Tag Archives: dota 2 the international

EVOS Esports Juara Free Fire Master League, Siren Esports Juara MDL

Jika Anda adalah pembaca setia Hybrid, Anda mungkin memperhatikan ada sedikit perubahan dari cara kami menyajikan informasi-informasi. Salah satu yang cukup terasa adalah berita-berita seputar perkembangan esports yang kini digantikan oleh pembahasan-pembahasan yang lebih mendalam. Namun bukan berarti Hybrid.co.id tidak memperhatikan perkembangan esports. Kini semua berita perkembangan tersebut kami rangkum ke dalam satu pembahasan. Maka dari itu berikut rangkuman berita kompetisi esports di pekan kedua bulan Oktober 2020:

10 Oktober 2020

Street Fighter League Pro JP Week 3

Street Fighter League kini sudah memasuki pekan ke-3 pertandingan. Mago Scarlet lagi-lagi harus menerima kekalahan pada pertandingan SF League Pro JP pekan ke-3. Masih seperti pertandingan pekan sebelumnya Mago Scarlet harus terima kekalahan telak, kali ini dari Nemo Aurora. Sementara itu, pertandingan-pertandingan berikutnya berjalan sengit. Tokido Flame vs Fuudo Gaia, dua tim yang sama-sama konsisten kini bertemu dan harus menerima hasil seri 2-2. Umehara Gold melawan Momochi Splash juga mendapatkan hasil seri 2-2, setelah tim Daigo Umehara menemukan performa terbaiknya mulai pekan kedua.

San Francisco Shock Juara Overwatch League 2020

San Francisco Shock menjadi tim Overwatch League pertama yang berhasil memenangkan liga franchise tersebut selama dua kali berturut-turut. Kemenangan gemilang didapatkan oleh Nam-joo Kwon “Striker” setelah bertarung sengit melawan Seoul Dynasty dan menghasilkan skor 4-2. “Saya bangga sekali melihat seluruh staf Overwatch League dari seluruh dunia bekerja begitu keras demi dapat menyajikan tayangan yang luar biasa bagi para penggemar. Terima kasih kepada empat tim yang bertanding pertandingan OWL 2020 Grand Finals dan selamat bagi San Francisco Shock,” tulis Jon Spector selaku Vice President Overwatch Esports di Blizzard Entertainment dalam rilis.

11 Oktober 2020

EVOS Esports Juara Free Fire Indonesia Masters 2020 – Fall

Akhir pekan lalu menjadi gelaran puncak dari skena esports Free Fire Indonesia lewat gelaran Free Fire Indonesia Masters League. Setelah melalui kualifikasi dan gelaran Free Fire Masters League, turnamen FFIM 2020 Fall kini tinggal menyisakan 12 tim saja. Pertandingan berlangsung dengan sangat sengit, semua tim ingin membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik, sehingga persaingan poin antar tim menjadi sangat tipis.

RRQ yang sempat memuncaki perolehan poin sementara akhirnya tersalip oleh EVOS Esports di akhir akhir pertandingan. EVOS Esports pun menjadi juara FFIM dengan perolehan sebesar 142 poin. Sebagai juara nasional, EVOS Esports secara otomatis mendapat kesempatan untuk bertanding di tingkat selanjutnya, yaitu Free Fire Continental Series: Asia. RRQ dan ONIC Esports juga mendapat kesempatan serupa namun harus berjibaku pada babak Play-Ins terlebih dahulu.

Siren Esports Juara MDL

https://www.youtube.com/watch?v=yj8ZwONNFmM

Mobile Legends Developmental League sudah memasuki season kedua. Pada musim ini, tim non-franchise kembali mendulang kemenangan berkat permainan gemilang yang ditampilkan. Adalah Siren Esports, tim yang bermain dengan sangat apik dan berhasil menumbangkan RRQ Sena yang notabene adalah pemuncak klasemen babak Regular Season MDL Season 2. Selamat bagi Hinelle dan kawan-kawan! Selamat atas kemenangannya Siren Esports.

12 Oktober 2020

100 Thieves tinggalkan CS:GO

Sumber: 100 Thieves
Sumber: 100 Thieves

100 Thieves yang merupakan salah satu organisasi esports besar di Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka akan tinggalkan skena CS:GO. Keputusan ini dilakukan setelah sang pemain bintang, Justin Savage “jks”, dikabarkan pindah ke Complexity. Selain karena hal tersebut, performa 100 Thieves juga terbilang sedang menurun belakangan ini. Mengutip HLTV.org, performa mereka menurun terutama sejak pandemi di bulan Maret 2020 kemarin. Sejak saat itu mereka tak pernah masuk peringkat top 10 selama 5 bulan belakangan. Pasca kabar ini, hal yang masih jadi tanda tanya adalah bagaimana nasib spot tim besutan Matthew Haag “Nadeshot” yang ada di turnamen ESL Pro League dan BLAST Premiere.

Fortnite Buat Turnamen Bertemakan Superhero Marvel

Sumber: Epic Games
Sumber: Epic Games

Kerja sama antara Marvel dengan Epic Games kini melangkah lebih jauh lagi lewat turnamen bertajuk Marvel Knockout Super Series. Bukan cuma dari segi judul, turnamen ini juga menggunakan mode Marvel Knockout limited-time mode yang di dalamnya pemain akan berkompetisi dengan menggunakan kekuatan super milik karakter Marvel. Turnamen memiliki hadiah Grand Final sebesar satu juta dollar AS dan skin Fortnite karakter Daredevil, pahlawan yang tuna netra yang punya kemampuan pendengaran ultrasonik.

14 Oktober 2020

Riot Games Umumkan Rencana Esports VALORANT di Asia Tenggara

First Strike jadi turnamen VALORANT resmi dari RIot pertama.
First Strike jadi turnamen VALORANT resmi dari RIot pertama.

Setelah rangkaian Ignition Series, kini Riot Games umumkan inisiatif esports terbarunya untuk VALORANT, yaitu First Strike. Pada turnamen First Strike, Riot Games menggandeng beberapa rekan yang akan menjalankan turnamen tersebut di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Untuk Indonesia ada One Up Organizer yang akan menjadi penyelenggara untuk gelaran turnamen First Strike dan juga turnamen tingkat universiats.

Valve Dikabarkan Tolak Tawaran Pemerintah Shanghai Untuk Selenggarakan The International 10

Sumber: Dota 2 Blog
Sumber: Dota 2 Blog

Nasib ekosistem esports Dota 2 masih belum ketahuan sampai sekarang walaupun sudah ada 40 juta dollar AS dikumpulkan lewat Battle Pass. Perasaan ketidakpastian ini muncul setelah tulisan kekecewaan dari shoutcaster asal Amerika Serikat, Kyle Freedman, yang membahas soal ketidakpedulian Valve terhadap skena esports Dota 2 terbit di laman Medium. Ketidakpastian semakin bertambah setelah pernyataan Kyle disauti oleh Zhou Lingxiang “Haitao”, Co-Founder Imba TV, yang mengatakan bahwa Valve menolak tawaran Perfrect World untuk menghadirkan TI10 di Shanghai, walaupun pemerintah sudah sangat mendukung kegiatan tersebut.

15 Oktober 2020

London Spitfire Lepas Semua Pemain dan Jajaran Staf

Manajemen tim Overwatch League yaitu London Spitfire mengumumkan bahwa mereka melepas seluruh pemain, pelatih, dan staf. Berdasarkan dari laporan Esports Observer, London Spitfire melakukan tindakan tersebut karena mereka ingin melakukan perubahan strategi untuk musim selanjutnya. Perubahan strategi yang dimaksud termasuk memanfaatkan talenta-talenta yang mereka didik sendiri lewat tim British Hurricane dan tim Akademi, serta mencari pemain dari Eropa Barat untuk memudahkan pencarian sponsor. Dikabarkan juga semua pemain yang dilepas tersebut dimasukkan ke dalam status Free Agents agar mereka masih bisa direkrut oleh tim-tim lain.

16 Oktober 2020

https://esportsobserver.com/spitfire-releasing-roster-staff/

Tinggal beberapa langkah menuju puncak gelaran League of Legends World Championship 2020. Diselenggarakan di Shanghai, Riot Games memang sudah berencana tetap menyelenggarakan turnamen ini secara tatap muka sejak awal. Meski demikian Riot Games tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, sehingga acara tatap muka diadakan dengan jumlah pengunjung yang terbatas. Meski demikian permintaan tetap membludak. David Higdon dari Riot Games mengatakan bahwa jumlah registrasi mencapai 3,2 juta yang mendaftar untuk memperebutkan 6300 tiket menonton Worlds 2020 secara offline.

Prize Pool The international 10 Menembus Angka 30 Juta Dolar Amerika

Sekalipun bisa belum terselenggara, salah satu bagian dari gelaran turnamen The International 10 sudah mencatatkan rekor. Dengan total prize pool sebesar 30.136.000 Dolar Amerika dan masih terus bertambah, kemungkinan besar Dota 2 akan menuliskan sejarah baru di dunia esports dari sisi jumlah hadiah.

Berkaca dari jumlah prize pool The International 2019, sampai berita ini diturunkan jumlah prize pool The International 10 hanya terpaut kurang dari 4 juta Dolar Amerika. Jika Dota 2 dibandingkan dengan disiplin esports yang lain, salah satu game yang bisa disandingkan adalah Fortnite yang tahun kemarin sukses diadakan dengan total  prize pool 30 juta Dolar Amerika.

Baby Pudge Persona | via: Dota 2
Baby Pudge Persona | via: Dota 2

Dota 2 sejauh ini masih menjadi pionir sebagai disiplin esports yang menerapkan sistem crowdfunding dalam mengisi prize poolnya. Berulang kali Valve mencatatkan rekor dalam hal total hadiah yang terkumpul untuk gelaran turnamen The International.

Dari setiap pembelian level battle pass The International 10, sejumah 25% dari harga pembeliannya akan langsung ditambahkan ke dalam prize pool. Dengan jumlah prize pool yang tercatat saat ini, 30.136.000 Dolar Amerika, sudah bisa ditaksir berapa banyak jumlah uang yang sudah dihabiskan komunitas gamers Dota 2.

Adapun faktor yang mengundang terus meningkatnya jumlah prize pool adalah hadiah cosmetic item yang dirilis Dota 2 selama periode battle pass. Gimik berupa cosmetic item, persona, arcana, atau item lainnya berulang kali sukses mengundang antusiasme yang tinggi dari komunitas gamers Dota 2.

Selama 63 hari sejak gelaran battle pass The International 10, setiap gamers Dota 2 berkesempatan bermain dalam special event Aghanim’s Labyrinth untuk memenangkan hadiah. Selain daripada banyak in game item yang bisa didapatkan, pada battle pass level 1000 siapapun berkesempatan mendapatkan replika dari Aegis of The Champion dan replika dengan skala 1:5 dari Roshan di level 2000.

Di sisi lain, sejauh ini baru ada 2 treasure yang dirilis dari total 3 treasure yang dijadwalkan akan dirilis oleh Valve. Item Arcana dari Wraith King, Queen of Pain, dan Windranger sudha dapat dipastikan sangat diantisipasi gamers Dota 2.

Tidak ketinggalan hadir Baby Pudge dan Anti Mage persona menanti untuk dikoleksi. Di tahun yang lalu Valve merilis persona Baby Invoker yang menarik minat gamers Dota 2 untuk dapat memilikinya.

Akhirnya, mari kita nantikan angka akhir dari jumlah prize pool yang terkumpul di tahun 2020. Masih sangat kuat kemungkinan total prize pool The International 10 akan melampaui prize pool The International 2019 dengan menyisakan kurang lebih 50 hari lagi.

[Opini] 10 Tim Dota 2 Terbaik di Dunia di 2020

Esports perlahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lifestyle. Lebih dari satu dasawarsa yang lalu, gelaran turnamen esports secara global perlahan memperkenalkan ide bermain game secara serius dan profesional. Turnamen Dota 2 dengan hadiah yang fantastis tidak dapat dinafikan turut memberikan pengaruh pada ide tersebut. Dengan mencermati beberapa hal, berikut adalah urutan tim Dota 2 terbaik versi saya.

10. Team Liquid

via: Instagram
via: Instagram teamliquid

Team Liquid bermula dari clan StarCraft 2 yang kemudian bertransformasi menjadi powerhouse di Eropa. Di tahun 2016, tiga tahun berselang sejak didirikan barulah Team Liquid bisa menunjukkan dirinya pantas berlaga di The International. Setahun kemudian, Team Liquid keluar sebagai pemenang The International dengan roster yang lebih solid dari tahun sebelumnya. Hengkangnya seluruh roster pemenang The international 2017 menjadikan performa Team Liquid tidak stabil dan masih terseok di skena region Eropa.

9. Evil Geniuses

via: Instagram
via: Instagram evilgeniuses

Evil Geniuses adalah salah satu tim esports tertua yang ada di region Amerika Utara. Tim yang pernah menjuarai The International di tahun 2016 bersama SumaiL, belakangan ini mengalami penurunan performa setelah beberapa kali pergantian roster. Evil Geniuses pernah fenomenal karena aksi echo slam yang membuat mereka berhak membawa pulang piala Aegis of The Immortal. Rumor yang beredar seakan Evil Geniuses dikutuk untuk menjadi juara 3 di berbagai turnamen.

8. Virtus.pro

via: Instagram
via: Instagram virtuspro

Tim Virtus.pro atau yang sering disingkat VP adalah salah satu organisasi esports yang berpengaruh di region CIS. Dari beberapa kali gelaran The International, capaian VP belum pernah meraih level tertinggi. Meskipun begitu, performa tim VP sangat konsisten dalam memenangkan beberapa turnamen tier 1 dan major. Kemungkinan besar hal yang berpengaruh juga pada performa VP adalah seringnya rosternya berpindah ke tim lain.

7. Vici Gaming

via: Instagram vicigaming
via: Instagram vicigaming

Vici Gaming adalah salah satu tim teratas asal Tiongkok. Vici Gaming pernah berlaga dengan tim Newbee di all chinese final The International 2014. Sambil tetap menjuarai seri turnamen di tingkat internasional, secara total tim Vici Gaming sudah tampil sebanyak 3 kali pada gelaran The International dan mencatatkan prestasi yang cukup baik. Belakangan ini tim Vici Gaming masih berusaha mempertahankan diri di skena lokal sekalipun tanpa perubahan roster yang berarti.

6. Invictus Gaming

via: liquipedia
via: liquipedia

Invictus Gaming mencatatkan sejarah sebagai pemenang The International pertama dari Tiongkok di tahun 2012. Sekalipun begitu, perjalanan Invictus Gaming kembali ke gelaran The International di tahun-tahun berikutnya tidak berjalan mulus. Pergantian roster yang cukup sering mempengaruhi capaian mereka di skena Dota 2 internasional. Tahun 2018 adalah masa yang berat bagi Invictus Gaming karena performa yang tidak baik. Di tahun 2020 barulah secara perlahan tim Invictus Gaming dapat mencatatkan kembali kemenangan di kompetisi lokal Tiongkok.

5. Alliance

via: alliance.gg
via: alliance.gg

Alliance terbentuk dari gabungan roster Swedia di pertengahan 2013. Berlawanan dengan anggapan bahwa region Skandinavia adalah gudang pemain FPS, Alliance hadir dan memberikan gebrakan dengan all Swedish roster sebagai juara di gelaran The International tahun 2013. Sekalipun begitu, hasil yang semenjana menghantui capaian tim Alliance sampai saat ini. Organisasi yang tidak stabil kerap kali berujung performa tim yang tidak maksimal. Dengan berpindahnya Loda ke sisi manajemen, kini Alliance memulai kembali tren positif di skena Dota 2 Eropa.

4. PSG.LGD

via: Instagram
via: Instagram psgesports

PSG.LGD adalah talenta yang menjanjikan dari Tiongkok. Sekalipun belum pernah keluar sebagai pemenang gelaran The International, PSG.LGD adalah tim yang konsisten melaju sampai ke babak final. Di tahun 2018 LGD menerima sponsor dari tim sepak bola asal Prancis, Paris Saint-Germain F. C. dan kemudian merubah namanya menjadi PSG.LGD. Penampilan PSG.LGD di skena lokal Tiongkok juga terbilang stabil dan baru-baru ini memenangkan ESL One Birmingham Online.

3. Team Secret

via: Instagram
via: Instagram teamsecret

Performa tim yang tidak baik membuat Clement “Puppey” Ivanov mengumpulkan beberapa pemain setelah gelaran The International tahun 2013, dan lahirlah Team Secret. Sekalipun berganti roster dan dilanda kontroversi, bersama Puppey Team Secret bisa memberikan performa yang cukup maksimal. Raihan yang membuat team Secret naik dalam daftar ini adalah kemenangan beruntun yang mereka catatkan di skena Dota 2 internasional baru-baru ini.

2. Team Nigma

via: Liquipedia
via: Liquipedia

Di penghujung tahun 2019 roster Team Liquid Dota 2 mengundurkan diri dan membentuk Team Nigma. Sosok Kuro Salehi “KuroKy” Takhasomi sebagai kapten adalah kunci dari performa stabil selama perjalanan di Team Liquid maupun Team Nigma. Roster yang memiliki sejarah kemenangan dari masa Team Liquid dengan mudah menyapu rangkaian turnamen di region Eropa.

1. Team OG

via: og.gg
via: og.gg

Sampai saat ini mungkin belum ada capaian tim lain yang bisa menandingi dominasi Team OG. Raihan 4 gelar Major dan 2 gelar The International mampu mengukuhkan Team OG sebagai tim dengan posisi teratas di dunia. Di bawah pimpinan Johan “N0tail” Sundstein Team OG menuliskan sejarah baru di skena Dota 2 dunia.

Jumlah Sponsor Tim Tiongkok di The International 2019 Naik, Kenapa?

Dari tahun ke tahun, total hadiah The International selalu naik. Tahun ini, The International masih menjadi turnamen esports berhadiah terbesar dengan total hadiah mencapai US$34,3 juta. Sepanjang tahun 2018 dan 2019, total hadiah untuk semua turnamen Major dan Minor Dota 2 hanya mencapai US$6,5 juta, bahkan tidak sampai setengah dari total hadiah The International tahun ini. Karena itu, jangan heran jika Aegis of Championship menjadi sasaran utama para tim dan pemain profesional Dota 2.

Tahun ini, The International diadakan di Shanghai. Untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, turnamen Dota 2 paling bergengsi itu diadakan di Tiongkok. Hal ini membuat banyak perusahaan tertarik untuk menjadi sponsor tim Tiongkok yang lolos kualifikasi TI. Pada tahun 2018, ada 22 sponsor yang mendukung 6 tim. Sementara pada tahun ini, jumlah sponsor tim Tiongkok yang masuk TI bertambah menjadi 27 sponsor. Beberapa perusahaan, seperti Li-Ning dan HLA Jeans, bahkan bersedia untuk menjadi sponsor lebih dari satu tim. Salah satu alasan begitu banyak perusahaan ingin menjadi sponsor tim yang berlaga di TI adalah karena performa tim-tim Dota 2 asal Tiongkok memang baik. Selama delapan tahun, tim Tiongkok berhasil menjadi juara sebanyak tiga kali dan menjadi juara dua sebanyak enam kali.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Menurut The Esports Observer, masuk akal jika sponsor bersedia untuk mengeluarkan investasi besar untuk tim yang lolos ke TI. Selain performa tim Tiongkok yang memang baik, lokasi diadakannya TI menjadi alasan lain. Untuk pertama kalinya, TI diadakan di Shanghai, yang berarti, sebagian besar penonton yang datang adalah warga Tiongkok. Mengingat rekam jejak tim Dota 2 dari Tiongkok, seandainya salah satu tim asal Tiongkok bisa menang, maka sponsor-sponsor yang mendukung tim itu akan mendapatkan eksposur yang sangat luas. Sayangnya, tim yang akhirnya keluar sebagai juara adalah OG, yang mencetak sejarah sebagai tim pertama yang juara TI dua kali berturut-turut.

Performa tim menjadi salah satu hal pertimbangan sponsor sebelum memutuskan untuk mendukung sebuah tim profesional. Hal ini terlihat dari rekam jejak para tim, seperti PSG.LGD. Pada tahun lalu, PSG.LGD hanya memiliki lima sponsor. Setelah berhasil menyabet gelar runner-up pada TI8, tahun ini, jumlah sponsor mereka bertambah menjadi 10 sponsor. Mengingat pada TI9 PSG.LGD berhasil duduk di peringkat tiga, kemungkinan besar, mereka masih akan menjadi salah satu incaran utama para sponsor.

Selain PSG.LGD, empat tim asal Tiongkok lain yang masuk ke TI juga memiliki lebih dari sponsor dari berbagai industri, mulai dari merek endemik sampai non-endemik. Vici Gaming memiliki sembilan sponsor, yaitu HLA Jeans, Douyu, Clear, aplikasi media sosial Bixin, merek makanan Three Squirrels, perusahaan hardware AMD dan HyperX, merek gaming chair DxRacer, dan Leihuo Esports. Sementara Newbee memiliki enam sponsor sepanjang TI9, yaitu merek pakaian Li-Ning, Intel, NVIDIA, Raybet, dan merek gaming chair Secret Lab. RNG didukung lima sponsor, yaitu Li-Ning, China Citic Bank Credit Card, merek ponsel Hongmo, Laoshan Beer, dan merek hardware Logitech. Terakhir, Keen Gaming memiliki tiga sponsor, mencakup Jingbo, Clear, dan merek gaming chair AK Player.

Tim PSG.LGD di TI 9 | Sumber: Facebook
Tim PSG.LGD di TI 9 | Sumber: Facebook

Hanya saja, durasi sponsorship untuk tim Dota 2 yang bertanding di The International biasanya tidak berlangsung lama. Selain itu, nilai sponsorship di scene Dota 2 di Tiongkok juga masih lebih kecil jika dibandingkan dengan League of Legends Pro League (LPL). Sponsorship untuk tim-tim yang berlaga di LPL juga biasanya berlangsung lebih lama. LPL sendiri memiliki 13 sponsor. Sementara salah satu tim yang bertanding, Royal Never Give Up (RNG) memiliki 12 sponsor. Ini bisa terjadi karena LPL memiliki infrastruktur yang lebih luas, memungkinkan para sponsor untuk tidak sekadar memasang logo pada jersey pemain, tapi juga di markas tim. Selain itu, karena LPL berbentuk liga, sponsor, tim, dan penyelenggara TJ Sports, juga bisa saling memberikan kritik dan saran pada satu sama lain.

Lolos Kualifikasi The International, Infamous Gaming Dapat Sponsor Baru

Pada 2017, Infamous Gaming menjadi tim Amerika Selatan pertama yang lolos babak kualifikasi The International, salah satu turnamen esports paling bergengsi. Tahun ini, mereka kembali bertanding untuk memperebutkan Aegis. Dapat bertanding di Mercedes-Benz Arena dalam The International membuat perusahaan menjadi lebih tertarik untuk menjadi sponsor. Tidak heran, The International memang selalu dapat menarik banyak penonton. Tahun ini, dua channel Twitch yang menyiarkan The International — satu dalam bahasa Inggris dan satu lagi dalam bahasa Rusia — mendapatkan total durasi menonton selama lebih dari 12 juta jam.

Salah satu sponsor baru yang didapatkan oleh Infamous adalah Cifrut, merek minuman di bawah AJE Group, perusahaan multinasional yang membuat, mendistribusikan, dan menjual minuman kemasan. Menurut badan esports R3PREZ3NT, Cifrut ingin agar mereknya muncul di seragam jersey Infamous selama satu bulan. Selain itu, Infamous juga diminta untuk mempromosikan merek minuman tersebut di media sosial mereka. Sementara dari Cifrut, mereka akan membuat minuman kemasan khusus yang menampilkan Infamous.

Cifrut bukanlah satu-satunya merek yang tertarik untuk menjadi sponsor Infamous. Perusahaan antivirus ESET juga ikut menjadi sponsor Infamous. Sama seperti Cifrut, ESET ingin agar mereknya tampil pada jersey tim dan mereknya dipromosikan di media sosial Infamous. Tim esports itu juga bisa memberikan referral bagi fans-nya yang tertarik untuk membeli produk ESET. Sebelum ini, beberapa perusahaan yang sudah mendukung Infamous antara lain HyperX, OMEN by HP, dan Microsoft Windows.

Sumber: Twitter
Sumber: Twitter

“The International sangat penting bagi kami, karena kami mendapatkan banyak koneksi dan membuat banyak kontrak, baik untuk turnamen kali ini dan di masa depan,” kata pemilik dan pendiri Infamous Gaming, Christian Roque, dikutip dari Esports Observer. “Kami punya rencana konten media untuk turnamen ini dengan tujuan memastikan bahwa sponsor-sponsor kami puas dan mereka mendapatkan eksposur yang maksimal.”

Belakangan, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor tim esports. Tidak melulu perusahaan terkait teknologi yang tertarik jadi sponsor tim esports, tapi juga merek non-endemik, mulai dari merek minuman sampai penyedia layanan finansial. Tahun ini, nilai sponsorship merek non-endemik tahun ini naik 13 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dan memang semakin banyak merek-merek non-endemik yang mau jadi sponsor tim esports, termasuk di Indonesia. Hal ini terlihat dari keputusan Dua Kelinci yang mendukung EVOS Esports dan RRQ, Fore Coffee yang menjadi sponsor ONIC, dan kerja sama antara Genflix dan Ternakopi dengan Aerowolf.

Biasanya, sebuah merek mau menjadi sponsor tim esports karena mereka ingin mendekatkan diri dengan penonton esports, seperti yang dilakukan oleh Honda. The International adalah Piala Dunia untuk Dota 2. Tentu saja, penontonnya pun banyak. Menurut data The Esports Observer, dua channel yang menyiarkan The International mendominasi posisi top channel di Twitch pada minggu lalu. Channel yang menyiarkan turnamen Dota 2 itu dalam bahasa Inggris mendapatkan total durasi menonton selama 16 juta jam, sementara channel dalam bahasa Rusia mendapatkan 12 juta jam. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, dua channel ini mendapatkan waktu tonton yang jauh lebih tinggi dari channel terpopuler ketiga.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Salah satu alasan mengapa The International menarik perhatian banyak orang adalah karena hadiahnya yang sangat besar. Tahun ini, total hadiah yang ditawarkan mencapai US$34 juta. OG, tim yang memenangkan The International tahun ini, bisa membawa pulang US$15,6 juta. Itu artinya, setiap pemain tim OG mendapatkan sekitar US3,1 juta, lebih besar dari atlet yang memenangkan Wimbledon. Sebagai perbandingan, Novak Djokovic dan Simona Halep yang memenangkan Wimbledon, “hanya” membawa pulang US$2,9 juta. Dari tahun ke tahun, total hadiah The International terus naik. Itu bisa terjadi karena mereka menggunakan metode pengumpulan dana crowdfunding.

Kenapa Hadiah The International Terus Naik?

Total hadiah The International 2019 mencapai lebih dari USD31 juta. Ini menjadikannya sebagai turnamen esports dengan hadiah terbesar.

Berbeda dengan Fortnite World Cup, yang total hadiah sebesar USD30 juta sepenuhnya ditanggung oleh Epic Games sebagai developer, total hadiah The International didapatkan melalui crowdfunding.

Publisher Dota 2, Valve, hanya memberikan kontribusi sebesar USD1,6 juta untuk hadiah The International. Sisanya, didapatkan dari penjualan Battle Pass. Dari total penjualan Battle Pass, sebanyak 25 persen Valve langsung jadikan sebagai hadiah dari The International, menurut The Esports Observer.

Tahun ini, tersedia tiga jenis Battle Pass, yaitu Battle Pass standar seharga Rp144 ribu, Battle Pass – Level 50 seharga Rp420 ribu, dan Battle Pass – Level 100 seharga Rp650 ribu.

The International pertama kali diadakan pada 2011. Ketika itu, total hadiahnya adalah USD1,6 juta. Begitu juga dengan The International kedua yang diadakan pada 2012. Valve mulai memperkenalkan Battle Pass pada 2013.

Sejak saat itu pula, total hadiah dari The International terus naik. Kenaikan paling signifikan terjadi pada 2014. Ketika itu, hadiah The International mencapai USD10,9 juta, naik 380 persen dari total hadiah pada tahun sebelumnya, yang hanya mencapai USD2,8 juta.

Anda bisa melihat kenaikan total hadiah The International pada grafik di bawah ini.

Sumber: Liquipedia.net
Sumber: Liquipedia.net

Dampak besarnya total hadiah The International

Menurut esportearnings, turnamen esports yang menawarkan total hadiah lebih dari USD10 juta hanyalah The International dan Fortnite World Cup. Besarnya total hadiah The International memiliki dampak baik dan buruk.

Efek positifnya adalah total hadiah The International ini efektif untuk membuat hype. Cara Valve mengumpulkan dana ini juga memiliki pengaruh positif. Mengingat sebagian besar total hadiah The International merupakan kontribusi penjualan Battle Pass, para fans akan turut andil dalam turnamen bergengsi tersebut. Tidak hanya itu, ini juga mendorong mereka untuk terus bermain.

Data dari Steam Charts menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pemain Dota 2 setiap bulannya tidak pernah kurang dari 400 ribu sejak Februari 2014. Sementara jumlah concurrent player Dota 2 tidak pernah kurang dari 600 ribu sejak November 2013.

Anda bisa melihat peak concurrent players sejak tahun 2016 pada grafik di bawah.

Statistic: Monthly number of peak concurrent players of DOTA 2 on Steam worldwide as of June 2019 (in 1,000s) | Statista
Sumber: Statista

Sayangnya, ini bukan berarti, metode yang digunakan oleh Valve bebas dari masalah. Menurut Kotaku, salah satu masalah yang muncul akibat besarnya total hadiah dari The International adalah turnamen Dota 2 lainnya jadi terlihat tidak berarti.

“Sulit bagi kami untuk tetap relevan di ekosistem ini,” kata seorang Senior Official dari penyelenggara turnamen pihak ketiga ternama. “Dan yang saya maksud dengan ‘kami’ adalah semua orang kecuali Valve. Ketika ada turnamen yang menawarkan USD20 juta, Anda bakal kesulitan untuk menyaingi itu.”

Karena turnamen pihak ketiga tidak bisa menawarkan total hadiah sebesar The International, sulit bagi penyelenggara untuk menarik perhatian pemain dan penonton. Masalah ini diperburuk dengan keputusan Valve untuk memperketat regulasi terkait pengadaan turnamen.

Sebelum 2016, penyelenggara turnamen seperti ESL dan Beyond The Summit bisa mendapatkan pemasukan dengan menjual item virtual, mirip dengan apa yang Valve lakukan dengan penjualan Battle Pass. Namun, sejak 2016, Valve telah melarang hal ini.

Sulitnya bagi penyelenggara menggalang dana tidak melulu berdampak pada hadiah yang didapatkan pemain, tapi aspek lainnya, seperti akomodasi. Penyelenggara akan kesulitan untuk memberikan akomodasi yang diharapkan pemain karena ketiadaan budget.

Pada pemain, ini akan membuat mereka hanya tertarik untuk mengikuti The International. Akibatnya, pemain menjadi tidak setia dengan timnya. Bukannya fokus untuk meningkatkan performa tim, para pemain akan fokus untuk bisa masuk ke tim besar yang memang memiliki kemungkinan untuk bermain di The International.

Pada bulan Mei, biasanya terlihat bagaimana tim-tim yang tidak diundang untuk bermain di The International akan kalang kabut untuk membuat tim agar bisa lolos babak kualifikasi regional. Karena roster tim yang tidak stabil, ini membuat perusahaan enggan untuk menjadi sponsor karena ini membuat mereka sulit untuk berinteraksi dengan penonton. Alhasil, gaji pemain menjadi rendah.

Pada akhirnya, ini membuat para pemain menjadi semakin tergiur untuk memenangkan atau setidaknya masuk ke The International.

Memang, Valve juga telah menetapkan beberapa aturan yang melarang untuk terus berganti tim. Namun, ini tidak menyelesaikan masalah yang diakibatkan keberadaan The International. Mengingat The International juga sangat menguntungkan Valve, kecil kemungkinan mereka akan berusaha untuk mengubah sistem yang ada saat ini.

Bagaimana di Indonesia?

Menurut shoutcaster Gisma “Melondoto” Priayudha, tidak heran jika angka total hadiah The International terus naik. Menurutnya, ini sesuai dengan game Dota 2 sendiri yang memang terus berkembang. Tidak hanya itu, Valve juga bisa menawarkan “bonus” yang berbeda setiap tahun, membuat pemain/fans Dota 2 tergoda untuk membeli Battle Pass.

Sayangnya, selama ini, tim Indonesia tidak pernah masuk ke The International.

“Kalau yang saya amati lima tahun ini, masalahnya cuma di skill, meta dan mekanik pemain di Indonesia belum sebanding dengan pemain luar,” kata Melon ketika dihubungi. “Untuk kelas Asia Tenggara, hanya masalah di kerja sama tim saja.”

Menurutnya, The International juga tidak memberikan dampak buruk pada tim/pemain di Indonesia. “Kelar kualifiksai TI pasti ada pergantian pemain. Paling banyak, dua orang diganti. Sisanya, masih solid sampai TI berikutnya,” ujar Melon.

Dia juga percaya, turnamen Dota 2 di Indonesia tidak akan mati, meskipun belakangan, game mobile seperti Mobile Legends lebih diminati. “Soalnya, kan landasan pemain Dota 2 dari iCafe, iCafe berkembang ready esport, jadi sealur sama generasi,” katanya.

Usai TI 2017, Valve akan Gandeng Penyelenggara Pihak Ketiga untuk Mengadakan Lebih Banyak Turnamen Dota 2 Resmi

Hampir semua pemain Dota 2 tahu kalau setelah dua turnamen “Major”, kompetisi pro akan ditutup oleh ajang The International setiap musimnya. The International 2017 sendiri bakal dihelat di Seattle, Amerika Serikat pada tanggal 7 – 12 Agustus mendatang, dengan total hadiah saat ini sudah menembus angka $20 juta (belum final).

Format dua turnamen Major dan TI ini bakal berubah musim depan. Usai TI 2017 nanti, bakal ada lebih banyak turnamen Dota 2 ‘resmi’. Bukan berarti turnamen lainnya tidak resmi, tapi memang selama ini hanya turnamen Major dan TI saja yang diselenggarakan oleh Valve sendiri.

Dua turnamen Major ini akan dihapus ke depannya. Sebagai gantinya, Valve akan bekerja sama dengan penyelenggara pihak ketiga, memilih beberapa turnamen untuk dijadikan turnamen resmi dalam dua tingkatan – Major dan Minor – dimana Valve berperan sebagai salah satu sponsor utamanya.

Dota 2 The International 6

Ini berarti semua turnamen punya kesempatan untuk disponsori Valve dan diberi label “Major” maupun “Minor” guna mengindikasikan ‘keresmiannya’, dengan catatan tiga syarat berikut terpenuhi. Yang pertama, total hadiahnya minimal harus $500 ribu untuk Major dan $150 ribu untuk Minor. Sebagai sponsor, Valve nantinya akan merogoh koceknya sendiri dan menambahkan $500 ribu ke dalam total hadiah suatu turnamen Major, atau $150 ribu untuk Minor.

Syarat yang kedua, baik turnamen Major maupun Minor harus memiliki setidaknya satu peserta dari enam wilayah berikut: Amerika Utara, Amerika Selatan, Tiongkok, Asia Tenggara, Eropa dan Commonwealth of Independent States (CIS). Terakhir, supaya terhindar dari masalah lag, babak finalnya harus diadakan dalam bentuk pertandingan LAN.

Dota 2 The International 2017

Perubahan format kompetisi ini jelas menarik buat pihak penyelenggara, meskipun Valve bilang bahwa mereka yang akan langsung mengatur jadwal turnamen guna menghindari bentrokan. Tapi lalu bagaimana pihak pemain dapat diuntungkan? Well, Valve rupanya juga akan menerapkan mekanisme yang lebih adil untuk pemilihan peserta The International, yakni dengan menghitung semacam skor bernama Qualifying Points (QP).

QP ini akan diakumulasikan untuk masing-masing individu, dan didapat dengan cara berpartisipasi dalam suatu turnamen Major atau Minor. Semakin besar total hadiah suatu turnamen, semakin besar pula QP yang bisa diperoleh – akan lebih besar lagi apabila turnamen tersebut diadakan berdekatan dengan The International.

Nantinya akan ada ranking Qualifying Points individu dan tim yang bisa dipantau oleh publik tanpa terkecuali, sehingga semua bisa tahu siapa saja yang akhirnya terpilih untuk bertanding di The International. Jadi untuk TI 2018 dan seterusnya, tidak ada lagi istilah “guaranteed invites”, semuanya ditentukan berdasarkan perolehan QP ini saja.

Sumber: Valve.