produsen aksesori. Salah satu aksesori drone yang paling unik menurut saya adalah PolarPro Katana, yang berfungsi mengubah Mavic Pro menjadi kamera handheld.

Mengingat DJI baru saja meluncurkan Mavic Air – yang ternyata lebih mungil lagi ketimbang kakaknya – kita tak perlu terkejut apabila PolarPro kembali merilis produk serupa. Yup, Katana sekarang juga tersedia buat Mavic Air, dengan cara kerja yang sama persis seperti versi untuk Mavic Pro.

PolarPro Katana Pro untuk Mavic Air

Yang sedikit berbeda, kali ini PolarPro juga menghadirkan Katana Pro, yang memadukan tray untuk Mavic Air dengan aksesori lain bernama T-Grip. T-Grip yang duduk di atas tray-nya ini bisa dijadikan gagang untuk menggotong Mavic Air dengan satu tangan, berguna saat hendak mengambil gambar dari angle yang rendah.

Soal harga, PolarPro memasang banderol $50 untuk Katana dan $80 untuk Katana Pro.

PolarPro carrying case untuk Mavic Air

Selain Katana, PolarPro masih punya sejumlah aksesori lain untuk Mavic Air. Yang pertama adalah ND filter dengan beragam intensitas sekaligus opsi untuk menambahkan polarizer. Sama seperti di kamera, ND filter di sini akan sangat bermanfaat ketika sinar matahari sedang terang-terangnya, sedangkan polarizer akan membantu meningkatkan saturasi warna.

Harganya $80 untuk paket isi tiga macam ND filter, atau $150 untuk bundel komplet isi enam jenis.

Selanjutnya, PolarPro turut menawarkan dua macam carrying case untuk Mavic Air. Tipe Minimalist mengedepankan portabilitas, sedangkan tipe Rugged didesain untuk memberikan proteksi yang lebih menyeluruh. Masing-masing dibanderol seharga $30 dan $50.

Sumber: DPReview.

DJI Luncurkan Mavic Air, Lebih Kecil dari Spark Saat Terlipat, Tapi Bisa Merekam Video 4K

Saat DJI merilis Mavic Pro di tahun 2016 lalu, dalam hati saya bertanya mengapa harus ada embel-embel “Pro” di belakangnya? Apakah mungkin ke depannya DJI bakal merilis Mavic tipe lain dengan embel-embel yang berbeda lagi? Semuanya akhirnya terjawab hari ini dengan diumumkannya DJI Mavic Air.

Mavic Air boleh dikatakan merupakan hasil kawin silang antara Mavic Pro dan Spark. Dari atas penampilannya terlihat seperti Mavic Pro, tapi dari depan wajahnya begitu mirip seperti Spark. Dimensinya lebih menyerupai Spark, akan tetapi spesifikasinya menjurus ke Mavic Pro.

DJI Mavic Air

Dalam posisi lengan yang terlipat, Mavic Air bahkan lebih kecil lagi dibanding Spark, meski bobotnya sedikit lebih berat di angka 430 gram. Yang cukup mencengangkan adalah bagaimana DJI berhasil menyematkan gimbal 3-axis pada tubuh mungil Mavic Air, mengingat Spark hanya dibekali gimbal 2-axis.

Pada gimbal tersebut bernaung kamera dengan sensor 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel dan lensa 24mm f/2.8. Video dapat ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps dan dengan bitrate maksimum 100 Mbps. Mavic Air bahkan siap mengabadikan berbagai aksi dalam video slow-motion 1080p 120 fps.

DJI Mavic Air

Satu keunikan Mavic Air yang tak dimiliki kakak-kakaknya adalah penyimpanan internal sebesar 8 GB, yang tentu saja bisa diperluas lagi dengan bantuan microSD. Memindah file dari Mavic Air ke komputer juga bisa lebih cepat berkat kehadiran port USB-C pada body-nya.

Pengendalian berbasis gesture seperti yang menjadi andalan Spark turut tersedia di sini, dan DJI tak lupa membekali Mavic Air dengan sejumlah mode perekaman kreatif. Salah satu contohnya adalah mode baru bernama Sphere Panorama, yang akan menjepret 25 gambar sebelum menyatukannya menjadi satu gambar panoramik beresolusi 32 megapixel.

DJI Mavic Air

Kemampuan mengudara Mavic Air juga lebih baik ketimbang Spark. Kecepatan maksimumnya mencapai angka 68 km/jam dalam mode Sport, dan kalau boleh, ia juga siap terbang sampai ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut. Transmisi sinyalnya bisa sampai sejauh 4 kilometer selagi meneruskan rekaman video 720p secara real-time, sedangkan baterainya dapat bertahan sampai 21 menit waktu mengudara.

Seperti halnya Mavic Pro dan Spark, Mavic Air juga mampu mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya. ‘Indera penglihatannya’ bahkan telah disempurnakan hingga dapat mendeteksi sejauh 20 meter. Di saat yang sama, fitur ActiveTrack pada Mavic Air juga sudah ikut disempurnakan agar dapat mendeteksi dan mengikuti lebih dari satu subjek secara otomatis.

DJI Mavic Air

Tanpa harus menunggu lama, DJI bakal memasarkan Mavic Air mulai akhir bulan Januari ini juga seharga $799. Bundel “Fly More Combo” yang mengemas lebih banyak baling-baling dan baterai dihargai $999. Soal warna, konsumen bisa memilih antara hitam, putih atau merah.

Kalau melihat harganya, posisi Mavic Air berada tepat di tengah-tengah Spark ($499) dan Mavic Pro ($999). Sekali lagi, ia berhasil mengawinkan segala kebaikan yang ditawarkan Spark (fisik super-ringkas dan pengoperasian berbasis gesture) dan Mavic Pro (kamera 4K + gimbal 3-axis dan daya tahan baterai di atas 20 menit). Bagi yang sebelumnya sudah bingung ketika disuruh memilih antara Spark atau Mavic Pro, siap-siap dibuat lebih pusing lagi.

Sumber: DJI.