Tag Archives: dota 2 esports

BOOM Esports Diundang DPC SEA 2021, Tim Baru IYD dan Dreamocel.

Selamat tahun baru semuanya! Semoga tahun 2021 ini menjadi tahun yang lebih bagi kita semua dan tentunya bagi industri esports Indonesia. Mengawali tahun 2021 ini, ekosistem esports Indonesia harus menerima berita duka berupa meninggalnya sosok shoutcaster Frans Volva. Namun selain itu, ada juga beberapa kabar gembira yang akan membuat para penggemar esports lebih semangat mengahadapi tahun yang baru ini. Berikut rekap berita esports awal tahun 2021.

BOOM Esports diundang DPC SEA 2021 dan umumkan Drew Sebagai Pengganti Dreamocel

Sumber: BOOM Esports Official
Sumber: BOOM Esports Official

Seiring dengan pengumuman Dota 2 Pro Circuit 2021 pada tanggal 31 Desember 2020 kemarin, turut diumumkan juga bahwa BOOM Esports diundang langsung untuk mengisi Upper Division untuk region SEA. Selain itu, BOOM Esports juga mengumumkan pengganti Dreamocel untuk divisi Dota 2. Sosok tersebut adalah Drew, talenta muda yang sebelumnya bermain untuk Alter Ego dan juga Reality Rift.

Tim baru InYourDream dan Dreamocel

Sumber: Instagram @cingdoto
Sumber: Instagram @cingdoto

Pasca meninggalkan BOOM Esports, Dreamocel kini bermain bersama InYourDream untuk menghadapi open qualifier DPC 2021. Dalam tim yang diberinama sebagai Team Cow, Dreamocel bermain bersama sosok-sosok pemain Asia Tenggara seperti ChYuan, Poloson, dan Seri Peri. Mampukah tim ini bisa menembus Lower Division DPC SEA 2021 lewat open qualifier?

Kuku dan Whitemon Gabung Divisi Dota T1

Sumber: clutchpoints.com
Sumber: clutchpoints.com

Selain kabar Febby yang turun menjadi pemain, ada kabar lain dari tim T1 asal Korea Selatan. Baru-baru ini dikabarkan bahwa T1 merekrut Carlo “Kuku” Palad dan Matthew “Whitemon” Filemon untuk memenuhi roster mereka dalam menghadapi DPC SEA 2021. Untuk sementara waktu kabar tersebut baru bisa dikonfirmasi berdasarkan dari pendaftaran roster di laman resmi Dota 2. Melihat akun resmi T1 yang belum mengumumkan perekrutan tersebut, bisa jadi dua sosok tersebut masih dalam masa percobaan sampai pada masa waktu tertentu.

Frans Volva Meninggal Dunia

Komunitas esports Indonesia menerima kabar duka di akhir tahun 2020 kemarin. Frans Volva, sosok shoutcaster yang bertugas di MPL Indonesia Season 1 meninggal dunia pada 31 Desember 2020 kemarin. Kabar mengatakan penyebab meninggalnya Volva adalah karena virus COVID-19 yang memang sudah menjadi pandemi di Indonesia sejak sekitar bulan Maret 2020 lalu. Mari kita doakan agar Volva tenang di alam sana dan kita teruskan perjuangannya terhadap esports Indonesia.

Star8 Esports Vakum Sementara

Sumber: Star8 Official
Sumber: Star8 Official

Star8 Esports mengumumkan bahwa organisasi mereka akan vakum untuk sementara waktu sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Kabar tersebut bermula dari sebuah postingan sosial media akun resmi Star8 esports yang mengudara tanggal 28 Desember 2020 lalu. Postingan tersebut hanya berisikan gambar hitam dengan tulisan “Signing Out Star8 Esports”. Walau demikian, akun instagram Star8 Esports sendiri terlihat sedang mempersiapkan sesuatu yang mana dari salah satu postingan mengatakan bahwa Star8 Esports akan beralih menjadi esports organizer.

Liga LoL Korea Umumkan Branding baru

Seiring dengan perubahan model menjadi franchise, Liga LoL Korea juga menyambut musim baru dengan tampilan yang lebih segar. Akun twitter resmi LCK menunjukkan seperangkat penampilan dari LCK, termasuk logo baru dan aset-aset untuk tayangan langsung LCK yang juga diperbaharui.-

Febby Jadi Pemain Utama TNC

Sumber: clutchpoints.com
Sumber: clutchpoints.com

Selain BOOM Esports, tim lain juga terlihat sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi DPC 2021. Salah satunya ada tim asal Filipina yang baru saja mengumumkan sosok roster terbarunya, Kim “Febby” Yong-min. Febby merupakan pemain Dota 2 asal Korea Selatan yang membela Mineski pada 2019 lalu dan merupakan head coach untuk tim TNC sepanjang tahun 2020 lalu.

Newbee Terkena Banned Dari Valve dan Perfect World

Sumber Gambar - Liquidpedia Dota 2
Sumber Gambar – Liquidpedia Dota 2.

Kasus ini merupakan lanjutan dari bulan Mei 2020 lalu. Newbee sempat tersandung kasus matchfixing yang berakhir dengan banned dari Imba TV dan asosiasi Dota 2 Tiongkok (CDA). Kemarin, Valve pun menindaklanjuti hal tersebut sehingga kini Newbee terkena banned permanen dari Valve sendiri dan Perfect World. Karena banned tersebut, maka Newbee pun jadi tidak bisa mengikuti berbagai pertandingan Dota 2 yang resmi dari Valve dan Perfect World yang merupakan publisher resmi Dota 2 di Tiongkok.

Kolaborasi Free Fire dengan One Punch Man

Sumber Gambar - Garena Official
Sumber Gambar – Garena Official

Setelah kolaborasi dengan Christiano Ronaldo, kini Free Fire kembali memberi teaser untuk kolaborasi terbaru mereka. Sekarang giliran anime One-Punch Man yang akan menjadi bagian dari konten di dalam game Free Fire. Mengingat Saitama sang karakter utama yang begitu kuat, kira-kira akan bagaimana bentuk kolaborasi Free Fire dengan One-Punch Man nantinya?

Fall Guys Ungkap skin G2 Esports

Beberapa pekan lalu pengembang Fall Guys menunjukkan skin bertemakan sosok selebriti gamers, Ninja. Kini giliran skin G2 Esports yang diunjukkan oleh sang pengembang. Sekumpulan skin untuk sosok-sosok tersebut dibuat berdasarkan dari lelang yang dilakukan oleh Mediatonic sebelumnya. Dalam lelang tersebut, Mediatonic membuka kesempatan bagi penawar tertinggi untuk mendapatkan skin di dalam game Fall Guys.

Perceiving Athlete’s Struggle from the viewpoint of Esports’ Psychology

“Convenient, isn’t it, getting paid for merely playing games,” that sentence is quite often heard from general public, when they see professional gamer as a profession. What I mean by professional gamers here are those whom are get paid to play games in competitive events. So, the phrase “professional gamers” here does not refer to game streamers or game YouTubers who do not work as esports athletes.

General public, or even gamers themselves often misunderstand working as a professional gamer as easy and fun. Truthfully, this profession is equal to the other professions, they possess their own difficulties and challenges.

Hybrid once brought up on how difficult it is to be the best esports athlete, along with all the sacrifices made by the athletes. The stress level of being an esports athlete is quite high, keeping in mind that they have to fight against many things; their own selves, the rival’s team, and negative comments from haters.

A few while ago, we witnessed how BOOM.ID’s struggle at Bucharest Minor ended beyond expectations. BOOM.ID was considered to give up prematurely while the chance to win was still exist during the battle against TeamTeam. This received the attention of international Dota community and written as “most bizarre ending in Dota 2 History” by joinDOTA, a Dota 2 community page that is recognized by international Dota audience.

This immediately became a sensation over the internet. People shower negative comments with all their might towards one of Indonesia’s Dota 2 team; that is said as a team with the highest commitment. However, does BOOM.ID deserve all the bad comments from the haters and people from the internet just because of that one unfortunate moment?

 

Observing Esports Athlete’s struggle from the viewpoint of Sports Psychology

Yohannes Paraloan Siagian while attending JD.ID pers conference High School League. Source: Line Today
Yohannes Paraloan Siagian while attending JD.ID pers conference High School League. Source: Line Today

Trying to see it from another viewpoint, I was curious to see this case from the psychology’s side. Even though esports psychology is a crucial and difficult thing, unfortunately people underestimate it. Most of the people get straight to the conclusion that a pro player “should have” a great mentality. The truth is, every person’s mentality is different; years of training does not make someone’s mentality become unbreakable.

To answer the question, Hybrid interviewed Yohannes Paraloan Siagian S.Psi. Joey, as his closest people call him, is famous in esports because of his title as the Headmaster of SMA 1 PSKD, the first school in Indonesia which implemented an esports coaching program. Joey told us that he’s a practitioner in sports psychology for almost 20 years. He is experienced on coaching and training athletes and teenagers, some of his apprentices represented Indonesia on national team level.

Witnessing what happened to BOOM.ID on their first game versus TeamTeam, Joey said that the fact is the problem was not merely caused by BOOM.ID solely. According to his observation, both of the teams made the same mistakes. The thing is, BOOM.ID was seen as the one with more mistakes since they were the losing team because of the circumstances. The cause? Joey said that was caused by the players who did not realize about their condition, they were not focused on playing until the game was indeed finished.

Source: The New York Times
Source: The New York Times

According to Joey, that happened because of various factors; some of them are discipline and focus. To explain that, Joey borrowed the analogical term “play to the buzzer” from basketball. This term is used to state a mentality that forces players to focus on their game until the last quarter’s buzz rings without having to think about the result. So, from his opinion, happened because their mentality is not well-trained, either in BOOM.ID or TeamTeam.

So what about the psychology and mentality’s side? Joey explained further that every athlete’s psychological or mental condition, including esports athlete, has their own limits and durability. Like their physique, mental condition needs rest so it could heal to its best state. Generally, someone’s mental can be exhausted, or commonly said as Mental Fatigue. Mental fatigue happened to athletes if they are stressed out, but their strength and stamina are not able to endure everything.

Quoting a psychologists’ writing, named Karen Nimmo from medium.com, there are several indicators when mental fatigue happens to an athlete. According to her opinion, an athlete who is suffering from mental fatigue will make more mistakes, unable to focus, over-think on every aspect that caused anxiety, stiff movement so their performance quality decreased, losing motivation, also bad thoughts appear and they make the athlete scared of doing what they are very proficient at.

Source: KnowTechie
Source: KnowTechie

A competition as majestic as Bucharest Minor is a competition with a huge mental pressure. There are several factors that caused it to happen that way, such as the huge stage, spotlight from international Dota enthusiasts, tough rivals, also the responsibility of carrying their own nations. Facing this competition, it is obvious that an esports athlete must possess a tough mental strength and durability; so mental fatigue will not attack and they could perform well during the competition.

Ending the conversation, I asked: how important it is to have a mental coach in an esports team? “V-E-R-Y!” Joey answered enthusiastically. He said that this aspect should be included in esports coaching program, because just like sports, esports is not all about a good physical condition, but also mental. “Any team that abandons the mental aspects is just like building a house with ignoring several walls then get confused of why it collapsed,” said Joey.

 

A Senior Athlete’s Story about Mental Pressure in a Competition

Koala (Left) with Rex Regum Qeon team while winning the first season of Kaskus Battle Ground. Source: Mineski.net
Koala (Left) with Rex Regum Qeon team while winning the first season of Kaskus Battle Ground. Source: Mineski.net

It is unfair if we do not know the experience from an actual esports athlete. Answering this I asked one of the legendary Dota 2 esports athletes for opinion. The player that I interviewed for this article is a senior player that was enlisted in Rex Regum Qeon team on his last career, Farand ‘Koala’ Kowara. Koala had been involved in Dota 2 since a long time ago, around 2006, and he is a veteran who had faced the harsh DotA competition with XcN team, when Dota 2 had not been released yet. He also won MGC 2008 in China while he was still a member of Fnatic.

Since 2017, Koala retired and chose to step back from the Dota 2 competitive events. The reason for his retirement is to give younger players a chance to show what they have got. Retiring does not make Koala stop keeping an eye on Dota 2 competitive events.

I asked his opinion about what happened at the match between BOOM.ID versus TeamTeam in Bucharest Minor 2019 as well. Koala also admitted that the situation where they were at was such a stressful one. It is not a wonder that the teams were panicking so that situation appeared.

Source: Dunia Games
Source: Dunia Games

Starting from that case, I continued the conversation on how the pressure actually was being an esports athlete. “If they have reached the professional level the responses would be different, they are forced to win, there are rights and obligations, not to mention that they would receive harsh words if they lose, but back again at their own mental strength, it is possible that they could not handle it so they feel pressured but there are those who could so they are fine with it,” added Koala.

He also agreed that the pressure on the stage was very different, it is not equal to an MMR game in Dota 2. “Back to the BOOM moment, if it was an MMR I’m sure they are aware of the situation. But that was different, they were on the stage, the pressure was clearly different. It happened to the others as well, not only BOOM,” stated Koala.

Source: Dota 2 Blog
Source: Dota 2 Blog

Speaking of pressure in a match, Koala also told that he was not a stranger to the said condition. “It often happened, almost every big qualifier or competition final, the mental pressure like that was present,” Koala said. He continued that how much pressure in a team depends on how much they care about people’s expectation, also how much does the team want to win. The more the player or team care about those internal and external factors, it is possible that the pressure will be bigger.

So, how to face such a stressful condition like this? Every individual has their own way and strategy, also depends on their own mental strength and stamina. Koala told us that he had a quite simple option. “Just play and have fun, don’t think about the result, play and do your best,” he said, ending the conversation with Hybrid.

If we reflect on how Indonesian esports team often failed on international events, I think it is already time to bring an athlete psychologist. Regarding that, Joey also explained that it does not have to be a special mental coach who is a graduate from the Psychology major. In his opinion, a technical and mental coach is alright, as long as they understand and willing to learn about psychology and athlete’s mentality in a match.

However, if we observe the ability or teamwork of Indonesia’s athletes, they can be said as bad; sometimes it could be said that they are better than international players. It is proven by some of the Indonesian players’ skills which are respected by international esports figures, for example, Hansel “BnTeT” Ferdinand from CS: GO or Kenny “Xepher” Deo from Dota 2.

In the end, mental training and the understanding of esports psychology that is implemented as hard as playing skill training will also make Indonesian player to successfully roar their name in the world level. Even though, this thing depends on each of the players’ ability to absorb those various trainings.


The original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Team Secret Juara ESL One Birmingham Online, Gelar Kemenangan Ketiga Berturut-turut

Pada musim ini, skena kompetisi Dota 2 resmi dari Valve mungkin sedang melesu. Pandemi COVID-19 jadi salah satu alasannya. Gara-gara hal tersebut, pada Maret 2020, Valve jadi membatalkan semua jadwal Dota 2 Pro Circuit, bahkan juga membatalkan Dota 2 The International 2020.

Namun demikian, kompetisi Dota 2 tetap subur terlaksana secara online, dan Team Secret menjadi rajanya regional Eropa. Baru-baru ini, mereka berhasil menjadi juara dalam gelaran ESL One Birmingham Online: Europe & CIS, melibas Alliance 3-0.

Kemenangan ini sudah menjadi yang ketiga bagi tim yang beranggotakan Lasse Urpalainen (MATUMBAMAN), Michal Jankowski (Nisha), Ludwig Wahlberg (zai), Yazied Jaradat (YapzOr), dan Clement Ivanov (Puppey). Sebelumnya, mereka sudah menjadi juara di WePlay! Pushka League pekan kedua bulan Mei dan OGA Dota PIT Online di pekan ketiga bulan Mei.

Lebih menariknya lagi, hampir di semua kompetisi mereka babat habis musuhnya tanpa ampun. Pada WePlay! Pushka League mereka babat habis VP.Prodigy di final, dan bahkan tak kalah satu game pun pada OGA Dota PIT 2020 Online.

Memang, dalam ESL One Birmingham Online, Alliance terbilang kalah kelas dibanding Team Secret. Dua game pertama, Secret tidak membiarkan Alliance berkutik. Game pertama Alliance mencoba gaya main fast-push dengan Chen dan Death Prophet, namun terhalang oleh Team Secret yang selalu bisa menahan dengan mengandalkan Nature Prophet dan Batrider yang membawa Boots of Travel.

Game kedua ada Meepo dari Nisha yang bikin Alliance kewalahan. Sementara game ketiga, giliran Ursa dengan Battle Fury milik MATUMBAMAN yang bikin Alliance kewalahan. Fakta menarik lainnya adalah, Team Secret berhasil mengamankan 31 skor kill selama tiga game berturut-turut, sementara Alliance mengumpulkan akumulasi 32 skor kill dari tiga ronde pertandingan yang ia jalani.

Memang hingga saat ini, kebanyakan tim kasta atas Eropa sedang mengalami performa yang tidak stabil. Team Nigma yang berisikan roster juara The International 2017 kerap kali tersungkur sebelum mencapai babak final. OG yang baru saja kedatangan Topson kembali, juga sepertinya masih harus melakukan adaptasi dengan kedatangan 3 pemain barunya yaitu SumaiL, MidOne, dan Saksa.

Fnatic Adalah Pemenang ESL ONE Birmingham SEA Online League

Akhir pekan lalu menjadi puncak dari pertandingan ESL One Birmingham – SEA Online League. Diikuti oleh 6 tim Dota 2 dari Asia Tenggara, puncak pertandingan ini mempertemukan salah satu rivalitas yang cukup keras di skena Dota 2 Asia Tenggara, Fnatic dengan BOOM Esports.

Sebelumnya pada babak grup BOOM Esports sebenarnya tampil mendominasi, dengan catatan menang-kalah 4-1. Sementara Fnatic mengintil di peringkat 2 dengan catatan menang-kalah 3-2. Namun ketika masuk babak Playoff, BOOM Esports tersandung pada pertemuan pertamanya melawan Fnatic di Winners Round 1, kalah 2-0.

Karena itu, Dreamocel dan kawan-kawan harus merangkak dari lower-bracket, mengalahkan Geek Fam 2-0 terlebih dahulu untuk bisa membalaskan dendamnya terhadap Fnatic. Daryl Koh (Iceiceice) dan kawan-kawan terbilang tampil mendominasi dalam seri pertandingan best-of-5 melawan BOOM Esports.

Game pertama, Fnatic sudah memegang jalannya pertempuran sejak 15 menit pertama pertandingan. Dengan skor kill 12 – 4 untuk Fnatic di menit 16, BOOM Esports jadi kewalahan menghadapi tempo permainan yang ada. Keunggulan tersebut terus menjadi momentum bagi Fnatic sampai memaksa Rafli Fathur Rahman (Mikoto) mengetik GG untuk BOOM Esports di menit 32.

BOOM Esports sempat membalas di game kedua. Mikoto dengan hero andalannya, Void Spirit, berhasil membuat Fnatic jadi kalang kabut menghadapinya. Kill demi kill didapat membuat momentum positif bagi BOOM Esports. Fnatic melawan dengan perlawanan terbaiknya, tetapi BOOM Esports terlalu kuat, hingga Ancient milik Nuengnara Teeramahanon (23Savage) dan kawan-kawan akhirnya pecah di menit 42.

Walau kalah pada game sebelumnya, Fnatic membuktikan mental juaranya di game keempat dan lima. Sempat terseok di awal game empat, namun Fnatic bangkit lagi dan berhasil memenangkannya. Ini membuat jalan menjadi semakin mulus bagi Fnatic, sampai mereka menjadi juara ESL One Birmingham – SEA Online League setelah menangkan game kelima.

“Menurut gue, hasil melawan Fnatic bisa berdampak baik bagi kami, walaupun hasilnya adalah kekalahan. Baik karena bisa menjadi motivasi tambahan bagi kami. ” Tukas Brizio Adi Putra (Hyde).

Hyde lalu menjelaskan soal alasan, kenapa BOOM Esports bisa menang melawan Fnatic saat Group Stage, namun kalah di babak final. “Mungkin mereka lebih siap saat Playoff. Mungkin juga mereka riset lebih banyak soal cara main BOOM Esports sebelum bertanding di babak final.” Ucapnya.

Kemenangan ini memberikan Fnatic hadiah sebesar US$15.000 (sekitar Rp216 juta), sementara BOOM Esports menerima US$10.000 (sekitar Rp144,6 juta) sebagai runner-up dari pertandingan ini. Melihat dari catatan Gosugamers, pertemuan antara Fnatic dengan BOOM Esports sampai saat ini masih dikuasai oleh Fnatic dengan catatan 5 kali menang, satu kali seri, dan dua kali kalah.

Pertandingan berikutnya bagi BOOM Esports adalah Huya E-Sports Legendary League dan ONE Esports Dota 2 SEA League. Semoga BOOM Esports bisa semakin baik lagi, dan mendapatkan hasil yang memuaskan di pertandingan berikutnya.

Mengawali BTS Pro Series, BOOM Esports Libas TNC Predator 2-0

Setelah pada ESL One Los Angeles Online League divisi Dota 2 BOOM Esports berhasil mendapat peringkat ketiga, kali ini BTS Pro Series menjadi pertandingan lainnya yang diikuti oleh Dreamocel dan kawan-kawan. BTS Pro Series merupakan liga online yang memperebutkan total hadiah sebesar US$50.000 (sekitar Rp787 juta) yang diselenggarakan oleh salah satu penyelenggara ternama di skena Dota 2, Beyond the Summit.

Dalam liga ini, BOOM Esports bertanding dengan 7 tim lainnya dari Asia Tenggara, yaitu Fnatic, TNC Predator, Team Adroit, Geek Fam, CR, T1, dan Reality Rift. Dua laga perdana mereka adalah melawan Reality Rift dan juga TNC Predator.

Melawan Reality Rift yang berisikan Drew, AlaCrity, kYxY, Hustla dan Nutz, BOOM Esports malah keteteran. Bertanding dalam seri best-of-3 mereka harus mengaku kalah 2-0.

Sumber: VP ESports
Sumber: VP ESports

Pertandingan selanjutnya BOOM Esports bertemu dengan musuh bebuyutan mereka, TNC Predator. Sejauh ini, BOOM Esports kerap kali gagal menundukkan tim asal FIlipina tersebut.

Namun kali ini BOOM Esports tampil ganas, dan segera libas mereka dua kali berturut-turut. Pada game pertama, BOOM Esports sebenarnya sudah sempat hampir kalah, karena Barrack atas sudah berhasil dihancurkan.

Namun mereka membalikkan keadaan setelah dapat momentum di menit 24, dan itu menjadi keunggulan yang terus menggelinding bagai bola salju sampai Ancient TNC Predator hancur di menit 31.

Game kedua BOOM Esports tampil dengan lebih percaya diri, apalagi Mikoto mendapatkan Ember Spirit, salah satu hero yang berhasil menjadi sorotan pada gelaran sebelumnya, ESL One Los Angeles Online League.

Benar saja, BOOM Esports mengendalikan jalannya pertandingan sampai menit 20 dengan perolehan kill 16-3. Ini membuat TNC Predator tak berdaya, kembali memaksa kYxY dan kawan-kawan ketik GG, menyerah kalah di menit 31.

Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM Esports memberi komentarnya seputar semangat tim menghadapi jadwal The International yang terombang-ambil karena dampak wabah COVID-19, juga dalam menghadapi laga ini.

“Anak-anak di sini masih punya semangat yang sama, yang penting terus berkembang sambil menunggu The Internasional karena target kita adalah masuk TI. Kami fokus untuk terus jadi lebih baik dari hari sebelumnya dan optimis bisa masuk final dalam BTS Pro Series ini.” Ucap Brando kepada Hybrid.

Laga selanjutnya mereka akan mereka menghadapi Fnatic, yang diselenggarakan pada tanggal 16 April 2020 mendatang. Fnatic selama ini juga kerap menjadi batu sandungan besar bagi BOOM Esports. Akankah mereka bisa mengulang kesuksesan seperti melawan TNC Predator?

Pengumuman roster Dota T1

Roster Tim Dota T1 Hadirkan Pelatih League of Legends

Sebelum terjun ke dalam skena kompetitif Dota 2, T1 merupakan organisasi ternama di kancah League of Legends. Sebelumnya dikenal dengan nama SKT T1, organisasi esports asal Korea tersebut berhasil menjadi juara dunia League of Legends sebanyak 3 kali berturut-turut pada 5 tahun terakhir ini.

Terjun ke skena kompetitif Dota, T1 sepertinya ingin melanjutkan tradisi juara tersebut dan menambahkan sosok berpengalaman ke dalam jajaran pelatih mereka. Dari sisi pemain, T1 akhirnya mengumumkan 5 nama yang akan menjadi pemain tetap. Mereka adalah Lee Sang-don (Forev), Muhammad Rizky Anugrah (InYourDream), Yi Xuan Guo (Xuan), Dominik Reitmeier (Black^), dan Tri Kuncoro (Jhocam).

Pengumuman jajaran pelatih yang sebenarnya membuat pembahasan roster tim Dota T1 jadi menarik. Menjabat sebagai kepala pelatih, ada sosok veteran bernama Choi Byoung-hoon (cCarter). Hadir membantu cCarter, ada juga Pyo No-a (MP) dan Kelvin Neto Lim (Xfreedom) juga akan hadir menyokong cCarter, dalam melatih roster pemain Dota 2 T1 memenangkan pertandingan.

cCarter bisa dibilang sebagai salah satu sosok paling dihormati di dalam organisasi T1. Salah satu penyebabnya adalah karena keberhasilan sosok ini membawa divisi League of Legends SKT T1 ke dalam masa keemasannya. Saat melatih Faker dan kawan-kawan, ia berhasil membawa mereka memenangkan League of Legends Champions Korea (LCK) Spring 2016 dan 2017.

Karir cCarter di dalam industri esports tidaklah singkat. Mengutip dari invenglobal, tercatat ia sudah berada di dalam industri sejak tahun 2008, merintis karirnya sebagai pelatih tim StarCraft 1 SKT T1. Pengalamannya dalam melatih mental pemain juga sudah hampir tidak bisa diragukan, mengingat ia pernah menjadi pelatih pasukan khusus Korea Selatan.

Karirnya melejit ketika ia mulai melatih divisi League of Legends SKT T1 mulai dari tahun 2013, serta berhasil membawa Faker dan kawan-kawan ke masa keemasannya. Masih dari invenglobal, cCarter dikenal karena pembawaannya yang tenang nan tegas ketika berbicara dengan siapapun, baik itu pemain, para wartawan, ataupun orang-orang terkait di dalam esports.

Pelatih divisi Dota T1 cCarter
cCarter, pelatih yang membawa divisi League of Legends T1 menuju masa keemasannya. Sumber: Invenglobal

Terkati roster ini, Joe Marsh CEO T1 mengatakan. “Saya tidak sabar melihat performa debut roster pemain serta jajaran pelatih divisi Dota 2 T1. Kami bekerja keras membuat sebuah tim yang siap untuk bertanding di panggung megah The International dan kami yakin bahwa tim ini punya potensi yang besar. Saya juga tidak sabar ingin melihat sesuatu yang akan dibawa cCareter ke dalam komunitas Dota 2.”

Roster ini akan melakukan debut pertamanya di dalam gelaran ONE Esports Dota 2 Jakarta Invitational pada 14-15 Maret 2020 mendatang di Mall Taman Anggrek. Ia akan menghadapi lawan-lawan yang berat, termasuk roster all-Indonesia BOOM Esports yang kerap kali dijuluki sebagai ‘jagoan mall’

Kehadiran sosok senior seperti cCarter di skena kompetitif Dota 2 tentu akan menjadi sesuatu hal yang membuat T1 jadi menarik untuk disimak. Akankah hal tersebut bisa membawa InYourDream dan kawan-kawan menunjukkan performa terbaiknya di musim ini?

Doublelift Sebut Mekanik Dota 2 Lebih Mudah Daripada League of Legends

Perseteruan antara Dota 2 dengan League of Legends (League) mungkin sudah seperti pertarungan abadi yang tak pernah berhenti. Sejak lama, komunitas dari kedua game saling berseteru, saling membandingkan gamenya satu sama lain. Pemain Dota menganggap League lebih mudah dan juga sebaliknya.

Tak hanya komunitas secara umum saja, sosok ternama di skena kompetitif League juga memberi pendapatnya soal Dota. Dia adalah Yiliang Peng (Doublelift), pemain ADC Team Liquid untuk pada League of Legends Championship Series. Dalam sesi streaming di Twitch, ia memperbincangkan soal beberapa hal, salah satunya adalah pendapatnya tentang Dota.

Secara tegas ia mengatakan bahwa Dota lebih mudah secara mekanik permainan dibandingkan dengan League. Tapi lebih lanjut, ia menjelaskan kembali argumentasinya. Menurutnya Dota memang lebih sulit jika bicara soal item yang beranekaragam, kombinasi hero, build, dan ragam halang rintang yang ada di map permainan.”Tapi kalau secara mekanik permainan, jelas tidak. Tidak mungkin Dota punya kebutuhan kemampuan mekanik yang lebih tinggi daripada League.” tukasnya dalam streaming.

Week 7 Day 2 at 2018 NA LCS Summer Split in Los Angeles, California, USA on 5 August 2018. Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Seperti yang Anda ketahui, item di Dota memang sangat beragam, baik fungsi pasifnya atau aktifnya. Belum lagi setelah Outlanders Update, jumlahnya semakin membengkak karena kehadiran mekanik drop item dari Neutral Creep.

Melanjutkan maksudnya, soal mekanik yang dia sebut adalah perbandingan eksekusi ability hero/champion Dota dengan League. Menurutnya, ekseskusi ability hero di Dota cenderung lebih mudah, beberapa hero hanya perlu klik musuh dan ability kena musuh secara otomatis. Sementara dalam League, Anda tidak bisa melakukan hal tersebut. Banyak ability di dalam League yang bersifat skillshot, maksudnya adalah ability yang tidak mendarat secara otomatis, melainkan harus diarahkan sambil memprediksi gerakan musuh agar ability tersebut jadi kena musuh.

Seakan ingin Doublelift meneguhkan argumentasinya, ia lalu bercerita bahwa dirinya juga pernah bermain Dota 2. “Saya pernah main Dota selama beberapa saat, saya bahkan bisa membantai pemain-pemain di pub dengan mudah. Tapi saya sadar, keadaan tentu jadi beda jika saya main melawan pemain pro.”

Saya sendiri setuju dengan apa yang dikatakan oleh Doublelift. Namun agar Anda bisa mendapat sudut pandang lebih jelas, Dota dengan League sebenarnya hanya punya kesulitannya masing-masing saja. Benar yang dikatakan Doublelift, League lebih sulit dalam segi mekanik mikro, yang berasal dari kemampuan individual. Anda tidak bisa melempar ability secara sembarangan, karena ability tidak mendarat secara otomatis, harus diarahkan. Belum lagi beberapa champion juga punya ragam kemampuan yang memungkinkan mereka menghindari ability yang dilempar oleh musuh.

Sementara di sisi lain, Dota memang punya mekanik individu yang cenderung lebih mudah, namun lebih kompleks dari sisi gameplay secara umum. Kompleksitas yang dimaksud adalah soal kombinasi hero dengan item terbaik, Talent dan sebagainya. Belum lagi pada level kemampuan tertentu, Anda juga harus memahami kontur tanah dan pola pohon-pohon yang ada di berbagai area permainan, agar dapat juking atau menggocek musuh.

Jadi tak perlu saling berkelahi, karena sebenarnya Dota dan League sudah beda gameplay, dengan kompleksitasnya masing-masing.

Sumber header: Riot Games

Grand Final Blibli Esports Championship 2019 Jadi Ajang Pencarian Bakat Esports Baru

Akhir pekan ini (7-8 Desember 2019) adalah kulminasi gelaran Blibli Esports Championship 2019. Mempertandingkan Arena of Valor, Dota 2, dan PUBG Mobile, pemain-pemain terbaik akan bersaing di panggung utama yang hadir di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta.

Sedari awal, gelaran Blibli Esports Championship 2019 memang diadakan untuk para pemain yang berada di tingkat semi-pro. Sebelumnya, rangkaian kompetisi ini sudah diadakan di beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Negeri Jakarta, Universitas Budi Luhur, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada gelaran puncak tersebut, akan ada 16 kampus dan pemain-pemain kelas semi-pro dari 3 regional yang akan bertanding. Berikut daftarnya:

Kampus DKI Jakarta:

  1. Universitas Trisakti
  2. UPN Veteran Jakarta
  3. Universitas Bunda Mulia
  4. Universitas Negeri Jakarta
  5. Universitas Muhammadiyah Jakarta
  6. Universitas Budi Luhur
  7. Perbanas Institute
  8. Indonesia Banking School
  9. Universitas Jayabaya
  10. Universitas Atmajaya
  11. Universitas Pancasila
  12. Universitas Mercu Buana

Kampus Tangerang:

  1. Politeknik Negeri Jakarta
  2. Universitas Pamulang
  3. UIN Syarif Hidayatullah

Kampus Depok:

  1. Politeknik Negeri Jakarta

Regional Turnamen:

  1. Jakarta
  2. Tangerang
  3. Bekasi

Walau mempertandingkan tim-tim setingkat semi-pro, Blibli Esports Championship 2019 akan tetap dipandu oleh nama-nama yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Acara akan dipandu oleh Darius Drew dan Sabila Aprilia, pertandingan AOV akan dipandu oleh Aldo dan Ravalda, dari PUBG Mobile ada duet Pasta dan Bangpen, dan pertandingan Dota 2 akan dipandu oleh JustInCase dan ARS.

Sumber: Blibli Blog
Keseruan Fun Match bersama Nara Pixies saat Blibli Esports Championship Regional Jakarta. Sumber: Blibli Blog

Blibli Esports Championship 2019 juga tidak sekadar menghadirkan pertandingan saja, akan ada juga berbagai acara menarik yang bisa Anda ikuti. Akan ada puncak acara Shoutcaster Got Talent dengan Clara “Mongstar” sebagai juri. Ada juga Sharing Session dari Sarah Viloid dan Bangpen, Fun-Match serta Talkshow dari Belletron serta RRQ, ditambah juga penampilan dari Giring Ganesha dan JKT48 di hari kedua.

Selain gelaran utama, ada juga activity booth dari Blibli yang mengadakan mini-tournament dengan hadiah uang tunai yang cukup besar. Beberapa game yang dipertandingkan adalah:

  • PUBG Mobile dengan total hadiah Rp3 juta/hari
  • PES 2020 dengan total hadiah Rp4 juta/hari
  • Temple Run dengan total hadiah Rp3 juta/hari

Ini bukan kalinya pertama Blibli melakukan inisiatif untuk esports. Sebelumnya, salah satu ecommerce terbesar di Indonesia ini juga ikut turun tangan mendukung gelaran Piala Presiden 2019.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Tempo hari, Andy Adrian Deputy Chief Marketing Officer untuk Blibli sempat menceritakan alasan Blibli mendukung esports kepada Hybrid jelang Piala Presiden Esports 2019. Ia mengucapkan, salah satunya karena pasar esports merupakan salah satu target pasar yang dituju oleh ecommerce. 

Selanjutnya Lay Ridwan Gautama SVP – Trade Partnership untuk Blibli juga menambahkan, bahwa engagement komunitas gamers, dan branding Blibli sebagai perusahaan ecommerce yang selalu up-to-date dengan tren terkini juga jadi alasan berikutnya.

Tandai kalender Anda, dan hadiri gelaran Grand Final Blibli Esports Championship 2019! Untuk informasi lebih lengkap, Anda juga dapat mengunjungi laman resmi Blibli Esports Championship 2019.

Seputar Hyde Sebagai Stand-In BOOM Esports Untuk DreamLeague Season 13

Pengumuman mengejutkan datang dari kancah kompetitif Dota 2 Indonesia. Jelang kualifikasi SEA untuk DreamLeague Season 13 Major dimulai, BOOM Esports mengumumkan bahwa Muhammad “InYourDream” Rizky akan rehat dari dunia kompetitif Dota untuk sementara waktu. Hal ini jadi mengejutkan karena InYourDream bisa dibilang sebagai salah satu pemain ujung tombak dari tim BOOM Esports.

Lewat sebuah pengumuman yang dilakukan lewat postingan Instagram, dikatakan bahwa Brizio “Hyde” Adi Putra akan menjadi stand-in menggantikan InYourDream selama kualifikasi DreamLeague Season 13 Major. Pengumuman tersebut juga mengatakan, walau rehat, InYourDream akan tetap bersama BOOM Esports.

Pergantian pemain dalam waktu yang cukup sempit ini ternyata tidak terlalu banyak memberi dampak kepada performa BOOM Esports sejauh ini. Dalam kualifikasi dengan format grup, BOOM Esports masih berada di peringkat dua, dengan perolehan 1 menang melawan Sterling Global Dragons, 1 seri melawan Alpha Hashtag, dan 1 kalah melawan Fnatic.

Hyde (kedua dari kiri) saat bermain bersama FBZ dan Mikoto di tim Pandora Esports. Sumber: Pandora Esports
Hyde (kedua dari kiri) saat bermain bersama FBZ dan Mikoto di tim Pandora Esports. Sumber: Pandora Esports

Ini mungkin dikarenakan Hyde tak bisa dibilang sebagai wajah baru di kancah kompetitif Dota. Usut punya usut, Hyde memang sempat bermain bersama FBZ dan Mikoto, saat masih membela tim Pandora Esports dahulu. Bermain sebagai posisi 4, Hyde terbilang tidak terlalu sulit beradaptasi dengan gaya permainan kawan-kawan lainnya.

Membicarakan soal Hyde, saya lalu berbincang dengan ex-Pro Player Dota 2, Farand “Koala” Kowara. Ia memberikan sedikit pandangannya seputar Hyde, baik secara personal ataupun skill sang pemain. “Hyde bisa gue bilang sebagai pemain dengan kemampuan tinggi, tapi masih butuh pengalaman.” ucap Koala. “Tapi kalau soal gaya main, menurut gue tetap butuh waktu agar dia bisa klop dengan tim BOOM Esports. Tapi mengingat ia pernah satu tim dengan FBZ dan Mikoto, harusnya tidak butuh waktu lama bagi Hyde untuk bisa selaras dengan permainan BOOM Esports.” tegasnya.

Farand "Koala" Kowara | Sumber: ggScore
Farand “Koala” Kowara | Sumber: ggScore

Satu yang mungkin membuat Anda bertanya-tanya adalah soal kemampuan mekanik dari sang pemain. Apakah kemampuan Hyde dengan InYourDream bisa dikatakan sebanding? “Kalau dibandingin sih sebetulnya agak sulit, karena role utama kedua pemain yang beda jauh. Tapi seperti yang gue bilang di awal, kemampuan mekanik Hyde cukup tinggi, apalagi mengingat patch baru yang membuat hal apapun bisa terjadi di dalam kompetisi. Gue personal berharap BOOM Esports bisa lolos DreamLeague Season 13 supaya menjadi hadiah tersendiri dari Hyde kepada BOOM Esports.” Koala menjelaskan.

Dengan ini, maka berikut roster BOOM Esports untuk kualifikasi DreamLeague Season 13

  1. Randy ‘Dreamocel’ Sapoetra – Carry
  2. Rafli ‘Mikoto’ Fathur Rahman – Midlaner
  3. Saieful ‘Fbz’ Ilham – Offlaner
  4. Brizio ‘Hyde’ Adi Putra Budiana – Support (stand-in)
  5. Alfi ‘Khezcute’ Nelphyana – Support
  6. Muhammad “InYourDream” Rizky – Inactive

Tantangan berat berad di hadapan BOOM Esports. Mengingat ini adalah kompetisi Major DPC 2019-2020, lawan-lawan mereka tentu bukan merupakan tim sembarangan. Kualifikasi SEA saja mungkin sudah jadi tantangan berat, apalagi jika berhasil tembus sampai baban Main Stage yang artinya Hyde dan BOOM Esports akan berhadapan dengan tim Dota 2 kelas dunia. Semoga saja, Hyde juga siap secara mental, dan bisa memberikan yang terbaik pada gelaran DreamLeague Season 13 ini.

The Outlanders Update Dota 2: Tambah Level Hero dan Beri Item dari Creep

Pucuk dicinta ulam pun tiba, The Outlanders Update Dota 2 versi 7.23 yang lama ditunggu akhirnya datang juga. Sudah menjadi siklus tahunan, update pasca-TI memang selalu berhasil membuat dahi Anda mengkerut, atau mungkin kesal karena perubahan yang terlalu signifikan.

Saya bisa bilang bahwa The Outlanders Update Dota 2 versi 7.23 ini merupakan salah satu yang paling lucu sepanjang perjalanan si pionir MOBA ini menemani kita selama kurang lebih 10 tahun. Jika menurut Anda penambahan Talent di update sudah membuat Dota 2 jadi aneh, maka tidak akan sama anehnya dengan meningkatnya batas maksimal level hero jadi 30 dan Neutral Creep yang kini menjatuhkan item.

Dua Hero baru

Satu bagian dari keluarga Spirit muncul ke permukaan dan turut bergabung di War of the Ancients. Dia adalah Inai the Void Spirit. Mengandalkan keahliannya menggunakan tombak bermata dua, serta punya kekuatan untuk berpindah dimensi membuat Void Spirit jadi salah satu Hero yang punya mobilitas yang tinggi.

Valve memasukkan Inai ke dalam kelompok, Melee, Carry, Escape, Nuker, dan Disabler. Dia punya kemampuan disable lewat skill Aether Remnant, lincah bergerak sembari melumpuhkan musuh dengan Dissimilate, kuat bertahan di dalam pertarungan dengan Resonant Pulse, dan bisa menebas banyak musuh dengan satu kali terjangan Astral Step.

Sumber: Valve
Sumber: Valve

Hadir menemani Void Spirit ada Beatrix Snapfire dan tunggangannya yang setia, Mortimer. Seperti kebanyakan ras Keen Folk, Beatrix Snapfire mengandalkan senjata api, teknologi canggih, dan dalam kasus Snapfire adalah kemampuan Mortimer yang bisa mengeluarkan ludah api.

Snapfire dapat melukai banyak musuh sekaligus dengan tembakan Scatterblast dari pistolnya. Dia punya Firesnap Cookie, kue racikan yang bisa membuat Mortimer ataupun musuh yang ditarget jadi melompat secara tiba-tiba. Hati-hati jika bergerak terlalu dekat dengan Snapfire karena di bawah pelananya ada Lil’ Shredder, senjata mematikan yang siap mengoyak baju zirah Anda. Jika Anda jauh dari jangkauan dari berbagai peralatan tempur Snapfire, Mortimer Kisses juga siap membuat Anda kehabisan ruang gerak karena ludah api tersebut akan membakar area yang ditarget.

Perubahan ekonomi awal game

Kesal support lupa beli atau upgrade kurir? Atau kesal karena berebut kurir? Sekarang tak perlu khawatir, karena masing-masing pemain mendapat kurir secara gratis. Observer Ward juga bisa didapatkan secara gratis, namun Anda masih harus mengambilnya dari Shop. Setiap pemain juga akan mendapatkan 3 Town Portal Scrolls secara gratis di awal permainan.

Kembali bicara soal kurir, ada sedikit penyesuaian pada mekanik penggunaannya. Kurir kini memiliki level yang akan mengikuti level dari Hero yang Anda mainkan. Pada level tertentu, kurir akan mendapat penambahan skill. Level 5 kurir mendapatkan Flying Movement, level 10 mendapat skill Speed Burst, level 15 kurir bisa digunakan untuk meletakkan Wards, level 20 kurir mendapat ability Shield, level 25 kurir bisa menggunakan item aktif.

Hero level 30 dan berbagai macam rework

Seperti update level cap game RPG, batas maksimal Hero Dota 2 kini meningkat dari 25 jadi 30. Jika sudah mencapai level 30, Anda dapat membuka semua Talent Tree. Walau demikian, kerugian berupa XP Bounty yang diterima musuh dan Respawn Time yang Anda dapat akan tetap sama seperti saat level 25.

Bukan hanya naik level, banyak skill hero yang kini jadi berubah. Cara kerjanya mungkin masih mirip, tapi dengan beberapa penambahan-penambahan yang bisa bikin mengernyitkan dahi. Salah satu contohnya bisa Anda lihat di bawah ini, Kunkka sekarang bisa membuat area peperangan jadi seperti taman air mancur.

Tapi tenang, skill tersebut bukan bagian dari talent, melainkan rework Aghanim Upgrade Kunkka. Selain dari Kunkka masih ada sekitar 25 hero yang kelimpahan rework Aghanim Upgrade dan 21 hero lain yang mendapatkan Ability Rework. Jadi siapkan waktu dan tenaga untuk mempelajari 47++ hero yang telah mengalami perubahan tersebut.

Neutral Creep menjatuhkan Item dan Outpost

Elemen RPG pada The Outlanders Update bukan hanya pada peningkatan “level cap” saja, tapi juga penambahan mekanik berupa drop item pada Neutral Creep yang Anda bunuh. Walau mekanik ini terlihat janggal, namun Icefrog sepertinya terinspirasi dari cara kerja neutral creep pada RTS besutan Blizzard, Warcraft III.

Sumber: Wykrhm Reddy
Sumber: Wykrhm Reddy

Item dari Neutral Creep punya tingkatan sampai dengan 5. Kemungkinan drop item dari Neutral berubah sesuai dengan durasi permainan. Menit 5 – 15 item tier 1 punya 10% drop chance, menit 15 – 25 item tier 2 punya 10% drop chance, menit 25 – 35 item tier 3 punya 10% drop chance, menit 35 – 45 item tier 3 dan 4 punya 5% drop chance, menit 45 – 70 item tier 4 punya 10% drop chance, dan pada menit 70+ giliran item tier 5 punya 10% drop chance.

Masing-masing tier item dari Neutral punya daftarnya tersendiri, yang tentunya akan terlalu panjang jika saya jabarkan semuanya di sini. Tapi beberapa di antaranya punya mekanik yang menarik. Contohnya ada Trusty Shovel, yang menambah HP dan memungkinkan kamu “menggali harta karun” yang bisa mendapatkan entah Bounty Rune, Flask, TP Scroll 2 charged, atau mungkin seekor Kobold. Ada juga Fallen Sky, resep yang drop pada tier 5 untuk menggabungkan Blink Dagger dengan Meteor Hammer. Efeknya seperti Blink Dagger, tapi bedanya kamu akan datang dalam bentuk meteor yang memberi efek stun serta damage.

Sumber: Wykrhm Reddy
Sumber: Wykrhm Reddy

Tambahan lainnya adalah bangunan netral bernama Outpost. Bangunan ini menggantikan peran Side Shops yang dahulu biasa digunakan untuk membeli TP atau melengkapi item-item kecil. Outpost bisa Anda ambil alih dengan cara klik bangunannya dan channel selama 6 detik. Outpost yang sudah dimiliki akan memberi XP dan berfungsi sebagai watch tower setelahnya. Outpost memberi truesight vision sebesar 500 AoE, bonus XP setiap 5 menit sekali, dan bisa digunakan sebagai tempat TP.

Kata pro player dan analis tentang update ini

Tak lengkap rasanya jika bicara update tanpa mendiskusikannya dengan para ahli Dota. Untuk itu, saya bertanya kepada ex-Pro Player Dota 2 Farand “Koala” Kowara, dan shoutcaster Dimas “Dejet” Surya Rizki. Dejet menganggap peningkatan level jadi 30 dan mekanik item drop jadi dua hal yang akan mengubah cara main Dota. “Itu sama saja dengan dapat item secara gratis tanpa harus keluarkan gold satu peserpun. Satu lagi adalah masing-masing orang punya kurir, jadi nggak ada lagi deh salah-salahan soal kurir kalau main pub atau bareng kawan….hahaha.” ucapnya seraya sedikit berkelakar.

Farand "Koala" Kowara | Sumber: ggScore
Farand “Koala” Kowara | Sumber: ggScore

Koala menyoroti soal dua pendatang baru di War of the Ancients, Inai the Void Spirits serta Beatrix Snapfire & Mortimer. Menurutnya keluarga Spirits yang baru muncul ini sebenarnya mirip dengan salah satu saudaranya, Ember Spirit. “Sepertinya tipe damage Void Spirit adalah burst damage, jadi kurang cocok jadi carry. Mungkin dia akan cocok jika ditempatkan di mid, dapat level lebih dahulu, scaling damage dari skill.” kata Koala kepada saya.

Lanjut membahas Snapfire, awalnya saya merasa hero ini bisa cocok di midlane, tetap Koala mengatakan. “Snapfire harusnya support sih, antara support 4 atau 5. Kalau untuk mid, gue belom bisa menentukan, karena harus melihat scaling heronya seperti apa. Kalau bisa, mungkin akan seperti Puck, hybrid magic/fisik.” jelas Koala.


Update super besar ini membuat Dota 2 jadi segar kembali, malah membuatnya terasa jadi seperti Dota 3. Pada perubahan ini Valve terlihat seperti membuat permainan jadi lebih sederhana di awal, namun meningkatan kompleksitasnya jelang akhir permainan. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Dejet, bahwa sistem item drop pada Neutral membuat permainan jadi tambah menarik. Akankah perubahan ini membuat durasi permainan Dota 2 jadi lebih cepat atau malah jadi makin alot?