Tag Archives: dota 2 indonesia

Analisa Wakil Indonesia di Dota Pro Circuit SEA Season 2

Seluruh tim Dota 2 kembali bertarung ke wilayah masing-masing di Dota Pro Circuit 2021 Season 2 seusai ONE Esports Singapore Major yang berhasil dimenangkan oleh Invictus Gaming. Terdapat berbagai wakil Indonesia baik organisasi asal Indonesia maupun pemain yang memutuskan berkarir di tim luar negeri berjuang baik di upper divisions dan lower divisions DPC 2021.

Kali ini kami berbincang bersama Adit “AVILLE” Rosenda yang sebelumnya dikenal sebagai pemain Dota 2 dari EVOS Esports dan kini menjadi shoutcaster Dota 2 di channel YouTube pribadinya. Ia memberikan analisa mengenai perubahan yang dilakukan oleh 2 tim esports Indonesia yakni BOOM Esports dan Army Geniuses. Selain itu juga ada T1 dan 496 Gaming yang mengisi roster mereka dengan pemain Indonesia.

 

BOOM Esports

boomdreamocel-1-1024x576
Sumber: ONE Esports

Menjadi satu-satunya, tim Dota 2 Indonesia di DPC 2021 Upper Divisions Season 1, BOOM Esports meraih hasil yang kurang maksimal dan gagal lolos ke ONE Esports Singapore Major. Mereka harus puas berada di peringkat 5 dengan rekor 4 kemenangan dan 3 kali kalah. Perjalanan BOOM bersama Andrew “Drew” Halim yang baru direkrut untuk menggantikan Randy “Dreamocel” Sapoetra bahkan harus terhenti di tengah jalan dan digantikan Nuengnara “23Savage” Teeramahanon, mantan pemain Fnatic sampai akhir musim DPC Season 1.

Kabar baiknya, BOOM masih bertarung di DPC Upper Divisions untuk musim kedua. Drew akhirnya resmi dilepas dari tim dan 23Savage akhirnya menjadi pemain T1. Dreamocel akhirnya kembali ke BOOM untuk mengisi posisi carry. Sebelumnya, ia bergabung ke Zero Two bersama Muhammad “inYourdreaM” Rizky namun meraih hasil kurang memuaskan dengan berada di peringkat 6 DPC Season 1 lower divisions. Kembalinya Dreamocel ke BOOM berjalan cukup baik dengan meraih juara ketiga Predator League 2020/21.

aville1
Adit “AVILLE” Rosenda. Sumber: joinDOTA

AVILLE: “Kembalinya Dreamocel ke BOOM menjadi win-win solution bagi kedua pihak. Keluarnya Dreamocel setelah lebih dari 3 tahun di BOOM menjadi evaluasi dan refleksi yang ia lakukan. Secara performa individu, ia lebih meningkat dibanding sebelumnya dengan berhasil menembus 10 ribu MMR. Tidak hanya itu, ia juga kembali mendapat kesempatan untuk bisa lolos ke major dan The International.

Sedangkan BOOM mendapatkan versi terbaik dari Dreamocel dari sebelum ia keluar mengingat ia mendapat pengalaman berharga bisa bermain dengan pemain dari berbagai negara yang berbeda dan juga kemampuan individu yang lebih baik. Secara tim, BOOM masih bertumpu di Mikoto yang terlihat permainannya yang stabil di Predator League 2020/21 walau pemain lain juga tidak kalah bagus. Persaingan mereka ke major masih sama seperti musim sebelumnya dengan nama-nama besar seperti Fnatic, T1, TNC Predator, dan OB Neon Esports yang sering mereka hadapi.”

 

T1

800px-Xepher_WePlay_Bukovel_Minor
Kenny “Xepher” Deo Sumber: WePlay

Menghadirkan duet pemain support asal Indonesia yakni Kenny “Xepher” Deo dan Matthew “Whitemon” Filemon, T1 meraih hasil memuaskan dengan berhasil melangkah ke ONE Esports Singapore Major dan bertarung dari babak wild card. Langkah mengejutkan dilakukan oleh T1 dengan memutuskan melepas Souliya “JaCkky” Khoomphetsavong, pemain carry mereka dari tim dan akhirnya digantikan 23Savage menjelang major.

Sayangnya perjalanan T1 di major tidak berjalan mulus bahkan sebelum major dimulai. Carlo “KuKu” Palad, pemain offlaner T1 tidak bisa terbang ke major dan akhirnya digantikan oleh Lee “Forev” Sang Don yang pernah bermain di T1. Debut 23Savage di T1 berjalan sangat buruk dengan hanya meraih hasil 1 kemenangan dari 5 pertandingan yang dijalani.

AVILLE : “Kehadiran 23Savage yang menggantikan Jackky tidak banyak mengubah gaya permainan T1. Kedua pemain sangat mirip permainannya terutama ketika di early dan mid game namun berbeda ketika sudah memasuki late game. Jackky memiliki tipikal yang agresif sedangkan 23 lebih bermain sedikit santai dan cenderung berhati-hati.

Saat di major kemarin, permainan 23Savage juga tidak begitu terlihat karena mereka kehilangan sosok Kuku yang juga kapten tim. Begitu pula dengan Xepher dan Whitemon yang meski memiliki pengalaman menghadapi tim Dota tier 1 sebelumnya namun terlihat mereka terkadang kehilangan arah dan pergerakan yang aneh tanpa kehadiran Kuku.

Sama seperti BOOM, peluang untuk lolos ke major bakal berlangsung ketat mengingat juga ada patch 7.29 yang baru saja hadir. Siapapun tim yang bisa memanfaatkan dengan baik patch ini, mereka yang memiliki peluang besar untuk lolos ke major berikutnya.”

 

Army Geniuses

154786799_253037652948635_6841858337861087034_n
Sumber: Army Geniuses

Sukses meraih peringkat 5 di klasemen akhir, Army Geniuses yang merupakan organisasi esports Dota 2 Indonesia kembali bertarung di DPC League Lower Division musim kedua. Menariknya, AG mempertahankan seluruh pemain mereka di musim sebelumnya. AG juga aktif mengikuti turnamen luar negeri setelah DPC League musim pertama usai.

Hasil beragam didapatkan oleh AG selama mengikuti turnamen. Mereka tidak pernah mendapat hasil 4 besar di turnamen yang mereka jalani dengan pencapaian tertinggi mereka ketika meraih 6 besar di WCAA Spring Festival Cup. Pengalaman yang mereka ikuti di berbagai turnamen menjadi persiapan berharga bagi Tri Daya “Mamang Daya” Pamungkas dan kawan-kawan sebelum bertarung untuk memperebutkan slot ke Upper Divisions.

AVILLE : “Performa mereka tentu lebih meningkat dibandingkan DPC musim sebelumnya dengan pengalaman dan ilmu yang didapatkan baik saat masih bertarung di musim pertama lower divisions dan keikutsertaan mereka di berbagai turnamen akhir-akhir ini.

Namun melihat hasil yang diraih, peluang mereka untuk lolos ke upper divisions terbilang cukup berat karena mereka menghadapi lawan-lawan yang lebih diunggulkan seperti MG Trust, SMG, dan Galaxy Racer namun untuk bisa kembali mendapat di lower divisions, mereka masih ada peluang.”

 

496 Gaming

drew-farewell-640x360
Andrew “Drew” Halim Sumber: Reality Rift

Berisikan seluruh pemain Vietnam, 496 Gaming harus turun ke lower divisions DPC Season 2 setelah berada di peringkat 7 klasemen akhir di Upper Division Season 1. Perubahan pemain mereka dengan mendatangkan Drew, pemain asal Indonesia yang terakhir bermain di BOOM Esports. Kehadiran Drew menggeser Nguyen “Datbb” Thanh Dat yang sebelumnya bermain sebagai carry kini beralih menjadi offlaner. Debut Drew bersama 496 Gaming di Predator Gaming 2020/21 berlangsung kurang mulus setelah harus puas meraih 6 besar.

AVILLE: “Keputusan 496 Gaming mendatangkan Drew terbilang wajar karena saat ini susah mencari carry papan atas di region SEA terlebih lagi ia berada di 20 besar top MMR di server SEA. Meski Drew bersama 4 pemain asal Vietnam, menurut saya komunikasinya dengan rekan tim tidak menjadi masalah karena komunikasi Dota lebih memakai bahasa yang mudah dipahami seperti let’s push, get back, atau smoke.

Hanya saja Drew beberapa kali masih ada miss koordinasi dengan tim saat terutama ketika takluk melawan South Built Esports yang merupakan lawan perdana mereka di DPC League Lower Divisions Season 2. Secara individu, Drew bermain baik dengan laning stage yang berhasil ia menangkan namun harus memperbaiki untuk pertandingan berikutnya. Berbicara peluang, sama seperti AG peluang 496 untuk kembali ke upper divisions terbilang berat karena harus menghadapi tim-tim unggulan di lower divisions.”

Profil Army Geniuses: Secuil Perjalanan Para Pemain Muda Menuju DPC 2021

Dota 2 Indonesia mengalami perkembangan yang sangat dinamis di tahun 2018 berkat kehadiran Indonesia Esports Premier League sampai satu persatu mulai bubar dan akhirnya ditinggalkan. Salah duanya adalah EVOS Esports dan Rex Regum Qeon, tim raksasa dan senior di Indonesia yang di tahun 2019 sama-sama berhenti mengoperasikan divisi Dota 2 mereka.

Tidak banyak tim baru Indonesia yang bermunculan di 2020 dan bisa menyaingi prestasi BOOM Esports yang tampil konsisten dan berprestasi baik di Indonesia maupun di turnamen regional. Namun ada satu tim Dota 2 Indonesia yang layak diperhitungkan akhir-akhir ini yaitu Army Geniuses. Berbeda dengan tim esports Indonesia yang mayoritas beroperasi di Jakarta, Army Geniuses berasal dari Batam, Kepulauan Riau yang dihuni oleh 5 pemain Indonesia.

Meski berkali-kali lolos di berbagai turnamen internasional, nama mereka mulai terlihat ketika menjadi salah satu tim yang lolos ke Lower Division DOTA Pro Circuit SEA 2021.

Sebelumnya mereka harus takluk di babak tiebreaker usai menghadapi ZeroTwo (tim gabungan dari Muhammad “InYourdreaM” Rizky dan Randy “Dreamocel” Sapoetra). Untungnya, mereka berhasil lolos karena Assault harus dicoret dari daftar tim yang lolos usai terbukti melakukan account sharing saat bertanding.

87363760_115088416743560_5727384205415940096_o

Farand “KoaLa” Kowara, pelatih dari Army Geniuses berbagi cerita mengenai cerita mengenai awal terbentuknya tim, proses berjalannya tim, hingga pendapatnya akan keberhasilan tim lolos ke lower division DPC SEA 2021.

 

Awal Mula Army Geniuses

Army Geniuses (AG) terbentuk sejak akhir Januari 2020 dengan diisi hampir seluruh pemain dari PG Orca, tim akademi dari Pondok Gaming yakni Haikal “StarGazer” Hadzik, Tri “MamangDaya” Daya Pamungkas, Syaid “woMy” M Reski, dan Yukatheo “you_K” Glenn. Satu-satunya pemain dari luar PG Orca adalah Hidayat “lawlesshy” Narwawan yang sebelumnya bermain untuk Louvre dan PG Barracx.

Sebelumnya, PG Orca sendiri meraih hasil yang cukup memuaskan di kancah lokal dengan berhasil menembus 8 besar di ESL Indonesia Championship Season 1 dan mencapai 6 besar di musim selanjutnya. Tidak hanya itu, mereka juga sukses meraih prestasi di turnamen internasional seperti juara 2 di UniPin SEACA 2019 dan juara 3 di Sin Esports DOTA 2 League Season 1.

armygeniuse121s
Army Geniuses di turnamen ParaBellum DOTA 2 Tournament 2020 (Sumber: Army Geniuses Fanpage)

Debut turnamen Dota 2 yang diikuti AG berada di luar Indonesia yakni ParaBellum Dota 2 Tournament 2020 yang diadakan di Bangkok, Thailand. Pencapaian membanggakan berhasil didapatkan dengan meraih juara ketiga  usai takluk melawan Neon Esports dengan skor 1-2.

KoaLa sendiri bergabung menjadi pelatih sejak terbentuk. “Walau mereka masih terbilang muda, mereka sudah membuktikan prestasi mereka saat berada di PG Orca dan gua melihat mereka bisa berkembang gitu.” Ungkap KoaLa. Roster AG sendiri memang masih belia dengan pemain termuda adalah woMy yang masih berusia 18 tahun. Sedangkan yang tertua adalah you_K yang berusia 21 tahun.

 

Proses dan Pencapaian AG di 2020

Sumber: Army Geniuses Fanpage
Sumber: Army Geniuses Fanpage

Seusai turnamen ParaBellum, AG menjadi salah satu tim yang bertarung di ESL SEA Championship 2020. MamangDaya dan kawan-kawan saat itu berhasil lolos melalui jalur kualifikasi terbuka. Sayangnya, mereka harus tersingkir dini di turnamen dengan meraih peringkat terakhir. Setelah turnamen tersebut, nama mereka tidak lagi terlihat sampai akhirnya berhasil menjadi wakil Indonesia di Razer SEA Invitational 2020.

Tampil dominan dan berhasil meraih peringkat pertama di babak grup, sayangnya, mereka harus puas berada di peringkat ketiga setelah takluk dari Neon Esports dan 496 Gaming di babak Playoff.

AG juga turut mengikuti berbagai kualifikasi online namun gagal melaju ke babak utama sampai akhirnya berhasil lolos di DOTA Summit 13 Online: SEA usai menaklukan only play today di kualifikasi terbuka. Sayangnya di babak grup, AG gagal melaju ke babak selanjutnya setelah terbenam di posisi terakhir dengan meraih 3 kali hasil imbang dari 9 pertandingan yang dijalani.

Di bulan Desember, AG mengikuti 2 turnamen online yakni Moon Studio Carnival Cup dan Huya Winter Invitational namun di 2 turnamen tersebut, mereka tidak berhasil mendapatkan posisi 8 besar.

 

Lolosnya AG di Lower Divisions DPC

Meski berhasil lolos ke Lower Divisions dengan cara yang tidak biasa, KoaLa mengakui mereka tidak banyak melakukan latihan sebelum kualifikasi terbuka.

“Jujur aja kaget sih, kita bisa melangkah sampai sejauh ini karena kita kan habis liburan yang membuat kami tidak banyak latihan untuk mencoba META baru. Walaupun kami setidaknya bisa mendapat 1 game namun kami kurang bisa menutup game dengan rapih. Hal tersebut jadi PR yang harus kita selesaikan.

Kalau soal Assault kena diskualifikasi sebenarnya kita senang-senang aja sih masuk DPC lewat jalur tersebut namun dalam hati pasti ingin masuk DPC lewat jalur normal (kualifikasi). Namun bukan berarti kami tidak layak mendapatkan slot tersebut karena menurut gua kita lumayan perform baik di kualifikasi terbuka maupun di kualifikasi tertutup.” Ungkapnya.

AG sendiri berhasil lolos ke kualifikasi terbuka saat kualifikasi pertama dengan sukses mengalahkan Motivate Trust, tim yang sebelumnya meraih gelar juara di BTS Pro Series Season 3: SEA dan DOTA Summit 13: Online SEA.

Berbicara mengenai lawan yang patut diwaspadai, KoaLa memilih untuk mewaspadai semua lawan mereka di lower divisions. “Apalagi di META baru ini banyak yang pakai cheese/strat yang berbeda dari patch sebelumnya. Lengah dikit pasti kalah draft. Jadi otomatis semuanya harus diwaspadai. Namun jika disuruh memilih, Omega Esports lawan terkuat di Lower Divisions mengingat mereka memiliki strat yang variatif.” kata mantan pelatih Rex Regum Qeon ini.

Sampai artikel ini ditulis, debut Army Geniuses di DPC Season 1 Lower Divisions berjalan manis dengan meraih kemenangan 2-0 tanpa balas dari Galaxy Racer dan sukses membalas kekalahan mereka saat menjamu Zero Two, 2-1. Pencapaian ini membuat AG saat ini berada di posisi pertama di klasemen sementara lower divisions. MamangDaya dan kawan-kawan akan kembali bertarung pada tanggal 3 Februari menghadapi Cignal Ultra.

Dota 2 BTS Pro Series Season 3 dan Tim Baru Whitemon

Setelah sukses dengan musim kedua, Beyond The Summit Pro Series akan berlanjut ke Season 3. Pada tanggal 9 September lalu, Beyond The Summit mengumumkan BTS Pro Series untuk kawasan Eropa/CIS dan SEA. Pada musim pertama, BTS Pro Series berjalan pada 2 kawasan, Amerika dan SEA. Lanjut di musim kedua, BTS Pro Series juga kembali berjalan di dua kawasan tersebut.

Musim ini menjadi BTS Pro Series dengan jumlah kawasan terbanyak. BTS Pro Series Season 3: Americas sudah berjalan sejak 7 September 2020 lalu. Pengumuman BTS Pro Series: EU/CIS menjadi penambahan kawasan baru untuk rangkaian turnamen Dota 2 Online ini. Bersamaan dengan pengumuman tanggal kick-off pertandingan, BTS Pro Series juga mengumumkan tim-tim yang bertanding.

Ada 10 tim untuk kawasan SEA, dan 9 tim untuk EU/CIS. Untuk SEA ada BOOM Esports, TNC Predator, Fnatic, Neon Esports, NEW Esports, 496 Gaming, Execration, 032, Motivate.Trust Gaming, dan Among Us. Untuk EU/CIS ada Ninja in Pyjamas, Vikin.gg, 5men, Khan, B8, Team Unique, Team Empire, HellRaisers, dan Mud Golems.

Satu yang menarik dari BTS Pro Series: SEA tentunya adalah tim Among Us yang berisikan Jabz, Whitemon, Kuku, Abed, dan 23Savage. Mengutip Liquidpedia, Matthew Filemon atau Whitemon bermain Dota 2 secara profesional untuk pertama kali pada tim EVOS Esports. Setelah divisi Dota 2 EVOS Esports bubar pada Oktober 2019 lalu, pemain asal Indonesia ini lalu ditarik ke dalam tim Geek Fam.

Bersama Geek Fam, Whitemon berhasil menjadi juara BTS Pro Series Season 2: SEA setelah mengalahkan BOOM Esports di babak final. Namun naas, Geek Fam juga membubarkan divisi Dota 2 mereka, sehingga kini Whitemon bergabung dengan tim bentukan Kuku tersebut. Kuku sempat membalas twit dari Paolo Bago Gonzales, mantan analis tim Fnatic, dan mengatakan bahwa tim tersebut dibentuk hanya untuk “bersenang-senang saja”.

Pertandingan BTS Pro Series: SEA dibagi menjadi dua babak. Babak grup, yang bertanding secara single round-robin, akan dimulai dari tanggal 12 sampai 23 September 2020 mendatang. Delapan tim terbaik akan melaju ke babak Playoff, bertanding secara double-elimination bracket, mulai dari tanggal 24 hingga 27 September 2020 mendatang.

Cerita Team Aquila Atas Pencapaiannya di FSL Dota 2 Open II

Team Aquila, yang berisikan srikandi esports asal Indonesia, berhasil mendapat pencapaian yang baik dalam gelaran Female Esports League (FSL) Dota 2 Open II. Digelar tanggal 29 – 30 Agustus 2020 lalu, turnamen ini mempertandingkan 16 tim Dota 2 se-Asia Tenggara dengan roster yang berisi pemain perempuan saja.

Dalam turnamen ini, lawan dari Team Aquila juga tidak sembarangan. Salah satu tim bahkan sudah dinaungi oleh organisasi esports asal Filipina yaitu Bren Esports. Turnamen terdiri dari dua babak, babak grup, babak Playoff. Berhasil lolos dari babak grup, Team Aquila akhirnya harus terhenti di babak Semi-Final oleh Bren Esports. Sebelum membahas lebih lanjut cerita Team Aquila di turnamen tersebut, berikut daftar pemain Team Aquilla yang bertanding di gelaran FSL Dota 2 Open II.

  • Lanni Padmanegara (Skymeo) – Kapten
  • Dea Aliya Azhar (Catstreak!!!!!)
  • Felicia Elvina (Kael)
  • Elvarica N. (Evy Ivory)
  • Amadea Rista (Shyshyshy)

Tim redaksi Hybrid mewawancarai Lanni Padmanegara, kapten Team Aquila yang juga dikenal sebagai Skymeo. Lanni menceritakan bahwa dirinya memang sudah terjun dunia kompetitif Dota 2 sejak tahun 2016 lalu, lewat liga FSL. “Dulu pertama kali ikut bareng tim NXA Ladies, dan di sana kami berhasil mendapat prestasi. Kalau ditanya bagaimana ceritanya ikut turnamen FSL, ceritanya mungkin bakal panjang, karena aku selalu ikut bertanding di ajang turnamen khusus perempuan yang diadakan secara tahunan tersebut.”

Lanni Padmanegara atau Skymeo, kapten Team Aquila. Sumber: dokumentasi Lanni
Lanni Padmanegara atau Skymeo, kapten Team Aquila – Sumber: dokumentasi pribadi Lanni.

Lanni lalu menceritakan pengalaman mereka selama bertanding di FSL Dota 2 Open II yang diselenggarakan pada akhir pekan lalu tersebut. “Waktu babak grup, kami kesulitan melawan Pacific Pink. Tim tersebut memang konsisten dan hampir enggak pernah ganti roster, jam terbang mereka juga tinggi. Jadi sulit untuk mengimbangi skill dan mekanik mereka. Tapi akhirnya kami lolos babak grup dengan perolehan menang-kalah 2-1.”

“Babak Playoff juga terasa cukup berat sejak pertandingan pertama karena kami sempat kalah di early. Tapi tim kami punya satu tekad untuk tidak mudah menyerah, sehingga akhirnya kami bisa membalikkan kedudukan. Sayangnya kami harus kalah melawan Bren Esports di babak Semi-Final, lagi-lagi karena perbedaan kemampuan individu.” cerita Lanni.

Farand "Koala" Kowara | Sumber: ggScore
Farand Kowara atau Koala, sosok pemain Dota 2 berpengalaman yang dahulu pernah membela tim Rex Regum Qeon | Sumber: ggScore

Dalam menghadapi turnamen FSL Dota 2 Open II, Team Aquila diasuh oleh salah satu sosok ternama dari dunia kompetitif Dota 2 Indonesia, yaitu Farand Kowara atau Koala. Tim redaksi Hybrid juga menanyakan komentar dari Koala terkait pendapat, serta pengalamannya melatih Team Aquila. “Sejauh yang gue ketahui, pemain Team Aquila kebanyakan cuma main biasa, bukan main secara kompetitif. Tapi menurut gue, beberapa dari mereka ada yang memang punya potensi bagus, walau belum paham seluk beluk gameplay Dota 2 secara lebih dalam.” Farand memberi pendapatnya soal Team Aquila.

“Melatih mereka sih bisa dibilang gampang-gampang-susah, kurang lebih mirip-mirip seperti melatih pemain pro. Cuma menurut gue, karena mereka bukan pemain dengan jam terbang tinggi, mereka cenderung lebih mudah menerima masukan, sehingga bisa lebih mudah untuk dibentuk. Pada pertandingan kemarin, gue juga merasa mereka kalah dari Bren Esports cuma karena beda jam terbang aja kok.” Cerita Farand melatih Team Aquila

Lanni lalu menceritakan sedikit pengalamannya bertanding di FSL. “Pengalaman selama bertahun-tahun main di FSL sih banyak sekali suka dan duka. Tapi aku senang sekali jadi punya banyak teman dari sana, terutama sesama perempuan yang ternyata suka kompetisi juga. Dari sana aku juga ketemu sama Dea Aliya Adzar, yang sudah jadi berteman selama 5 tahun, dan selalu satu tim denganku.

Menutup perbincangan, Lanni mengutarakan harapannya. “Pengennya sih terus bertanding di dunia kompetitif Dota kalau memang masih ada kesempatan. Keinginan kompetisi tersebut mungkin jadi semacam ambisi pribadi, soalnya aku masih penasaran ingin mencicipi rasanya jadi juara satu… Hihi. Selain itu aku juga berharap cerita dan pencapaianku bisa menjadi inspirasi untuk female gamers lain, terutama yang punya ambisi di dunia kompetitif. Satu hal yang pasti, jangan cepat menyerah ya!”

Sekali lagi selamat untuk Team Aquilla atas pencapaian yang berhasil diraih dalam turnamen FSL Dota 2 Open II!

BOOM Esports Juara ESL SEA Championship, Libas Geek Fam 3-2

Tim Dota BOOM Esports sepertinya sedang dalam semangat penuh belakangan ini. Pekan lalu mereka mendapatkan hasil positif di laga perdana BTS Pro Series. Akhir pekan ini, mereka bertanding dalam laga final ESL SEA Championship, dan boyong gelar juara setelah kalahkan Geek Fam 3-2.

Pada laga Final, BOOM Esports bertanding dalam seri Best-of-5 yang sangat ketat, terutama pada game awal. Game pertama, BOOM Esports sempat keteteran. Berusaha melawan sekuat tenaga, tetapi Geek Fam menunjukkan performa yang lebih solid. Pertandingan jadi tarik ulur, BOOM Esports bahkan sempat mencuri barak di menit late-game. Tapi akhirnya tersapu bersih dengan tanpa persediaan buyback membuat BOOM Esports terpaksa ketik GG di menit 52.

Game kedua giliran BOOM Esports yang tunjukkan permainan lebih gemilang. Seperti game sebelumnya, pertarungan antara Randy Sapoetra (Dreamocel) dengan Marc Polo Luis Fausto (Raven) berjalan dengan teramat sengit. Ini membuat durasi pertandingan jadi molor lebih lama lagi.

Bahkan sampai menit 55, keadaan masih imbang walau BOOM Esports unggul skor kill 33-23. Akhirnya, keadaan game satu terulang, dengan Geek Fam yang kini jadi korban. Mereka dipukul rata, tak punya buyback, durasi respawn mencapai 2 menit, membuat Carlo Palad (Kuku) dan kawan-kawan jadi ketik GG di menit 71.

Perjalanan bagi BOOM Esports terlihat cukup mulus di pertandingan berikutnya, berasil menang dengan durasi yang cukup singkat. Tapi Geek Fam melawan balik di game 4, memaksa adanya game kelima dalam seri ini.

Pada pertandingan penentuan, Rafli Fathur Rahman (Mikoto) menggila dengan menggunakan salah satu keluarga hero Spirits yang kerap jadi andalannya, kali ini dia pakai Inai sang Void Spirits.

Berkali-kali Mikoto menculik pemain support Geek Fam yang sedang lengah, membuat Geek Fam kesulitan dalam membuka pertarungan skala besar. Akhirnya Geek Fam tertunduk kalah di menit 30, setelah mereka sudah benar-benar tak lagi punya asa untuk melawan.

Dengan kemenangan ini, BOOM Esports berhak mendapatkan hadiah uang sebesar US$8000 (sekitar Rp123 juta), dan juga kesempatan bertanding di ESL One Birmingham 2020 – Online: SEA. Untuk saat ini tim Dota BOOM Esports juga masih bertanding di dalam gelaran BTS Pro Series: SEA, dengan sisa dua pertandingan untuk babak grup.

Mari kita doakan yang terbaik, agar tim Dota BOOM Esports bisa mendapatkan hasil yang terbaik di berbagai kompetisi online yang sedang berjalan!

Perputaran pemain Dota 2 di Asia Tenggara, Info Tentang Mushi, Ohaiyo, Ramsz? dan Koala

Sekarang memang waktunya para tim melakukan pertukaran pemain atau membentuk tim baru guna mengadu nasib di Dota Pro Circuit atau DPC musim ini. Di ranah kompetitif Dota 2 Asia Tenggara, Anda sudah melihat T1 dengan masuknya Muhammad “inYourdreaM” Rizky dan Tri “Jhocam” Kuncoro. Namun itu saja belum cukup.

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN

Chai “Mushi” Lee fung dan Khoo “Ohaiyo” Chong Xin dikabarkan akan bermain di Team IO. Mereka juga akan ditemani oleh pemain-pemain yang tidak sembarangan. Ryan Jay “Raging Potato” Qui, Kalvin Kang “Meracle” Jian Wen dan Benhur “Nayeon” Lawis melengkapi roster Team IO.

Raging Potato dan Meracle sendiri sudah terkenal di ranah kompetitif Asia Tenggara. Meracle yang terkenal dengan permainan Naga Siren-nya akan mengisi posisi mid lane. Ohaiyo sendiri masih dengan role lama sebagai offlaner. Mushi yang menyerahkan peran mid lane ke Meracle akan bermain support bersama Raging Potato.

Benhur yang dulu sempat menjadi bermain di Mineski akan mengisi posisi Carry di Team IO. Bisa dibilang Team IO ini berisikan veteran Dota 2 Asia Tenggara yang ingin mencoba untuk kompetitif lagi.

Sumber: Dota2.com
Sumber: Dota2.com

Berlanjut ke pemain Indonesia, Ramzi “Ramz?” Bayhaki terlihat sudah tidak aktif sebagai roster MS Chonburi lagi. Ramz? sendiri sudah memperkuat tim MS Cerberus sejak bulan November 2019 lalu sebelum akhirnya berganti nama menjadi MS Chonburi. Belum diketahui bagaimana kabar Ramz? selanjutnya.

Sumber: Instagram AG.Dota2
Sumber: Instagram AG.Dota2

Perombakan pemain di Indonesia sendiri, berhasil memunculkan organisasi baru untuk para pemain Dota 2. Seperti yang diinformasikan lewat post Instagram AG.Dota 2, mereka berhasil menjadi juara 3 di Para Bellum Dota 2 Tournament Thailand.

Melihat halaman turnamennya di Liquipedia, Army Geniuses atau AG terdiri dari mantan pemain naungan Pondok Gaming. Apabila Anda mengikuti gelaran ESL Indonesia Championship Season 2, seharusnya Anda familiar dengan roster Army Geniuses.

Tim ini berisikan Yukatheo “You_K” Glen, Syaid “Ridiculous” Muhammad, Tri Daya “Mamangdaya” Pamungkas, Haikal “Deadfox” Hadzik dan Hidayat “Lawlesshy” Narwawan. Untuk posisi coach, ada Koala yang berperan sebagai pelatih di Army Geniuses.

Walaupun sudah banyak organisasi esports di Indonesia yang membubarkan roster Dota 2-nya, Army Geniuses sendiri terlihat serius untuk mengembangkan timnya. Salah satu indikasinya, tim ini berisikan pemain muda yang sudah memiliki perngalaman, serta mereka dilatih oleh veteran Dota 2 Indonesia.

Menarik untuk terus memantau pergerakan skena Dota 2 di Asia Tenggara, termasuk juga tentunya di Indonesia. Tunggu informasi selanjutnya di Hybrid.co.id.

Statistik META Dota 2 Tingkat Profesional Selama Tahun 2019

Dimulai pada patch 7.20 sampai patch 7.23, tahun kemarin Dota 2 mengalami perubahan cara bermain yang cukup signifikan di setiap update-nya. Selain bisa mengubah permainan, patch tertentu juga bisa mengubah performa tim. Tidak semua tim bisa beradaptasi terhadap sebuah patch yang diberikan oleh IceFrog. Sama juga seperti hero yang silih berganti untuk dipakai karena berganti patch maka berganti hero yang akan dipakai pula. Walaupun begitu, ada beberapa hero yang konsisten tetap dipakai sepanjang tahun 2019.

Most picked hero

Rubick. 1117 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Rubick merupakan hero yang relatif sedikit mendapatkan nerf, maka ia tetap konsisten untuk dipakai sepanjang tahun ini. Rubick adalah hero yang sangat versatile. Kegunaannya meliputi crowd control sehingga ia memiliki potensi gank yang bagus. Rubick juga dapat membuat lawannya menjadi sedikit berhati-hati untuk mengambil hero yang akan dipakai. Pasalnya Rubick dapat melakukan spell steal lawannya, hal tersebut dapat menguntungkan timnya dan berkemungkinan untuk membalikkan keadaan. Rubick biasanya diambil ketika seorang drafter tidak bisa melihat hero apa yang akan diambil oleh lawan.

Tiny. 986 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Di tahun ini, Tiny memiliki jam terbang yang sangat banyak. Ia sering digunakan sebagai support karena kemampuannya untuk melakukan crowd control dan memberikan burst damage di awal game. Lalu sebagai offlane, ia dapat memberikan burst damage pula di late game dengan Tree Volley-nya. Semenjak patch 7.23, Tiny sempat dimainkan di posisi carry karena skill Tree Grab-nya jadi tidak terbatas. Dengan demikian, ia berpotensi untuk memberikan physical damage yang terus menerus. Tiny juga merupakan hero yang fleksibel, ia bisa dimainkan di banyak posisi. Oleh karena itu Tiny menjadi langganan pick di tahun ini.

Ember. 905 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Pada saat update aghanim scepter, Ember Spirit mengalami kenaikan popularitas yang sangat signifikan. Pasalnya, efek Aghanim yang ia miliki merupakan salah satu efek Aghanim yang paling imba menurut banyak pemain profesional. Jarak Fire Remnant yang lebih jauh dan lebih banyak charge Fire Remnant-nya membuat dia seperti berada banyak tempat. Ember Spirit sangat sering diambil saat first pick phase, tetapi dia harus peduli akan siapa yang akan dia lawan.

Most banned hero

Outworld Devourer. 1625 times banned.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Di atas sempat saya bahas seringnya Ember Spirit diambil, Outworld Devourer ini adalah counter yang sangat efektif bagi Ember Spirit ketika Laning Phase. Tidak mungkin Ember Spirit bisa bertahan dari damage Arcane Orb dan Astral Imprisonment. Outworld Devourer sangat kuat di laning phase terutama melawan hero-hero melee seperti Ember Spirit atau Kunkka.

Tetapi Outworld Devourer merupakan hero yang greedy. Ia membutuhkan banyak gold untuk benar-benar efektif ketika peperangan. Maka apabila ia mendapatkan keunggulan di laning phase, hal tersebut akan sangat mempermudah dirinya untuk snowball di pertengahan game. Terbilang sedikit hero-hero yang dapat melawan Outworld Devourer di early game karena kekuatan harrassment-nya yang luar biasa.

Kunkka. 1291 times banned.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Kunkka merupakan hero yang kuat menghadapi kebanyakan hero di midlane. Kemampuan harrass dari Tidebringer-nya dan sulit untuk dibunuh menjadikan hero ini menjadi langganan ban. Hero seperti Ember Spirit akan kesulitan untuk melawan Kunkka di midlane. Dengan membuat dua buah Bracer, Kunkka dapat bertahan dari magic damage di awal game dengan mudah. Kunkka juga memiliki potensi gank yang sangat baik dengan combo Torrent dan X-mark-nya. Ketika peperangan ia dapat memberikan efek buff Rum dari Ghost Ship kepada teman-temannya. Banyak sekali kegunaan Kunkka dari awal sampai akhir permainan.

Morphling. 1219 times banned. 

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Popularitas Morphling adalah karena perubahan efek Aghanim Scepter yang dimiliki oleh Earthshaker, bukan lagi di Echo Slam tetapi diubah ke Enchant Totem-nya. Earthshaker memiliki Enchant Totem dengan lompatan, mobilitas ini sangat mematikan. Namun Enchant Totem bukanlah skill ultimate. Karena itu, Morphling harus mengejar Aghanim Scepter di awal game. Hal ini memang tidak mudah dilakukan tetapi diperlukan untuk snowball di pertengahan game.

Ketika ia mendapatkan Aghanim Scepter, ia dapat melakukan Enchant Totem ke musuhnya. Morphling mendapatkan bonus damage yang sangat besar dan crowd control dari Aftershock milik Earthshaker yang ia tiru. Siapapun tidak akan bisa mengadu damage dengan Morphling yang sudah memiliki Aghanim Scepter.

Least picked hero

Techies. 24 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan banyak mengenai kenapa hero yang satu ini jarang dipakai. Techies hampir tidak memiliki sinergi dengan susunan hero manapun. Hampir semua kemampuan yang ia miliki mengharuskan musuh untuk berjalan ke tempat yang dia inginkan. Mungkin satu-satunya keunggulan yang ia miliki adalah kemampuan Techies untuk menjaga high ground tetap aman dari musuh.

Saya sebutkan sebelumnya, semua kemampuan yang ia miliki mengharuskan musuh untuk berjalan ke tempat yang dia inginkan. Ada dua tempat yang bisa Techies jaga, yaitu Roshan pit dan highground. Jadi, hanya di sinilah kekuatannya benar-benar terpakai. Mungkin dari Anda ada yang ingin membantah saya, tetapi benar seperti itu adanya. Baiklah, ia memiliki kemampuan membunuh di awal game yang sangat baik dengan damage dan efek silence dari Blast Off-nya, tetapi ia masih sangat mudah untuk dibunuh di awal game.

Riki. 27 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Riki merupakan hero yang mematikan, setidaknya di ranked games. Tidak untuk ranah kompetitif, Riki mudah untuk dihentikan dengan membeli vision tambahan seperti Sentry Wards atau Dust of Appearance. Tetapi Riki bukan tidak pernah populer. Ia sempat dipakai sebagai role support 4 di ranah kompetitif karena kemampuannya memberikan informasi map untuk timnya. Tetapi sebagai hero core, ia hampir tidak pernah kelihatan.

Apalagi setelah perubahan di skill yang ia miliki. Pasalnya, skill Trick of the trade yang ia miliki diubah dari skill ultimate menjadi normal skill. Sehingga Trick of the trade tersebut memiliki damage yang dikurangi dan tidak sebaik dulu. Memiliki kemampuan farming yang jelek dan sangat mudah untuk dibunuh di awal game merupakan alasan lain kenapa Riki jarang sekali dipakai.

Clinkz. 44 times picked.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Clinkz hampir sama seperti Riki, ia sangat mudah untuk dihentikan di awal game dan memiliki kemampuan farming yang sama jeleknya dengan Riki. Tetapi perbedaannya Clinkz memiliki potensi yang besar di late game. Dengan talent Searing Arrow Splitshot yang ia miliki di level 25, ia mudah menghancurkan barrack milik lawan dan sangat mematikan di pertarungan 5 lawan 5. Tetapi kesulitannya untuk bertahan di awal game, menjadi kendala bagi Clinkz untuk berkembang mendapatkan gold dan level di game-nya.

Game tercepat di ranah kompetitif

Nemiga Gaming vs Keen Gaming. WESG 2018/2019 Group B.

Sumber: Dotabuff
Sumber: Dotabuff

Match tersebut hanya berjalan 9 menit saja. Nemiga Gaming tidak mengira ada Vengeful Spirit yang akan mengisi midlane. Ditambah adanya Nature’s Prophet dengan kemampuan menghancurkan tower musuh, combo tersebut menjadi sangat berbahaya bagi susunan hero milik Nemiga Gaming yang tidak memiliki kemampuan untuk membersihkan lane. Lifestealer milik Keen Gaming juga seperti tidak ada yang bisa melawan.

Pasalnya, Lifestealer memiliki Rage yang membantu dia untuk melawan magic damage di early game. Walaupun death timer yang masih sebentar, Nemiga Gaming harus mengakui menyerah atas Keen Gaming. Anda bisa menyaksikan pertandingannya di sini.

Game terlama di ranah kompetitif

Team Secret vs The Final Tribe. The Epicenter Major 2019.

secret 1

Sumber: Dotabuff
Sumber: Dotabuff

Team Secret yang memutuskan untuk memakai combo Medusa dan Drow Ranger memang harus memaksa game ini berjalan lama. Medusa harus mendapatkan item yang diinginkan agar dominan di akhir game. Tetapi tim The Final Tribe memiliki hero dengan skill ultimate yang dapat membalikkan keadaan war seketika.

Black Hole dari Enigma dan Winter’s Curse milik Winter Wyvern sangat menyulitkan Medusa. Walaupun Medusa sulit dibunuh dengan adanya Mana Shield yang ia miliki, Medusa tidak memiliki mobilitas sama sekali dan ia diharuskan untuk berada di peperangan. Sangat mudah bagi Winter Wyvern untuk melancarkan Winter’s Curse-nya. Team Secret harus memikirkan matang-matang rencana inisiasi peperangan yang akan mereka jalani, bagaimana caranya Medusa dapat bebas memberikan damage ke musuh-musuhnya.

Kemenangan turnamen Dota Pro Circuit terbanyak

Team Secret: Chongqing Major, Dreamleague Season 11, dan MDL Disneyland paris major.

Sumber: IVPL
Sumber: IVPL

Team Secret memang sangat konsisten di tahun lalu, tiga kelar turnamen DPC berhasil mereka ambil dan memantapkan posisinya di puncak ranking perolehan poin DPC. Tahun kemarin, Team Secret adalah yang pertama memastikan slot-nya di The International 2019. Pasalnya, hanya 12 tim teratas di ranking poin DPC yang berhak masuk ke The International 2019 melalui jalur undangan. Walaupun banyak gelar juara Major dan Minor yang mereka miliki, juara The International masih terlalu sulit untuk mereka raih tahun ini. Sepertinya memang tidak ada yang bisa mempersiapkan strategi bermain selama satu musim DPC penuh.

Luxury item yang paling sering dibeli

Black King bar. 11.381 kali dibeli.

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Memang sudah seharusnya Black King Bar merupakan item luxury yang paling banyak dibeli di ranah kompetitif. Kegunaannya yang menangkal damage dan efek magical dari musuh tentu sangat berguna untuk bertahan hidup di peperangan. Biasanya Black King Bar dibeli setelah menyelesaikan item sepatu. Memang sangat awal, karena magic damage memiliki efek yang lebih efektif di awal game. Maka Black King Bar biasanya dibuat lebih dekat ke awal game dibanding ke akhir game.

Aghanim Scepter. 4035 kali dibeli. 

Sumber: Dota 2 Gamepedia
Sumber: Dota 2 Gamepedia

Setelah patch Aghanim Scepter di tahun 2019 yang memberikan efek ke semua hero membuat popularitas item ini melesat cepat. Pasalnya, efek-efek baru Aghanim Scepter yang diberikan kepada hero-hero ini ada beberapa yang memang imbaSeperti efek Aghanim Ember Spirit, Clinkz ataupun Broodmother.

 

Bagaimana Ekosistem Dota 2 Indonesia di Tahun 2020?

Tahun 2019 merupakan tahun yang tidak menyenangkan tapi tidak menyedihkan juga bagi komunitas Dota 2 di Indonesia. Beberapa tim esports memutuskan untuk melepas tim Dota 2 nya di tahun 2019 ini, seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon. Dua tim Dota 2 legendaris yang selama ini menjadi daya tarik para penikmat Dota 2 di Indonesia. Kita tidak bisa lagi melihat el-clasico Dota 2 Indonesia yang sudah ada sejak tahun 2015. Tetapi kita juga mendapatkan kabar menggembirakan dari Kenny “Xepher” Deo yang berhasil ke turnamen Minor dan Andrew “Drew” Halim yang berhasil melaju ke turnamen Major dengan tim barunya yaitu Reality Rift.

Sebelum kita masuk ke prediksi saya di 2020, mari sejenak kita melihat apa yang terjadi di event-event tahun 2019.

Turnamen Dota 2 di Indonesia yang berskala besar di tahun 2019 kemarin bisa dibilang masih ramai. ESL yang datang ke Indonesia bekerjasama dengan Indofood berhasil menghidupkan ranah kompetitif Dota 2 di Indonesia untuk sementara waktu. ESL membawa National Championship selama dua musim dan Clash of Nations untuk para penggemar Dota 2 di Indonesia. ESL National Championship juga menjadi turnamen Dota 2 pertama di Indonesia yang diselenggarakan di tempat bergengsi yaitu Tennis Indoor Senayan Jakarta.

ESL Clash of Nations juga berhasil menghidupkan suasana nasionalisme Dota 2 Indonesia, dengan adanya BOOM Esports sebagai perwakilan Indonesia. BOOM Esports yang bertarung keras melawan perwakilan negara-negara di Asia Tenggara seperti Adroit berhasil memberikan tontonan yang luar biasa menarik. Pertandingan mereka berhasil memadukan serunya menonton turnamen esports dan rasa nasionalisme.

Sumber: UP Station
Sumber: UP Station

Masih belum redup adalah kata yang tepat untuk menggambarkan semangat komunitas Dota 2 di Indonesia. Walaupun sudah kalah pamor dengan titel esports yang lain seperti Mobile Legends atau PUBGM, komunitas Dota 2 di Indonesia masih lapar akan acara-acara internasional yang tidak kunjung datang ke Indonesia.

Melihat ke tahun 2018, antusiasme komunitas Dota 2 Indonesia di acara GESC sangatlah luar biasa. Tiket terjual habis, bahkan saya saja harus rela membeli dari para calo yang ada di sana. Venue acara pun penuh terisi oleh para penggemar Dota 2 yang bersemangat untuk melihat Danil “Dendi” Ishutin secara langsung atau berusaha untuk berfoto bersama Syed “Sumail” Hassan di sela-sela jumpa fans. Selain fans Dota 2 dari Indonesia, tidak sedikit juga fans Dota 2 mancanegara yang juga datang untuk menonton gelaran GESC Jakarta. Acara bertaraf internasional seperti ini juga memiliki potensi untuk menyumbang wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.

Kian banyaknya para pemain Dota 2 Indonesia ke luar negeri

Sumber: Kincir
Sumber: Kincir

Menghilangnya nama-nama besar di Dota 2 Indonesia menjadi salah satu penyebab berkurangnya turnamen bertaraf nasional. Sangat sulit bagi penggelar acara untuk menarik penonton yang banyak apabila mereka tidak tertarik untuk menonton tim yang bermain di turnamen tersebut.

Pasalnya, para pemain Dota 2 Indonesia mulai bermain di tim luar negeri sebagai sebuah jalan keluar dari kebuntuan yang mereka alami. Pemain-pemain ini sudah harus meninggalkan ranah kompetitif nasional karena melanjutkan ke scene internasional adalah pilihan yang lebih masuk akal. Kita sudah melihat Xepher (Geek Fam), Drew (Reality Rift), bahkan Ramzi “Ramz” Bayhaki (MSCerberus) yang bermain untuk tim-tim luar.

Seharusnya, di tahun 2020 kita akan melihat lebih banyak lagi pemain Dota 2 Indonesia yang pergi ke luar negeri. Bergabung dengan tim luar negeri dan meniti karir di ranah kompetitif internasional adalah jalan terbaik. Muasalnya, hal ini semakin memperbesar kemungkinan untuk bertemu pemain yang lebih berkualitas di luar sana karena kapasitas player pool yang jauh lebih besar. Para pemain Indonesia yang bergabung dengan tim luar negeri tadi bisa mengasah dirinya lebih baik lagi di kancah internasional.

Saya sempat bertanya ke beberapa pemain Dota 2 Indonesia juga. Bermain di luar negeri tidak semudah yang dikira. Keterbatasan bahasa menjadi penghalang utama bagi mereka. Menurut salah satu sumber, penduduk Indonesia memang punya kemampuan berbahasa inggris yang lebih rendah dibanding negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Pemain-pemain tersebut juga memang harus memiliki kemampuan berbahasa inggris untuk berkomunikasi dengan rekan timnya. Menurut saya, hal tersebut memang harus dilalui untuk membawa karir mereka sendiri ke tahap yang lebih baik lagi.

Turnamen Dota 2 di Indonesia pada tahun 2020

Sumber: Gamebrott
Sumber: Gamebrott

Sudah ada satu turnamen internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia, yaitu ONE Esports Dota 2 World Pro Invitational Jakarta (April 2020). Menurut sumber yang ada, venue dari acara tersebut juga sudah ditentukan yakni di Indonesia Convention Exhibition BSD Tangerang. Venue yang sama dengan gelaran GESC tahun 2018 kemarin. Menurut sumber yang menolak disebutkan namanya akan ada juga turnamen Dota 2 berskala internasional lain yang akan diadakan di Indonesia. Pihaknya masih merahasiakan tanggal dan nama acaranya. Maka, kemungkinan ada dua acara turnamen Dota 2 berskala internasional yang akan diadakan di tahun 2020 mendatang. Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi saya dan juga komunitas Dota 2 di Indonesia.

Untuk turnamen lain, di tahun 2019 kita melihat beberapa turnamen besar seperti SEACA, Predator League, dan Blibli Esports Championship. Predator League 2020 sudah diumumkan sejak bulan Oktober 2019 lalu, maka ia sudah dipastikan kehadirannya. Sementara SEACA dan Blibli Esports Championship baru saja berakhir dan belum ada pengumuman untuk agenda di tahun depan. Namun SEACA merupakan acara internasional tahunan yang selalu diselenggarakan oleh UniPin dari 2018 dan, besar kemungkinannya, akan ada lagi di 2020.

Sayangnya, di 2020 ini, tidak akan ada turnamen DPC di Indonesia. Pasalnya, Valve sudah mengumumkan daftar lengkap gelaran DPC musim 2019/2020. Meski begitu, menurut saya, di tahun 2020 ini bisa menjadi tahun yang lebih menarik bagi para penggemar Dota 2 di Indonesia. Bagaimana menurut Anda?

Dota 2 Indonesia Tahun 2019

Kaleidoskop Dota 2 Indonesia Tahun 2019

Tahun 2019 ini cukup memberikan kesan roller coaster bagi komunitas Dota 2 di Indonesia, banyak kejadian mengejutkan dari roster shuffle sampai hasil turnamen yang diikuti oleh tim Indonesia. Berikut adalah rangkuman kejadian-kejadian scene Dota 2 Indonesia di tahun 2019.

Muhammad “InYourdreaM” Rizky transfer

Sumber: IndoEsports
Sumber: IndoEsports

InYourdreaM terbilang sering berpindah-pindah tim di tahun 2019 ini. Pada awal tahun 2019 ia berada di tim Tigers, bahkan sempat memenangkan turnamen Minor saat di sana tahun 2018. Pada akhir bulan Januari, InYourdreaM memutuskan untuk kembali ke tanah air dan memperkuat tim The Prime yang saat itu sedang mengikuti ESL National Championship. Hanya bertahan dua bulan saja, The Prime harus melepaskan InYourdreaM yang berpindah ke EVOS Esports. Sebelum adanya berita perpindahan ke EVOS Esports, banyak rumor yang beredar di komunitas Dota 2 di Indonesia mengenai kemana pindahnya InYourdreaM. Ada bahkan yang membuat rumor bahwa InYourdreaM akan mengisi roster OG Dota 2.

InYourdreaM memperkuat EVOS Esports di ESL National Championship musim kedua dan The International 2019 SEA Qualifier. Tidak lama setelah gagal untuk lolos ke The International 2019, InYourdreaM kembali lagi ke tim yang melambungkan namanya di Dota 2 yaitu BOOM Esports pada bulan Juli. Tetapi banyak orang mempertanyakan role apa yang akan dimainkan oleh InYourdreaM di BOOM Esports. Pasalnya, posisi yang kosong di BOOM Esports adalah role support 4. Akhirnya terlihat bahwa yang bermain role support 4 adalah Randy Muhammad “Dreamocel” Sapoetra. Walaupun InYourdreaM sempat memutuskan untuk vakum, saat ini ia masih bermain di roster Dota 2 BOOM Esports.

Tri “Jhocam” Kuncoro keluar BOOM Esports

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Menjadi salah satu pemain support 4 terbaik di Indonesia, membuat berita keluarnya Jhocam dari BOOM Esports cukup mengejutkan. Pasalnya, terbilang sedikit pemain support 4 yang pantas untuk menggantikan Jhocam. Hal ini membuat komunitas Dota 2 Indonesia berspekulasi banyak mengenai pengganti Jhocam di BOOM Esports. Lebih dari dua setengah tahun Jhocam memperkuat BOOM Esports, dan akhirnya keluar. Cukup lama berselang, akhirnya terdengar kabar bahwa Jhocam akan memperkuat tim nasional Dota 2 Indonesia untuk SEA Games 2019 yang saat itu diwakili oleh tim PG.Barracx.

Tren disband tim Dota 2

Sumber: Revival TV
Sumber: Revival TV

Rex Regum Qeon mengumumkan bubarnya tim Dota 2 mereka pada bulan april. Melepas 4 pemainnya dan hanya menyisakan Rusman “Rusman” Hadi di timnya. Yusuf “Yabyoo” Kurniawan sempat membuat tim dengan teman-teman lamanya di Anthrophy ketika bermain di ESL National Championship, sampai akhirnya pindah ke tim asal Singapura yaitu Resurgence. Sementara Adi “Acil” Syofian Asyauri dipindah ke divisi Mobile Legends RRQ sebagai pelatih menggantikan Farand “Koala” Kowara. Lalu Rivaldi “R7” Fatah juga dipindah ke divisi Mobile Legends RRQ sebagai pemain.  Berita bubarnya RRQ Dota 2 sangat memukul komunitas Dota 2 di Indonesia. Melihat ke belakang, sejarah Dota 2 Indonesia banyak diisi oleh RRQ. Pasalnya, RRQ merupakan tim Dota 2 Indonesia pertama yang mewakili Indonesia di The International SEA Qualifier.

Berselang cukup lama dari bubarnya RRQ Dota 2, EVOS Esports mengumumkan bubarnya tim Dota 2 mereka pada bulan September 2019. Dengan ini, kita sudah tidak mungkin lagi melihat el-clasico Dota 2 Indonesia. Pasalnya, RRQ dan EVOS Esports Dota 2 sudah menjadi rival sejak lama. Sebelum EVOS Esports, tim Dota 2 EVOS Esports bernama Zero Latitude.

Andrew “Drew” Halim akan bermain di Major

Sumber: GameDaim
Sumber: GameDaim

Tidak ada angin, tidak ada buyback. Tiba-tiba Drew dikabarkan bermain memperkuat Reality Rift di kualifikasi Asia Tenggara untuk Leipzig Major. Melihat performanya di turnamen tersebut, Drew terbilang cukup bersinar bermain di Reality Rift saat di group stage dan playoffs. Pemain ini berhasil membawa timnya melaju ke Leipzig Major bersama dengan wakil Asia Tenggara yang lain yaitu Fnatic dan TNC Predator. Drew sekarang telah menjadi idola baru Dota 2 Indonesia dan ia juga terbilang masih muda. Karier di Dota 2-nya masih sangat panjang dan mudah-mudahan semakin sukses ke depannya.

Kenny “Xepher” Deo menuju turnamen Minor lagi

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Xepher bermain di tim Geek Fam bersama nama-nama besar di Dota 2 Asia Tenggara seperti Carlo “Kuku” Palad, Marc Polo “Raven” Luis Fausto, Kim “DuBu” Doo-Young berhasil melaju ke babak utama Dota Summit 11 sebagai perwakilan Asia Tenggara dan berhasil duduk di posisi ke 5 pada turnamen tersebut. Karir Dota 2 Xepher di luar negeri memang sudah sejak lama. Menurut saya, memang sudah sepantasnya pemain Dota 2 Indonesia mulai bergabung dan berkarir di tim luar negeri yang berisikan pemain-pemain berbeda negara. Walaupun timnya tidak berasal dari Indonesia, setidaknya pemain Indonesia yang bermain di luar negeri akan menjadi kebanggaan bagi komunitas Dota 2 di Indonesia sendiri.

2019 telah selesai. Bagaimana menurut kalian tahun 2020 untuk Dota 2 di Indonesia?

Rekap Grand Final ESL Indonesia Championship S2: Usaha Keras BOOM Esports Mempertahankan Gelar

Akhir pekan lalu (15 September 2019) menjadi konklusi dari perjalanan panjang perjuangan tim Dota terbaik di ESL Indonesia Championship Season 2. Setelah fase grup sepanjang 6 pekan lamanya, kini hanya tinggal tersisa empat tim saja yang bertanding di Tennis Indoor Senayan.

Empat tim yang tersisa tersebut adalah BOOM Esports, EVOS Esports, dan PG. Barracx, Alter Ego. Dari hasil klasemen di pekan terakhir kemarin, hasil dari pertarungan yang terjadi mungkin bisa ditebak. Namun nyatanya, pemain-pemain yang bertarung di panggung mega ESL Indonesia Season 2 mengusahakan segalanya agar dapat merebut gelar tersebut dari BOOM Esports.

Semi-final 1 – EVOS Esports vs PG.Barracx

Pertandingan yang mempertemukan antara si muda dengan para senior di kancah Dota Indonesia. PG.Barracx sendiri sebenarnya menjadi salah satu tim muda yang diwaspadai di Indonesia. Terakhir kali, mereka berhasil menjadi wakil Indonesia untuk cabang Esports Dota 2 di SEA Games 2019.

Awal-awal permainan antara EVOS melawan PG.Barracx terbilang cukup imbang. Saling bertukar kill satu sama lain yang tidak banyak mengubah keunggulan net-worth. Semua itu berubah ketika EVOS melakukan invasi ke tower tier 2 PG.Barracx di lane bawah.

Sand King dari Adit “Aville” Rosenda menginisiasi serangan kepada Fahmi “Huppey” Choirul yang sedang lengah. Kawan-kawan PG.Barracx langsung teleport (TP) ke arah bawah, tapi mereka melakukan satu kesalahan yang cukup fatal.

Mereka TP dengan posisi yang terlalu saling berdekatan. Alhasil Sand Storm dari Sand King milik Aville, ditambah Calldown Gyrocopter dari Drew, menggerus HP para pemain PG.Barracx dengan cepat. Felix “Ifr1t” Deardo dan kawan-kawan terpaksa tersapu bersih dalam pertarungan ini. EVOS langsung menikmati kereta momentum ini untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan sampai ke fase late-game.

Masuk menit 35, keunggulan EVOS secara net-worth sudah mencapai angka 20k. Ingin menyelesaikan pertandingan, EVOS mengambil Roshan. PG.Barracx mencoba melakukan perlawanan terakhirnya. Karena keunggulan item dan level yang sangat jauh, PG.Barracx tentu jadi kesulitan melawan Matthew “Whitemon” Filemon dan kawan-kawan. Terkena sapu bersih lagi, PG.Barracx terpaksa mengetik GG di game pertama.

Sumber:: Facebook ESL Indonesia
Sumber: Facebook ESL Indonesia

Pertarungan berlanjut pada game kedua. PG.Barracx kembali keteteran di pertengahan permainan, sempat kembali terkena wipe oleh EVOS. Namun mereka bertahan, bahkan sempat membalas, dan membuat EVOS terkena teamwipe di menit 27.

Tapi ternyata, teamwipe tersebut berdampak besar. PG.Barracx menikmati keunggulan net-worth sebesar 9k, mereka jadi lebih leluasa menekan EVOS. Keunggulan tersebut bahkan terus bertambah sampai jadi 18k bagi PG.Barracx di menit 40.

Memanfaatkan hal tersebut, mereka melakukan push di lane atas milik EVOS, demi mendapatkan kemenangan. EVOS yang sudah ketinggalan jauh mencoba sekuat tenaga menahan, namun mereka tak mampu lagi. Satu demi satu pemain EVOS tumbang, yang akhirnya memaksa mereka memberikan game kedua pada PG.Barracx.

Masuk game terakhir, EVOS tak mau memberi ruang bagi PG.Barracx untuk berkembang. Mereka menerapkan permainan agresif, mengungguli skor kill 15-4, dan net-worth sebesar 3k Gold.

Walau keunggulan sudah cukup besar, PG.Barracx sebenarnya masih punya kesempatan. Ifr1t dan kawan-kawan bahkan sempat berhasil membunuh 3 pemain EVOS dalam satu pertarungan, yang memberi mereka keuntungan berupa 1,8k Gold dan 3,5 XP.

Tetapi itu saja ternyata tidak cukup. EVOS masih tetap kuat, langsung membalasnya dengan sebuah teamwipe untuk PG.Barracx pada menit 20. EVOS yang sudah sangat kuat untuk menutup permainan, langsung melakukan serangan terakhirnya di menit 40.

Usep “FACEHUGGER” Setiawan melakukan Dream Coil yang langsung menusuk ke tengah jantung pertahanan PG.Barracx. Kehilangan dua pemain dengan tanpa buyback PG.Barracx akhirnya harus pasrah. EVOS menjadi finalis pertama ESL Indonesia Championship Season 2.

Semi-final 2 – BOOM Esports vs Alter Ego

Semi-final kedua ini sebenarnya cukup menarik. Ini mengingat kedua tim sama-sama punya merupakan pemain yang sudah cukup senior di kancah Dota 2 Indonesia. Alter Ego punya beberapa pemain kawakan yang sebenarnya potensial untuk kalahkan BOOM Esports seperti Farand “Koala” Kowara, Ramzi “Ramz” Bayhaki, ataupun Michael “KelThuzard” Samsir.

Kendati demikian, BOOM Esports layaknya masih terlalu kuat. Mencoba bermain lebih aktif, BOOM Esports berhasil amankan keunggulan skor kill 10-5 di menit 15. Pertarungan terus berjalan dengan cukup seimbang sampai menit 20an, tetapi Alter Ego beberapa kali kalah bertarung dan mengalami kerugian yang lumayan; kehilangan dua sampai hero inti.

Masuk menit 30, BOOM Esports sudah unggul cukup besar, skor kill 23-12 dan 8k net-worth. Tak mau terlalu berlama-lama mereka langsung saja menyerang mid-lane dengan gagah berani. Alter Ego dengan kekuatan seadanya tak kuat lagi menahan gempuran BOOM Esports. Game pertama dimenangkan oleh BOOM Esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Alter Ego kembali mencoba memberi perlawanan terbaiknya di game kedua. Kini mereka mencoba bermain late-game dengan mengamankan Alchemist untuk Rudy “MyDearest” Lucky Thutang. Namun BOOM Esports cukup tanggap dengan mengamankan hero-hero yang kuat di pertengahan game, seperti Legion Commander, ditambah dengan kombinasi apik Phantom Assassin dan Magnus.

Sama-sama butuh waktu untuk memperkuat diri, permainan berjalan adem pada 15 menit pertama. Namun BOOM tetap melakukan rotasi secara aktif, menculik satu demi satu pemain Alter Ego, yang semakin menumpuk pundi-pundi keunggulan BOOM Esports.

Pundi-pundi bagi BOOM Esports terus bertambah sampai tak terbendung lagi oleh Alter Ego. Pada menit 22, BOOM Esports sudah punya keunggulan skor kill 26-10 dan 13k Gold. BOOM Esports sudah bersiap di Lane bawah. Alter Ego setengah mati berjuang menahan gempuran, tapi semua jadi bencana ketika Invoker tertangkap, diikuti Alchemist, dan seluruh anggota tim.

Tak lagi punya buyback Alter Ego langsung saja mengetik GG. BOOM Esports lolos ke Grand Final.

Grand Final – BOOM Esports vs EVOS Esports

Akhirnya babak Grand Final mempertemukan peringkat satu dan dua dari klasemen terakhir di fase grup. Secara peringkat dan perbedaan poin, beda kemampuan BOOM dengan EVOS mungkin terasa beda tipis. Tapi nyatanya beda kemampuan BOOM dengan EVOS tetaplah jauh, baik dari secara pengalaman, ataupun mental pertandingan.

Kendati demikian, Vlaicu, Whitemon dan kawan-kawan tak pernah gentar, siapapun yang mereka lawan. EVOS Esports tetap mengusahakan yang terbaik melawan tim yang masih mengemban titel tim Dota terbaik di Indonesia.

Game pertama EVOS Esports sebenarnya masih bisa cukup mengimbangi fase early-game. Walaupun Omniknight dari Adit “Aville” Rosenda berkali-kali diberi tekanan, namun ia juga berkali-kali masih bisa kabur. Namun memasuki fase pertengahan, rotasi aktif yang dilakukan BOOM Esports terbukti bikin EVOS kesulitan mengikutinya.

Apalagi Earthshaker dari Dreamocel, yang bermain sebagai semi-support, berkali-kali bikin EVOS kerepotan karena Fissure yang tepat sasaran.  Mulai mengarah ke late-game EVOS jadi makin kesulitan. Kekurangan hard-carry bisa dibilang jadi salah satu yang membuat EVOS berat menghadapi BOOM Esports di late-game. EVOS menggunakan Lifestealer sebagai carry. Ditambah lagi mereka juga tidak punya hero inisiator yang biasanya jadi kombinasi dengan skill Infest milik Lifestealer.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pada sisi lain, BOOM Esports punya Juggernaut. Ditambah dengan kehadiran skill Empower dari Magnus, membuat Juggernaut jadi semakin cepat farming. Benar saja, Lifestealer kesulitan mencari target saat masuk late-game. Walau mereka punya Repel Omniknight, namun Reverse Polarity yang tembus Spell Immunity berhasil membuat mereka keok.

Akhirnya momentum kekuatan BOOM Esports terus bergulir seperti bola salju yang terus dan terus semakin besar. InYourDream dan kawan-kawan hanya tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan saja. Pertarungan di midlane pada menit 34 jadi momen tersebut.

Drew dari EVOS yang terlalu overextend langsung di-Hex oleh Fbz. Tak berkutik tanpa sang carry, EVOS jadi kekurangan damage. Satu per satu pemain EVOS mulai berjatuhan, mereka pun tak punya buyback. Sadar tak mampu lagi menahan, EVOS langsung saja mengetik “GG” sebagai tanda menyerah.

Masuk game kedua, EVOS Esports mencoba pertaruhannya dengan memberikan Morphling kepada Drew. Melihat hal ini, BOOM Esports tentu saja langsung bereaksi. Mereka pun mempersiapkan pertahanan dengan mengambil Omniknight di sisi mereka, dan sebagai pelengkap tentu saja; Earthshaker untuk Dreamocel.

Memainkan Morphling, wajar kalau fase awal EVOS Esports terbilang cukup pasif. Untungnya mereka juga mempersiapkan pertahanannya dengan mengambil Clockwerk, yang merupakan salah satu hero kuat untuk fase-fase awal. Keadaan sebenarnya cukup berimbang, tapi mimpi buruk bagi tim EVOS terjadi di menit 20.

Sedang berusaha mempertahankan top-lane, Morphling dari Drew sedikit terlambat merespon agresi BOOM Esports. Akhirnya, 4 punggawa EVOS tercerai berai gara-gara Flak Cannon Gyrocopter dengan kemampuan merusak yang sangat tinggi. Akhirnya semua pemain EVOS rata di momen tersebut, yang memberi keuntungan sebesar 2k Gold dan 6k XP pada BOOM.

Melihat kesempatan, BOOM mencoba menggedor midlane milik EVOS. Berusaha bertahan dengan segala daya dan upaya, Drew berhasil membayar kesalahan yang ia buat sebelumnya. Melakukan Morph ia berubah menjadi Earthshaker dan mengacak-acak formasi serangan BOOM Esports.

Peperangan tersebut berhasil membuat cukup kesulitan, tapi keunggulan net-worth masih tetap dipegang oleh BOOM. Setelahnya, BOOM kembali mengambil pundi-pundi kill dari momen ke momen, yang membuat keunggulan Fbz dan kawan-kawan jadi semakin besar.

Walau tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan, namun pertandingan berjalan dengan cukup alot, membuat durasi pertarungan bahkan molor sampai 40 menit lebih. Saking alotnya, InYourDream bahkan sampai harus membuat Divine Rapier untuk Gyrocopter.

Dengan satu item mematikan tersebut, kemenangan bagi BOOM jadi semakin tak terhindarkan. EVOS Esports, kehilangan barrack di atas dan tengah, harus bertahan setengah mati di bawah. Tak kuat lagi menahan, EVOS Esports akhirnya terpaksa merelakan Ancient. BOOM Esports pun kembali menjadi pemenang dari ESL Indonesia Championship.

BOOM Esports soal Dominasinya di Kancah Lokal dan Persiapan Major

Kemenangan ini menjadi lanjutan koleks trofi kompetisi lokal bagi BOOM Esports. Ini juga jadi kemenangan kedua BOOM Esports, setelah mereka juga berhasil jadi juara di ESL Indonesia Championship Season 1.

“Ini salah satunya karena sistem yang ada di divisi Dota BOOM Esports sudah terbentuk dengan matang.” Ujar Alfi “Khezcute” Syahrin. “Ini juga mungkin karena BOOM Esports selalu berusaha sebisanya untuk menyelesaikan masalah internal tim dengan tanpa harus emosional, entah itu membahas soal mentalitas tim ataupun teknis permainan.” Khezcute membahas soal hal yang jadi alasan dominasi panjang BOOM Esports di kancah Dota lokal.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kehadiran Analis dan Psikolog tim juga bisa dibilang jadi salah satu alasan lain tim Dota BOOM Esports yang makin kuat. “Analis sangat membantu dalam memberikan insight after game. Karena dia nggak main, jadi dia bisa melihat dan memberikan gambaran lebih luas atas apa yang terjadi di dalam permainan.” jawab Randy “Fervian” Muhammad Sapoetra.

“Kalau psikolog tim, kebetulan nggak tinggal bareng di GH. Biasanya dipanggil jelang kompetisi besar.” Fervian menceritakan cara kerja Psikolog tim yang mendampingi BOOM Esports.

Bertarung sengit dengan EVOS di babak final, Muhammad “InYourDream” Rizky juga memberikan sedikit komentarnya terhadap permainan EVOS. “Menurut gue EVOS mainnya kurang stabil sih. Mungkin karena pemain carry-nya bukan merupakan pemain awal roster Dota EVOS Esports.” IYD menjelaskan pendapatnya.

Kemenangan ini memberikan BOOM Esports total hadiah sebesar $6500 (sekitar Rp91 juta). Mereka juga mendapat kesempatan bertanding di kancah yang lebih tinggi, ESL Clash of Nations Bangkok 2019 (25-27 Oktober 2019) yang masuk dalam rangkaian acara Thailand Game Show. Ada 8 tim terbaik dari negara-negara Asia Pasifik (Indonesia, Malaysia-Singapura, Thailand, Vietnam, Australia-New Zeland, Filipina, dan India) yang akan memperebutkan total hadiah sebesar US$50 ribu pada turnamen tersebut.

Dapatkah BOOM Esports membuktikan dirinya di ESL Clash of Nation Bangkok 2019 nanti? Mari kita doakan saja agar mereka bisa mendapatkan hasil yang terbaik!