Tag Archives: Donni Prabowo

Jogja Startup Sprint

ABP Incubator Sukses Adakan “Jogja Startup Sprint”, Bina Komunitas Startup di Yogyakarta Kembangkan Produk

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan ekosistem startup di suatu wilayah. Salah satunya dengan banyak melakukan pembinaan melalui kanal komunitas. Hal ini yang coba dilakukan oleh inkubator Amikom Business Park (ABP) Incubator berkolaborasi dengan Amikom Computer Club dengan mengadakan rangkaian acara bertajuk “Jogja Startup Sprint“.

Jogja Startup Sprint terdiri dari tiga jenis acara, yakni Kickoff, Founders Dating, dan Design Sprint. Menurut pemaparan VP Business & Partnership ABP Donni Prabowo acara ini bertujuan untuk membangun ekosistem secara berkelanjutan di Yogyakarta.

Rangkaian acara pertama, yakni Kickoff diadakan pada Sabtu, 8 Desember 2018 bertempat di Ruang Cinema Universitas Amikom. Berisi talkshow mengenai startup, melibatkan kalangan pemain dan investor. Hadir dalam sesi ini Fathin Naufal (Founder Gifood), Adjie Purbojati (Founder Lunasbos), Gisneo Pratala Putra (CEO Wideboard) dan Budi Wasito (angel investor).

Salah satu hal yang ditekankan dalam sesi ini bahwa membangun startup perlu kolaborasi antar bidang. Tidak hanya memprioritaskan pada talenta teknis saja, karena di beberapa startup ada yang dimulai dari founder non-teknis.

Acara berikutnya adalah Founders Dating, diadakan pada Sabtu, 22 Desember 2018 bertempat di kantor PrivyID di Yogyakarta. Acara ini berupa kegiatan speed dating yang dilakukan untuk mendapatkan anggota baru untuk tim startupnya. Dalam acara ini turut ada sesi diskusi seputar pengembangan talenta di startup, diisi oleh Guritno Adi Saputro (CTO & Co-Founder PrivyID), Donni Prabowo (ABP), dan Anggoro (Staf Ahli MIKTI).

Terakhir ada acara Design Sprint yang diadakan pada tanggal 29-30 Desember 2018 di Universitas Amikom. Ada 16 tim startup yang diajak untuk memahami masalah, memberikan solusi, dan membuat purwarupa produknya. Acara ini dipandu oleh Korniawan Prabowo (Founder Jerseybali.com) dan Fathin Naufal.

Amikom Business Park adalah inkubator dan pembangun ekosistem startup yang bertempat di Yogyakarta. ABP dimiliki oleh Universitas Amikom Yogyakarta. Saat ini, ABP sudah memiliki 15 startup yang telah diinkubasi dengan total pendanaan sebesar $206,000 serta 18 mitra strategis di Indonesia maupun luar negeri.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Jogja Startup Sprint yang diadakan Amikom Business Park.

Keuntungan Mengikuti Inkubator Startup

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 2: Memahami Program

Ada banyak keuntungan bagi startup saat mengikuti program inkubator atau akselerator. Pertama, startup mendapatkan pengetahuan komprehensif seputar bisnis dan kepemimpinan yang spesifik. Kedua, membukakan jalan kepada startup untuk bertemu dengan rekanan strategis, termasuk mitra bisnis dan investor. Yang ketiga, membantu startup menguji ulang berbagai asumsi produk dan pangsa pasar yang telah didefinisikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setelah mematangkan persiapan pra-inkubasi/akselerasi, startup perlu mengoptimalkan keikutsertaannya dalam program. Demi mendapatkan kiat-kiatnya, kami menghubungi beberapa penyelenggara atau mentor kegiatan tersebut. Salah satunya Donni Prabowo, General Manager AMIKOM Business Park (ABP), sebuah inkubator startup berbasis di Yogyakarta.

Menurut Donni, hal mendasar yang harus benar-benar diserap founder saat mengikuti program inkubator adalah membangun entrepreneur mindset. Baru setelah itu masuk ke tahap selanjutnya, yakni validasi yang mencakup problem validation, product validation, hingga business model validation.

“Menurut kami yang paling mendasar adalah berkaitan dengan entrepreneur mindset. Kami harus menempa startup founder agar memiliki sikap mental positif, open mind, dan pantang menyerah. Integritas yang tinggi serta komitmen yang kuat sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis,” ujar Donni.

Pengembangan mentalitas juga menjadi salah satu misi yang ditekankan Hari Sungkari dalam menyusun kurikulum pra-inkubasi di BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup). Pada akhirnya saat startup benar-benar terjun di pangsa pasar, karakter founder akan banyak menentukan arah startup. Menurut Hari, bisnis digital saat ini harus dihadapi dengan kejelian dan pola pikir terbuka, oleh karena itu ia menekankan kepada founder didikannya untuk selalu siap berubah.

“Kurikulum BEKUP mengacu pada Lean Startup, kesiapan untuk pivot sangat ditekankan di sini. Founder harus mau berubah, ketika ide yang telah divalidasi tidak menghasilkan respons di konsumen. Ini yang mau kita tekankan, karena BEKUP hadir menciptakan mentalitas founder startup yang tangkas,” jelas Hari.

Fokus pada product-market fit dan kemitraan

Dalam sebuah kesempatan wawancara, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital, Jeff Quigley, pengusung program GnB Accelerator di Indonesia, mengatakan bahwa fokus utama program akselerator membantu startup menemukan product-market fit, bukan lagi sekadar memvalidasi ide. Salah satunya dilakukan dengan mengundang mentor dari ekosistem startup untuk membahas penguatan internal startup sampai strategi ekspansi. Penguatan tim akan berdampak pada kinerja yang semakin kencang, sementara itu strategi ekspansi membawa startup pada potensi bisnis baru.

“Tujuan akselerator memastikan startup yang lulus dari program siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” ujar Jeff.

Managing Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengutarakan, salah satu tujuan program akselerasi juga menghubungkan startup dengan mitra korporasi dan organisasi besar lainnya, termasuk pemerintahan. Kemitraan dengan bisnis besar dinilai akan membuka peluang bagi startup binaan melakukan banyak penyesuaian bisnis, belajar dari pengalaman korporasi menghadapi pangsa pasar.

Masalah umum

Di Yogyakarta, program ABP hampir selalu berhadapan dengan startup di tahap awal (early-stage). Dari pengalaman yang ada, Donni menyimpulkan ada tantangan mendasar yang sering dihadapi startup dan dapat Dibenahi dalam program inkubator atau akselerator. Permasalahan tersebut seputar fokus bisnis, permodalan, dan akses ke pasar. Sepertinya masalah tersebut memang menjadi fenomena umum di mana-mana.

“Banyak startup gagal karena kehilangan fokus, disebabkan oleh banyak hal, salah satunya karena mereka sering menjadikan startup hanya untuk mengisi waktu luang saja, belum menjadi prioritas utama,” ujar Donni.

Berdasarkan pengalaman beberapa startup, gagal fokus tersebut juga disebabkan karena faktor permodalan. Mereka merasa harus menghidupi operasional startup dengan bekerja. Modal yang minim ini juga membuat startup merekrut anggota tim sekenanya, bukan didasarkan pada keahlian. Oleh sebab itu, program inkubator atau akselerator biasanya membantu startup dengan memberikan pendanaan tahap awal. Harapannya para founder dapat benar-benar fokus mengembangkan bisnisnya.

Terakhir adalah seputar akses ke pasar. Program inkubator atau akselerator umumnya didirikan oleh perusahaan investasi atau korporasi. Selain dengan kurikulum pendidikan dan permodalan, mereka juga hadir membawakan jalur koneksi startup kepada mitra strategis. Harapannya dapat mempercepat startup untuk mematangkan debut di pasar pasca produknya tervalidasi dengan baik.

Program inkubasi AMIKOM Business Park / ABP

Konsistensi AMIKOM Business Park Menginkubasi Startup di Yogyakarta

Salah satu pendekatan yang banyak dilakukan berbagai pihak untuk menumbuhkan ekosistem startup ialah mendirikan inkubator. Pemerintah, korporasi, hingga kalangan edukasi berbondong-bondong membuat program inkubasi. Tak terkecuali Yayasan AMIKOM yang membawahi Universitas AMIKOM Yogyakarta dan beberapa unit perusahaan pendidikan lainnya. Program inkubator bertajuk “AMIKOM Business Park (ABP)” didirikan untuk mengakomodasi calon pengusaha digital di Yogyakarta.

“Untuk startup yang kami bina tidak harus dari mahasiswa AMIKOM. Kami terbuka membina startup yang berdomisili di Yogyakarta yang memiliki produk menarik serta memiliki tim yang mempuni. Berdasarkan pengalaman kami, rata-rata startup yang kami bina sudah lulus kuliah, atau tinggal skripsi,” cerita Donni Prabowo, General Manager Inkubator ABP kepada DailySocial.

ABP juga membantu startup binaannya untuk kebutuhan pendanaan. Pihaknya memfasilitasi pendanaan melalui grant pemerintah terkait startup dan kewirausahaan. Selain itu, melalui jaringan yang dimiliki yayasan, ABP juga menghubungkan startup dengan angel investor di area Yogyakarta. Saat ini pihaknya masih terus menggencarkan upaya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk penguatan ekosistem digital di Yogyakarta yang lebih luas.

Strategi menjaring mahasiswa

Berada di lingkungan kampus, salah satu misi AMIKOM Business Park adalah meningkatkan awareness soal kewirausahaan digital untuk kalangan mahasiswa. Donni menceritakan ada beberapa hal yang dilakukan melalui program informal di luar kelas untuk hal tersebut. Secara rutin ABP menyelenggarakan program #StartupTalk untuk program inkubator.

“Melalui kegiatan #StartupTalk yang rutin kami selenggarakan dua minggu sekali, kami mencoba untuk mengedukasi tentang industri digital dengan cara mengundang praktisi-praktisi yang sudah lebih dulu terjun di dunia startup untuk sharing mengenai pengalamannya. Acara ini free dan terbuka untuk umum. Setelah selesai acara, para peserta kami masukkan ke dalam grup messenger agar mereka tetap saling dapat berbagi dan berdiskusi,” jelas Donni.

Pada awalnya inkubator ABP diinisiasi berdasarkan kerja sama antara AMIKOM dan Kominfo pada tahun 2011 dengan nama “Inkubator Industri Telematika Yogyakarta”. Seiring berakhirnya program Kominfo pada akhir tahun 2015, inkubator dikelola secara mandiri di bawah unit usaha Yayasan AMIKOM dan berganti nama menjadi AMIKOM Business Park.

Beberapa capaian program inkubator ini meliputi:

  • Pada tahun 2015, ABP menginkubasi satu startup dan memfasilitasi pendanaan Rp250 juta.
  • Pada tahun 2016, ABP menginkubasi dua startup, dan satu startup di antaranya memperoleh pendanaan Rp300 juta.
  • Pada tahun 2017, ABP menginkubasi 11 startup dan memfasilitasi pendanaan masing-masing kurang lebih Rp350-500 juta.
  • Pada tahun 2018, ABP menginkubasi empat startup dan memfasilitasi pendanaan kurang lebih Rp250-350 juta.

“ABP sendiri memiliki tagline ‘Transforming IT talent into successful startup IT companies’. Kami berambisi untuk mengantarkan startup binaan kami untuk naik level ke tahap berikutnya dengan cara memfasilitasi mereka dari berbagai hal, contohnya dari segi jaringan, dari segi peningkatan hard/soft skill, maupun akses funding. Kami berharap setelah 7-8 bulan masa inkubasi, mereka bisa lebih siap untuk naik level ke tahap berikutnya, misalnya masuk ke akselerator atau putaran pendanaan lanjutan,” lanjut Donni.

Founder di program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP
Founder program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP

Mekanisme pembagian ekuitas di program inkubator ABP

Program inkubasi di ABP memakan waktu 8 bulan untuk masing-masing sesi. Program tersebut meliputi:

Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park
Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, beberapa materi yang diberikan antara lain seputar idea validation, market validation, business model validation, funding strategy, lean startup, dan beberapa materi teknis yang dikemas dalam kegiatan #StartupTalk.

“Berkaitan dengan komitmen, sebagai timbal balik dari program inkubasi dan akses funding yang kami berikan, ABP akan mengambil sebagian kecil equity dari startup binaan. Besaran equity yang kami akan kami ambil tergantung dari negosiasi dan valuasi startup saat datang ke kami,” jelas Donni soal mekanisme inkubasi.

Donni menambahkan, ada beberapa hal yang selalu ditekankan untuk startup binaan ABP, salah satunya soal tim. Ia percaya bahwa produk yang hebat terlahir dari komposisi tim yang hebat, namun kenyataannya masih banyak startup yang ditemui belum matang soal penguatan tim. Permasalahan dari sisi tim yang sering ditemui di antaranya: (1) founder kesulitan merekrut anggota tim yang tepat; (2) tim bubar karena founder sudah tidak memiliki visi yang sama; (3) beberapa founder keluar karena mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan; dan (4) founder sulit menjaga komitmen anggota tim.

Ekosistem startup di Yogyakarta

Berada di lingkungan akademik, ABP juga mengamati ketertarikan mahasiswa terhadap startup digital. Menurutnya saat ini ketertarikan tersebut terpantau menurun jika dibandingkan dua tahun terakhir. Analisisnya karena mulai banyak yang menyadari bahwa membuat startup sukses bukan perkara mudah, sehingga butuh mengasah pengalaman lebih dalam.

“Tantangan yang masih perlu diperbaiki adalah membuat lebih banyak mahasiswa lebih aware untuk menghadiri kegiatan-kegiatan berkaitan dengan industri digital di luar kelas, sehingga mindset entrepreneur-nya dapat terbentuk lebih cepat. Di samping itu, menyadarkan mahasiswa bahwa membuat startup itu bukan hanya untuk keren-kerenan saja itu juga merupakan tantangan tersendiri,” ujar Donni.

Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP
Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP

Namun, jika melihat ekosistem startup di Yogyakarta secara umum, ABP melihat pertumbuhan konsisten dari tahun ke tahun. Indikasinya dari sisi raw material talent dengan supply lulusan yang cukup tinggi di bidang teknologi. Selain itu komunitas juga sudah banyak berkembang, seperti JogjaJS yang spesifik membahas teknologi Java Script, Dev-C, YAC, PhytonID dan sebagainya. Pun dari sisi program inkubator, beberapa mulai bermunculan.

“Hal yang menurut saya belum bertumbuh secara masif adalah local angel investor (dari Yogyakarta). Menurut saya masih banyak startup di Yogyakarta yang butuh dukungan funding di tahapan pre-seed agar mereka bisa mencapai round selanjutnya,” pungkas Donni.